Mengapa guncang mendengar wahyu-wahyu pribadi yang memojokkan Gereja Katolik?

Dewasa ini ada kesaksian-kesaksian atau wahyu pribadi yang memojokkan Gereja Katolik, seperti kesaksian Angelica Zambrano berjudul “Persiapkan dirimu untuk bertemu dengan Allah!” dan juga dari Barbara Fernandez dengan judul “5 hari di Sorga neraka“. Anda dapat melihat begitu banyak kesaksian dari orang-orang yang dibawa ke Sorga dan neraka, baik dari kesaksian-kesaksian yang bersifat religius, termasuk Kristen dan bahkan anda dapat menemukan situs-situs yang memuat pengalaman tentang kematian yang kemudian kembali lagi (near death experience). Anda dapat mencari situs-situs tersebut dengan kata kunci near death experience. Sebagai umat Katolik, kita tidak perlu goyah dengan kesaksian-kesaksian yang memojokkan iman Katolik, karena iman Katolik dapat dipertanggungjawabkan, baik dari Kitab Suci, Tradisi Suci, yang diperkuat oleh Magisterium Gereja. Mari kita membahas kesaksian-kesaksian tersebut.

Contoh kesaksian-kesaksian yang memojokkan Gereja Katolik:

Berikut ini adalah kutipan dari beberapa kesaksian yang memojokkan Gereja Katolik:

1. Dari “Persiapkanlah dirimu untuk bertemu dengan Allah” oleh Angelica Zambrano:

Sebelumnya, aku biasanya hidup sebagai seorang gadis muda Kristen yang berpikiran ganda. Dulu aku berpikir bahwa setiap orang yang mati akan pergi ke Surga, bahwa mereka yang merayakan misa, juga akan masuk surga, tapi aku salah. Ketika Paus Yohanes Paulus II meninggal, teman-teman dan kerabat akan memberitahuku bahwa ia telah pergi ke surga. Semua berita di TV, pada Extra dan banyak tempat lainnya akan berkata, “Paus Yohanes Paulus II telah meninggal, semoga ia beristirahat dalam damai. Ia sekarang bersukacita dengan Tuhan dan malaikat di surga” dan aku percaya semua itu. Tapi aku hanya menipu diriku sendiri, karena aku melihat dia di neraka, yang tersiksa oleh api. Aku menatap wajahnya, itu adalah Yohanes Paulus II (John Paul II)!! Tuhan berkata padaku, “Lihat, Putri, pria yang engkau lihat itu di sana, adalah Paus Yohanes Paulus II. Ia ada di sini di tempat ini; ia sedang tersiksa karena ia tidak bertobat.”

Tapi aku bertanya, “Tuhan, mengapa ia ada di sini? Ia biasa berkhotbah di gereja.” Yesus menjawab, ” Putri, tidak ada pezinah, tidak ada penyembah berhala, tidak ada orang yang serakah dan tidak ada pendusta yg akan mewarisi Kerajaan-Ku.” (Efesus 5:5) Aku menjawab, “Ya, aku tahu itu benar, tapi aku ingin tahu mengapa ia ada di sini, karena ia biasa berkhotbah kepada banyak orang!” Dan Yesus menjawab, “Ya, Putri, ia mungkin telah mengatakan banyak hal, tetapi ia tidak pernah berbicara kebenaran seperti yg ada. Ia tidak pernah mengatakan kebenaran dan mereka tahu kebenaran dan meskipun ia tahu kebenaran, ia lebih menyukai uang daripada berkhotbah tentang keselamatan. Ia tidak akan menawarkan kenyataan; tidak akan mengatakan bahwa neraka itu nyata dan surga juga ada; Putri, sekarang dia ada di sini di tempat ini.

Ketika aku melihat pria ini, ia memiliki ular besar dengan jarum-jarum, melilit tenggorokannya, dan ia akan mencoba utk melepasnya. Aku memohon dengan Yesus, “Tuhan, bantulah dia!” Pria itu akan berteriak,“Tolong aku, Tuhan, kasihanilah aku, bawa aku keluar dari tempat ini, maafkan aku, aku bertobat, Tuhan! Aku ingin kembali ke bumi, aku ingin kembali ke bumi untuk bertobat.” Tuhan mengamati dia dan berkata kepadanya, “Engkau sangat tahu dgn baik. Engkau tahu benar bahwa tempat ini nyata… Sudah terlambat; tidak ada kesempatan lagi untukmu.”
Tuhan berkata, “Dengar, Putri, Aku akan menunjukkan kehidupan orang ini.” Yesus menunjukkan layar besar di mana aku bisa mengamati bagaimana orang ini menawarkan misa berkali-kali kepada orang banyak. Dan bagaimana orang-orang yang ada begitu menyembah berhala. Yesus berkata, “Dengar, Putri, ada banyak penyembah berhala di tempat ini. Penyembahan berhala tidak akan menyelamatkan, Putri. Aku satu-satunya yang menyelamatkan, dan di luar Aku, tidak ada yang menyelamatkan. Aku mengasihi pendosa, tetapi aku benci dosa, Putri. Pergi dan beritahukan manusia bahwa aku mengasihi mereka dan bahwa mereka perlu datang kepada-Ku.”
Ketika Tuhan sedang berbicara, aku mulai melihat bagaimana orang ini menerima banyak sekali koin dan uang kertas; uang, semua yang dia akan simpan. Ia punya begitu banyak uang. Aku melihat gambar orang ini duduk di atas takhta, tetapi aku juga bisa melihat lebih dari itu. Memang benar bahwa orang-orang ini tidak menikah, aku dapat meyakinkanmu, aku tidak mengada-ada, Tuhan menunjukkan kepadaku, orang-orang itu tidur dengan biarawati; dengan banyak perempuan di sana! [1 example]
Tuhan menunjukkan kepadaku orang-orang ini hidup dalam percabulan, dan Firman mengatakan bahwa pezinah tidak akan mewarisi Kerajaan-Nya. Saat aku sedang menonton semua ini, Tuhan berkata, “Lihat Putri, semua ini yang aku tunjukkan kpdmu adalah apa yang terjadi, apa yang ia jalani dan apa yang terus terjadi di antara banyak orang, di antara banyak imam dan paus yang ada.” Kemudian ia berkata, “Putri, pergi dan beritahukan manusia bahwa sudah waktunya untuk berbalik kpdKu.”
…..
Tapi kemudian Ia berkata, “Putri, dia adalah Maria. Maria, yang melahirkan Yesus Kristus, yaitu Aku. Putri, Aku ingin memberitahu engkau bahwa ia tidak memiliki pengetahuan tentang hal-hal yang terjadi di Bumi. Aku ingin mengatakan kpdmu yaitu engkau harus pergi dan beritahukan pd manusia, beritahukan penyembah berhala bahwa neraka itu nyata, dan bahwa penyembah berhala tidak akan mewarisi Kerajaan-Ku, tetapi pergi dan katakan pd mereka bahwa jika mereka bertobat, mereka dapat masuk ke dlm tempat tinggal surgawiKu. Pergi beritahu mereka bahwa Aku mencintai mereka dan beritahu mereka bahwa Maria tidak memiliki pengetahuan apa-apa [yg terjadi di bumi] dan satu-satunya yg mereka harus tinggikan adalah Aku, karena baik Maria, atau St. Gregory ataupun santo lainnya dapat [mungkin maksudnya: tidak dapat] menawarkan keselamatan. Aku adalah Satu-satunya yang menyelamatkan dan di luar Aku – tidak ada, tidak ada, tidak ada – yg menyelamatkan!” la mengulanginya tiga kali – tidak ada yang dpt menyelamatkan, hanya la yg menyelamatkan.

Umat manusia telah tertipu dgn mempercayai dalam anggapan santo, yang mana bukan, tetapi adalah setan, yang bekerja melalui berhala yang dibuat oleh tangan manusia. Tapi, biar Aku beritahukan engkau bahwa Tuhan ingin memberikan yang terbaik. la ingin engkau untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga; untuk bertobat dan meninggalkan penyembahan berhala. Karena penyembahan berhala tidak akan menyelamatkanmu. Yesus Kristus dari Nazaret adalah yg dpt menyelamatkan, yang memberikan nyawa-Nya bagimu, bagiku dan bagi semua umat manusia. Tuhan memiliki pesan yg besar bagi manusia. Ketika la menangis, Dia berkata,“Tolong, Putri, jangan diam; pergi dan katakan yang sebenarnya, pergi dan katakan apa yang Aku telah tunjukkan kpdmu.”

2. Dari 5 hari di Sorga Neraka oleh Barbara Fernandez:

Tuhan memanggil seorang wanita yang sangat cantik dengan kecantikan yang tak dapat digambarkan, seperti semua yang aku lihat disana. Dan Tuhan berkata kepadaku : “Ini adalah Maria! Pergilah dan katakan pada setiap orang bahwa Maria bukanlah ratu surga. Raja Surga adalah Aku, Raja dari segala raja, dan Tuhan dari segala tuhan, Satu-satunya yang berkata “Akulah Jalan, Kebangkitan dan Hidup (Yohanes 14 : 6-7). Pergilah dan katakan kepada manusia yang DIBUTAKAN bahwa tidak ada api penyucian, karena kalau ada Aku akan menunjukkannya kepadamu. Sebaliknya, ada Neraka, Lautan api, Yerusalem yang indah, dan Surga yang telah Kutunjukkan kepadamu. Tapi katakan kepada mereka bahwa tidak ada api penyucian; katakan itu adalah tipuan iblis, tidak ada api penyucian ”.

Bagaimana menanggapinya:

Dua kesaksian tersebut adalah dua kesaksian diantara banyak kesaksian yang sedang marak di forum-forum dan dipergunakan banyak orang untuk memojokkan Gereja Katolik. Sebenarnya, pada awalnya saya tidak tertarik untuk menanggapi wahyu-wahyu seperti ini, karena saya pikir bahwa hal ini tidak perlu ditanggapi dan tidak ada gunanya. Namun, ketika ada pertanyaan dari umat Katolik sendiri, yang menyatakan imannya tergoncang karena kesaksian ini, maka saya memutuskan untuk memberikan tanggapan atas isu-isu ini. Berikut ini adalah argumentasi yang dapat saya berikan:

Kesaksian tersebut belum tentu benar

Dari banyak komentar di katolisitas dan mungkin juga di forum-forum Kristen lain, terlihat bahwa ada sebagian umat Kristen non-Katolik yang langsung menganggap bahwa kesaksian tersebut adalah benar. Namun, kalau ditanya, bagaimana seseorang tahu atau bagaimana membuktikan bahwa kesaksian ini benar? Maka, jawabannya sebenarnya sulit untuk dapat dipertanggungjawabkan, karena cenderung sangat subyektif dan sungguh sulit untuk dapat dibuktikan kebenarannya. Bagaimana seseorang dapat membuktikan kebenaran wahyu pribadi seperti dari Barbara Fernandez dan Angelica Zambrano? Sungguh terlalu cepat kalau kesaksian mereka langsung dianggap benar dan apalagi dijadikan sebagai argumentasi dalam berdiskusi dengan umat Katolik. Bagi orang-orang yang percaya akan kesaksian mereka, maka cobalah minimal berfikir, bagaimana saya tahu apakah kesaksian ini benar atau salah dan apakah parameternya?.

Kebenaran dokrin vs kesaksian-kesaksian

Dalam suatu diskusi tentang doktrinal, maka argumentasi berupa kesaksian-kesaksian tidaklah dapat membantu. Kalau seseorang mengatakan bahwa api penyucian tidak ada karena dalam kesaksian Barbara Fernandez dikatakan bahwa Api Penyucian tidak ada dan Tuhan telah mengatakannya; Bahkan dikatakan oleh Tuhan bahwa keberadaan Api Penyucian hanyalah merupakan tipuan iblis, maka bukti apakah yang mendukung mereka bahwa kesaksian yang diberikan itu adalah benar? Pertanyaannya, bagaimana kalau ada santa-santo yang mempunyai pengalaman bahwa Api Penyucian itu ada dan bahwa Maria mengerti akan apa yang dialami oleh umat Tuhan sejauh yang diijinkan oleh Tuhan, maka apakah kemudian umat non-Katolik mau menerimanya?

a. Tentang Api Penyucian: St. Faustina dalam buku hariannya mengatakan “…I saw my Guardian Angel, who ordered me to follow him. In a moment I was in a misty place full of fire in which there was a great crowd of suffering souls. They were praying fervently, but to no avail, for themselves; only we can come to their aid. The flames, which were burning them, did not touch me at all. My Guardian Angel did not leave me for an instant. I asked these souls what their greatest suffering was. They answered me in one voice that their greatest torment was longing for God. I saw Our Lady visiting the souls in Purgatory. The souls call Her “The Star of the Sea”. She brings them refreshment. I wanted to talk with them some more, but my Guardian Angel beckoned me to leave. We went out of that prison of suffering. [I heard an interior voice which said] ‘My mercy does not want this, but justice demands it. Since that time, I am in closer communion with the suffering souls.’” (Diary, 20)

Apakah dengan kesaksian seperti ini, maka umat Kristen non-Katolik akan percaya akan keberadaan Api Penyucian? Anda dapat membandingkan kehidupan Barbara Fernandez dengan St. Faustina. Siapakah yang lebih dapat dipercaya? Kalau masih kurang, silakan membaca kesaksian dan kehidupan dari St. Catherine of Genoa, St. Nicholas of Tolentino, St. Gertrude, St. Frances of Rome, St. Padre Pio, dll. yang semuanya menyatakan bahwa Api Penyucian adalah nyata. Kalau parameter kebenarannya adalah individu yang memberikan kesaksian, maka bandingkan kehidupan mereka yang menyatakan bahwa Api Penyucian itu ada dengan kehidupan orang yang menyatakan bahwa Api Penyucian itu tidak ada. Jadi, siapa yang lebih dapat dipercaya?

b. Tentang Maria: Ada begitu banyak cerita tentang penampakan-penampakan Maria, seperti: (sumber: silakan klik)

Our Lady of the Pillar di Spanyol (tahun: 39), oleh Santo Yakobus.
Our Lady of Walsingham di Inggris (tahun: 1061), oleh Richeldis de Faverches.
Our Lady of the Rosary di Perancis (tahun: 1208), oleh St. Dominic
Our Lady of Mount Carmel (+ abad 13), oleh St. Simon Stock.
Our Lady of Guadalupe
Our Lady of Laus
Our Lady of the Miraculous Medal
Our Lady of La Salette
Our Lady of Lourdes
Our Lady of Pontmain
Our Lady of Fátima
Our Lady of Beauraing
Our Lady of Banneux
Our Lady of Akita

Anda juga dapat melihat sumber yang lain seperti marypages – klik ini. Dan ada lagi sumber yang lain di sini – silakan klik. Apakah dengan banyaknya wahyu pribadi sehubungan dengan Maria, yang juga didukung dengan banyak mukjizat, maka umat Kristen non-Katolik dapat menerima bahwa Maria sering membantu umat Allah? Kalau mereka tidak dapat menerimanya – karena diragukan kebenarannya, mengapa sebaliknya mereka menganggap wahyu-wahyu yang memojokkan Gereja Katolik adalah benar? Bukankah dengan demikian terjadi standar ganda? Untuk menghindari standar ganda ini, maka diskusi harus berfokus pada dogma dan doktrin dan bukan berdasarkan wahyu-wahyu pribadi.

c. Tentang Paus Yohanes Paulus II yang dikatakan ada di neraka. Di dalam kesaksian tersebut dikatakan bahwa Paus ada di neraka karena tidak mengatakan kebenaran, lebih menyukai uang daripada berkotbah tentang keselamatan, tidak pernah mengatakan bahwa neraka dan Sorga itu ada, melakukan penyembahan berhala, menerima banyak uang, dll. Kalau seseorang percaya akan kesaksian seperti ini, maka saya kira, mereka tidak tahu apa yang dilakukan oleh Paus Yohanes Paulus II dan tidak membaca apa yang ditulis oleh Paus Yohanes Paulus II, baik tentang kebenaran tentang adanya neraka dan Sorga. Kalau dikatakan Paus menerima uang, kemanakah uang itu sekarang? Apakah ada anggota keluarganya yang menjadi kaya karena dia menjadi Paus? Kalau dikatakan bahwa Paus tidak pernah berkotbah tentang keselamatan, neraka dan Sorga, maka silakan membaca sebagian tulisannya, yang diberikan pada beberapa audiensi umum hari Rabu:

Heaven is Fullness of Communion with God

Heaven as the fullness of communion with God was the theme of the Holy Father’s catechesis at the General Audience of 21 July 1999. Heaven “is neither an abstraction not a physical place in the clouds, but a living, personal relationship with the Holy Trinity. It is our meeting with the Father which takes place in the risen Christ through the communion of the Holy Spirit,” the Pope said.

1. When the form of this world has passed away, those who have welcomed God into their lives and have sincerely opened themselves to his love, at least at the moment of death, will enjoy that fullness of communion with God which is the goal of human life.

As the Catechism of the Catholic Church teaches, “this perfect life with the Most Holy Trinity this communion of life and love with the Trinity, with the Virgin Mary, the angels and all the blessed is called “heaven’. Heaven is the ultimate end and fulfilment of the deepest human longings, the state of supreme, definitive happiness” (n.1024).

Today we will try to understand the biblical meaning of “heaven”, in order to have a better understanding of the reality to which this expression refers.

2. In biblical language “heaven””, when it is joined to the “earth”, indicates part of the universe. Scripture says about creation: “In the beginning God created the heavens and the earth” (Gn 1:1).

Heaven is the transcendent dwelling-place of the living God

Metaphorically speaking, heaven is understood as the dwelling-place of God, who is thus distinguished from human beings (cf. Ps 104:2f.; 115:16; Is 66:1). He sees and judges from the heights of heaven (cf. Ps 113:4-9) and comes down when he is called upon (cf. Ps 18:9, 10; 144:5). However the biblical metaphor makes it clear that God does not identify himself with heaven, nor can he be contained in it (cf. 1 Kgs 8:27); and this is true, even though in some passages of the First Book of the Maccabees “Heaven” is simply one of God’s names (1 Mc 3:18, 19, 50, 60; 4:24, 55).

The depiction of heaven as the transcendent dwelling-place of the living God is joined with that of the place to which believers, through grace, can also ascend, as we see in the Old Testament accounts of Enoch (cf. Gn 5:24) and Elijah (cf. 2 Kgs 2:11). Thus heaven becomes an image of life in God. In this sense Jesus speaks of a “reward in heaven” (Mt 5:12) and urges people to “lay up for yourselves treasures in heaven” (ibid., 6:20; cf. 19:21).

3. The New Testament amplifies the idea of heaven in relation to the mystery of Christ. To show that the Redeemer’s sacrifice acquires perfect and definitive value, the Letter to the Hebrews says that Jesus “passed through the heavens” (Heb 4:14), and “entered, not into a sanctuary made with hands, a copy of the true one, but into heaven itself” (ibid., 9:24). Since believers are loved in a special way by the Father, they are raised with Christ and made citizens of heaven. It is worthwhile listening to what the Apostle Paul tells us about this in a very powerful text: “God, who is rich in mercy, out of the great love with which he loved us, even when we were dead through our trespasses, made us alive together with Christ (by grace you have been saved), and raised us up with him, and made us sit with him in the heavenly places in Christ Jesus, that in the coming ages he might show the immeasurable riches of his grace in kindness toward us in Christ Jesus” (Eph 2:4-7). The fatherhood of God, who is rich in mercy, is experienced by creatures through the love of God’s crucified and risen Son, who sits in heaven on the right hand of the Father as Lord.

4. After the course of our earthly life, participation in complete intimacy with the Father thus comes through our insertion into Christ’s paschal mystery. St Paul emphasizes our meeting with Christ in heaven at the end of time with a vivid spatial image: “Then we who are alive, who are left, shall be caught up together with them in the clouds to meet the Lord in the air; and so we shall always be with the Lord. Therefore comfort one another with these words” (1 Thes 4:17-18).

Sacramental life is anticipation of heaven

In the context of Revelation, we know that the “heaven” or “happiness” in which we will find ourselves is neither an abstraction nor a physical place in the clouds, but a living, personal relationship with the Holy Trinity. It is our meeting with the Father which takes place in the risen Christ through the communion of the Holy Spirit.

It is always necessary to maintain a certain restraint in describing these “ultimate realities” since their depiction is always unsatisfactory. Today, personalist language is better suited to describing the state of happiness and peace we will enjoy in our definitive communion with God.

The Catechism of the Catholic Church sums up the Church’s teaching on this truth: “By his death and Resurrection, Jesus Christ has “opened’ heaven to us. The life of the blessed consists in the full and perfect possession of the fruits of the redemption accomplished by Christ. He makes partners in his heavenly glorification those who have believed in him and remained faithful to his will. Heaven is the blessed community of all who are perfectly incorporated into Christ” (n. 1026).

5. This final state, however, can be anticipated in some way today in sacramental life, whose centre is the Eucharist, and in the gift of self through fraternal charity. If we are able to enjoy properly the good things that the Lord showers upon us every day, we will already have begun to experience that joy and peace which one day will be completely ours. We know that on this earth everything is subject to limits, but the thought of the “ultimate” realities helps us to live better the “penultimate” realities. We know that as we pass through this world we are called to seek “the things that are above, where Christ is seated at the right hand of God” (Col 3:1), in order to be with him in the eschatological fulfilment, when the Spirit will fully reconcile with the Father “all things, whether on earth or in heaven” (Col 1:20).

To the English-speaking pilgrims and visitors the Holy Father said:

I extend a special welcome to the young people taking part in the Forum of the European Youth Parliament, as well as to the St Vincent Ferrer Chorale from Kaohsiung, Taiwan, and the Taiwanese Native Folklore Group, accompanied by Cardinal Shan. Upon all the English-speaking visitors and pilgrims, especially those from England, Scotland, Korea, Taiwan, Canada and the United States, I invoke the grace and peace of our Lord Jesus Christ. May you have a happy and blessed summer!

Hell is the State of Those who Reject God

At the General Audience of Wednesday, 28 July 1999, the Holy Father reflected on hell as the definitive rejection of God. In his catechesis, the Pope said that care should be taken to interpret correctly the images of hell in Sacred Scripture, and explained that “hell is the ultimate consequence of sin itself… Rather than a place, hell indicates the state of those who freely and definitively separate themselves from God, the source of all life and joy”.

1. God is the infinitely good and merciful Father. But man, called to respond to him freely, can unfortunately choose to reject his love and forgiveness once and for all, thus separating himself for ever from joyful communion with him. It is precisely this tragic situation that Christian doctrine explains when it speaks of eternal damnation or hell. It is not a punishment imposed externally by God but a development of premises already set by people in this life. The very dimension of unhappiness which this obscure condition brings can in a certain way be sensed in the light of some of the terrible experiences we have suffered which, as is commonly said, make life “hell”.

In a theological sense however, hell is something else: it is the ultimate consequence of sin itself, which turns against the person who committed it. It is the state of those who definitively reject the Father’s mercy, even at the last moment of their life.

Hell is a state of eternal damnation

2. To describe this reality Sacred Scripture uses a symbolical language which will gradually be explained. In the Old Testament the condition of the dead had not yet been fully disclosed by Revelation. Moreover it was thought that the dead were amassed in Sheol, a land of darkness (cf. Ez. 28:8; 31:14; Jb. 10:21f.; 38:17; Ps 30:10; 88:7, 13), a pit from which one cannot reascend (cf. Jb. 7:9), a place in which it is impossible to praise God (cf. Is 38:18; Ps 6:6).

The New Testament sheds new light on the condition of the dead, proclaiming above all that Christ by his Resurrection conquered death and extended his liberating power to the kingdom of the dead.

Redemption nevertheless remains an offer of salvation which it is up to people to accept freely. This is why they will all be judged “by what they [have done]” (Rv 20:13). By using images, the New Testament presents the place destined for evildoers as a fiery furnace, where people will “weep and gnash their teeth” (Mt 13:42; cf. 25:30, 41), or like Gehenna with its “unquenchable fire” (Mk 9:43). All this is narrated in the parable of the rich man, which explains that hell is a place of eternal suffering, with no possibility of return, nor of the alleviation of pain (cf. Lk. 16:19-31).

The Book of Revelation also figuratively portrays in a “pool of fire” those who exclude themselves from the book of life, thus meeting with a “second death” (Rv. 20:13f.). Whoever continues to be closed to the Gospel is therefore preparing for ‘eternal destruction and exclusion from the presence of the Lord and from the glory of his might” (2 Thes 1:9).

3. The images of hell that Sacred Scripture presents to us must be correctly interpreted. They show the complete frustration and emptiness of life without God. Rather* than a place, hell indicates the state of those who freely and definitively separate themselves from God, the source of all life and joy. This is how the Catechism of the Catholic Church summarizes the truths of faith on this subject: “To die in mortal sin without repenting and accepting God’s merciful love means remaining separated from him for ever by our own free choice. This state of definitive self-exclusion from communion with God and the blessed is called ‘hell'” (n. 1033).

“Eternal damnation”, therefore, is not attributed to God’s initiative because in his merciful love he can only desire the salvation of the beings he created. In reality, it is the creature who closes himself to his love. Damnation consists precisely in definitive separation from God, freely chosen by the human person and confirmed with death that seals his choice for ever. God’s judgement ratifies this state.

We are saved from going to hell by Jesus who conquered Satan

4. Christian faith teaches that in taking the risk of saying “yes” or “no”, which marks the human creature’s freedom, some have already said no. They are the spiritual creatures that rebelled against God’s love and are called demons (cf. Fourth Lateran Council, DS 800-801). What happened to them is a warning to us: it is a continuous call to avoid the tragedy which leads to sin and to conform our life to that of Jesus who lived his life with a “yes” to God.

Eternal damnation remains a real possibility, but we are not granted, without special divine revelation, the knowledge of whether or which human beings are effectively involved in it. The thought of hell — and even less the improper use of biblical images — must not create anxiety or despair, but is a necessary and healthy reminder of freedom within the proclamation that the risen Jesus has conquered Satan, giving us the, Spirit of God who makes us cry “Abba, Father!” (Rm. 8:15; Gal. 4:6).

This prospect, rich in hope, prevails in Christian proclamation. It is effectively reflected in the liturgical tradition of the Church, as the words of the Roman Canon attest: “Father, accept this offering from your whole family … save us from final damnation, and count us among those you have chosen”.

To the English-speaking pilgrims and visitors, the Holy Father said.

I am pleased to greet the English-speaking pilgrims and visitors present at today’s audience, especially those from England, Scotland, Nigeria, Hong Kong and the United States of America. I wish you a pleasant visit to Christian Rome and I invoke upon you the grace and peace of our Lord Jesus Christ.

*[Note: The original Italian says, “(Più che) More than a place, hell indicates…” This suggests correctly that although hell is not essentially “a place,” rather the definitive loss of God, confinement is included. Thus, after the general resurrection the bodies of the damned, being bodies not spirits, must be in “some place,” in which they will receive the punishment of fire.]

Purgatory Is Necessary Purification

Before we enter into full communion with God, every trace of sin within us must be eliminated and every imperfection in our soul must be corrected

At the General Audience of Wednesday, 4 August 1999, following his catecheses on heaven and hell, the Holy Father reflected on Purgatory. He explained that physical integrity is necessary to enter into perfect communion with God therefore “the term purgatory does not indicate a place, but a condition of existence”, where Christ “removes … the remnants of imperfection”.

1. As we have seen in the previous two catecheses, on the basis of the definitive option for or against God, the human being finds he faces one of these alternatives: either to live with the Lord in eternal beatitude, or to remain far from his presence.

For those who find themselves in a condition of being open to God, but still imperfectly, the journey towards full beatitude requires a purification, which the faith of the Church illustrates in the doctrine of “Purgatory” (cf. Catechism of the Catholic Church, n. 1030-1032).

To share in divine life we must be totally purified

2. In Sacred Scripture, we can grasp certain elements that help us to understand the meaning of this doctrine, even if it is not formally described. They express the belief that we cannot approach God without undergoing some kind of purification.

According to Old Testament religious law, what is destined for God must be perfect. As a result, physical integrity is also specifically required for the realities which come into contact with God at the sacrificial level such as, for example, sacrificial animals (cf. Lv 22: 22) or at the institutional level, as in the case of priests or ministers of worship (cf. Lv 21: 17-23). Total dedication to the God of the Covenant, along the lines of the great teachings found in Deuteronomy (cf. 6: 5), and which must correspond to this physical integrity, is required of individuals and society as a whole (cf. 1 Kgs 8: 61). It is a matter of loving God with all one’s being, with purity of heart and the witness of deeds (cf. ibid., 10: 12f.)

The need for integrity obviously becomes necessary after death, for entering into perfect and complete communion with God. Those who do not possess this integrity must undergo purification. This is suggested by a text of St Paul. The Apostle speaks of the value of each person’s work which will be revealed on the day of judgement and says: “If the work which any man has built on the foundation [which is Christ] survives, he will receive a reward. If any man’s work is burned up, he will suffer loss, though he himself will be saved, but only as through fire” (1 Cor 3: 14-15).

3. At times, to reach a state of perfect integrity a person’s intercession or mediation is needed. For example, Moses obtains pardon for the people with a prayer in which he recalls the saving work done by God in the past, and prays for God’s fidelity to the oath made to his ancestors (cf. Ex 32: 30, 11-13). The figure of the Servant of the Lord, outlined in the Book of Isaiah, is also portrayed by his role of intercession and expiation for many; at the end of his suffering he “will see the light” and “will justify many”, bearing their iniquities (cf. Is 52: 13-53, 12, especially vv. 53: 11).

Psalm 51 can be considered, according to the perspective of the Old Testament, as a synthesis of the process of reintegration: the sinner confesses and recognizes his guilt (v. 3), asking insistently to be purified or “cleansed” (vv. 2, 9, 10, 17) so as to proclaim the divine praise (v. 15).

Purgatory is not a place but a condition of existence

4. In the New Testament Christ is presented as the intercessor who assumes the functions of high priest on the day of expiation (cf. Heb 5: 7; 7: 25). But in him the priesthood is presented in a new and definitive form. He enters the heavenly shrine once and for all, to intercede with God on our behalf (cf. Heb 9: 23-26, especially, v. 24). He is both priest and “victim of expiation” for the sins of the whole world (cf. 1 Jn 2: 2).

Jesus, as the great intercessor who atones for us, will fully reveal himself at the end of our life when he will express himself with the offer of mercy, but also with the inevitable judgement for those who refuse the Father’s love and forgiveness.

This offer of mercy does not exclude the duty to present ourselves to God, pure and whole, rich in that love which Paul calls a “[bond] of perfect harmony” (Col 3: 14).

5. In following the Gospel exhortation to be perfect like the heavenly Father (cf. Mt 5: 48) during our earthly life, we are called to grow in love, to be sound and flawless before God the Father “at the coming of our Lord Jesus with all his saints” (1 Thes 3: 12f.). Moreover, we are invited to “cleanse ourselves from every defilement of body and spirit” (2 Cor 7: 1; cf. 1 Jn 3: 3), because the encounter with God requires absolute purity.

Every trace of attachment to evil must be eliminated, every imperfection of the soul corrected. Purification must be complete, and indeed this is precisely what is meant by the Church’s teaching on purgatory. The term does not indicate a place, but a condition of existence. Those who, after death, exist in a state of purification, are already in the love of Christ who removes from them the remnants of imperfection (cf. Ecumenical Council of Florence, Decretum pro Graecis: DS 1304; Ecumenical Council of Trent, Decretum de iustificatione: DS 1580; Decretum de purgatorio: DS 1820).

It is necessary to explain that the state of purification is not a prolungation of the earthly condition, almost as if after death one were given another possibility to change one’s destiny. The Church’s teaching in this regard is unequivocal and was reaffirmed by the Second Vatican Council which teaches: “Since we know neither the day nor the hour, we should follow the advice of the Lord and watch constantly so that, when the single course of our earthly life is completed (cf. Heb 9: 27), we may merit to enter with him into the marriage feast and be numbered among the blessed, and not, like the wicked and slothful servants, be ordered to depart into the eternal fire, into the outer darkness where “men will weep and gnash their teeth’ (Mt 22: 13 and 25: 30)” (Lumen gentium, n. 48).

6. One last important aspect which the Church’s tradition has always pointed out should be reproposed today: the dimension of “communio”. Those, in fact, who find themselves in the state of purification are united both with the blessed who already enjoy the fullness of eternal life, and with us on this earth on our way towards the Father’s house (cf. CCC, n. 1032).

Just as in their earthly life believers are united in the one Mystical Body, so after death those who live in a state of purification experience the same ecclesial solidarity which works through prayer, prayers for suffrage and love for their other brothers and sisters in the faith. Purification is lived in the essential bond created between those who live in this world and those who enjoy eternal beatitude.

To the English-speaking pilgrims and visitors the Holy Father said:

I am pleased to greet the English-speaking visitors and pilgrims present at today’s Audience, especially those from England, Ireland, Indonesia, Hong Kong, Japan and the United States. Upon all of you I invoke the grace and peace of our Lord Jesus Christ. Happy summer holidays to you all!

Dan ini hanya sebagian kecil dari tulisan-tulisan yang pernah dibuatnya. Dalam salah satu tulisannya, yaitu Reconciliatio et Paenitentia, par.26, dituliskan:

…Nor can the church omit, without serious mutilation of her essential message, a constant catechesis on what the traditional Christian language calls the four last things of man: death, judgment (universal and particular), hell and heaven. In a culture which tends to imprison man in the earthly life at which he is more or less successful, the pastors of the church are asked to provide a catechesis which will reveal and illustrate with the certainties of faith what comes after the present life: beyond the mysterious gates of death, an eternity of joy in communion with God or the punishment of separation from him. Only in this eschatological vision can one realize the exact nature of sin and feel decisively moved to penance and reconciliation.

Kalau dikatakan bahwa Paus Yohanes Paulus II menyembah berhala, apakah buktinya? Bukankah diskusi akan lebih berkualitas kalau seseorang dapat memberikan argumentasi dari Alkitab tentang apakah Sakramen Ekaristi adalah penyembahan berhala? Kalau ada yang tertarik tentang topik ini, silakan bergabung dalam diskusi tentang hal ini di sini – silakan klik. Juga diskusi tentang patung-patung di dalam Gereja Katolik yang dianggap berhala dapat dilihat di diskusi ini – silakan klik, dan ini – silakan klik. Dalam diskusi ini dibahas dasar-dasar dari Alkitab dan juga dari tulisan-tulisan Bapa Gereja. Dan saya yakin diskusi di link tersebut lebih berbobot daripada berdiskusi tentang kesaksian pribadi seseorang yang tidak jelas kebenarannya.

d. Tentang para kudus. Diskusi tentang para kudus dapat dilihat di sini – silakan klik dan ini – klik ini.

Sola Scriptura vs kesaksian-kesaksian

Saya yakin tidak semua umat Kristen non-Katolik mau menggunakan kesaksian-kesaksian pribadi untuk memperkuat argumentasi mereka. Ada kemungkinan, orang-orang yang kurang dapat memberikan argumentasi secara Alkitabiah, mendalam dan terstruktur cenderung untuk menggunakan kesaksian-kesaksian seperti ini. Kalau memang Kitab Suci saja cukup untuk membuktikan dogma dan doktrin dari gereja-gereja Kristen, maka saya yakin tidaklah bijaksana untuk menggunakan kesaksian-kesaksian pribadi seperti ini untuk memojokkan iman Gereja Katolik. Apakah dengan demikian, maka Kitab Suci tidak dapat membuktikan kebenaran dogma dan doktrin dari gereja-gereja ini?

Kesimpulan

Sebagai umat Katolik, kita tidak perlu bimbang dengan kesaksian-kesaksian pribadi yang memojokkan iman Katolik, karena kesaksian-kesaksian tersebut belum tentu benar bahkan banyak sekali kesalahannya. Parameter kebenaran bagi umat Katolik sangatlah mudah, karena kita mempunyai Magisterium Gereja yang memberikan pengajaran yang pasti. Ini berarti, kalau kesaksian-kesaksian tersebut bertentangan dengan pengajaran Magisterium Gereja, maka kesaksian-kesaksian tersebut adalah salah dan menyesatkan.

Sebaliknya saya mengundang umat Kristen non-Katolik untuk berdiskusi dengan berfokus pada dogma dan doktrin. Kalau memang anda mempercayai Sola Scriptura, maka merujuklah pada Kitab Suci dan bukan pada kesaksian-kesaksian pribadi seperti ini, sehingga argumentasi yang diberikan lebih mempunyai dasar dan kriteria yang jelas. Mengedepankan kesaksian seperti ini justru memperlemah posisi anda, karena seolah-olah anda tidak lagi mempunyai argumentasi yang lain, dan memerlukan kesaksian-kesaksian pribadi yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya dan bersifat sangat subyektif. Dan saya yakin, bahwa umat Kristen non-Katolik juga mempunyai dasar yang jelas dan dapat mempertanggungjawabkan dari sumber yang jelas, yaitu Kitab Suci. Semoga usulan ini dapat diterima.

4.9 9 votes
Article Rating
19/12/2018
240 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
inrimartha
inrimartha
11 years ago

Kesaksian ANGELICA ZOMBRANO membuktikan bahwa Yesus benar2 Tuhan dan Juru selamat…Baiklah masing2 dari kita menjaga sikap, hati dan pikiran kita lebih dekat dengan Tuhan Yesus….Lihatlah betapa ngerinya neraka…lihatlah betapa indahnya sorga….bertobatlah karena tidak satupun manusia tidak berdosa….termasuk paus sekalipun….

[Dari Katolisitas: Gereja Katolik tidak pernah mengajarkan bahwa Paus tidak berdosa. Yang diajarkan adalah bahwa Paus sebagai penerus Rasul Petrus diberi kuasa mengajar dalam hal iman dan moral, dengan benar (tidak mungkin salah), atas dasar kuasa yang diberikan Kristus sendiri kepada para Rasul, secara khusus kepada Petrus, dan para penerus mereka (lih. Mat 16:19; 18:18, 28:19-20).]

Yosef ICA
Yosef ICA
11 years ago

“Orang, yang bersukacita karena karunia-karunia ini, tidak hanya menginginkan untuk mempercayainya lebih lagi, tetapi merasa berbeban untuk menggunakannya di luar waktu yang tepat.” (Mendaki Gunung Karmel, III, 31,2) “Saat iblis mengenali keterikatan mereka terhadap keajaiban-keajaiban ini, iblis membuka lahan yang luas, menyediakan bahan-bahan untuk usaha, dan iblis pun campur tangan secara luas.” (Mendaki Gunung Karmel, III, 31, 4) “Supaya dapat memiliki segalanya, jangan memiliki sesuatupun juga. Supaya dapat menjadi segala, jangan ingin menjadi apapun juga. Supaya dapat mengetahui segala sesuatu, jangan ingin mengetahui apapun juga. Bila engkau berpaling pada sesuatu, engkau berhenti mengarah kepada Yang Segala. Sebab supaya dapat pergi… Read more »

Amare
Amare
11 years ago

Berikut ini adalah perasaan yang saya alami selama menonton tayangan kesaksian sorga dan neraka di youtube.Badan saya merinding-Air mata menetes-Ketakutan yang besar melanda pikiran saya-Keyakinan saya dipertanyakan kembali (umm mungkin itu adalah ekspresi kerinduan akan Tuhan Yesus Kristus) Dalam hati, saya katakan “baiklah mari kita cari tahu kebenarannya” Tentu saja rujukan awal yang saya gunakan adalah alkitab/Injil Perjanjian Baru, dengan mengenal pribadi Yesus sebagai tokoh sentral dalam kesaksian tersebut. ===================== Siapakah Yesus Kristus? Yesus yang saya kenal adalah pribadi yang sempurna, (bukalah Injil dan carilah siapakah Yesus itu) Dia adalah Kasih, begitu besar kasihNya kepada para pendosa dengan rela Dia… Read more »

togi simanjuntak
togi simanjuntak
11 years ago

syalllom, Salam.sejahtera buat kita semua. sy sering membaca kesaksian2 palsu dari saudara2 kita yg mengaku bertobat setelah bertemu dengan Tuhan kita Yesus kristus, namun setelah di teliti lbh lanjut ternyata banyak sekali yang menipu dengan nama Tuhan kita Yesus Kristus. namun untuk kesaksian anggelina kali ini sy lihat beberapa pelajaran yg mampu menumbuhkan iman saya pribadi: 1. Hanya dngan percaya kepada Tuhan Yesus maka keselamatan ada ditangan kita. 2. tentang penyembahan berhala sy ambil suatu kesimpulan bhwbkn iman katolik yg lg digoyahkan namun lagi diperkuat. seperti yang dikatakan tentang doa salam bunda maria yg sy tahu ada yg berbunyi spt… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  togi simanjuntak
11 years ago

Shalom Togi Simanjuntak, Terima kasih atas komentar Anda. Sebenarnya, kalau kita mau jujur, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa sangat sulit untuk memeriksa kebenaran apakah penglihatan atau wahyu pribadi seseorang benar atau tidak. Dengan demikian, kita tidak dapat mendasarkan kebenaran yang kita pegang dari wahyu pribadi. Apalagi kalau ada banyak pengajaran dari Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja, yang juga bertentangan dengan wahyu pribadi tersebut. Bagi umat Katolik, sebenarnya kita tidak perlu bingung dengan wahyu pribadi, karena: iman kita tidak tergantung dari wahyu pribadi; kita mempunyai Magisterium Gereja yang dapat memberikan konfirmasi tentang otentisitas dari wahyu-wahyu pribadi. Berikut ini adalah… Read more »

Rina
Rina
11 years ago

Bolehkah saya bertanya mengenai api penyucian? Dari kesaksian beberapa visioner yang saya baca/lihat di internet (kristen) tidak satupun yang menceritakan adanya purgatorium yang bagi ajaran Gereja Katolik sangat diyakini. Saya berusaha mencarinya dalam artikel tentang kesaksian Maria Simma (yang diyakini sebagai pendoa bagi jiwa2 di purgatorium), tetapi sangat sedikit dalam bentuk bahasa Indonesia. Apakah ada artikel dalam bahasa Indonesia mengenai api penyucian, sehingga akan makin menguatkan iman dan menghapus keragu-raguan. Karena ada visioner Kristen yang berkata bahwa kalau ada purgatorium pasti Yesus akan menunjukkan kepada visioner tersebut. Terimakasih atas jawabannya, semoga semakin menguatkan iman kita semua. Tuhan memberkati. [dari katolisitas:… Read more »

Andreas Farozi Rusli
11 years ago

mungkin ini ngak terlalu nyambung, cuma terinspirasi saja untuk ungkapkan ini … saya katolik, tanpa sengaja membaca kesaksian Angelica … yg menulis bahwa Paus di neraka. Kata Yesus, yg empunya kerajaan surga (saya mengartikan juga yang bisa masuk ke surga) adalah anak-anak (saya mengartikan juga bisa bersikap seperti anak) polos, percaya, kagum, gampang memaafkan, selalu ceria dll … coba deh perhatikan orang2 tua kembali seperti anak2 (saya mengartikan karena mau masuk surga) mungkin kita harus lebih jeli mempelajari sifat anak2 yg katanya empunya Surga … salam. [Dari Katolisitas: Sifat anak-anak yang paling menonjol adalah kerendahan hati, dan kesediaan untuk terus… Read more »

Tifani
Tifani
11 years ago

Syalom tim Katolisitas..

Belakangan ini ramai sekali diperbincangkan ttg penglihatan seorang anak beragama kristen non katolik akan Yesus dan surga neraka. Akan tetapi, dia mengatakan bahwa Maria menangis krn melihat umat katolik di seluruh dunia menyembahnya dan ingin agar umat katolik bertobat. Bagaimana menurut pandangan bp. Stef atau ibu Ingrid?

Satu lagi, apakah doa Bapa Kami dan Salam Maria itu fungsinya setara ketika didoakan bersama2 menggunakan rosario? Yang mana kita tau bhw Yesus dan Maria kedudukannya tdk sama bagi umat katoik.

Sekian, terimakasih
Tuhan memberkati

Ingrid Listiati
Reply to  Tifani
11 years ago

Shalom Tifani, Anda menanyakan apa yang persis sudah dibahas di artikel di atas. Mohon membaca kembali tanggapan kami. Di sana dibahas tentang klaim Angelica Zambrano, yang mengatakan seperti yang Anda tuliskan. Kita tidak perlu percaya kepada apa yang disampaikannya, karena terdapat banyak kekeliruan dalam apa yang disampaikannya, sehingga kita mengetahui bahwa yang disampaikannya itu bukan berasal dari Tuhan. Apa yang dianggap Angelica sebagai ajaran Gereja Katolik juga bukan ajaran Gereja Katolik (jadi ada kekeliruan di sini), sehingga tidak ada yang menjamin bahwa hala-hal lain yang disampaikannya adalah suatu kebenaran. Tentang definisi doa, Katekismus Gereja Katolik (lih. KGK 2558-2559), mengutip St.… Read more »

kurniawan
kurniawan
11 years ago

Saya ingin bertanya, tadi dikatakan jangan langsung percaya terhadap kesaksian angelica yang bersifat wahyu pribadi.. Sedangkan dari artikel di atas ada penetapan dogma yang disebutkan sebagai berikut Tentang Api Penyucian: St. Faustina dalam buku hariannya mengatakan “…I saw my Guardian Angel, who ordered me to follow him. In a moment I was in a misty place full of fire in which there was a great crowd of suffering souls. They were praying fervently, but to no avail, for themselves; only we can come to their aid. The flames, which were burning them, did not touch me at all. My Guardian… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  kurniawan
11 years ago

Shalom Kurniawan, Terima kasih atas komentarnya. Sebenarnya kalau Anda membaca argumentasi dalam tanya jawab di atas secara lebih seksama, maka Anda dapat melihat bahwa iman Katolik tidaklah tergantung dari wahyu pribadi. Bahkan Gereja mengajarkan bahwa wahyu pribadi tidaklah mengikat umat beriman. Tanpa adanya wahyu-wahyu pribadi dari santa-santo, umat Katolik tetap mempercayai doktrin dan dogma yang ditetapkan oleh Magisterium Gereja yang sesuai dengan pengajaran dari Kitab Suci dan Tradisi Suci. Saya menggunakan beberapa penglihatan dari santa-santo untuk memberikan sisi yang lain, bahwa dalam Gereja Katolik, penglihatan dan wahyu pribadi seperti Angelica juga ada, dan banyak sekali. Kalau dari wahyu-wahyu pribadi antara… Read more »

egi sae
egi sae
Reply to  kurniawan
11 years ago

maksudnya sih gampang, bandingkan aja kehidupan pribadi kesehariannya antar penerima wahyu yg satu dgn yg lainnya,…. mana yg lebih dekat dgn Tuhan?

Ioannes
Ioannes
Reply to  egi sae
11 years ago

Salam, Saya setuju dengan Egi Sae, bahwa buah Roh dalam hidup penerima wahyu adalah salah satu parameter yang dapat digunakan untuk membedakan wahyu mana yang otentik atau tidak. Namun, kehidupan pribadi penerima wahyu bukanlah satu-satunya parameter pengukur. Malah, bukan parameter paling utama. Banyak ditemui penerima wahyu pribadi yang isi wahyunya bertentangan dengan ajaran Gereja tapi memiliki kehidupan doa yang kuat, dapat menyalurkan mukjizat, dan berperilaku baik. Menurut saya, kerendahan hati untuk taat pada apa yang diajarkan oleh Gereja adalah parameter paling kuat. Gereja memperoleh kuasa mengajar dan rahmat untuk tidak dapat sesat dari Yesus sendiri sehingga kita dapat menaruh kepercayaan… Read more »

Bonifasius
Bonifasius
11 years ago

Shalom, Semua Yang baca Terus terang di Katolik , kesaksian yang banyak saya dengar adalah mengenai pembangunan iman, pembangunan diri, pelayanan pada Tuhan, mujizat2. Tapi kalo di tempat tetangga (agama Luar), kebanyakan adalah perang kesaksian mantan katolik, mantan muslim, mantan buddha, mantan biksu, mantan hindu ,mantan suhu, mantan orgil,mantan dukun, mantan tukang pelet, mantan tukang gua mia … mantan a b c d, pokoknya kesaksian mantan-mantan, Pusing dengernya Kayak Agama itu di tentukan oleh kesaksian2 yang belum tentu benarnya [Dari Katolisitas: Sesungguhnya pesan utama dari kesaksian iman adalah agar bagaimana Tuhan menyatakan kasih-Nya kepada manusia. Maka seharusnya yang utama adalah… Read more »

Aris_Junaedy
Aris_Junaedy
11 years ago

Pak Stef Yth,

Dengan banyaknya kesaksian-kesaksian yang memojokkan Gereja Katolik memang sangat meresahkan umat apalagi kalau secara iman kurang kuat. Saya pun baru-baru ini dikirimi kesaksian-kesaksian seperti itu.

Dalam pikiran saya lalu muncul sebuah dugaan atau apalah namanya…bahwa kesaksian-kesaksian itu adalah merupakan salah satu strategi bagi orang-orang non katolik untuk menjatuhkan iman Gereja Katolik karena mereka sudah tidak lagi mampu membuat sebuah dogma maupun doktri yang dapat menandingi dogma dan doktrin gereja Katolik? Maka kemudian dibuatlah kesaksian-kesaksian seperti itu. bagaimana pendapat pak Stef? terima kasih dan GBU

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Aris_Junaedy
11 years ago

Shalom Aris, Memang belakangan ini cukup banyak kesaksian-kesaksian yang memojokkan Gereja Katolik. Dan sungguh amat disayangkan bahwa ada sebagian umat Katolik yang bisa terpengaruh oleh kesaksian-kesaksian seperti ini, yang sungguh sangat sulit dibuktikan kebenarannya. Hal ini disebabkan karena dasar iman yang kurang kuat dari sebagian umat Katolik. Menjadi tantangan bagi kita bagaimana agar iman dari umat Katolik menjadi semakin kokok. Menurut saya, kita tidak perlu berspekulasi apakah kesaksian-kesaksian tersebut adalah sebuah rekayasa atau memang yang memberikan kesaksian sungguh mengalaminya, karena sebenarnya tidak berpengaruh apa-apa terhadap iman Katolik kita. Yang lebih penting adalah memperbaiki dari dalam Gereja Katolik sendiri, yaitu dengan… Read more »

blijojo817
Reply to  Stefanus Tay
10 years ago

kita semua anak -anak Tuhan pasti tau Kebenarannya,tdk perlu jauh-jauh cari bukti nyata Kebenaran kesaksian2 wahyu itu berasal dari Tuhan atau bukan,tinggal baca saja alkitab/Firman Tuhan dari Kejadian sampai Wahyu,baca dan pahami sampai habis…maka kita pasti menemukan Allah itu memang Penuh kasih dan Pemurah karena Allah adalah simbol dari Kasih itu sendiri…tapi kita juga harus ingat Allah yg adalah Tuhan yg Kudus,suci,hidup dalam Kebenaran.kata benar adalah tdk ada kebohongan,plin-plan,suam kuku,lidah dolak-dalik,dusta,tdk ada yg tersembunyi dikolong langit semesta ini apapun bagi Allah…oleh karena itu Allah juga adalah Allah yg tegas terhadap ketetapan dan hukumNya,siapa yg melanggar dan tetap berkomitmen dengan dosa… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  blijojo817
10 years ago

Shalom Blijojo, Pertama-tama, saya minta maaf karena baru sempat menjawab tanggapan Anda, karena begitu banyak kegiatan yang beruntun waktunya. Semua komentar di katolisitas memang melalui moderasi terlebih dahulu, baru kemudian setelah disetujui akan muncul secara publik. Ini adalah kebijaksanaan yang kami buat sejak situs katolisitas ini berdiri. Setiap situs mempunyai kebijaksanaan masing-masing, namun inilah kebijaksanaan yang kami ambil. Semoga dapat dimaklumi. Untuk mencari kebenaran, memang salah satunya kita dapat membaca Kitab Suci, karena Kitab Suci memang baik untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, dan mendidik orang dalam kebenaran (2Tim 3:16). Namun di satu sisi, Kitab Suci yang sama juga mengajarkan… Read more »

blijojo
blijojo
Reply to  blijojo817
10 years ago

maaf jika ada kata-kata saya yg tdk berkenan dan blak-blakan,saya hanya merasa turut prihatin saja melihat semua keadaan ini,bukan hanya berkait pemberitaan paus masuk neraka,tapi juga pada semua jiwa2 manusia …menurut saya angelica zambrano hanya menyampaikan suara hati Tuhan,penyampai pesan Tuhan dan tdk ada yg salah dgn itu karena Tuhan Yesus sangat mengasihi manusia dan Tuhan tdk ingin seorangpun berjalan menuju kebinasaan.sangat tdk mudah lho menyampaikan hal yg mengejutkan itu,saya rasa angelica juga kaget,takut dan shock sekali tapi karena Tuhan menyertainya dan itu perintahNya maka dia kuatkan dirinya dan menenangkan dirinya.pikirkanlah jikalau kita diposisinya kita juga tdk dapat berbuat banyak… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  blijojo
10 years ago

Shalom Blijojo, Yang menjadi masalah di dalam diskusi ini adalah sedari awal Anda telah menganggap bahwa kesaksian dari Angelica dapat menjadi dasar kebenaran iman. Kesaksian pribadi seperti ini sesungguhnya tidak dapat menjadi dasar iman. Kalau kita mau berdiskusi tentang pokok-pokok iman, maka seharusnya berdasarkan sesuatu yang jelas, seperti Kitab Suci, dan bukan berdasarkan kesaksian pribadi yang sulit dibuktikan kebenarannya. Dengan menelan kesaksian pribadi dari Angelica secara mentah-mentah, maka sesungguhnya Anda dapat mempunyai pandangan yang justru dapat bertentangan dengan Kitab Suci sendiri. Jadi, seperti yang Anda sarankan, mari kita jangan menduakan Dia dengan mengedepankan kesaksian-kesaksian pribadi seperti ini. Salam kasih dalam… Read more »

yusup sumarno
yusup sumarno
Reply to  Stefanus Tay
10 years ago

Pak Stef, Baru saja saya membaa berita di kompas.com pernyataan Paus Fransiskus , “Saya percaya Tuhan, tapi bukan Tuhan Katolik. Tuhan adalah Tuhan universal, kita Katolik krena cara kita memujaNya”. Menurut saya isi dr pernyataan itu tdak ada yg salah, namun sangat disayangkan itu dinyatakan oleh seorang Paus yg adalah wakil Kristus, krn Gereja Katolik adalah Gereja yg Ia dirikan. Menurut saya Paus ini terlalu moderat, sehingga bisa memperkuat arus relativisme. Mohon tanggapan. Trm ksih [Dari Katolisitas: Paus tidak pernah berkata demikian. Berita itu adalah berita bohong (hoax), yang sumbernya ditulis dalam suatu blog karangan Erik Thorson, namanya, Diversity Chronicle.… Read more »

Herry Purwanto
Herry Purwanto
11 years ago

Saya bangga bahwa pengasuh katolisitas dapat memberikan tanggapan dan saran bagaimana menyikapi adanya kesaksian-kesaksian dengan cara rendah hati tanpa mengerdilkan sumber kesaksian. Sebagai orang yang mengaku katolik, saya sungguh-sungguh berterima kasih pada Pak Stef dan Bu Inggrid, pencerahan anda terbukti menumbuhkan iman katolik saya yang selama belum mengenal katolisitas, saya merasa kering. Untuk para sumber kesaksian, silakan saja teruskan bersaksi,dan jika merasa perlu imani saja apa yang menjadi iman anda karena toh resiko anda sendiri yang akan menanggungnya. Untuk orang-orang katolik yang terguncang hanya karena membaca kesaksian-kesaksian ini, berdoalah saja mohon petunjuk Roh Kudus yang pasti takkan pernah salah dalam… Read more »

Herry Purwanto
Herry Purwanto
Reply to  Herry Purwanto
11 years ago

setujuuu, tks.

michael
michael
11 years ago

Salam Dalam Kasih Kristus

Trima kasi pak Stef yg tlah mnjawab dn mnanggapi bbrp ptanyaan yg sy kemukakan serta memberi pencerahan buat saya..

Pak stef klo boleh bertanya lg,sy mau bertanya
1.Apakah hukum Gereja jg m’atur “tentang utang piutang”?adakah dasar Alkitabiah nya

Berkah Dalem

[Dari Katolisitas: Silakan membaca terlebih dahulu artikel ini, silakan klik]

anton
anton
Reply to  michael
11 years ago

buat Katolisitas, kenyataanya memang harus kita akui, masih banyak saudara2 kita umat Katolik masih sangat kurang mendalam dalam iman kita sendiri, sehingga mendapat ujian seperti kesaksian2 pribadi, atau pergumulan hidup, imannya gampang goyah terlebih menghadapi keadaan zaman seperti skrg ini. Saran saya agar katolisitas lebih banyak komunikasi dengan para umat Katolik, dalam hal ini masalah2 yang dihadapi masing2 pribadi, agar lewat blog ini iman bisa tumbuh, dan lebih berkembang, dan yg terpenting adalah mewartakan Firman Allah, trimakasih. Salam dalam namaNYA yg Kudus.

yusup sumarno
yusup sumarno
11 years ago

bagi saya, prinsip yang utama hanya satu,
Roh Kudus adalah Roh pemersatu (tidak pernah memecah belah).
jadi jika kesaksian itu sifatnya memecah belah umat (dengan menyebutkan ini masuk neraka dsb, si itu berbuat begini begitu), maka bagi saya jelas bahwa itu bukan dari Roh Kudus. Dan krn Roh Kudus adalah salah satu pribadi dari Allah, maka kesaksian itu bukan dari Allah Bapa dan juga bukan dari Yesus (Allah Putra).

Jadi, silahkan disimpulkan sendiri kesaksian itu berasal dari siapa?

blijojo
blijojo
Reply to  yusup sumarno
10 years ago

kepada Yusuf sumarno,Roh Kudus adalah Roh Allah itu sendiri yang berbicara kepada manusia melalui hati nurani manusia,seperti saat kita hendak melakukan hal yg jahat maka Roh kudus mengingatkan agar kita jangan melakukan itu karena hal itu Dosa…makanya saat kita melakukan hal yg tdk baik maka kita akan kehilangan sukacita dan damai sejahtera sampai kita melakukan pemberesan atas masalah kita.dan kalau kita intim dan peka mendengar suara Roh Kudus atau roh Allah …setiap Allah berbicara kebenaran melalui nurani kita dan kita melakukan apa yg dikehendaki Allah dan yg berkenan bagi Allah maka disitulah di mulai adanya hubungan keintiman kita dengan Allah.saat… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  blijojo
10 years ago

Shalom Blijojo, Satu hal yang ingin saya komentari adalah tidak ada yang salah dengan Roh Kudus, karena Roh Kudus adalah Allah sendiri. Yang sering salah adalah diri kita. Kita sering mengatakan untuk mendengarkan hati nurani. Memang Allah dapat berbicara melalui hati nurani kita. Namun, hati nurani bukanlah Allah, sehingga hati nurani kita dapat salah, karena sering tercampur dengan kepentingan pribadi. Sebagai contoh, silakan bertanya kepada hati nurani Anda sendiri, apakah memakai kontrasepsi berdosa atau tidak? Kalau jawabannya tidak berdosa, bagaimana dengan jawaban dari orang lain yang mengatakan bahwa itu adalah berdosa? Hati nurani siapa yang benar? Tidak mungkin keduanya benar,… Read more »

yusup sumarno
yusup sumarno
11 years ago

Beato John Paul II masuk neraka? Bagi saya ini adalah berita yang paling “lucu”. Bagaimana mungkin seorang yang mengampuni penembaknya bisa masuk neraka? Bagaimana mungkin seorang yang meruntuhkan komunisme bisa masuk neraka? Bagaimana mungkin seorang yang karenanya / perantaraannya banyak mujizat terjadi, bisa masuk neraka? Bagaimana mungkin seorang yang pada saat wafatnya menarik para pelayat yang jumlahnya terbanyak sepanjang sejarah dapat masuk neraka? Saya tidak tau angelica zambrano itu masih hidup atau sudah mati? kalau ia masih hidup, apakah kesaksian hidupnya lebih baik dari kesaksian hidup Beato JP II? kalau dia sudah mati, apakah pelayatnya lebih banyak dari pelayat JP… Read more »

michael
michael
11 years ago

Salam dalam Damai Kristus Salam Katolisitas, Sudah lama saya baca artikel ini dn sempat saya save d memo pad saya,dan sering jg sy mdapat broadcast dr bbrp tmn yg isi nya hampir sm dng kesaksian kosong Angelica Zombrano,namun hati sy kembali terusik ketika bbrp hari lalu ada slh seorang tmn sy yg dlu katolik kmudian mnyebrang ke protestan memberi sy link yg isi nya kesaksian seorang biksu budha d myanmar yg m’alami mati suri dan d bw oleh raja neraka untuk melihat” neraka dn akir nya dia memeluk kristen. Namun ada bbrp hal d “kesaksian” tsb yg sgt mbuat sy… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  michael
11 years ago

Shalom Michael, Menurut saya, iman kita bukanlah berdasarkan penglihatan atau wahyu pribadi seseorang, baik dari agama Kristen Katolik, Kristen non-Katolik maupun non-Kristen. Semua orang dapat memberikan kesaksian yang berbeda-beda. Yang menjadi dasar iman kita adalah kebenaran yang diwahyukan oleh Tuhan sendiri. Silakan membaca link yang memaparkan kebenaran ini. Tulisan ini adalah suatu rangkaian tulisan untuk membuktikan tiga pilar kebenaran: 1) Kebenaran akan Tuhan, 2) Kebenaran akan Yesus sebagai Tuhan, yang telah dinubuatkan para nabi untuk menjadi manusia, dan tertulis dalam sejarah, 3) dan Kebenaran akan Gereja Katolik sebagai sakramen keselamatan. Filosofi digunakan untuk membantu menerangkan misteri iman, sehingga misteri iman… Read more »

andreas farozi
Reply to  michael
11 years ago

salam, mau sedikit nimbrung saya menyakini sampai saat ini iman itu karunia, saya menjadi pengikut Yesus yah karunia juga, kita memang punya tugas menyebarkan ajaran Yesus kesegala makluk, tapi rasanya bukan dgn pemaksaan, over acting (bahasa gaul lebay) dll … karena malah mungkin kontra produktif … jgnkan menanam bibit yg ada jadi musuhan dan jatuh dalam dosa, kita harus berusaha menjadi lebih intim dgn Yesus supaya kita lebih tahu kehendaknya disetiap langkah hidup kita, dan makin benar melangkah dalam bimbinganya … tx Andreas [Dari Katolisitas: Ya, iman adalah karunia Allah, yang ditanggapi dengan positif oleh orang yang menerimanya. Maka menyebarkan… Read more »

frans
11 years ago

Pro katolisitas, salam damai. selaki lagi dari membaca diskusi saya kurang lebih dapat mengenali cara berpikir saudara seiman non katolik yang menggunakan “hukum pokoke” menurut orang Jawa timur. Persoalan yang mereka kemukanan itu persoalan klasik artinya sudah lama sekali dikembangkan dan persoalan-persoalan itulah yang dipergunakan oleh mereka untuk mempengaruhi umat katolik agar meninggalkan imannya. Oleh sebab itu untuk menyelamatkan iman umat saya sangat berterimakasih pada katolisitas yang dapat memberikan pencerahan yang tidak selalu dapat kami peroleh di paroki. Oleh sebab itu kalo baleh saya menyarankan web ini dapat dimayarakatkan kepada paroki-paroki. Satu langkah yang sudah saya lakukan adalah mengenalkan web… Read more »

Bravolima
Bravolima
Reply to  frans
11 years ago

Pak Frans, saya tidak tahu apakah anda seorang awam Katolik atau seorang biarawan, tetapi saya ingin mengajak Pak Frans untuk berpikir hal yang mudah saja dalam menanggapi Kasus Martin Luther dan ajaranya Tanyakan kepada orang yang mengakui ” YESUS ITU TUHAN ” Tanyakan padanya apa dia yakin bahwa ajaran TUHAN YESUS tertera dalam Alkitab, dan Alkitab itu buku yang tidak ada salah ! Kalau YESUS sebagai TUHAN, apakah ajaran NYA ada yang salah ?!! Percayakah dia bahwa Yesus bersabda dalam Alkitab ” Petrus, diatas bukit batu ini akan ku dirikan gereja KU ” artinya YESUS sudah mendirikan Gerejanya, dan ketika… Read more »

Edith
Edith
11 years ago

Shalom semua, Saya adalah salah seorang umat katolik. Saya sama sekali tidak merasa tergoncang membaca kesaksian peribadi di atas. Kerna walaupun sepanjang dalam hidup saya sbg kristen katolik tidak pernah melihat atau punya karunia melihat Yesus maupun Maria, saya tetap percaya akan ajaran dan tuntunan kristen katolik. Dengan hanya berjalan dan mendalami kehidupan kristen katolik ini (hadir misa, mengaku dosa, berdoa rosario, dll..) saja saya bisa mengalami berkat dan kasih Yesus dan Maria (sbg pengantara doaku pd Yesus). Itulah yg saya lalui sbg kristen katolik. Sederhana tapi indah kerna Yesus hadir melalui Maria, para malaikat, paderi, anggota gereja, umatNya dan… Read more »

anton
anton
11 years ago

sy manusia paling berdosa di muka bumi ini, tapi satu yg kutau Yesus maha Kasih, tdk seperti dalam kesaksian itu Yesus sangat kejam. Jika dengan perbuatan kita bisa selamat, siapakah manusia di muka bumi ini yg tidak berdosa? Bukankah Yesus datang karena dosa2 kita semua? Jika kesaksian itu benar, apakah bedanya orang yang tidak percaya pada Yesus? Jika berdasarkan perbuatannya ia dihakimi, tanpa memperhitungkan imannya pada YESUS. Sedangkan hakekat utama Yesus turun ke bumi adalah agar orang percaya kepadaNYA. Percaya pada Yesus adalah karunia Allah, bukan kehendak manusia. Bukankah orang yang percaya dalam namaNYA, adalah milikNya. Menjadi percaya, masuk surga… Read more »

Agatha
Agatha
Reply to  anton
11 years ago

Alangkah sayangnya seorang yang sudah tau bahwa Yesus maha Kasih, tapi tidak mau meraih kasih itu, dan tetap menempatkan dirinya sendiri sebagai manusia paling berdosa. Ya, Yesus datang untuk orang berdosa, untuk menyelamatkan mereka. Sebagai orang yang sudah tau bahwa Yesus datang untuk orang berdosa, mengapa tidak menyambutNya, dengan memperbaiki diri, dengan menjauhkan diri dari dosa, dan dengan memohon pengampunannya (melalui sakramen tobat) atas dosa dosa yang telah dilakukan? Apa guna, Saudara-saudaraku, jika seseorang mengatakan bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan… Read more »

anton
anton
Reply to  Agatha
11 years ago

trimakasih atas doanya,salam

anton
anton
Reply to  anton
11 years ago

saya bersamamu saudara!!!kesaksian itu menurut kacamata imanku adalah palsu.

Dela
Dela
11 years ago

Salam Katolisitas. Saya menemukan sebuah situs Protestan yang berisi kesaksian dari seorang mantan penyihir yang bertobat. Dalam kesaksiannya dia menyatakan bahwa Katolik adalh Gereja Sesat dan bahwa Katolik telah tertipu oleh Iblis dan pengikutnya sebab ketika mereka berdoa kepada Maria sesungguhnya mereka berdoa kepada Iblis. Saya sertakan alamat situs tsb: [dari katolisitas: nama situs dihapus] Demikian yang ditulis oleh situs tsb: SUSUNAN KERAJAAN IBLIS / SETAN / JIN ( kesaksian mantan murid Lucifer ) Susunan Kekuasaan / Hierarki Kerajaan Iblis : Lucifer sendiri, Majikan Tertinggi dari segala Kejahatan. Rosa, yang disebut Naga, mereka yang berdoa rosario secara langsung berkomunikasi dengannya.… Read more »

ilovejesus89
ilovejesus89
Reply to  Dela
11 years ago

saya juga ada membaca buku itu…KESAKSIAN MUKENDI….saya katolik tapi 100 percent saya mempercayai kesaksian ANGELICA ZOMBRANO….cuba fikir kenapa kita mesti berdoa melalui santo-santo dan bonda maria untuk sampai kepada Yesus??? sedangkan kita boleh berdoa secara langsung kepada Yesus…..cukuplah semua penipuan itu…..Yesus sudah menyatakan kebenaran terpulang kepada anda semua mahu percaya atau tidak…. [dari katolisitas: Diskusi tentang topik peran para kudus telah dibahas secara panjang lebar di beberapa diskusi ini – silakan klik (diskusi dengan Anton), diskusi dengan Esther dapat dilihat di sini – silakan klik dan diskusi dengan Machmud dapat dilihat di sini – silakan klik. Silakan membaca beberapa diskusi tersebut. Dan jika masih ada… Read more »

Edwin ST
Edwin ST
Reply to  ilovejesus89
11 years ago

Syalom,
Saya heran dengan orang – orang yang menyatakan diri Katolik tetapi tidak paham dengan ajaran Katolik. Sama saja bilang saya lelaki tetap tidak mengerti bagaimana lelaki harus bersikap. Kenali dulu Gereja Katolik itu seperti apa, kalau sudah sepaham baru silahkan nyatakan diri Katolik. Kalau tidak sepaham tidak ada bedanya dengan kaum kristen yang suka protes.
Orang – orang Katolik macam ini yang gampang terhasut dan menjadi duri dalam daging.

Edwin ST


[dari katolisitas: Kita anggap orang tersebut ingin mencari kebenaran. Menjadi kontra produktif kalau untuk mencari kebenaran melalui kebohongan.]

anton
anton
Reply to  ilovejesus89
11 years ago

katolitas …..nyantai aja bro…gak mungkin seorang katolik sejati berkata begitu,sy yakin dia diluar kita,cuman ngakunya saja seorang katolik..

[dari katolisitas: Kita tidak tahu apakah orang tersebut berbohong atau tidak. Namun, kita ambil positifnya saja, bahwa seseorang ingin mencari kebenaran.]

Agung
Agung
Reply to  ilovejesus89
11 years ago

Setahu saya tidak ada yang mengharuskan kita berdoa melalui santo-santa dan Bunda Maria dan melarang kita berdoa langsung kepada Yesus. Gereja Katolik pun tidak.

GK hanya mengatakan bahwa santo-santa dan Bunda Maria dapat membantu kita lebih mengenal Yesus sama seperti para orang tua dan guru agama membantu anak-anak dan murid-muridnya lebih mengenal Yesus.

Apakah kita harus meminta bantuan mereka? Tidak. Tapi tentu saja ada keuntungan yang tidak kita dapatkan.

andreas farozi
Reply to  Agung
11 years ago

nimbrung ah

yg penting doanya kepada Yesus, kalau kadang saya inget dan titip doa ke santo/santa kalau boleh dianalogikan saya juga minta titip doa ke ortu, pastor, pendeta, imam dkk … ” Ma atau Pa bantu doain saya yah!” (untuk suatu hal) yah cuma segitu aje … tanpa maksud gantiin Yesus dgn santo/santa atau ortu kita, sama …

salam andreas

george konduyow
george konduyow
Reply to  ilovejesus89
11 years ago

Shalom.. Yakobus 4:12 Hanya ada satu Pembuat hukum dan Hakim, yaitu Dia yang berkuasa menyelamatkan dan membinasakan. Tetapi siapakah engkau, sehingga engkau mau menghakimi sesamamu manusia? Keraguan: Kesaksian ANGELICA ZOMBRANO sudah berbau penghakiman (kata putus itu bukan haknya). Apakah takhta pengadilan Yesus sudah diserahkan pada ANGELICA ZOMBRANO? Angelica masih remaja, belum jelas apa di hadapannya kelak. Apakah mungkin dia nanti bakal menjadi dukun peramal? Kita tidak tahu… tanda-tanda awal adalah dia bakal menjadi pengasas ‘satu lagi gereja baru’. dan pasti bukunya akan jadi ‘bestsellers’ dan akan bercangkah pendapat lagi dengan gereja asalnya. George Konduyow Malaysia [dari katolisitas: Kita tidak tahu… Read more »

robert
robert
11 years ago

saudara…saya kira apa yg anda lakukan dgn membantah kebenaran kesaksian ini adalah hal yg sangat manusiawi…dimana kebanyakan kita manusia tdk mau disalahkan,apalagi menyangkut org2 yg sangat kita hormati,seperti paus…saya sangat mengerti itu sobat…saya sudah membaca kesaksian2 org2 yg dibawa kesurga dan neraka.. …saya kristen dan saya selama ini tdk pernah mempermasalahkan denominasi gereja,baik katolik maupun protestan,krn bagi saya iman kita sama yaitu mengacu kepada injil dan mengimani yesuslah satu2nya juruselamat kita/manusia…jika anda membaca sejarah mengapa sampai muncul protestan,maka anda akan bisa mengerti bahwa gerejapun masih bisa melakukan kekeliruan,karena biar bgmpun para paus dan imam2 adalah juga manusia yg sama dgn… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  robert
11 years ago

Shalom Robert, Terima kasih atas komentar Anda. Menurut saya, komentar yang Anda berikan adalah mempunyai standar ganda. Tentang munculnya Protestanisme, saya tidak tahu referensi apa yang Anda gunakan untuk menilai kejadian tersebut. Kalau Anda mau berdiskusi tentang Martin Luther dan ekskomunikasi, silakan melihat ini – silakan klik dan tentang indulgensi – silakan klik, klik ini. Jadi, sebelum Anda mengambil kesimpulan terhadap pandangan Anda tentang kesalahan Gereja Katolik dan menganggap bahwa pandangan Anda adalah benar, mungkin ada baiknya kalau Anda dapat menimbang kembali dan kemudian menggali fakta-fakta dari dua sisi. Kemudian pandangan Anda tentang kesaksian Angelica dan yang lain, Anda seolah-olah… Read more »

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
240
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x