Bagaimana membuktikan Kebangkitan Kristus?

Ada enam fakta yang memperkuat kebenaran tentang Kebangkitan Yesus: (1) Yesus sungguh telah wafat; (2) Kubur Yesus kosong; (3) Jenazah Yesus tidak pernah ditemukan; (4) Kesaksian dari para pengikut dan musuh Yesus, serta pihak netral—yaitu sejarawan bangsa Yahudi; (5) pewartaan tentang Kebangkitan Yesus yang dimulai di Yerusalem; (6) Perubahan drastis sikap para Rasul.

Pertama, Yesus sungguh telah wafat. Jika Kristus tidak sungguh wafat, maka Ia tak dapat dikatakan bangkit dari mati. Namun saksi mata menyatakan bahwa Yesus benar-benar telah wafat. Wafat-Nya—yang ditandai dengan tikaman tombak di lambung-Nya yang mengalirkan darah dan air—disaksikan sendiri oleh serdadu yang menikam- Nya (lih. Yoh 19:33-34). Jasad-Nya  lalu dikuburkan oleh Yusuf dari Arimatea dan sejumlah perempuan mengurapi-Nya dengan rempah-rempah dan mur (lih. Luk 23:50-55). Kematian-Nya diyakini oleh para murid-Nya, sehingga mereka berputus asa (lih. Luk 24:20-21).

Kedua, kubur Yesus ditemukan kosong di hari pertama minggu itu (Mat 28:1; Mrk 16:9; Luk 24:1-3; Yoh 20:1). Yesus adalah Seorang yang terkenal di Israel, dan tempat kubur-Nya diketahui banyak orang. St. Matius Rasul malah mencatat dengan rinci tentang kubur itu, yaitu kubur baru milik Yusuf dari Arimatea (lih. Mat 27:59-60). St. Markus mencatat bahwa Yusuf ini adalah “anggota majelis besar yang terkemuka” (Mrk 15:43). Kredibilitas kedua penulis ini akan runtuh, jika mereka hanya mengada-adakan seorang tokoh yang demikian penting, memberi nama kepadanya, dan menyebutnya sebagai pemilik makam di mana Yesus dibaringkan. Sebab jika demikian, para saksi mata akan dengan mudah menyangkal klaim kedua penulis ini.

Selain itu, yang menyaksikan bahwa kubur itu telah kosong, adalah orang-orang Yahudi dan Romawi sendiri. Para imam kepala lalu merekayasa kisah bahwa para murid-lah yang mencuri jenazah Yesus (lih. Mat 28:12-13). Seandainya kubur itu tidak benar-benar kosong, dan jenazah-Nya masih ada, maka khotbah para Rasul tidak akan didengarkan orang, dan agama Kristen tidak akan pernah ada.

Ketiga, jenazah Yesus tidak pernah ditemukan. Tidak pernah ada satu catatan sejarah dari abad satu atau dua yang menolak fakta bahwa kubur Yesus kosong di hari ketiga setelah wafat-Nya, dan tak ada catatan penemuan jenazah Yesus.[1] Padahal kejadian kebangkitan Yesus telah demikian seksama dicatat dan diumumkan, sehingga jika tidak benar, mestinya minimal ada seorang sejarawan, atau saksi mata, atau tokoh antagonis yang menentang kejadian tersebut. Tak adanya catatan sejarah abad itu yang menentang fakta ini, menjadi salah satu bukti kuat bahwa kebangkitan Kristus itu sungguh terjadi.

Keempat, kebangkitan Kristus dari mati diyakini oleh para pengikut-Nya maupun penentang-Nya dan diperkuat oleh catatan sejarawan Yahudi di abad pertama. Setelah kematian dan kebangkitan-Nya, tercatat bahwa Yesus menampakkan diri dalam berbagai kesempatan kepada lebih dari 515 orang, yaitu kepada: Maria Magdalena (lih. Yoh 20:14-16); Maria yang lain (lih. Mat 28:1,9); Petrus (lih. Luk 24:34); dua murid dalam perjalanan ke Emaus (lih. Luk 24:13-16); 10 murid tanpa rasul Tomas (lih. Yoh 20:19-24); 11 murid (Yoh 20:26-28); 7 orang murid di danau Tiberias (lih. Yoh 21:1-2); 11 murid di bukit di Galilea (lih. Mat 28:16-17); lebih dari 500 orang (lih. 1Kor 15:6)[2]; Yakobus (lih. 1Kor  15:7); Saulus dekat Damaskus (lih. Kis 9:3-5).

Selain itu, kebangkitan Kristus juga diyakini oleh para penentang-Nya. Mereka yang takut bahwa Yesus akan bangkit, meminta Pilatus untuk menempatkan penjaga-penjaga di depan kubur, serta memeterai kubur tersebut (lih. Mat 27:65-66). Ketika Yesus sungguh bangkit tanpa membangunkan para serdadu yang menjaga kubur, para imam kepala dan tua-tua Yahudi, menyuap para serdadu itu untuk berbohong bahwa jenazah Yesus dicuri oleh para murid-Nya, dan menjamin bahwa para serdadu tidak mendapatkan hukuman apa pun (lih. Mat 28:11-15).

Kebangkitan Kristus juga diceritakan oleh Flavius Josephus, sejarawan bangsa Yahudi yang hidup dari tahun 37-100. Josephus menuliskan demikian, “Pada saat ini, hiduplah Yesus, seorang yang bijaksana… Dan ketika Pilatus, karena tuduhan yang dibuat oleh orang-orang terkemuka di antara kita, mengutuk dia [Yesus] untuk disalibkan, mereka yang telah mencintainya sebelumnya tidak berhenti mencintainya… Ia menampakkan diri kepada mereka pada hari ketiga, hidup lagi, sama seperti yang telah dibicarakan oleh para nabi Allah…”[3]

Kelima, di Yerusalem-lah para Rasul mulai berkhotbah tentang kebangkitan Yesus. Ini merupakan bukti yang kuat, sebab Yerusalem adalah kota di mana Yesus disalibkan dan wafat. Dengan demikian, Yerusalem adalah tempat yang paling riskan bagi mereka untuk berkhotbah tentang kebangkitan Yesus, jika hal itu hanyalah kisah karangan mereka sendiri. Sebab, semua bukti ada di sana bagi siapapun yang mau menyelidiki. Kita tahu bahwa kisah legenda berakar di tanah asing, atau berabad-abad setelah kejadian. Memprotes suatu legenda tidaklah mudah, sebab sangatlah sulit untuk mendapatkan fakta-fakta sehubungan dengan tokoh ataupun peristiwa yang disebut dalam kisah itu. Namun dalam kebangkitan Yesus, khotbah tentangnya dilakukan di kota di mana kejadian itu baru saja terjadi. Setiap fakta dapat diselidiki secara rinci. Jika para rasul justru berani menanggung risiko sedemikian, tentu semua itu karena mereka yakin bahwa apa yang mereka beritakan adalah kebenaran yang tidak terbantahkan.

Keenam, perubahan sikap hidup para rasul yang sangat drastis. Injil mencatat bahwa ketika Yesus diadili dan dihukum mati, para rasul meninggalkanNya karena ketakutan. Tapi kemudian, setelah kebangkitan-Nya dan dikuatkan oleh Roh Kudus-Nya, para rasul ini menjadi sangat berani mewartakan iman mereka akan Yesus Kristus. Sepuluh dari sebelas rasul tersebut wafat sebagai martir, untuk mempertahankan iman mereka bahwa Kristus sungguh telah bangkit dari mati. Apakah yang menyebabkan perubahan ini, sehingga mereka rela mati demi pesan tersebut? Tentulah hal itu disebabkan karena kebangkitan Kristus sungguh telah terjadi. Para rasul sungguh yakin akan kebenarannya, sehingga mereka mau mempertaruhkan nyawa mereka untuk itu. Mereka tidak menerima keuntungan materi apapun dari kesaksian mereka—malah menerima maut—namun mereka tetap mewartakannya. Ini juga menguatkan klaim mereka sebagai sesuatu yang benar dan sungguh terjadi.

 


[1]Catatan yang menentang kebangkitan Kristus (juga kelahiran dan kematian-Nya) baru muncul di abad-abad kemudian, setelah para saksi mata telah wafat. Contohnya, paham Doketisme  di sekitar tahun 200-300-an. Klaim ini malah tidak dapat dibuktikan, sebab hanya didasari atas asumsi orang yang hidup terpisah sekian ratus tahun dengan zaman Yesus dan para jemaat perdana yang jelas kesaksiannya lebih dapat dipercaya.

[2]Tentang lebih dari 500 orang saksi kebangkitan Yesus ditulis oleh Rasul Paulus kepada Gereja di Korintus, di sekitar tahun 56. Di saat penulisan, sebagian dari para saksi masih hidup. Bahwa tak ada tulisan di sekitar tahun itu yang menentangnya menunjukkan bahwa kebangkitan Yesus sungguh terjadi.

[3]Flavius Josephus,  Jewish Antiquities, Bk XVIII. Ch. 3, 3. Ref: http://www.documentacatholicaomnia.eu/03d/0037-0103,_Flavius_Josephus,_The_Antiquities_Of_The_Jews,_EN.pdf

SEE ALL Add a note
YOU
Add your Comment
 

Doa St. Thomas Aquinas

Allah Pencipta segala sesuatu, Sumber terang dan kebijaksanaan yang sejati, asal mula segala makhluk, curahkanlah seberkas cahaya-Mu untuk menembus kegelapan akal budiku. Ambillah dariku kegelapan ganda yang menyelimutiku sejak lahir, suatu ketidak-mengertian karena dosa dan ketidak-tahuan. Berilah kepadaku, pengertian yang tajam dan ingatan yang kuat dan kemampuan untuk memahami segala sesuatu dengan benar dan mendasar. Karuniakanlah kepadaku talenta untuk menjelaskan dengan tepat dan kemampuan untuk mengutarakannya dengan saksama, luwes dan menarik. Tunjukkanlah bagaimana aku memulainya, arahkanlah perkembangannya dan bantulah sampai kepada penyelesaiannya. Kumohon ini demi Yesus Kristus Tuhan kami. Amin.

Review Kursus

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus.Â