Mengapa guncang mendengar wahyu-wahyu pribadi yang memojokkan Gereja Katolik?

Dewasa ini ada kesaksian-kesaksian atau wahyu pribadi yang memojokkan Gereja Katolik, seperti kesaksian Angelica Zambrano berjudul “Persiapkan dirimu untuk bertemu dengan Allah!” dan juga dari Barbara Fernandez dengan judul “5 hari di Sorga neraka“. Anda dapat melihat begitu banyak kesaksian dari orang-orang yang dibawa ke Sorga dan neraka, baik dari kesaksian-kesaksian yang bersifat religius, termasuk Kristen dan bahkan anda dapat menemukan situs-situs yang memuat pengalaman tentang kematian yang kemudian kembali lagi (near death experience). Anda dapat mencari situs-situs tersebut dengan kata kunci near death experience. Sebagai umat Katolik, kita tidak perlu goyah dengan kesaksian-kesaksian yang memojokkan iman Katolik, karena iman Katolik dapat dipertanggungjawabkan, baik dari Kitab Suci, Tradisi Suci, yang diperkuat oleh Magisterium Gereja. Mari kita membahas kesaksian-kesaksian tersebut.

Contoh kesaksian-kesaksian yang memojokkan Gereja Katolik:

Berikut ini adalah kutipan dari beberapa kesaksian yang memojokkan Gereja Katolik:

1. Dari “Persiapkanlah dirimu untuk bertemu dengan Allah” oleh Angelica Zambrano:

Sebelumnya, aku biasanya hidup sebagai seorang gadis muda Kristen yang berpikiran ganda. Dulu aku berpikir bahwa setiap orang yang mati akan pergi ke Surga, bahwa mereka yang merayakan misa, juga akan masuk surga, tapi aku salah. Ketika Paus Yohanes Paulus II meninggal, teman-teman dan kerabat akan memberitahuku bahwa ia telah pergi ke surga. Semua berita di TV, pada Extra dan banyak tempat lainnya akan berkata, “Paus Yohanes Paulus II telah meninggal, semoga ia beristirahat dalam damai. Ia sekarang bersukacita dengan Tuhan dan malaikat di surga” dan aku percaya semua itu. Tapi aku hanya menipu diriku sendiri, karena aku melihat dia di neraka, yang tersiksa oleh api. Aku menatap wajahnya, itu adalah Yohanes Paulus II (John Paul II)!! Tuhan berkata padaku, “Lihat, Putri, pria yang engkau lihat itu di sana, adalah Paus Yohanes Paulus II. Ia ada di sini di tempat ini; ia sedang tersiksa karena ia tidak bertobat.”

Tapi aku bertanya, “Tuhan, mengapa ia ada di sini? Ia biasa berkhotbah di gereja.” Yesus menjawab, ” Putri, tidak ada pezinah, tidak ada penyembah berhala, tidak ada orang yang serakah dan tidak ada pendusta yg akan mewarisi Kerajaan-Ku.” (Efesus 5:5) Aku menjawab, “Ya, aku tahu itu benar, tapi aku ingin tahu mengapa ia ada di sini, karena ia biasa berkhotbah kepada banyak orang!” Dan Yesus menjawab, “Ya, Putri, ia mungkin telah mengatakan banyak hal, tetapi ia tidak pernah berbicara kebenaran seperti yg ada. Ia tidak pernah mengatakan kebenaran dan mereka tahu kebenaran dan meskipun ia tahu kebenaran, ia lebih menyukai uang daripada berkhotbah tentang keselamatan. Ia tidak akan menawarkan kenyataan; tidak akan mengatakan bahwa neraka itu nyata dan surga juga ada; Putri, sekarang dia ada di sini di tempat ini.

Ketika aku melihat pria ini, ia memiliki ular besar dengan jarum-jarum, melilit tenggorokannya, dan ia akan mencoba utk melepasnya. Aku memohon dengan Yesus, “Tuhan, bantulah dia!” Pria itu akan berteriak,“Tolong aku, Tuhan, kasihanilah aku, bawa aku keluar dari tempat ini, maafkan aku, aku bertobat, Tuhan! Aku ingin kembali ke bumi, aku ingin kembali ke bumi untuk bertobat.” Tuhan mengamati dia dan berkata kepadanya, “Engkau sangat tahu dgn baik. Engkau tahu benar bahwa tempat ini nyata… Sudah terlambat; tidak ada kesempatan lagi untukmu.”
Tuhan berkata, “Dengar, Putri, Aku akan menunjukkan kehidupan orang ini.” Yesus menunjukkan layar besar di mana aku bisa mengamati bagaimana orang ini menawarkan misa berkali-kali kepada orang banyak. Dan bagaimana orang-orang yang ada begitu menyembah berhala. Yesus berkata, “Dengar, Putri, ada banyak penyembah berhala di tempat ini. Penyembahan berhala tidak akan menyelamatkan, Putri. Aku satu-satunya yang menyelamatkan, dan di luar Aku, tidak ada yang menyelamatkan. Aku mengasihi pendosa, tetapi aku benci dosa, Putri. Pergi dan beritahukan manusia bahwa aku mengasihi mereka dan bahwa mereka perlu datang kepada-Ku.”
Ketika Tuhan sedang berbicara, aku mulai melihat bagaimana orang ini menerima banyak sekali koin dan uang kertas; uang, semua yang dia akan simpan. Ia punya begitu banyak uang. Aku melihat gambar orang ini duduk di atas takhta, tetapi aku juga bisa melihat lebih dari itu. Memang benar bahwa orang-orang ini tidak menikah, aku dapat meyakinkanmu, aku tidak mengada-ada, Tuhan menunjukkan kepadaku, orang-orang itu tidur dengan biarawati; dengan banyak perempuan di sana! [1 example]
Tuhan menunjukkan kepadaku orang-orang ini hidup dalam percabulan, dan Firman mengatakan bahwa pezinah tidak akan mewarisi Kerajaan-Nya. Saat aku sedang menonton semua ini, Tuhan berkata, “Lihat Putri, semua ini yang aku tunjukkan kpdmu adalah apa yang terjadi, apa yang ia jalani dan apa yang terus terjadi di antara banyak orang, di antara banyak imam dan paus yang ada.” Kemudian ia berkata, “Putri, pergi dan beritahukan manusia bahwa sudah waktunya untuk berbalik kpdKu.”
…..
Tapi kemudian Ia berkata, “Putri, dia adalah Maria. Maria, yang melahirkan Yesus Kristus, yaitu Aku. Putri, Aku ingin memberitahu engkau bahwa ia tidak memiliki pengetahuan tentang hal-hal yang terjadi di Bumi. Aku ingin mengatakan kpdmu yaitu engkau harus pergi dan beritahukan pd manusia, beritahukan penyembah berhala bahwa neraka itu nyata, dan bahwa penyembah berhala tidak akan mewarisi Kerajaan-Ku, tetapi pergi dan katakan pd mereka bahwa jika mereka bertobat, mereka dapat masuk ke dlm tempat tinggal surgawiKu. Pergi beritahu mereka bahwa Aku mencintai mereka dan beritahu mereka bahwa Maria tidak memiliki pengetahuan apa-apa [yg terjadi di bumi] dan satu-satunya yg mereka harus tinggikan adalah Aku, karena baik Maria, atau St. Gregory ataupun santo lainnya dapat [mungkin maksudnya: tidak dapat] menawarkan keselamatan. Aku adalah Satu-satunya yang menyelamatkan dan di luar Aku – tidak ada, tidak ada, tidak ada – yg menyelamatkan!” la mengulanginya tiga kali – tidak ada yang dpt menyelamatkan, hanya la yg menyelamatkan.

Umat manusia telah tertipu dgn mempercayai dalam anggapan santo, yang mana bukan, tetapi adalah setan, yang bekerja melalui berhala yang dibuat oleh tangan manusia. Tapi, biar Aku beritahukan engkau bahwa Tuhan ingin memberikan yang terbaik. la ingin engkau untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga; untuk bertobat dan meninggalkan penyembahan berhala. Karena penyembahan berhala tidak akan menyelamatkanmu. Yesus Kristus dari Nazaret adalah yg dpt menyelamatkan, yang memberikan nyawa-Nya bagimu, bagiku dan bagi semua umat manusia. Tuhan memiliki pesan yg besar bagi manusia. Ketika la menangis, Dia berkata,“Tolong, Putri, jangan diam; pergi dan katakan yang sebenarnya, pergi dan katakan apa yang Aku telah tunjukkan kpdmu.”

2. Dari 5 hari di Sorga Neraka oleh Barbara Fernandez:

Tuhan memanggil seorang wanita yang sangat cantik dengan kecantikan yang tak dapat digambarkan, seperti semua yang aku lihat disana. Dan Tuhan berkata kepadaku : “Ini adalah Maria! Pergilah dan katakan pada setiap orang bahwa Maria bukanlah ratu surga. Raja Surga adalah Aku, Raja dari segala raja, dan Tuhan dari segala tuhan, Satu-satunya yang berkata “Akulah Jalan, Kebangkitan dan Hidup (Yohanes 14 : 6-7). Pergilah dan katakan kepada manusia yang DIBUTAKAN bahwa tidak ada api penyucian, karena kalau ada Aku akan menunjukkannya kepadamu. Sebaliknya, ada Neraka, Lautan api, Yerusalem yang indah, dan Surga yang telah Kutunjukkan kepadamu. Tapi katakan kepada mereka bahwa tidak ada api penyucian; katakan itu adalah tipuan iblis, tidak ada api penyucian ”.

Bagaimana menanggapinya:

Dua kesaksian tersebut adalah dua kesaksian diantara banyak kesaksian yang sedang marak di forum-forum dan dipergunakan banyak orang untuk memojokkan Gereja Katolik. Sebenarnya, pada awalnya saya tidak tertarik untuk menanggapi wahyu-wahyu seperti ini, karena saya pikir bahwa hal ini tidak perlu ditanggapi dan tidak ada gunanya. Namun, ketika ada pertanyaan dari umat Katolik sendiri, yang menyatakan imannya tergoncang karena kesaksian ini, maka saya memutuskan untuk memberikan tanggapan atas isu-isu ini. Berikut ini adalah argumentasi yang dapat saya berikan:

Kesaksian tersebut belum tentu benar

Dari banyak komentar di katolisitas dan mungkin juga di forum-forum Kristen lain, terlihat bahwa ada sebagian umat Kristen non-Katolik yang langsung menganggap bahwa kesaksian tersebut adalah benar. Namun, kalau ditanya, bagaimana seseorang tahu atau bagaimana membuktikan bahwa kesaksian ini benar? Maka, jawabannya sebenarnya sulit untuk dapat dipertanggungjawabkan, karena cenderung sangat subyektif dan sungguh sulit untuk dapat dibuktikan kebenarannya. Bagaimana seseorang dapat membuktikan kebenaran wahyu pribadi seperti dari Barbara Fernandez dan Angelica Zambrano? Sungguh terlalu cepat kalau kesaksian mereka langsung dianggap benar dan apalagi dijadikan sebagai argumentasi dalam berdiskusi dengan umat Katolik. Bagi orang-orang yang percaya akan kesaksian mereka, maka cobalah minimal berfikir, bagaimana saya tahu apakah kesaksian ini benar atau salah dan apakah parameternya?.

Kebenaran dokrin vs kesaksian-kesaksian

Dalam suatu diskusi tentang doktrinal, maka argumentasi berupa kesaksian-kesaksian tidaklah dapat membantu. Kalau seseorang mengatakan bahwa api penyucian tidak ada karena dalam kesaksian Barbara Fernandez dikatakan bahwa Api Penyucian tidak ada dan Tuhan telah mengatakannya; Bahkan dikatakan oleh Tuhan bahwa keberadaan Api Penyucian hanyalah merupakan tipuan iblis, maka bukti apakah yang mendukung mereka bahwa kesaksian yang diberikan itu adalah benar? Pertanyaannya, bagaimana kalau ada santa-santo yang mempunyai pengalaman bahwa Api Penyucian itu ada dan bahwa Maria mengerti akan apa yang dialami oleh umat Tuhan sejauh yang diijinkan oleh Tuhan, maka apakah kemudian umat non-Katolik mau menerimanya?

a. Tentang Api Penyucian: St. Faustina dalam buku hariannya mengatakan “…I saw my Guardian Angel, who ordered me to follow him. In a moment I was in a misty place full of fire in which there was a great crowd of suffering souls. They were praying fervently, but to no avail, for themselves; only we can come to their aid. The flames, which were burning them, did not touch me at all. My Guardian Angel did not leave me for an instant. I asked these souls what their greatest suffering was. They answered me in one voice that their greatest torment was longing for God. I saw Our Lady visiting the souls in Purgatory. The souls call Her “The Star of the Sea”. She brings them refreshment. I wanted to talk with them some more, but my Guardian Angel beckoned me to leave. We went out of that prison of suffering. [I heard an interior voice which said] ‘My mercy does not want this, but justice demands it. Since that time, I am in closer communion with the suffering souls.’” (Diary, 20)

Apakah dengan kesaksian seperti ini, maka umat Kristen non-Katolik akan percaya akan keberadaan Api Penyucian? Anda dapat membandingkan kehidupan Barbara Fernandez dengan St. Faustina. Siapakah yang lebih dapat dipercaya? Kalau masih kurang, silakan membaca kesaksian dan kehidupan dari St. Catherine of Genoa, St. Nicholas of Tolentino, St. Gertrude, St. Frances of Rome, St. Padre Pio, dll. yang semuanya menyatakan bahwa Api Penyucian adalah nyata. Kalau parameter kebenarannya adalah individu yang memberikan kesaksian, maka bandingkan kehidupan mereka yang menyatakan bahwa Api Penyucian itu ada dengan kehidupan orang yang menyatakan bahwa Api Penyucian itu tidak ada. Jadi, siapa yang lebih dapat dipercaya?

b. Tentang Maria: Ada begitu banyak cerita tentang penampakan-penampakan Maria, seperti: (sumber: silakan klik)

Our Lady of the Pillar di Spanyol (tahun: 39), oleh Santo Yakobus.
Our Lady of Walsingham di Inggris (tahun: 1061), oleh Richeldis de Faverches.
Our Lady of the Rosary di Perancis (tahun: 1208), oleh St. Dominic
Our Lady of Mount Carmel (+ abad 13), oleh St. Simon Stock.
Our Lady of Guadalupe
Our Lady of Laus
Our Lady of the Miraculous Medal
Our Lady of La Salette
Our Lady of Lourdes
Our Lady of Pontmain
Our Lady of Fátima
Our Lady of Beauraing
Our Lady of Banneux
Our Lady of Akita

Anda juga dapat melihat sumber yang lain seperti marypages – klik ini. Dan ada lagi sumber yang lain di sini – silakan klik. Apakah dengan banyaknya wahyu pribadi sehubungan dengan Maria, yang juga didukung dengan banyak mukjizat, maka umat Kristen non-Katolik dapat menerima bahwa Maria sering membantu umat Allah? Kalau mereka tidak dapat menerimanya – karena diragukan kebenarannya, mengapa sebaliknya mereka menganggap wahyu-wahyu yang memojokkan Gereja Katolik adalah benar? Bukankah dengan demikian terjadi standar ganda? Untuk menghindari standar ganda ini, maka diskusi harus berfokus pada dogma dan doktrin dan bukan berdasarkan wahyu-wahyu pribadi.

c. Tentang Paus Yohanes Paulus II yang dikatakan ada di neraka. Di dalam kesaksian tersebut dikatakan bahwa Paus ada di neraka karena tidak mengatakan kebenaran, lebih menyukai uang daripada berkotbah tentang keselamatan, tidak pernah mengatakan bahwa neraka dan Sorga itu ada, melakukan penyembahan berhala, menerima banyak uang, dll. Kalau seseorang percaya akan kesaksian seperti ini, maka saya kira, mereka tidak tahu apa yang dilakukan oleh Paus Yohanes Paulus II dan tidak membaca apa yang ditulis oleh Paus Yohanes Paulus II, baik tentang kebenaran tentang adanya neraka dan Sorga. Kalau dikatakan Paus menerima uang, kemanakah uang itu sekarang? Apakah ada anggota keluarganya yang menjadi kaya karena dia menjadi Paus? Kalau dikatakan bahwa Paus tidak pernah berkotbah tentang keselamatan, neraka dan Sorga, maka silakan membaca sebagian tulisannya, yang diberikan pada beberapa audiensi umum hari Rabu:

Heaven is Fullness of Communion with God

Heaven as the fullness of communion with God was the theme of the Holy Father’s catechesis at the General Audience of 21 July 1999. Heaven “is neither an abstraction not a physical place in the clouds, but a living, personal relationship with the Holy Trinity. It is our meeting with the Father which takes place in the risen Christ through the communion of the Holy Spirit,” the Pope said.

1. When the form of this world has passed away, those who have welcomed God into their lives and have sincerely opened themselves to his love, at least at the moment of death, will enjoy that fullness of communion with God which is the goal of human life.

As the Catechism of the Catholic Church teaches, “this perfect life with the Most Holy Trinity this communion of life and love with the Trinity, with the Virgin Mary, the angels and all the blessed is called “heaven’. Heaven is the ultimate end and fulfilment of the deepest human longings, the state of supreme, definitive happiness” (n.1024).

Today we will try to understand the biblical meaning of “heaven”, in order to have a better understanding of the reality to which this expression refers.

2. In biblical language “heaven””, when it is joined to the “earth”, indicates part of the universe. Scripture says about creation: “In the beginning God created the heavens and the earth” (Gn 1:1).

Heaven is the transcendent dwelling-place of the living God

Metaphorically speaking, heaven is understood as the dwelling-place of God, who is thus distinguished from human beings (cf. Ps 104:2f.; 115:16; Is 66:1). He sees and judges from the heights of heaven (cf. Ps 113:4-9) and comes down when he is called upon (cf. Ps 18:9, 10; 144:5). However the biblical metaphor makes it clear that God does not identify himself with heaven, nor can he be contained in it (cf. 1 Kgs 8:27); and this is true, even though in some passages of the First Book of the Maccabees “Heaven” is simply one of God’s names (1 Mc 3:18, 19, 50, 60; 4:24, 55).

The depiction of heaven as the transcendent dwelling-place of the living God is joined with that of the place to which believers, through grace, can also ascend, as we see in the Old Testament accounts of Enoch (cf. Gn 5:24) and Elijah (cf. 2 Kgs 2:11). Thus heaven becomes an image of life in God. In this sense Jesus speaks of a “reward in heaven” (Mt 5:12) and urges people to “lay up for yourselves treasures in heaven” (ibid., 6:20; cf. 19:21).

3. The New Testament amplifies the idea of heaven in relation to the mystery of Christ. To show that the Redeemer’s sacrifice acquires perfect and definitive value, the Letter to the Hebrews says that Jesus “passed through the heavens” (Heb 4:14), and “entered, not into a sanctuary made with hands, a copy of the true one, but into heaven itself” (ibid., 9:24). Since believers are loved in a special way by the Father, they are raised with Christ and made citizens of heaven. It is worthwhile listening to what the Apostle Paul tells us about this in a very powerful text: “God, who is rich in mercy, out of the great love with which he loved us, even when we were dead through our trespasses, made us alive together with Christ (by grace you have been saved), and raised us up with him, and made us sit with him in the heavenly places in Christ Jesus, that in the coming ages he might show the immeasurable riches of his grace in kindness toward us in Christ Jesus” (Eph 2:4-7). The fatherhood of God, who is rich in mercy, is experienced by creatures through the love of God’s crucified and risen Son, who sits in heaven on the right hand of the Father as Lord.

4. After the course of our earthly life, participation in complete intimacy with the Father thus comes through our insertion into Christ’s paschal mystery. St Paul emphasizes our meeting with Christ in heaven at the end of time with a vivid spatial image: “Then we who are alive, who are left, shall be caught up together with them in the clouds to meet the Lord in the air; and so we shall always be with the Lord. Therefore comfort one another with these words” (1 Thes 4:17-18).

Sacramental life is anticipation of heaven

In the context of Revelation, we know that the “heaven” or “happiness” in which we will find ourselves is neither an abstraction nor a physical place in the clouds, but a living, personal relationship with the Holy Trinity. It is our meeting with the Father which takes place in the risen Christ through the communion of the Holy Spirit.

It is always necessary to maintain a certain restraint in describing these “ultimate realities” since their depiction is always unsatisfactory. Today, personalist language is better suited to describing the state of happiness and peace we will enjoy in our definitive communion with God.

The Catechism of the Catholic Church sums up the Church’s teaching on this truth: “By his death and Resurrection, Jesus Christ has “opened’ heaven to us. The life of the blessed consists in the full and perfect possession of the fruits of the redemption accomplished by Christ. He makes partners in his heavenly glorification those who have believed in him and remained faithful to his will. Heaven is the blessed community of all who are perfectly incorporated into Christ” (n. 1026).

5. This final state, however, can be anticipated in some way today in sacramental life, whose centre is the Eucharist, and in the gift of self through fraternal charity. If we are able to enjoy properly the good things that the Lord showers upon us every day, we will already have begun to experience that joy and peace which one day will be completely ours. We know that on this earth everything is subject to limits, but the thought of the “ultimate” realities helps us to live better the “penultimate” realities. We know that as we pass through this world we are called to seek “the things that are above, where Christ is seated at the right hand of God” (Col 3:1), in order to be with him in the eschatological fulfilment, when the Spirit will fully reconcile with the Father “all things, whether on earth or in heaven” (Col 1:20).

To the English-speaking pilgrims and visitors the Holy Father said:

I extend a special welcome to the young people taking part in the Forum of the European Youth Parliament, as well as to the St Vincent Ferrer Chorale from Kaohsiung, Taiwan, and the Taiwanese Native Folklore Group, accompanied by Cardinal Shan. Upon all the English-speaking visitors and pilgrims, especially those from England, Scotland, Korea, Taiwan, Canada and the United States, I invoke the grace and peace of our Lord Jesus Christ. May you have a happy and blessed summer!

Hell is the State of Those who Reject God

At the General Audience of Wednesday, 28 July 1999, the Holy Father reflected on hell as the definitive rejection of God. In his catechesis, the Pope said that care should be taken to interpret correctly the images of hell in Sacred Scripture, and explained that “hell is the ultimate consequence of sin itself… Rather than a place, hell indicates the state of those who freely and definitively separate themselves from God, the source of all life and joy”.

1. God is the infinitely good and merciful Father. But man, called to respond to him freely, can unfortunately choose to reject his love and forgiveness once and for all, thus separating himself for ever from joyful communion with him. It is precisely this tragic situation that Christian doctrine explains when it speaks of eternal damnation or hell. It is not a punishment imposed externally by God but a development of premises already set by people in this life. The very dimension of unhappiness which this obscure condition brings can in a certain way be sensed in the light of some of the terrible experiences we have suffered which, as is commonly said, make life “hell”.

In a theological sense however, hell is something else: it is the ultimate consequence of sin itself, which turns against the person who committed it. It is the state of those who definitively reject the Father’s mercy, even at the last moment of their life.

Hell is a state of eternal damnation

2. To describe this reality Sacred Scripture uses a symbolical language which will gradually be explained. In the Old Testament the condition of the dead had not yet been fully disclosed by Revelation. Moreover it was thought that the dead were amassed in Sheol, a land of darkness (cf. Ez. 28:8; 31:14; Jb. 10:21f.; 38:17; Ps 30:10; 88:7, 13), a pit from which one cannot reascend (cf. Jb. 7:9), a place in which it is impossible to praise God (cf. Is 38:18; Ps 6:6).

The New Testament sheds new light on the condition of the dead, proclaiming above all that Christ by his Resurrection conquered death and extended his liberating power to the kingdom of the dead.

Redemption nevertheless remains an offer of salvation which it is up to people to accept freely. This is why they will all be judged “by what they [have done]” (Rv 20:13). By using images, the New Testament presents the place destined for evildoers as a fiery furnace, where people will “weep and gnash their teeth” (Mt 13:42; cf. 25:30, 41), or like Gehenna with its “unquenchable fire” (Mk 9:43). All this is narrated in the parable of the rich man, which explains that hell is a place of eternal suffering, with no possibility of return, nor of the alleviation of pain (cf. Lk. 16:19-31).

The Book of Revelation also figuratively portrays in a “pool of fire” those who exclude themselves from the book of life, thus meeting with a “second death” (Rv. 20:13f.). Whoever continues to be closed to the Gospel is therefore preparing for ‘eternal destruction and exclusion from the presence of the Lord and from the glory of his might” (2 Thes 1:9).

3. The images of hell that Sacred Scripture presents to us must be correctly interpreted. They show the complete frustration and emptiness of life without God. Rather* than a place, hell indicates the state of those who freely and definitively separate themselves from God, the source of all life and joy. This is how the Catechism of the Catholic Church summarizes the truths of faith on this subject: “To die in mortal sin without repenting and accepting God’s merciful love means remaining separated from him for ever by our own free choice. This state of definitive self-exclusion from communion with God and the blessed is called ‘hell'” (n. 1033).

“Eternal damnation”, therefore, is not attributed to God’s initiative because in his merciful love he can only desire the salvation of the beings he created. In reality, it is the creature who closes himself to his love. Damnation consists precisely in definitive separation from God, freely chosen by the human person and confirmed with death that seals his choice for ever. God’s judgement ratifies this state.

We are saved from going to hell by Jesus who conquered Satan

4. Christian faith teaches that in taking the risk of saying “yes” or “no”, which marks the human creature’s freedom, some have already said no. They are the spiritual creatures that rebelled against God’s love and are called demons (cf. Fourth Lateran Council, DS 800-801). What happened to them is a warning to us: it is a continuous call to avoid the tragedy which leads to sin and to conform our life to that of Jesus who lived his life with a “yes” to God.

Eternal damnation remains a real possibility, but we are not granted, without special divine revelation, the knowledge of whether or which human beings are effectively involved in it. The thought of hell — and even less the improper use of biblical images — must not create anxiety or despair, but is a necessary and healthy reminder of freedom within the proclamation that the risen Jesus has conquered Satan, giving us the, Spirit of God who makes us cry “Abba, Father!” (Rm. 8:15; Gal. 4:6).

This prospect, rich in hope, prevails in Christian proclamation. It is effectively reflected in the liturgical tradition of the Church, as the words of the Roman Canon attest: “Father, accept this offering from your whole family … save us from final damnation, and count us among those you have chosen”.

To the English-speaking pilgrims and visitors, the Holy Father said.

I am pleased to greet the English-speaking pilgrims and visitors present at today’s audience, especially those from England, Scotland, Nigeria, Hong Kong and the United States of America. I wish you a pleasant visit to Christian Rome and I invoke upon you the grace and peace of our Lord Jesus Christ.

*[Note: The original Italian says, “(Più che) More than a place, hell indicates…” This suggests correctly that although hell is not essentially “a place,” rather the definitive loss of God, confinement is included. Thus, after the general resurrection the bodies of the damned, being bodies not spirits, must be in “some place,” in which they will receive the punishment of fire.]

Purgatory Is Necessary Purification

Before we enter into full communion with God, every trace of sin within us must be eliminated and every imperfection in our soul must be corrected

At the General Audience of Wednesday, 4 August 1999, following his catecheses on heaven and hell, the Holy Father reflected on Purgatory. He explained that physical integrity is necessary to enter into perfect communion with God therefore “the term purgatory does not indicate a place, but a condition of existence”, where Christ “removes … the remnants of imperfection”.

1. As we have seen in the previous two catecheses, on the basis of the definitive option for or against God, the human being finds he faces one of these alternatives: either to live with the Lord in eternal beatitude, or to remain far from his presence.

For those who find themselves in a condition of being open to God, but still imperfectly, the journey towards full beatitude requires a purification, which the faith of the Church illustrates in the doctrine of “Purgatory” (cf. Catechism of the Catholic Church, n. 1030-1032).

To share in divine life we must be totally purified

2. In Sacred Scripture, we can grasp certain elements that help us to understand the meaning of this doctrine, even if it is not formally described. They express the belief that we cannot approach God without undergoing some kind of purification.

According to Old Testament religious law, what is destined for God must be perfect. As a result, physical integrity is also specifically required for the realities which come into contact with God at the sacrificial level such as, for example, sacrificial animals (cf. Lv 22: 22) or at the institutional level, as in the case of priests or ministers of worship (cf. Lv 21: 17-23). Total dedication to the God of the Covenant, along the lines of the great teachings found in Deuteronomy (cf. 6: 5), and which must correspond to this physical integrity, is required of individuals and society as a whole (cf. 1 Kgs 8: 61). It is a matter of loving God with all one’s being, with purity of heart and the witness of deeds (cf. ibid., 10: 12f.)

The need for integrity obviously becomes necessary after death, for entering into perfect and complete communion with God. Those who do not possess this integrity must undergo purification. This is suggested by a text of St Paul. The Apostle speaks of the value of each person’s work which will be revealed on the day of judgement and says: “If the work which any man has built on the foundation [which is Christ] survives, he will receive a reward. If any man’s work is burned up, he will suffer loss, though he himself will be saved, but only as through fire” (1 Cor 3: 14-15).

3. At times, to reach a state of perfect integrity a person’s intercession or mediation is needed. For example, Moses obtains pardon for the people with a prayer in which he recalls the saving work done by God in the past, and prays for God’s fidelity to the oath made to his ancestors (cf. Ex 32: 30, 11-13). The figure of the Servant of the Lord, outlined in the Book of Isaiah, is also portrayed by his role of intercession and expiation for many; at the end of his suffering he “will see the light” and “will justify many”, bearing their iniquities (cf. Is 52: 13-53, 12, especially vv. 53: 11).

Psalm 51 can be considered, according to the perspective of the Old Testament, as a synthesis of the process of reintegration: the sinner confesses and recognizes his guilt (v. 3), asking insistently to be purified or “cleansed” (vv. 2, 9, 10, 17) so as to proclaim the divine praise (v. 15).

Purgatory is not a place but a condition of existence

4. In the New Testament Christ is presented as the intercessor who assumes the functions of high priest on the day of expiation (cf. Heb 5: 7; 7: 25). But in him the priesthood is presented in a new and definitive form. He enters the heavenly shrine once and for all, to intercede with God on our behalf (cf. Heb 9: 23-26, especially, v. 24). He is both priest and “victim of expiation” for the sins of the whole world (cf. 1 Jn 2: 2).

Jesus, as the great intercessor who atones for us, will fully reveal himself at the end of our life when he will express himself with the offer of mercy, but also with the inevitable judgement for those who refuse the Father’s love and forgiveness.

This offer of mercy does not exclude the duty to present ourselves to God, pure and whole, rich in that love which Paul calls a “[bond] of perfect harmony” (Col 3: 14).

5. In following the Gospel exhortation to be perfect like the heavenly Father (cf. Mt 5: 48) during our earthly life, we are called to grow in love, to be sound and flawless before God the Father “at the coming of our Lord Jesus with all his saints” (1 Thes 3: 12f.). Moreover, we are invited to “cleanse ourselves from every defilement of body and spirit” (2 Cor 7: 1; cf. 1 Jn 3: 3), because the encounter with God requires absolute purity.

Every trace of attachment to evil must be eliminated, every imperfection of the soul corrected. Purification must be complete, and indeed this is precisely what is meant by the Church’s teaching on purgatory. The term does not indicate a place, but a condition of existence. Those who, after death, exist in a state of purification, are already in the love of Christ who removes from them the remnants of imperfection (cf. Ecumenical Council of Florence, Decretum pro Graecis: DS 1304; Ecumenical Council of Trent, Decretum de iustificatione: DS 1580; Decretum de purgatorio: DS 1820).

It is necessary to explain that the state of purification is not a prolungation of the earthly condition, almost as if after death one were given another possibility to change one’s destiny. The Church’s teaching in this regard is unequivocal and was reaffirmed by the Second Vatican Council which teaches: “Since we know neither the day nor the hour, we should follow the advice of the Lord and watch constantly so that, when the single course of our earthly life is completed (cf. Heb 9: 27), we may merit to enter with him into the marriage feast and be numbered among the blessed, and not, like the wicked and slothful servants, be ordered to depart into the eternal fire, into the outer darkness where “men will weep and gnash their teeth’ (Mt 22: 13 and 25: 30)” (Lumen gentium, n. 48).

6. One last important aspect which the Church’s tradition has always pointed out should be reproposed today: the dimension of “communio”. Those, in fact, who find themselves in the state of purification are united both with the blessed who already enjoy the fullness of eternal life, and with us on this earth on our way towards the Father’s house (cf. CCC, n. 1032).

Just as in their earthly life believers are united in the one Mystical Body, so after death those who live in a state of purification experience the same ecclesial solidarity which works through prayer, prayers for suffrage and love for their other brothers and sisters in the faith. Purification is lived in the essential bond created between those who live in this world and those who enjoy eternal beatitude.

To the English-speaking pilgrims and visitors the Holy Father said:

I am pleased to greet the English-speaking visitors and pilgrims present at today’s Audience, especially those from England, Ireland, Indonesia, Hong Kong, Japan and the United States. Upon all of you I invoke the grace and peace of our Lord Jesus Christ. Happy summer holidays to you all!

Dan ini hanya sebagian kecil dari tulisan-tulisan yang pernah dibuatnya. Dalam salah satu tulisannya, yaitu Reconciliatio et Paenitentia, par.26, dituliskan:

…Nor can the church omit, without serious mutilation of her essential message, a constant catechesis on what the traditional Christian language calls the four last things of man: death, judgment (universal and particular), hell and heaven. In a culture which tends to imprison man in the earthly life at which he is more or less successful, the pastors of the church are asked to provide a catechesis which will reveal and illustrate with the certainties of faith what comes after the present life: beyond the mysterious gates of death, an eternity of joy in communion with God or the punishment of separation from him. Only in this eschatological vision can one realize the exact nature of sin and feel decisively moved to penance and reconciliation.

Kalau dikatakan bahwa Paus Yohanes Paulus II menyembah berhala, apakah buktinya? Bukankah diskusi akan lebih berkualitas kalau seseorang dapat memberikan argumentasi dari Alkitab tentang apakah Sakramen Ekaristi adalah penyembahan berhala? Kalau ada yang tertarik tentang topik ini, silakan bergabung dalam diskusi tentang hal ini di sini – silakan klik. Juga diskusi tentang patung-patung di dalam Gereja Katolik yang dianggap berhala dapat dilihat di diskusi ini – silakan klik, dan ini – silakan klik. Dalam diskusi ini dibahas dasar-dasar dari Alkitab dan juga dari tulisan-tulisan Bapa Gereja. Dan saya yakin diskusi di link tersebut lebih berbobot daripada berdiskusi tentang kesaksian pribadi seseorang yang tidak jelas kebenarannya.

d. Tentang para kudus. Diskusi tentang para kudus dapat dilihat di sini – silakan klik dan ini – klik ini.

Sola Scriptura vs kesaksian-kesaksian

Saya yakin tidak semua umat Kristen non-Katolik mau menggunakan kesaksian-kesaksian pribadi untuk memperkuat argumentasi mereka. Ada kemungkinan, orang-orang yang kurang dapat memberikan argumentasi secara Alkitabiah, mendalam dan terstruktur cenderung untuk menggunakan kesaksian-kesaksian seperti ini. Kalau memang Kitab Suci saja cukup untuk membuktikan dogma dan doktrin dari gereja-gereja Kristen, maka saya yakin tidaklah bijaksana untuk menggunakan kesaksian-kesaksian pribadi seperti ini untuk memojokkan iman Gereja Katolik. Apakah dengan demikian, maka Kitab Suci tidak dapat membuktikan kebenaran dogma dan doktrin dari gereja-gereja ini?

Kesimpulan

Sebagai umat Katolik, kita tidak perlu bimbang dengan kesaksian-kesaksian pribadi yang memojokkan iman Katolik, karena kesaksian-kesaksian tersebut belum tentu benar bahkan banyak sekali kesalahannya. Parameter kebenaran bagi umat Katolik sangatlah mudah, karena kita mempunyai Magisterium Gereja yang memberikan pengajaran yang pasti. Ini berarti, kalau kesaksian-kesaksian tersebut bertentangan dengan pengajaran Magisterium Gereja, maka kesaksian-kesaksian tersebut adalah salah dan menyesatkan.

Sebaliknya saya mengundang umat Kristen non-Katolik untuk berdiskusi dengan berfokus pada dogma dan doktrin. Kalau memang anda mempercayai Sola Scriptura, maka merujuklah pada Kitab Suci dan bukan pada kesaksian-kesaksian pribadi seperti ini, sehingga argumentasi yang diberikan lebih mempunyai dasar dan kriteria yang jelas. Mengedepankan kesaksian seperti ini justru memperlemah posisi anda, karena seolah-olah anda tidak lagi mempunyai argumentasi yang lain, dan memerlukan kesaksian-kesaksian pribadi yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya dan bersifat sangat subyektif. Dan saya yakin, bahwa umat Kristen non-Katolik juga mempunyai dasar yang jelas dan dapat mempertanggungjawabkan dari sumber yang jelas, yaitu Kitab Suci. Semoga usulan ini dapat diterima.

4.9 9 votes
Article Rating
19/12/2018
240 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
kristiani pemula
kristiani pemula
11 years ago

Shalom…yang aku tahu…khotbah, argumen, kesaksian, parameter kebenaran, wahyu pribadi, ajaran gereja, kitab suci, mujizat, haruslah menyatakan KASIH, IMAN, PENGHARAPAN dan KESELAMATAN (isi doa Bapa Kami) berpusat pada karya Agung Yesus Kristus dan akan menghasilkan buah-buah iman bagi kehidupan umat manusia yang mempercayai-nya. GBU all

Melica
Melica
12 years ago

Damai sertamu.. Kesaksian. saya dahulu nya juga katolik, dan saya juga pernah membca kesaksian-kesakian yang mengatakan kebenaran, tetapi ketika itu saya tidak dapat menerima kesaksian2x itu. dan saya masih lagi mengamalkan tradisi sembahyang umat katolik [rosari, salam maria] dan saya takut untuk menyangkal nya.. Namun saya berpikir bahwa perkara kematian dan kehidupan bukan main-main tetapi ini melibatkan kekekalan dimana penyesalan tidak bisa menukarnya kembali. Satu hari.. Saya mengambil Alkitab yang tertulis Firman Allah yang hidup. dan firman itu adalah Yesus Kristus sendiri. dan saya mulai membacanya mulai dari kitab kejadian, keluaran,ulangan,bilangan dan seterusnya… tetapi apa yang saya temukan adalah.. :-… Read more »

anton
anton
Reply to  Melica
11 years ago

katolitas biarlah sy yg jawab saudara melica!!jika anda tidak percaya bunda maria,doa rosario,orang kudus,skrg sy tanya bukankah anda berdoa kepada Allah,melalui nama yesus?knp anda tidak langsung saja berdoa kepada Allah?(apa jwb anda?)bukankah Allah mengabulkan setiap doa,permohonan dalam nama Yesus,sebab Allah berkenan dalam nama itu. bukankah kita diselamatkan dengan perantaraan Yesus,walaupun Dia adalah Allah itu sendiri?apakah anda lebih mengenal Allah daripada yesus sendiri?apkah anda lebih mengenal Yesus daripada Bunda maria?jika kita sebagai manusa berdosa Allah masih mendengar doa kita,apalagi doa orang suci seperti Bunda Maria,para santo,martir.katolik meminta di doakan kepada Allah melalui bunda maria,para santo.para martir,bukan menyembahnya,atau berdoa kepada bunda maria.skrg… Read more »

Melica
Melica
12 years ago

Damai sertamu..

Biarlah segala tulisan, penglihatan, wahyu, kebenaran yang diperkatakan orang, kita tindaki atau kita nilai dengan Firman Allah, bukan dengan perkataan manusia.

[dari katolisitas: Bagaimana jika banyak penglihatan senantiasa mengatasnamakan Firman Allah, telah diteliti dengan Firman Allah, dan ternyata kesimpulannya saling bertentangan? Bagaimana sikap kita?]

Melica
Melica
Reply to  Melica
12 years ago

Damai Sertamu..

Kol 2:8
Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus.

kita tahu secara jelas selain Firman Allah tidak ada yang boleh mengoverlap perkataan Nya.

[dari katolisitas: Kami mempercayai sepenuhnya akan Firman Allah yang “ya” dan “Amin”. Yang tidak kami percayai sepenuhnya adalah interpretasi dari masing-masing orang. Anda dapat melihat diskusi tentang wahyu Allah dan kebenaran di sini – silakan klik.]

Melica
Melica
Reply to  Melica
12 years ago

Shalom..

[dari katolisitas: Kami mempercayai sepenuhnya akan Firman Allah yang “ya” dan “Amin”. Yang tidak kami percayai sepenuhnya adalah interpretasi dari masing-masing orang. Anda dapat melihat diskusi tentang wahyu Allah dan kebenaran di sini

Note:- Jangan lihat interprestasi dari mana-mana orang.. tapi cuma kembali kepada Firman Allah.

jangan bersandar pada manusia tetapi kepada Firman Allah ..

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Melica
12 years ago

Shalom Melica, Orang sering mengatakan bahwa jangan bersandar pada manusia namun dari Firman Tuhan. Namun pada saat yang bersamaan, sebenarnya ada proses interpretasi ketika kita membaca Firman Tuhan untuk mendapatkan satu pengertian, terutama untuk hal-hal yang menyangkut dogma dan doktrin. Inilah sebabnya rasul Petrus menuliskan “Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain” (2Pet 3:16). Kita harus mengakui bahwa ada banyak ayat-ayat di dalam Kitab Suci yang memang sulit dipahami. Kalau anda mau mencoba, silakan… Read more »

Ioannes
Ioannes
Reply to  Stefanus Tay
12 years ago

Salam, Melica Syukur pada Allah, kita selalu diingatkan untuk mendekat pada Allah, salah satunya melalui membaca Kitab Suci. Semoga hati kita terbuka pada Firman Allah yang tergenapi secara nyata melalui Gereja dan kehidupan kita sehari-hari. Kita patut bersyukur bahwa Allah memberikan Kitab Suci pada Gereja agar menjadi salah satu pilar penopang kebenaran hidup. Allah menjamin bahwa Kitab Suci dibebaskan dari kesalahan dalam mewahyukan rencana keselamatan Allah dan jati diriNya. Akan tetapi, tidak ada jaminan bahwa yang membaca Kitab Suci secara terlepas dari kerendahan hati pasti memperoleh kebenaran tersebut. Kerendahan hati adalah buah dari Roh Kudus dan sungguh menjadi nyata dalam… Read more »

Melica
Melica
Reply to  Melica
12 years ago

Hello..

[dari katolisitas: Bagaimana jika banyak penglihatan senantiasa mengatasnamakan Firman Allah, telah diteliti dengan Firman Allah, dan ternyata kesimpulannya saling bertentangan? Bagaimana sikap kita?]

Boleh sharing kesaksian mana?

[dari katolisitas: Coba mulai dari membaca tanya jawab di atas – silakan klik.]

Melica
Melica
Reply to  Melica
12 years ago

FASAL SATU Bagaimana Menanggapi PENGLIHATAN “Persiapkanlah dirimu untuk bertemu dengan Allah” oleh Angelica Zambrano: I) Pemudi ini mendakwa telah melihat POPE JOHN PAUL II DI NERAKA :- Aku menatap wajahnya, itu adalah Yohanes Paulus II (John Paul II)!! Tuhan berkata padaku, “Lihat, Putri, pria yang engkau lihat itu di sana, adalah Paus Yohanes Paulus II. Ia ada di sini di tempat ini; ia sedang tersiksa karena ia tidak bertobat.” Tapi aku bertanya, “Tuhan, mengapa ia ada di sini? Ia biasa berkhotbah di gereja.” Yesus menjawab, ” Putri, tidak ada pezinah, tidak ada penyembah berhala, tidak ada orang yang serakah dan… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Melica
12 years ago

Shalom Melica, Dari jawaban anda maka kita mempercayai kebenaran yang diberikan di dalam Kitab Suci, lepas dari kesaksian-kesaksian atau wahyu pribadi. Dan jawaban anda memberikan penekanan pada pembahasan Api Penyucian. Kalau anda tidak mempercayai dogma Api Penyucian karena tidak ada kata Api Penyucian di dalam Kitab Suci, maka anda seharusnya tidak mempercayai dogma Trinitas, Sola Scriptura, karena anda juga tidak dapat menemukan kata-kata tersebut di dalam Kitab Suci. Walaupun tidak ada perkataan Api Penyucian di dalam Kitab Suci, namun bukan berarti pengajaran ini tidak mempunyai dasar yang jelas. Silakan melihat artikel tentang Api Penyucian di artikel ini – silakan klik,… Read more »

Ioannes
Ioannes
Reply to  Stefanus Tay
12 years ago

Salam, Melica Syukur pada Allah atas keingintahuan saudara. Semoga melalui saudara, kami dapat setidaknya memperlihatkan bahwa ajaran Katolik memiliki dasar yang dapat dipertanggungjawabkan. Penolakan Melica karena saudara tidak menemukan ajaran purgatory dalam Kitab Suci sebenarnya disebabkan terputusnya iman Melica dari jalur ajaran Apostolik. Sebenarnya, tidak semua ajaran Kristus tertulis dalam Kitab Suci, setidaknya tidak secara eksplisit. Terputusnya alur ajaran tersebut menyebabkan hilangnya beberapa ajaran otentik yang diajarkan Kristus pada para Rasul dan penerusnya yang tidak terekam dalam Kitab Suci. Inilah yang disebut Tradisi Suci. Pembaca Kitab Suci tanpa Tradisi Suci dapat kehilangan penafsiran yang dimaksudkan para Rasul dan penulis Injil.… Read more »

melica
melica
Reply to  Ioannes
12 years ago

shalom sdra yg dikasihi Tuhan. soalan sdra stef yg menyinggung soal trinitas.. sya amat percaya akan itu.krn dlm injil Yesus ada menyatakan Dia diutus oleh Bapa dan Dia adalah Anak Domba dan setelah Dia naik ke sorga. Penolong iaitu Roh Kudus akan turun kepada setiap org percaya.. lagipun soal Tritunggal ini kita boleh dptkan kitab kejadian.. silahkan sdra baca kitab kjadian 1:26 berfirmanlah Allah “baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa KITA supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi..” sila perhatikan Firman yg tertulis KITA. itu… Read more »

melica
melica
Reply to  melica
12 years ago

Yohanes 8:46-47 Siapakah di antaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa? Apabila Aku mengatakan kebenaran, mengapakah kamu tidak percaya kepada-Ku? Barangsiapa berasal dari Allah, ia mendengarkan firman Allah; itulah sebabnya kamu tidak mendengarkannya, karena kamu tidak berasal dari Allah.” tidak ada lagi yg akan saya balas dari komen-komen sdra.. Firman Allah jelas sdh mengatakan.. bahkan Yesus sdri tdk dpt memaksa mereka yg tdk percaya.. kitab amsal 14:12 mengatakan “ada jalan yg disangka orang lurus,tetapi ujungnya menuju maut” dan.. 2timotius 3:16 “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar ,untuk menyatakan kesalahan,untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran”… Read more »

falentino rintp
falentino rintp
Reply to  Stefanus Tay
11 years ago

Semua Alasan yang di beri harus berdasarkan firman bukan dari pikiran manusia. Saya terlahir dari keluarga Katolik tetapi saya melihat dan mendengar kurangnya gereja katolik mencerna dan mematuhi firman Tuhan dengan Alasan yang di buat buat.contoh ketika di katakan tidak ada PENYEMBAH BERHALA mewarisi kerajaan Sorga. di firman memang tertulis dengan Jelas JANGAN ADA ALLAH LAIN DI HADAPANKU YANG MENYERUPAI PATUNG PATUNG DAN YANG MENYERUPAI APAPUN.terapi seri di tepis oleh orang katolik.Dan ketika saya mengenal dan perdalam alkitab maka aku Menjadi pelaku firman.sekarang aku masuk Gereja TIBERIS. Tuhan Yesus memberkati [dari katolisitas: Kalau Anda ingin benar-benar berdiskusi secara serius, silakan… Read more »

fx.Slamet
fx.Slamet
12 years ago

Salam damai, Saya ingin memberikan tanggapan kepada semua pihak yang memberi komentar atas tulisan saya dan tulisan teman saya Sdr.Johanes Xin. Dari semua tulisan yang bernada negatif dan menghakimi disini (meski tidak ada satupun yang mau mengaku telah menghakimi), saya melihat bahwa semuanya, tidak ada satupun yang mengetahui dengan tepat, apa yang sebenarnya terjadi dan dialami oleh Keluarga Sdr. Xin itu. Jadi yang terjadi adalah kalian menghakimi seseorang hanya berdasarkan persepsi yang diperoleh setelah membaca tulisan, tanpa mengenal sama sekali siapa yang anda komentari. Anda semua, termasuk para Romo yang menjadi pembimbing di situs ini, memang memiliki hak untuk mengatakan… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  fx.Slamet
12 years ago

Shalom FX. Slamet, Ini adalah jawaban saya terakhir terhadap topik ini. Kita perlu menyikapi hal ini tanpa emosi yang meledak-ledak. Yang kami ingin sampaikan adalah apa yang menjadi pengajaran dari Gereja Katolik dan kami tidak pernah menyerang pribadi anda maupun pribadi Yohanes Xin. Anda mencoba untuk membuat kami percaya akan kesaksian mereka, dan anda telah melakukannya. Namun, sebaliknya anda juga tidak dapat memaksakan semua orang untuk mempercayai kesaksian ini. Bahkan, orang juga dapat tidak percaya akan banyak mukjizat yang terjadi di Lourdes, karena pada akhirnya wahyu pribadi tidaklah mengikat. Jadi, tidak perlu tersinggung, kalau ada yang tidak mempercayai kesaksian tersebut.… Read more »

Dan
Dan
12 years ago

Syalom,

Saya ingin tanya, bagaimana kalau seseorang melihat penampakan Yesus melalui mimpi maupun dalam keadaan setengah tersadar lebih dari sekali? Apakah itu hanya halusinasi saja? Dan apa maksud salah satu penampakan Yesus yg tanpa cahaya dan separuh badan ke atas gelap? Dan juga Yesus yg pernah berkata “Jangan takut! Aku sudah mengikat/mengadakan(yg saya ingat agak tersamar) perjanjian dgn iblis ini”?

Terimakasih

Yohanes Dwi Harsanto, Pr
Yohanes Dwi Harsanto, Pr
Reply to  Dan
12 years ago

Salam Dan,

Bisa saja mimpi atau halusinasi beberapa kali karena situasi bawah sadar. Tentu saja susah menerka makna mimpi atau halusinasi. Yang paling mudah ialah berpegang pada ajaran Gereja, bahwa Kristus Penyelamat bermaksud menyelamatkan kekal, bukan membinasakan, sedangkan setan bermaksud merebut manusia dari keselamatan itu. Siapa dibaptis dan hidup sesuai harapan Kristus dalam Gereja-Nya, pasti selamat.

Salam
Yohanes Dwi Harsanto Pr

Milka
Milka
12 years ago

Terlepas dari benar atau tidaknya kesaksian tsb. tetapi yang jelas berdoa kepada Santa dan Santo memang tidak Alkitabiah (tidak ada dalam Alkitab), ini hanyalah ajaran manusia. Mujizat yang terjadi bila berdoa kepada Santa dan Santo dapat juga diperoleh dari kuasa lain (bukan dari Tuhan Yesus). Keputusan di tangan anda masing2. GBU

Ingrid Listiati
Reply to  Milka
12 years ago

Shalom Milka, Umat Katolik tidak berdoa kepada Santa dan Santo, namun berdoa bersama para Santa dan Santo. Sebab disebutkan adanya doa- doa devosi kepada orang kudus, maksudnya bukan doa- doa itu ditujukan kepada para orang kudus itu sebagaimana kepada Tuhan; namun doa- doa tersebut merupakan permohonan akan dukungan doa-doa orang kudus di hadapan Tuhan, mengingat mereka adalah orang- orang yang sudah dibenarkan Tuhan, sehingga besar kuasa doanya (Yak 5:16). Mereka selalu bersatu dengan Tuhan di dalam hadirat-Nya dalam Kerajaan Sorga, sehingga mereka bukanlah saingan Tuhan tetapi rekan sekerja Allah (1 Kor 3:9) yang bersama- sama mendatangkan keselamatan bagi umat manusia.… Read more »

falentino rinto
falentino rinto
Reply to  Ingrid Listiati
11 years ago

Terlepas dari alasan tadi apakah Yesus pernah mengajarkan agar bisa minta doa dari para Nabi?Bukankah hubungan kta dengan Tuhan secara vertikal?kenapa kita meminta orang kudus bukan dari ketulusan dalam hati kita?intinya untuk kta mau SELAMAT Kita harus Jadi Pelaku FIRMAN dan Bukan mencari alasan Secara Manusia.Bertobatlah pilihan ada di tangan masing masing.

[dari katolisitas: Silakan melihat diskusi ini – silakan klik. Orang sering mengatakan bahwa kita harus menjadi pelaku Firman. Tentu saja hal ini benar, namun bukankah kita tetap harus menginterpretasikan Firman Tuhan? Bagaimana kita memperoleh keyakinan bahwa interpretasi yang kita lakukan adalah benar?]

Oktavianus
Oktavianus
12 years ago

Shawlom,
perkenankan saya utk mengingatkan saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, utk tetap fokus pada karunia, tugas dan perutusan masing-masing, demi kemuliaan Allah.

Natalies
Natalies
12 years ago

Shalom, Bpk Johanes Xin Shalom, Tim Katolisitas Salam Damai Kristus, Saya seorang Katolik dari keluarga Katolik, ikut kegiatan2 di Gereja Katolik, namun itu tidak berarti saya memahami seluruh isi ajaran Gereja Katolik, jadi jika ada komentar yang bertentangan dengan isi ajaran Gereja Katolik mohon dikoreksi… Saya tertarik dengan topik wahyu pribadi ini, karena dulu banyak teman2 mahasiswa dari PDKK dan prostestan yang sering mengucapkan kesaksian tentang penglihatan2 sorgawi, namun saya merasa ada yang tidak cocok dengan Kitab Suci sehingga saya memilih untuk tidak mengikuti persekutuan doa lagi yang diadakan oleh teman2 antar mahasiswa tersebut. Sebagai salah contoh : orang yang… Read more »

Aloysius R Suhartono
Aloysius R Suhartono
12 years ago

Kepada Stefanus dan Ingrid,

Saya sering menonton video “incorrupt bodies”, sungguh saya menikmatinya. Ada sekitar 250 santo/ santa katolik yang ditampilkan. Saya mau bertanya,
1. Bagaimana seharusnya tanggapan kita, manusia di dunia, terhadap misi yang sedang mereka jalankan. Saya merasa Tuhan memberikan kasihnya bukan untuk pamer-pameran
2. Apakah di Indonesia sudah ada “incorrupt body”? Saya dengar-dengar ada, kenapa tidak dipamerkan.

Terima kasih,
Aloysius R Suhartono

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Aloysius R Suhartono
12 years ago

Shalom Aloysius, Prinsip yang perlu kita cermati adalah Gereja Katolik tidak memberikan gelar santa-santo, karena tubuh para kudus tersebut tidak rusak. Gelar santa-santo sesungguhnya diberikan kepada mereka karena mereka  telah membuktikan kasih mereka kepada Tuhan secara luar biasa dan dalam derajat yang sungguh tinggi (heroic degree). Lihat tanya jawab kriteria pemberian gelar santa-santo di sini – silakan klik. Kalaupun ada dari sebagian tubuh santa-santo yang dijaga oleh Tuhan sehingga tidak rusak, maka hal ini hanyalah merupakan bonus, sehingga manusia dapat semakin percaya akan kasih Allah dan menyadari bahwa kematian bukanlah akhir dari segalanya, karena kita semua akan mendapatkan tubuh yang… Read more »

Leonard
Leonard
12 years ago

Shalom Yohanes Xin & FX Slamet, Saya dulu terkena tumor otak, dan hal yang lakukan adalah terus mencari mujizat, ke pendeta sana dan romo manapun yg punya karunia menyembuhkan,, wkt itu saya seorang yg sangat awam, mgkn iman pun tidak sebesar biji sesawi tp saya pnya pengharapan yg besar akan di sembuhkan dengan mujizat. hasil nya saya sembuh (Syukur kepada Allah). walaupun dengan menjalani operasi2 yg berat, tp hr ini saya sehat dan bisa bekerja dan memasuki lingkungan gereja Katolik. Apa yg mao saya sampaikan adalah saya mengerti sedikit ttg cara pikir anda, karena dl saya jg bgtu dan di… Read more »

Aloysius R Suhartono
Aloysius R Suhartono
12 years ago

Kepada Stefanus dan Ingrid, Saya teringat akan Injil Matius pasal 24.23 sampai ayat 27: Pada waktu itu jika orang berkata kepada kamu: Lihat, Mesias ada di sini, atau Mesias ada di sana, jangan kamu percaya. Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga. Camkanlah, Aku sudah mengatakannya terlebih dahulu kepadamu. Jadi, apabila orang berkata kepadamu: Lihat, Ia ada di padang gurun, janganlah kamu pergi ke situ; atau: Lihat, Ia ada di dalam bilik, janganlah kamu percaya. Sebab sama seperti kilat memancar dari sebelah… Read more »

michael
michael
12 years ago

Salam Damai Dalam Kristus Setelah membaca dialog diatas sy tarik 1 kesimpulan saja yg sederhana spt yg sy kutip dr 1Korintus13 1 Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. 2 Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. 3 Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk… Read more »

Johanes Xin
Johanes Xin
12 years ago

Salam kasih, buat Pak stef dan ibu Ingrid. Saya hanya ingin me-ralat apa yang telah ditulis oleh teman saya sdr. Slamet tentang penyakit diabetes, disana dia menulis bahwa insulin yang dihasilkan pankreas akan mengolah gula menjadi ensim adrenalin, itu keliru. Mungkin karena kurang mengerti dunia kedokteran, dia menulis seperti itu. Yang benar,adalah Insulin akan mengolah gula dalam darah menjadi glikogen, untuk disimpan didalam Hati. Sedang Hormon Adrenalin bertugas sebaliknya dari hal itu. Kalau Pankreas kita sudah tidak mampu menghasilkan insulin, maka gula dalam darah kita akan naik, itulah sebabnya bagi penderita diabetes, yang harus diperbaiki adalah organ Pankreasnya, supaya kembali… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Johanes Xin
12 years ago

Shalom Johanes Xin, Terima kasih atas komentar anda. Untuk ulasan medis, kami serahkan kepada yang memang ahli di bidangnya. Yang menjadi fokus kami adalah menjabarkan iman Katolik, sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Gereja Katolik sebatas pengetahuan kami. Berikut ini adalah beberapa point tanggapan yang dapat saya berikan: Pertama, tidak ada yang menyangkal adanya mukjizat, baik yang dilakukan di jemaat perdana sampai sekarang. Jadi, kalau anda dan istri diberi karunia untuk menyembuhkan, bersyukurlah dan saya yakin anda berdua dapat membangun umat Allah dengan lebih baik. Dan biarlah, lewat karunia ini, maka wajah Yesus dan Gereja-Nya dapat semakin bersinar. Kita semua… Read more »

Johanes Xin
Johanes Xin
Reply to  Stefanus Tay
12 years ago

Salam dalam Kasih Yesus Kristus. Saya ingin memberikan tanggapan, meski Kemarin dan sebelumnya, Yesus mengatakan bahwa “tidak akan ada gunanya berdebat mengenai Ajaran, kalau yang dianggap paling penting adalah Gereja, bukan manusia. Karena Kitab Suci dan Agama, dibuat adalah demi kepentingan Keselamatan Manusia, bukan sebaliknya. Adalah lucu, kalau ada orang tua memberikan buku petunjuk cara hidup kepada anaknya, karena kasihnya, lalu menganiaya anaknya karena buku itu dirusak. Adalah lebih penting ia menunjukkan kasihnya kepada anaknya, daripada kasihnya kepada buku itu.” Dari jawaban Pak Stef, saya mengakui kebenaran Perkataan Yesus yang disampaikan kepada istri saya itu. Saya memperoleh kesan, seakan-akan lebih… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Johanes Xin
12 years ago

Shalom Yohanes Xin, Terima kasih atas tanggapan anda. Pada jawaban ini, saya tidak akan menanggapi jawaban anda satu-persatu, namun saya ingin mengajak anda untuk mempertimbangkan tentang parameter dari suatu kebenaran, karena inti dari semua komentar anda adalah karena anda mempunyai keyakinan bahwa Yesus dan Maria telah berbicara kepada anda dan kepada istri anda, serta menganggap bahwa percakapan anda dengan Yesus dan Maria mempunyai kebenaran absolut, tanpa memperdulikan apa yang diajarkan oleh Gereja, santa-santo dan bahkan Kitab Suci. Di dalam jawaban saya sebelumnya, saya mengatakan kalau tidak sesuai dengan ajaran Gereja, maka wahyu pribadi adalah salah. Namun, sebaliknya secara tidak langsung,… Read more »

Teddy
Teddy
Reply to  Stefanus Tay
12 years ago

Shalom Yohanes Xin,

Kepada katolisitas mudah-mudahan masih bisa ditayangkan komentar ini karena saya ingin bertanya kepada saudara Yohanes Xin.

Saya tidak ingin mengomentari kemampuan saudara Yohanes melakukan mukjizat, saya hanya agak penasaran dengan begitu banyak kritik terhadap ajaran Gereja, Paus, santo santa bahkan rasul Paulus, atas alasan apa saudara masih berada dalam lingkup Katolik? Mungkin bisa dijelaskan dengan singkat saja?

Terima kasih.
Tuhan Yesus memberkati

johanes
johanes
Reply to  Stefanus Tay
12 years ago

Salam Kristus… Sungguh menarik membaca diskusi di atas antara Johanes Xin dengan Katolisitas. Dengan tanpa maksud untuk menghakimi siapa pun maka kita ingat kembali Firman Tuhan: 2 Kor 11:14 Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblis pun menyamar sebagai malaikat Terang. Kesimpulan terakhir dari sdr Stef sangat berarti dan sangat penting buat kita semua. “Apakah parameter kebenaran itu?” Sebagai perbandingan , berikut sebuah kesaksian nyata dari teman saya: Teman saya ini dulunya Katolik. Mengalami suatu goncangan iman saat ada ajaran lain (Tao) yang menggugah keingintahuannya. Singkat cerita: dalam kebingungannya dia pergi berdoa kepada Pieta (Bunda Maria memangku jenazah Yesus yang… Read more »

Lucky Tjandra
Lucky Tjandra
Reply to  Stefanus Tay
12 years ago

Bapak Johanes Xin,terima kasih karena banyak orang yang bisa disembuhkan oleh Bapak dan Ibu dari penyakitnya. Saya hanya ingin menambahkan bahwa, Cinta kepada Bapa adalah merupakan suatu Pilihan Hidup. Allah Bapa sangat mencintai manusia ciptaan-Nya tanpa batas. Kebebasan memilih menerima/ menolak Cintanya salah satunya, bahkan merelakan Anak-Nya Yang Tunggal Tuhan kita Yesus Kristus diSalibkan dan Wafat di Kayu Salib demi Penebusan Dosa kita manusia Ciptaann-Nya ( Yang diCiptakan-Nya hanya dari Debu tanah ). Ayub adalah salah satu contoh Iman Yang saya rasa bisa diteladani, bahwa bukan kehilangan harta benda duniawi/ kesembuhan dari sakit penyakit/ terbebas dari segala macam penderitaan-lah yang… Read more »

Johanes Xin
Johanes Xin
Reply to  Stefanus Tay
12 years ago

Salam dalam Kasih Yesus Kristus, Semua karena satu sebab, anda tidak percaya kepada apa yang kami lihat, kami alami setiap hari, dalam kehidupan bersama Yesus, Bunda Maria dan banyak yang lainnya. Tentang Kebenaran, saya berpegang kepada sesuatu yang sungguh nyata, bukan impian, angan-angan atau ilusi. Sebelum kami bertemu dengan Yesus, kami telah berjuang 9 tahun untuk melawan Kuasa Gelap, dimana 7 Pastur tidak sanggup menolong selain hanya memberi nasehat. 2 Pendeta angkata tangan, seorang Kyai juga gagal, seorang Biksuni juga tidak berhasil, dan seorang Pemuja Dewi Kwan Im, hanya memberi Nasehat, “Carilah Yesus dengan sungguh-sungguh, karena hanya Yesus yang bisa… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Johanes Xin
12 years ago

Shalom Yohanes Xin, Terima kasih atas tanggapannya. Saya ingin menegaskan bahwa saya tidak pernah mengatakan bahwa semua yang anda alami adalah tidak benar. Yang saya ingin tekankan (berlaku untuk siapa saja, termasuk Santa/o) adalah apabila ada orang yang mendapatkan wahyu pribadi dan bertentangan dengan ajaran Gereja, maka wahyu pribadi tersebut perlu dicermati lebih lanjut. Sebagai contoh wahyu pribadi yang anda terima dan St. Maria Faustina bertentangan. Dalam kondisi seperti ini, mana yang harus yang dipercaya dan apa dasarnya? Anda dapat mengatakan bahwa anda berbicara langsung dengan Yesus dan Maria, dan sebaliknya St. Maria Faustina juga menuliskan di bukunya atas perintah… Read more »

Linda Maria
Linda Maria
Reply to  Johanes Xin
12 years ago

Shalom Maaf atas tanggapan saya. Saya ingin menekankan disini bahawa jika kita hanya mengandalkan mujizat kesembuahan sebagai tanda ataupun bukti mutlak kepada kebenaran, makanya kita tidak beriman secara sihat. Harus kita ketahui, kalau yang disembuhkan dari sakit oleh Tuhan maka itu adalah atas kehendakNYA dan bukan atas kehendak dan keinginan kita sendiri. Iman itu bukan di ukur lewat mujizat. Begitu ramai orang Kristen mencari mujizat mencari tanda sehingga mengabaikan ajaran yang benar, ajaran yang berasaskan KETAATAN. Kita cenderung menyalahkan gereja bahkan Tuhan ketika doa kita tidak terjawab. Benar, tidak ada satu janjipun dari TUHAN yang mengatakan orang orang Kristen tidak… Read more »

Agung
Agung
Reply to  Johanes Xin
12 years ago

Saya sendiri kurang sependapat kalau kebenaran suatu ajaran dan iman diukur dari mujizat yang terjadi. Sebagaimana mujizat sebagai wujud nyata iman seseorang itu benar atau tidak. Meskipun Yesus berkata “Imanmu telah menyelamatkan engkau”, bukan berarti iman itulah pertimbangan utama apakah Tuhan hendak melakukan mujizat atau tidak. Paling tidak, iman akan bukanlah pertimbangan satu-satunya. Dalam kisah orang lumpuh yang dibawa turun kepada Yesus melalui atap, kita bisa melihat iman yang benar-benar dinyatakan dalam tindakan. Namun yang dikatakan Yesus pertama kali adalah “Dosamu telah diampuni” (Mat 9:2). Sasaran pertama Yesus adalah kesembuhan rohani yang tidak bisa dilihat secara langsung (tidak “nyata”), bukan… Read more »

aida bela
aida bela
Reply to  Johanes Xin
12 years ago

Untuk saudara Johanes Xin Katekese tentang Roh Kudus oleh: St. Yohanes Maria Vianney O, anak-anakku, betapa mengagumkan! Allah Bapa adalah Pencipta kita, Allah Putra adalah Penebus kita, dan Allah Roh Kudus adalah Pembimbing kita…. Manusia dari dirinya sendiri bukan apa-apa, tetapi dengan Roh Kudus ia sungguh mengagumkan. Manusia sepenuhnya adalah duniawi dan hewani; tak ada selain dari Roh Kudus yang dapat mengangkat pikirannya dan menaikkannya hingga tinggi. Mengapa para kudus begitu melepaskan diri dari keterikatan dunia? Sebab mereka membiarkan diri dibimbing oleh Roh Kudus. Mereka yang dibimbing oleh Roh Kudus memiliki pemikiran-pemikiran yang benar; itulah sebabnya mengapa begitu banyak orang… Read more »

Ioannes
Ioannes
Reply to  Johanes Xin
12 years ago

Salam, Johanes, saya sungguh bersyukur akan segala anugerah mukjizat yang terjadi pada anda dan sekeliling anda, apabila hal tersebut benar-benar berasal dari Allah. Mohon jangan berprasangka saya bermaksud memandang negatif pengalaman anda. Saya juga yakin Pak Stef dan semua pengasuh Katolisitas tidak bermaksud menghakimi atau langsung menuding anda sesat. Namun, sungguh sangat baik apabila kita selalu menguji apa yang dikaruniakan kepada kita. Saya yakin Bapa tidak akan tersinggung karena kita menguji (discernment) bukan bermaksud untuk merendahkan anugerahNya. Saya belum mengambil sikap apakah pewahyuan pribadi yang anda dan istri anda alami adalah otentik atau tidak. Akan tetapi, saya percaya bahwa bila… Read more »

aida bela
aida bela
Reply to  Johanes Xin
12 years ago

Salam kasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus Anda menuliskan Apakah anda tahu bahwa keluarga saya telah mengorbankan segalanya demi mengikuti segala perintah Yesus, untuk menolong sesama? Apakah anda tahu bahwa istri saya sampai harus berpuasa selama 40 hari 41 malam, tanpa makan dan minum sama sekali, sehingga beratnya turun 17 kg, dan itu dilakukan dua kali? Pada masa Pra-Paskah 2002 dan masa Pra-Paskah 2005? Semua itu demi mengikuti keinginan Yesus, agar kami mengalami apa yang dialami Yesus dahulu. Bapak Stef dan ibu Ingrid, hanya mengetahui satu hal yang tidak cocok, tetapi langsung menghakimi bahwa kami salah. Itu semua baru sekelumit… Read more »

FX.Slamet
FX.Slamet
12 years ago

Salam Kasih Saya sangat senang bisa menemukan Situs yang bagus ini, karena sudah sangat lama saya mencari situs yang bisa menjadi sarana untuk menyampaikan kabar gembira bahwa Kebenaran dan Kepastian tentang Benar tidaknya Konsep Tritunggal ini, kini bisa diperoleh. Karena pada Awal Agustus 2001, seorang Ibu di Bandung, telah mengalami peristiwa Mujizat, bertemu dengan Yesus dan Bunda Maria, seperti anda melihat tangan anda sendiri. Sejak saat itu, seluruh keluarga itu menerima banyak Karunia dari Yesus, tetapi baru Ibu itu dan suaminya yang Karunianya bisa berkembang. Yang menarik, selain menerima Karunia Penyembuhan, mereka, terutama Ibu itu, juga menerima dua Karunia, yang… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  FX.Slamet
12 years ago

Shalom FX Slamet, Terima kasih atas dukungan anda untuk karya kerasulan ini. Secara prinsip apa yang dialami seseorang atau penglihatan seseorang tidak dapat dijadikan pijakan iman, karena sebuah penglihatan adalah merupakan wahyu pribadi. Dan wahyu pribadi dapat benar dan dapat salah, karena dapat berasal dari diri sendiri, setan maupun Tuhan. Dengan demikian, kita harus mendasarkan iman kita pada wahyu umum yang berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci yang ditetapkan oleh Magisterium Gereja. Inilah yang membuat iman kita mempunyai pijakan yang kuat. Jadi, kalau ada penglihatan yang bertentangan dengan tiga hal itu, maka dapat dikatakan bahwa penglihatan itu tidaklah benar, karena Tuhan… Read more »

FX.Slamet
FX.Slamet
Reply to  Stefanus Tay
12 years ago

Salam dalam Kasih Yesus. Bapak Stefanus yang baik, Saya sebenarnya tidak terlalu suka berdebat mengenai sesuatu yang dasarnya adalah kata orang (Hearsays), tetapi kalau mau jujur hampir semua ajaran, baik itu yang telah tertulis dalam Kitab Suci, maupun yang telah menjadi Dogma resmi, semua berdasarkan kata seseorang. Kita hanya memilih mau mempercayai yang mana. Persoalannya, sering kali dalam memutuskan mau percaya atau tidak, kita sangat dipengaruhi oleh siapa yang bicara bukan apa isi kata-katanya. Saya ibaratkan seperti ini: Kalau ada seseorang yang menunjukkan jarinya ke arah Bulan Purnama, dan berkomentar bahwa Bulan itu Indah, diantara kita lebih banyak melihat dahulu… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  FX.Slamet
12 years ago

Shalom Slamet, Terima kasih atas tanggapan anda. Mungkin anda dapat mencoba melihat dimensi iman dari sisi yang lain. Kebenaran iman adalah bergantung dari yang memberikan saksi. Kalau kita terapkan dalam iman Katolik, maka iman kita bergantung pada Tuhan yang memberikan kesaksian, yang secara penuh diberikan oleh Kristus, dan kemudian diteruskan oleh Gereja. Dengan demikian, maka iman kita bukan tergantung dari opini pribadi. Dengan demikian, sudah seharusnya, kita menempatkan kebenaran di atas kepentingan maupun opini pribadi. Iman tidak tergantung dari apakah kita pernah melihat Yesus atau Maria atau tergantung dari apakah kita dapat membuat mukjizat atau tidak. Bahkan kalau iman kita… Read more »

Fransiskus Dany
Fransiskus Dany
Reply to  Stefanus Tay
12 years ago

Syalom Ibu
Apa yang dimaksud tabur tuai dalam ajaran Khatolik
Terimakasih Tuhan Berkati

[Dari Katolisitas: Silakan membaca jawaban ini, di point 3, silakan klik]

Xaveria
Xaveria
Reply to  FX.Slamet
12 years ago

Salam kasih dalam Kristus, Bpk Slamet dan Pak Johannes, saya tdk bermaksud memihak. Namun ada beberapa hal yang menurut saya percakapan ini sepertinya dipaksakan kepada satu sama lain. 1. Pak Johannes mencoba mempengaruhi pak Steff and ibu Inggrid, dengan perkataan dulu imannya sama dgn pak steff dan bu inggrid, tapi ternyata salah, shg mencoba mempengaruhinya, meskipun tdk explisit, bhw bpk steff and ibu inggrid juga pasti salah punya keyakinan spt itu. Menurut saya ini tdk bisa dipaksakan dan tdk perlu diyakinkan, krn pak steff dan ibu inggrid mempunyai pengalaman yg berbeda, yg membuat keduanya meyakini apa yg diyakini saat ini… Read more »

john ndeso
john ndeso
12 years ago

Iman tanpa perbuatan hakekatnya Mati,seberapa dalam anda mengimani Yesus dan Gereja Katolik?

mike patrick
mike patrick
12 years ago

Sekalipun emas ia harus diuji dengan api demikian juga ttng iman,marilah memohon kebijaksanaan dari Tuhan agar menunjukkan kebenarannya.Barang siapa yang tidak menentang dia di pihak kita.

Jono
Jono
12 years ago

Perhatian: Di dalam Injil sudah tertulis segala sesuatu yang bakal terjadi setelah Yesus. Nabi-nabi palsu dan penghinaan terhadap Yesus bakal tersebar. Pembunuhan/Pembantaian akan terjadi di seluruh penjuru dunia dalam upaya untuk menghilangkan jejak Yesus dan membenarkan Nabi baru mereka. Ingat para pengikut Yesus…..Sudah tertulis dalam Alkitab Akulah “Alfa dan Akulah Omega” tidak ada siapapun yang akan datang kepada kerajaan Bapak di sorga kalau tidak melalui Aku. Kata-kata bijak Yesus…Berikanlah kepada Kaisar apa yang menjadi hak kaisar dan berikanlah kepada Tuhan apa yang menjadi milikNya…Biarkanlah mereka percaya kepada apa yang mereka akui kebenarannya dan tetapkanlah imanmu pada apa yang kau imani.… Read more »

Carolina
Carolina
12 years ago

Dear Katolisitas,

Puji Tuhan karena ada website-website Katolik / Kristen yang mewartakan kebenaran sesuai dengan ajaran Gereja dan dengan tuntunan Tuhan sndr.. Karena memang inilah kenyataan, bahwa iman umat Katolik / Kristen sangat mudah digoyahkan terutama di jaman dimana informasi sangat mudah didapatkan melalui segala media..

Semoga Katolisitas pantang menyerah dalam berpegang teguh pada ajaran2 Gereja Katolik dan menguatkan iman saudara2 seiman..

Aida Bela
Aida Bela
12 years ago

Dear Katolisitas,

Seorang kawan Protestan senang sekali menghina Katolik dan menuding bahwa Rosario adalah doa kepada Iblis bukan kepada Maria, Hal ini berdasarkan kesaksian pertobatan seorang Penyihir Africa yang bernama Mukendi. Dia menjelaskan bahwa yang disembah dan didoakan oleh umat Katolik dalam doa Rosario bukanlah Maria Ibu Yesus tetapi Maria Marguela salah satu anak buah Lucifer. Lebih lengkapnya kesaksian Mukendi dapat dibaca di situs ini: http://www.squidoo.com/kesaksian-mukendi

Bagaimana menurut Katolisitas, mengenai kesaksian mantan tukang sihir tersebut?

Tuhan memberkati

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Aida Bela
12 years ago

Shalom Aida Bela, Tentang kesaksian Mukendi, silakan anda menjawab seperti ini: Dalam dialog dengan agama lain, cobalah untuk membuat argumentasi bukan berdasarkan kesaksian pribadi atau vision pribadi. Kalau diperlukan, saya juga mempunyai begitu banyak kesaksian dari para bapa gereja dan santa/santo yang mempunyai kesaksian yang positif tentang Maria. Namun, hal ini tidak perlu saya ungkapkan, karena anda tidak akan mempercayainya. Berfokuslah pada argumentasi yang jelas pembuktiannya, dan bukan berdasarkan kesaksian pribadi yang sulit dibuktikan kebenarannya. Memaksakan kesaksian seperti ini tidak dapat menyentuh esensi dari diskusi. Dari mana anda yakin bahwa kesaksian Mukendi adalah pasti otentik? Apakah parameternya? Kalau demikian, apakah… Read more »

sasha
sasha
12 years ago

kalo dipikir-pikir untuk apa orang berbohong dengan kesaksian palsu sedangkan ia sudah ditunjukkan konsekwensinya jika berdusta…..(karna iblis adalah bapa segala dusta) dan sudah tau tempatnya di mana nanti…dan semua yang dikatakan tepat sesuai firman2 yang ada, mana ada suara iblis yang menyuruh orang bertobat dan percaya pada TUHAN YESUS SAJA….itu gak mungkin……..kalau gak percaya yang terbaik berdoa dan tanya sama Tuhan…..Dia akan menjawab menurut caraNYA…,KLO MASIH TANYA MANUSIA ya sama aja……….yang pasti ketika kita sudah memilih berada dan bersepakat di pihak Tuhan maka kita harus bersiap melawan atau bertentangan dengan diri sendiri .GBU

Ingrid Listiati
Reply to  sasha
12 years ago

Shalom Sasha, Mungkin saja memang orang itu mengalami sedemikian, namun tidak ada yang dapat memastikannya apakah yang dilihatnya itu sungguh berasal dari Tuhan. Itulah duduk masalahnya. “Sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang” (2 Kor 11:14), sehingga memang dapat saja pesan yang diterima sepertinya baik -pesan pertobatan- namun maksudnya adalah untuk juga membuat kebingungan kepada orang banyak, dan menimbulkan perpecahan di antara umat beriman terutama dengan menimbulkan semacam prasangka negatif kepada para anggota Gereja dan pemimpin Gereja Katolik, Gereja yang didirikan oleh Tuhan Yesus sendiri. Maka anda benar, prinsipnya adalah kita berpegang kepada Sabda Tuhan Yesus saja, dan jangan tanyakan kepada… Read more »

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
240
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x