Masih Perlukah Sakramen Pengakuan Dosa (Bagian 1) ?

Pendahuluan

Berapa sering kita mendengar saudara kita dari agama Kristen lain yang mengatakan bahwa “Pengakuan dosa adalah cuma karangan Gereja Katolik saja. Alkitab mengatakan bahwa Tuhan sendiri yang memberikan pengampunan, bukan pastor. Jadi sudah seharusnya kita langsung mengaku dosa langsung kepada Yesus, dan tidak perlu mengakukan dosa di hadapan pastor. Memangnya Kitab Suci mengajarkan pengakuan dosa? Ah, pastor khan cuma orang biasa, kenapa kita musti mengaku dosa di depan pastor?”

Kemudian ada komentar-komentar dari orang Katolik yang mengatakan “Setelah kita mengaku dosa, kita juga berdosa lagi, jadi pengakuan dosa tidak ada gunanya… Saya malu, karena saya kenal sama pastornya. Bagaimana kalau pastornya sampai membocorkan rahasia pengakuan dosa saya?” Kemudian ada lagi yang mengatakan bahwa pengakuan dosa hanya urusan satu kali dalam satu tahun.

Mari kita lihat satu persatu keberatan tersebut di atas berdasarkan Alkitab, Bapa Gereja, dari pengajaran Gereja, dan juga perkembangan Sakramen Pengakuan Dosa. Pada bagian pertama ini, kita akan menelaah terlebih dahulu tentang apa sebenarnya hakekat dari dosa, sehingga kita akan secara lebih jelas menghayati bahwa Sakramen Pengakuan Dosa sungguh merupakan berkat dari Tuhan untuk membantu kita bertumbuh dalam kekudusan.

Apakah ‘dosa’ itu?

Ada begitu banyak definisi tentang dosa. Namun, secara prinsip, dosa dapat dikatakan sebagai suatu keputusan ((Disebut suatu keputusan, karena dosa adalah suatu keputusan yang diambil oleh keinginan atau “the will“. Pikiran dapat saja membayangkan atau mempengaruhi “the will” untuk berbuat dosa. Namun kalau pada akhirnya seseorang mengambil keputusan untuk tidak menuruti pikiran tersebut, maka orang tersebut tidak berbuat dosa.)) dari pilihan ((Dosa adalah suatu pilihan, karena kita mempunyai kehendak bebas atau “free will” untuk memutuskan apakan kita memilih berdosa atau tidak.)) untuk menempatkan apa yang kita pandang lebih utama, lebih baik atau menyenangkan daripada hukum Tuhan(1 Yoh 3:4). Pada saat seseorang menempatkan ciptaan lebih tinggi daripada Penciptanya, maka orang tersebut melakukan dosa (St. Bonaventura).

Katekismus Gereja Katolik (KGK) mendefinisikan bahwa dosa adalah melawan Tuhan (KGK, 1850), namun secara bersamaan melawan akal budi, kebenaran, dan hati nurani yang benar. (KGK, 1849) Sebagai contoh, mari kita melihat dosa menggugurkan kandungan atau aborsi. Di Amerika, setiap 30 detik, ada satu bayi yang digugurkan. Namun, tetap saja ada beberapa negara bagian di Amerika yang melegalisir warganya untuk menggugurkan kandungan.

Dosa adalah melawan akal budi, karena hanya orang yang dapat menggunakan akal budi bertanggung jawab terhadap dosanya. Itulah sebabnya bahwa Sakramen Pengampunan dosa hanya dapat diterimakan kepada orang yang telah dibaptis dan mencapai usia yang dapat berfikir rasional.

Dengan akal budi, seharusnya kita memilih tujuan yang paling akhir, yaitu persatuan dengan Tuhan, namun kita sering dikaburkan dengan oleh pengaruh dunia ini, sehingga akal budi kita lebih banyak dipengaruhi dan didominasi oleh kedagingan atau “sense appetite“. (( Sebelum dosa asal, sense appetite atau keinginan daging tunduk sepenuhnya pada akal budi. Namun setelah dosa asal, semua orang mempunyai kecenderungan untuk berbuat dosa, atau yang disebut concupiscence (lih KGK, 2515).)) St. Paulus mengatakan pemberontakan keinginan daging melawan keinginan roh (lih. Gal 5:16-17,24; Ef 2:3). Secara nalar, kita dapat melihat bahwa menggugurkan kandungan adalah melawan akal budi, karena tidak seharusnya manusia membunuh sesamanya, apalagi anaknya sendiri.

Dosa adalah melawan kebenaran, karena kebenaran hanya ada pada Tuhan. Namun sering kita menganggap kejadian di dunia ini semuanya relatif, atau ibaratnya, tidak putih, tidak hitam, melainkan abu-abu. Karena kecendungan faham relativitas, maka kita tidak tahu lagi mana yang benar dan mana yang salah. Karena beberapa negara bagian di Amerika melegalisir pengguguran kandungan, banyak orang yang mungkin beranggapan bahwa hal ini adalah sesuatu yang wajar, yang menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Namun kebenaran tidak berpihak kepada mayoritas, yang sering berganti-ganti dari waktu ke waktu. Kebenaran adalah tetap dan tidak berubah, dan kebenaran sejati hanya dapat ditemukan dalam diri Yesus, karena Yesus adalah Jalan, Kebenaran, dan Hidup (Yoh 14:6).

Dosa melawan hati nurani yang benar. Hati nurani yang benar ditekankan oleh KGK, karena jaman sekarang ini, begitu sulit untuk membentuk hati nurani yang benar. Kita perhatikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Kalau kita mau berlaku jujur di dalam bisnis, kita dinasehati “jangan sok jujur”. Kalau di sekolah kita tidak mau nakal dan menyontek, kita akan dibilang “sok alim.” Seolah-olah sesuatu yang seharusnya benar, tidak boleh dipraktekkan. Dengan mentolelir kesalahan-kesalan kecil, maka hati nurani kita yang awalnya benar, yang diciptakan menurut gambaran Allah, menjadi tertutup dengan dosa, sehingga tidak murni lagi. Di sinilah pentingnya kebenaran yang diwartakan oleh Kristus melalui Gereja-Nya, sehingga Gereja dapat menjadi tiang penopang dan dasar kebenaran (lih 1 Tim 3:15) yang menuntun hati nurani umat-Nya. Seperti yang dilakukan Gereja Katolik di Amerika, mereka berperan aktif untuk menyuarakan kebenaran atau membangkitkan hati nurani yang benar dengan berjuang untuk menghentikan legalisasi aborsi.

Apakah bobot dosa berbeda-beda?

Dalam beberapa kesempatan, saya mendengarkan kotbah, ada yang mengatakan bahwa semua dosa adalah sama. Dosa kecil maupun besar menyedihkan hati Tuhan. Lebih lanjut, mereka mengatakan bahwa Alkitab mengajarkan bahwa semua dosa adalah sama, yaitu dosa berat, dengan upahnya adalah maut, jadi tidak ada istilah dosa ringan (Why 20:14-15; Eze 18:4; Rom 6:23). Jadi ajaran Gereja Katolik yang mengatakan bahwa dosa dibagi menjadi dua: dosa berat dan dosa ringan, dan juga bahwa dosa berat hanya dapat dilepaskan melalui Sakramen Pengakuan Dosa adalah sangat tidak mendasar.

Namun kalau kita teliti lebih mendalam, sesungguhnya pernyataan di atas justru kurang mendasar. Memang semua dosa menyedihkan hati Tuhan, namun Alkitab juga mengatakan bahwa ada dosa yang berat yang mendatangkan maut dan ada dosa ringan yang tidak mendatangkan maut (Lih 1 Yoh 5:16-17). Kita bisa melihat contoh dalam kehidupan sehari-hari, di mana kita akan dapat membedakan tingkatan dosa. Misalkan, dosa membunuh dan dosa ketiduran sewaktu berdoa. Tentu, kita mengetahui bahwa membunuh adalah dosa yang lebih berat daripada ketiduran saat berdoa yang disebabkan oleh tidak-disiplinan dalam meluangkan waktu untuk berdoa.

Dengan dasar inilah, Gereja Katolik mengenal dua macam dosa, yaitu: (1) Dosa berat atau “mortal sin” (KGK, 1856) dan (2) Dosa ringan atau “venial sin” (KGK, 1863)

Kalau dosa berat adalah melawan kasih secara langsung, maka dosa ringan memperlemah kasih. Jadi dosa berat secara langsung menghancurkan kasih di dalam hati manusia, sehingga tidak mungkin Tuhan dapat bertahta di dalam hati manusia. Dosa berat atau ringan tergantung dari sampai seberapa jauh dosa membuat seseorang menyimpang dari tujuan akhir, yaitu Tuhan. Dan persatuan dengan Tuhan hanya dimungkinkan melalui kasih. Jika dosa tertentu membuat seseorang menyimpang terlalu jauh sampai mengaburkan dan berbelok dari tujuan akhir, maka itu adalah dosa berat. ((St. Thomas Aquinas, ST, II-I, q.72, a.5)) Lebih lanjut dalam tulisannya “Commentary on the Sentence I,I,3“, St. Thomas Aquinas mengatakan bahwa dosa ringan tidak membuat seseorang berpaling dari tujuan akhir atau Tuhan. Digambarkan sebagai seseorang yang berkeliaran, namun tetap menuju tujuan akhir.

Untuk seseorang melakukan dosa berat, ada tiga syarat yang harus dipenuhi, yaitu: (1) Menyangkut kategori dosa yang tidak ringan, (2) tahu bahwa itu adalah sesuatu yang salah, dan (3) walaupun tahu itu salah, secara sadar memilih melakukan dosa tersebut. Dengan kata lain seseorang menempatkan dan memilih dengan sadar keinginan atau kesenangan pribadi di atas hukum Tuhan.

Apakah efek dari dosa?

Kita melihat bahwa dosa menghancurkan relasi kita dengan Tuhan, yaitu dengan menghancurkan prinsip vital kehidupan kita, yaitu kasih. Seperti 10 perintah Allah, dibagi menjadi dua, yaitu kasih kepada Tuhan dalam perintah 1-3, dan kasih kepada sesama dalam perintah 4-10, maka dosa juga mempunyai dua efek, yaitu: efek vertikal dan efek horisontal. Efek vertikal mempengaruhi hubungan kita dengan Tuhan, sedangkan efek horisontal mempengaruhi hubungan kita dengan sesama. Dapat dikatakan bahwa tidak ada dosa yang bersifat pribadi. Semua dosa kalau kita telusuri akan mempunyai dimensi sosial. Kita lihat saja dari hal yang sederhana, misalkan seorang ayah yang sering marah-marah di rumah akan mempengaruhi seluruh anggota di rumahnya, menyebabkan istri dan anak-anak ketakutan. Yang lebih parah, anak-anak pun dapat tumbuh sebagai pemarah.

Atau contoh yang lain, yaitu dosa manusia pertama, menghasilkan dosa asal, yang menyebabkan terputusnya persatuan antara manusia dengan Tuhan, dan pada saat yang sama membawa dosa asal bagi seluruh umat manusia (Rom 5:12). Sebagai akibat dari dosa Adam (Kej 3:1-6), manusia kehilangan (1) rahmat kekudusan, dan (2) empat berkat “preternatural“, yang terdiri dari a) keabadian atau “immortality“, b) tidak adanya penderitaan, c) pengetahuan akan Tuhan atau “infused knowledge“, dan d) berkat keutuhan (integrity), yaitu harmoni dan tunduknya nafsu dan emosi kedagingan (sense appetite) kepada akal budi (reason). Karena kehilangan berkat-berkat tersebut, maka manusia mempunyai concupiscense (KGK, 2515) atau “the tinder of sin” (KGK, 1264), atau kecenderungan untuk berbuat dosa ((Jacques Dupuis, The Christian Faith: In the Doctrinal Documents of the Catholic Church, 7th ed. (New York: Alba House, 2001), 512, p.203.; KGK, 405.)), di mana manusia harus berjuang terus untuk menundukkan keinginan daging. St. Paulus menyebutnya sebagai nafsu kedagingan yang berlawanan dengan keinginan Roh (Lih Gal 5:16-17, Gal 5:24; Ef 2:3). Manusia tidak dapat melawan semuanya ini tanpa berkat dari Tuhan yang memampukan manusia untuk “berkata tidak” terhadap dosa. Karena dosa pertama dari Adam adalah dosa kesombongan, maka kerendahan hati adalah penawar dari dosa yang memampukan manusia untuk menerima berkat dari Tuhan secara berlimpah. Mari sekarang kita melihat secara lebih jelas proses perkembangan dari dosa.

Bagaimana proses Dosa berkembang?

Pernah saya tidak mengindahkan sakit gigi, karena kadang muncul dan kadang hilang. Namun lama-kelamaan sakitnya bertambah parah, sehingga harus dilakukan operasi. Nah, proses dari dosa sama seperti contoh di atas, mulai dari hal kecil, dipupuk terus-menerus sehingga menjadi besar dan sulit diatasi. Mari kita melihat perkembangan dari dosa: ((Francis Spirago, The Catechism Explained: An Exhaustive Explanation of the Catholic Religion (Tan Books & Publishers, 1994), p. 451-454))

  1. Tahap 1: Pikiran tentang dosa datang dalam pikiran. Ini bukan dosa, tetapi suatu godaan. Pada tahap ini, penolakan terhadap dosa akan menjadi lebih mudah kalau kita membuang jauh-jauh pemikiran tersebut dengan cara mengalihkannya kepada hal-hal lain, seperti: berdoa, atau pemikiran tentang neraka, dll.
  2. Tahap 2: Kalau pikiran dosa (godaan) ini tidak segera dibuang jauh-jauh, maka akan menjadi dosa ringan (venial sin). Ini adalah seperti menguyah-nguyah dosa di dalam pikiran. Sama seperti telur yang dierami, yang pada waktunya akan menetas, maka dosa yang terus dituruti di dalam pikiran, hanya menunggu waktu untuk membuahkan dosa (lih Yak 1:15).
  3. Tahap 3: Tahap ini adalah perkembangan dari pemikiran dosa yang didiamkan atau dinikmati oleh pikiran, kemudian akan membuahkan keinginan untuk berbuat dosa. Di sini bukan hanya pikiran, namun godaan sudah sampai di hati (the will). Yesus mengatakan bahwa orang yang mempunyai keinginan untuk berbuat dosa, sudah berbuat dosa (Mat 5:28).
  4. Tahap 4: Akhirnya dalam tahap ini, seseorang memutuskan untuk berbuat dosa. Pada tahap ini keinginan untuk berbuat dosa sudah menjadi keputusan untuk berbuat dosa namun masih merupakan dosa yang ada di dalam hati. Ini adalah sama seperti seseorang yang ditawarkan suatu jabatan dengan cara korupsi. Dia mempunyai tiga pilihan: menolak, bernegosiasi, atau mengiyakan. Tahap ini keinginan dan pikiran saling mempengaruhi, namun akhirnya membuahkan kemenangan bagi setan, sehingga seseorang memutuskan untuk berbuat dosa.
  5. Tahap 5: Pada saat kesempatan untuk berbuat dosa muncul, maka keputusan untuk berbuat dosa yang ada di dalam hati menjadi suatu tindakan nyata. Setelah keputusan untuk berbuat dosa dalam keinginan menjadi kenyataan, maka jiwa seseorang juga telah jatuh ke dalam dosa. Sama seperti air yang menjadi es dan memerlukan panas untuk mencairkannya, maka seseorang masih tetap dalam kondisi berdosa sampai dia bertobat.
  6. Tahap 6: Perbuatan dosa yang sering diulang akan menjadi kebiasaan berbuat dosa (habit of sin) atau kebiasaan jahat (vice). Dengan pengulangan perbuatan dosa, maka ada suatu tahap kefasihan untuk berbuat jahat dan keinginan hati sudah mempunyai kecenderungan untuk berbuat jahat. Bapa Gereja menghubungkan bahwa tiga kali Yesus membangkitkan orang mati melambangkan Yesus membangkitkan manusia dari dosa di dalam hati, dosa yang dinyatakan dalam perbuatan, dan dosa yang sudah menjadi kebiasaan. Yesus membangkitkan anak perempuan Yairus (Luk 8:49-56) di dalam rumahnya yang melambangkan kebangkitan dari dosa yang masih di dalam hati. Sedangkan kebangkitan anak janda di pintu gerbang (Luk 7:11-16) melambangkan kebangkitan dari dosa yang telah dinyatakan dalam perbuatan. Akhirnya, kebangkitan Lazarus yang telah dikubur (Yoh 11:3-43), melambangkan kebangkitan dari dosa yang sudah menjadi kebiasaan. Untuk membangkitkan Lazarus, Yesus menangis, menyuruh seseorang membuka batu kubur, berseru dengan suara keras, meminta orang untuk membuka kain penutup, dan membiarkan dia pergi. Ini menunjukkan bahwa begitu sulit untuk menghancurkan dan memutuskan ikatan dosa yang sudah menjadi kebiasaan.
  7. Tahap 7: Perbuatan dosa dan kebisaan untuk berbuat dosa akan disusul dengan dosa yang lain. Karena rahmat Tuhan tidak dapat bertahta lagi dalam hati orang ini dan seseorang tidak dapat melawan dosa tanpa rahmat Tuhan, maka orang ini tidak mempunyai kekuatan untuk keluar dari dosa dan malah berbuat dosa yang lain. Alkitab menyatakan bahwa Tuhan mengeraskan hati Firaun untuk menggambarkan akan kebiasaan berbuat dosa, yang menjadikan Firaun berbuat dosa yang lain secara terus-menerus (Kel 9:12). Rasul Paulus menyatakan bahwa Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas, karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah (Rom 1:28).
  8. Tahap 8: Pada saat kejahatan benar-benar berakar dalam jiwa seseorang, maka seseorang akan melakukan dosa yang benar-benar jahat sampai pada titik membenci Tuhan. Dengan sadar dan segenap hati dia akan melawan dan menghujat Roh Kudus, dimana merupakan dosa yang tidak terampuni (Mrk 3:29).

Dari tahapan perkembangan dosa, kita akan melihat bahwa dosa adalah sesuatu yang serius, yang kalau kita memandangnya sambil lalu, kita akan terjerumus perlahan-lahan dan jatuh ke dalam jurang kehancuran untuk selamanya. Permasalahannya, pada jaman sekarang ini, kesadaran, kepekaan akan perbuatan dosa dan resikonya semakin lama semakin memudar, sehingga dengan gampangnya seseorang berbuat dosa. Mari sekarang kita perbandingkan antara sesuatu yang bersifat jasmani dan yang rohani.

Jadi apakah Sakramen Pengakuan Dosa?

Selama tinggal di Amerika, saya melihat bahwa orang Amerika begitu memperhatikan kesehatan jasmani. Mereka berdiet, berolahraga secara teratur. Bahkan yang sudah tuapun tidak mau ketinggalan, mereka aktif berolahraga dengan berenang, jalan kaki, dll. Semuanya dilakukan dengan teratur, demi satu tujuan, yaitu agar badan mereka sehat, mungkin ada yang mempunyai tujuan lain agar bentuk lahiriah mereka lebih indah. Data di Amerika menunjukkan bahwa mereka menggunakan 6% dari uang mereka untuk kesehatan jasmani, seperti olahraga, ikut fitness club, dll. ((Lihat data dari The New York Times)) Saya tidak tahu data di Indonesia, namun mungkin datanya hampir sama dengan di Amerika, bahwa begitu banyak orang menggunakan uangnya untuk kesehatan jasmani.

Semua orang begitu peka terhadap kesehatan jasmani dan keindahan tubuh. Namun pertanyaannya adalah mengapa terhadap kesehatan rohani, kita sering kurang peka bahkan kadang kita sering mengacuhkannya? Mungkin kita akan lebih peka terhadap sesuatu yang dapat kita raba dan lihat. Namun kalau kita pikir, kesehatan rohani jauh lebih penting daripada kesehatan jasmani. Ini dapat dibuktikan bahwa Yesus datang ke dunia ini bukan untuk menyembuhkan semua penyakit jasmani, namun Dia datang untuk menyembuhkan penyakit rohani, yaitu dosa.

Nah, dosa adalah suatu penyakit yang begitu berbahaya. Salah satu penyembuhannya adalah dengan menerima sakramen pengakuan dosa. Di dalam Sakramen Pembaptisan, dosa asal dan seluruh dosa yang kita lakukan sebelum kita dibaptis dihapuskan. Namun sebagai manusia, kita dapat jatuh lagi ke dalam dosa setelah pembaptisan, bahkan kita dapat jatuh ke dalam dosa yang berat. Dosa berat yang kita lakukan setelah Pembaptisan hanya dapat diampuni dengan menerima Sakramen Tobat (KGK, 1423) atau Sakramen Pengakuan Dosa (KGK, 1424), atau Sakramen Pengampunan Dosa (KGK, 1424). Di dalam Sakramen inilah, kita juga bertemu dengan Dokter dari segala dokter, yaitu Yesus sendiri yang hadir di dalam diri imam/pastor. Untuk bertemu dengan Yesus di dalam Sakramen Pengampunan, diperlukan kerendahan hati dan penyesalan, sehingga Yesus sendiri akan memulihkan dan menyembuhkan hati kita.

Namun demikian, masih banyak orang yang meragukan tentang Sakramen Tobat yang dapat memberikan kesehatan rohani bagi kita. Silakan membaca bagian-2, yaitu jawaban terhadap keberatan-keberatan tentang Sakramen ini ditinjau dari Alkitab, Bapa Gereja, dan penerapan sakramen ini dalam sejarah Gereja.

4.6 19 votes
Article Rating
137 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
andimmike
andimmike
12 years ago

maaf merepotkan dengan pertanyaan saya tapi saya begitu tertararik dengan misteri tuhan dan sangat ingin mengetahuinya.

saya ingin bertanya apakah dosa itu semua sama ataukah ada yang namanya dosa kecil dan dosa besar. contohnya saya mencuri pensil dan saya membunuh orang, apakah di mata tuhan itu sama dan dianggap dosa atau ada keringanan mengenai dosa kecil untuk mencuri dan dosa besar untuk membunuh

[dari katolisitas: Ya, memang ada dosa berat dan dosa ringan. Silakan melihat penjelasan di atas – silakan klik]

pardohar
pardohar
12 years ago

Syalom katolisitas.

saya masih belum paham tentang dosa besar dan kecil. Saya coba memahaminya dari artikel diatas bahwa dosa besar dapat merebut persekutuan dengan Allah.

ada beberapa teman yang memegang prinsip bahwa dosa besar dan kecil itu sama saja.

Saya mencoba melihat dari kronologisnya bahwa membiarkan dosa kecil terjadi akan mengakibatkan dosa besar terjadi.

Mohon penjelasanya dari iman katolik, semoga tidak merepotkan.

Terimakasih.

[dari katolisitas: Tentang dosa berat dan dosa ringan, silakan melihat ini – silakan klik, dan perkembangan dosa lihat ini – silakan klik.]

yusup sumarno
yusup sumarno
12 years ago

Dear katolisitas, Anda menulis ini: “Jadi ajaran Gereja Katolik yang mengatakan bahwa dosa dibagi menjadi dua: dosa berat dan dosa ringan, dan juga bahwa dosa berat hanya dapat dilepaskan melalui Sakramen Pengakuan Dosa adalah sangat tidak mendasar.” Menurut saya ada salah pengetikan yang mendasar di sana. Melihat penjelasan / paragraf sesudahnya, pernyataan anda di atas (yang saya copas) sangat bertentangan dengan paragraf selanjutnya yang intinya Gereja meyakini ada dosa besar dan dosa kecil. Seharusnya anda tidak mengetik kata ‘tidak’ pada frase ‘tidak mendasar’. Tanpa kata ‘tidak’, kalimat utuhnya menjadi: “Jadi ajaran Gereja Katolik yang mengatakan bahwa dosa dibagi menjadi dua:… Read more »

andre
andre
12 years ago

halo kak,
aku mau tanya nih.
aku hobi maen game baik di PlayStation atau di Computer.
meski banyak maen game, aku jarang melalaikan tugas dan kewajibanku. menurut aku sih daripada berbuat hal2 negatif lebih baek maen game aja. lebih fun. gitu kak.
apa dosa kalo aku banyak bermaen game? kalo iya, dosa berat atau ringan?

Yohanes
Yohanes
Reply to  Stefanus Tay
12 years ago

Shalom Andre…^^ saya mau berbagi pengalaman nih.. “Game sebagai hobi” Dulu saya juga sama seperti Andre, menjadikan main Game sebagai hobi dan banyak main game(sampai2 hafal semua cheat dan triknya, dari PS sampai yang On-Line), dari yang awalnya hanya main game sebentar dan lama kelamaan malah menjadi semakin tak tergantikan posisinya. Lupa makan, minum, orang sekitar, dan yang paling parahnya lagi sampai lupa kalau Tuhan itu Ada, waah.. “Kecanduan game” Hal ini terjadi secara terus menerus selama 2 tahun.. mulai dari saya kelas 2 SMP sampai dengan kelas 1 SMK, yang membuatnya lebih menyenangkan lagi karena saya selalu dibayarin (ada… Read more »

Yulius
Yulius
12 years ago

Mengapa lebih gampang mengaku dosa di hadapan Tuhan,dan sangat sulit mengaku dosa di depan Pastor, mengapa demikian?

Krisna
Krisna
12 years ago

Saya pernah membaca sejarah pengampunan dosa….

Diceritakan bahwa dahulu pengakuan dosa dilakukan dihadapan umat ( orang banyak ) sehingga umat pengetahui dosa orang tersebut dan sekarang sakramen pengakuan dosa dilakukan secara tertutup…

1.Jika apa yang diceritakan itu benar, apakah itu tidak melanggar hak privasi orang tersebut?
2. Sejak kapan Gereja Katolik melakukan perubahan tata cara pelaksanaan sakramen pengampunan dosa dari yang terbuka menjadi tertutup?
3. Alasan mengapa perubahan itu terjadi?

Thanks……….

Krisna
Krisna
12 years ago

Saya ingin bertanya…..

Jika ada orang Indonesia yang pergi berlibur ke Korea Selatan, dan dia pergi ke Geraja Katolik di Korea Selatan, dan melakukan sakramen pengakuan dosa, tetapi dia tidak bisa bahasa Korea, dan pasturnya juga tidak bisa bhs Indonesia…

Apakah sakramen pengakuan dosa itu sah, sah dalam arti bahwa dosa orang tersebut sudah dihapuskan meskipun tidak bisa mengerti bahasa Korea?

Thanks……

Romo Wanta, Pr.
Reply to  Krisna
12 years ago

Salam Krisna, Yang anda tanyakan adalah soal sah tidaknya pengakuan dosa yang dilakukan kepada pastor yang tidak mengerti bahasa Indonesia. Jawabnya, menurut saya tidak sah, karena tidak ada komunikasi antara peniten dengan pastor. Sakramen pengakuan atau rekonsiliasi memerlukan pemahaman isi dari komunikasi antara peniten dan pemberi kemurahan/pastor. Jika materi pengakuan tidak dimengerti maka pengakuan itu tidak memberikan efek rekonsiliasi, mintalah berkat saja. Lain halnya jika ada penterjemah atau ditulis jika dia mengerti bahasanya. Sebab pastor tidak bisa memberikan nasihat kepada peniten yang tidak dimengerti apa dosanya. Nasihat penting sebelum memberikan absolusi kepada peniten. Tiga unsur Sakramen Pengakuan Dosa adalah: peniten… Read more »

Agung
Agung
Reply to  Romo Wanta, Pr.
12 years ago

Shalom, Romo..

Diatas disebutkan kalau “Nasihat penting sebelum memberikan absolusi kepada peniten. Tiga unsur Sakramen Pengakuan Dosa adalah: peniten jujur terbuka mengungkapkan dosanya, nasihat kepada peniten, dan doa absolusi kepada peniten atas dosanya oleh imam sebagai in persona Christi capitis et pastoris et ecclesiae.”

Namun kadang-kadang waktu saya mengaku dosa, romo pengakuan langsung memberikan doa2 yang harus saya doakan sebagai penitensi, tanpa ada nasehat. Apakah nasehat itu sifatnya “hanya” penting (kalau mendesak boleh ditiadakan) atau mutlak harus ada?

Terima kasih

Romo Wanta, Pr.
Reply to  Agung
12 years ago

Agung yth,

Nasihat penting, agar peniten dapat memperbaiki hidupnya. Jika tidak ada, mungkin karena si peniten mengaku dosa dengan kesalahan yang sangat ringan dan dipertimbangkan cukup dengan doa. Kebijakan ini ada pada pastor ybs. Kadang dosanya tidak terungkap, hanya berupa keluhan dan sebagainya. Semestinya pengakuan dosa tidak dipakai untuk konseling persoalan pribadi, pengakuan dosa ya mengaku dosa saja. Bagi saya nasihat penting, tetapi semua melihat keadaan si peniten dan diserahkan pada pastor pemberi pengakuan dosa.

salam
Rm Wanta

Agung
Agung
Reply to  Romo Wanta, Pr.
12 years ago

Shalom, Romo

baru-baru ini waktu mengaku dosa, romo yang melayani tidak memakai stola. Hanya jubah putih yang biasa dipakai romo2. Apakah hal ini diperbolehkan?

Kalau harus memakai stola, apakah hanya stola warna tertentu saja? Karena pernah juga suatu saat romo lain yang melayani menggunakan stola batik.

Terima kasih. Tuhan memberkati.

Romo Bernardus Boli Ujan, SVD
Romo Bernardus Boli Ujan, SVD
Reply to  Agung
12 years ago

Salam Agung,

Dalam situasi normal, hendaknya diperhatikan agar imam pelayan Sakramen Pengampunan mengenakan stola (biasanya stola berwarna ungu sebagai tanda tobat). Dalam keadaan darurat (bahaya mati) bisa dipakai stola yang ada atau tanpa stola bila tak ada stola, karena dalam situasi darurat itu yang paling penting adalah pengakuan dosa oleh si peniten, lalu penumpangan tangan imam atas peniten diiringi doa absolusi dan berkat pelepasan dosa si peniten.

Salam dan doa. Gbu.
Rm Boli

Aisha
Aisha
Reply to  Romo Wanta, Pr.
12 years ago

Itulah sebabnya maka kita HARUS HANYA BERDOA KEPADA TUHAN UNTUK PENGAKUAN DOSA ! Kemanapun kita pergi ke Arab Saudi, Korea, Kubub Utara (tempatnya bangsa Inuit), kr Rusia, kepedalaman Papua .. kita tidak usah pergi kepada “manusia” (hamba Tuhan) untuk MENGAKU DOSA. Cukup berdoa kepada Tuhan yang mengerti semua bahasa2 didunia. Masalah terselesaikan.

glenn
glenn
Reply to  Stefanus Tay
12 years ago

Shalom pak stef dan aisha. Mengenai mengakukan dosa kepada pastor (manusia), yg menjadi masalah bukannya sulit meminta waktu atau mendapatkan pastor yg mengerti bahasa kita, tapi bagaimana kita “berani” mengaku dosa yg “menjijikan” kepada sesama manusia. Misalnya mengaku melakukan dosa korupsi, bisa dibayangkan sulitnya mengaku bahwa rumah, mobil, harta diperoleh dari korupsi kepada manusia. Lebih mudah mengaku langsung kepada Tuhan karena tdk ada risiko ketahuan melakukan korupsi oleh org lain, minimal walau hanya pastor yg mendengar, ybs akan merasa malu jika pastor tau bahwa rumahnya hasil korupsi. Misalnya jg, betapa sulitnya mengakukan dosa melakukan aborsi, memaki org tua, melakukan perzinahan,… Read more »

Dave
Dave
13 years ago

Dear team Katolisitas,
1. Menurut Kanon 1388 seorang imam yang membocorkan rahasia pengakuan dosa, maka ia terkena ekskomunikasi ( yang dalam hal ini berarti ia dianggap melakukan kesalahan berat) pertanyaannya mengapa demikian?
2. Mohon dijelaskan istilah macam-macam ekskomunikasi dan orang seperti apakah yang dapat terkena ekskomunikasi ?
Thank’s GBU always

Ingrid Listiati
Reply to  Dave
13 years ago

Shalom Dave, 1. Mengapa membocorkan isi pengakuan dosa adalah dosa berat? Demikian adalah jawaban dari Romo Wanta: Dave Yth Perbuatan membocorkan isi pengakuan dosa oleh imam adalah dosa dan kena hukuman otomatis. Mengapa? Karena membocorkan rahasia pengakuan adalah bertentangan dengan kode etik kewajiban seorang imam menyimpan rahasia pengakuan dosa. Hal itu merupakan pelaksanaan kanon 983 paragrap 2: Rahasia sakramental (pengakuan) tidak dapat diganggu gugat. Karena itu sama sekali tidak dibenarkan bahwa bapa pengakuan dengan kata-kata atau dengan cara lain serta atas dasar apapun mengkhianati peniten sekecil apapun. Bapa pengakuan (pastor katolik) terikat kewajiban rahasia pengakuan peniten. Semoga anda semakin paham.… Read more »

Ioannes
Ioannes
Reply to  Ingrid Listiati
12 years ago

Salam,

Sehubungan dengan kerahasiaan pengakuan dosa, saya ingin menanyakan mengenai pemanfaatan isi pengakuan sebagai ilustrasi. Apakah dibenarkan apabila imam memberikan ilustrasi atau contoh kasus kepada seseorang/banyak orang dengan memanfaatkan isi pengakuan, walaupun tidak menyebutkan identitas pengaku sama sekali? Terima kasih.

Pacem,
Ioannes

Romo Wanta, Pr.
Reply to  Ioannes
12 years ago

Ioannes yth,

Tidak diperkenankan seorang imam mengingat dosa orang dan menyampaikan isi dosa pada publik, ada hukumannya. Pada umumnya seorang imam sudah tahu dan lupa akan dosa orang yang datang kepadanya meminta Sakramen Pengakuan Dosa.

salam
Rm Wanta

Ioannes
Ioannes
Reply to  Romo Wanta, Pr.
12 years ago

Salam,

Berarti isi dosa dalam pengakuan dosa tidak boleh dibuka di publik bersama identitas sang pengaku. Akan tetapi, apakah seorang pastor boleh menggunakan dosa seseorang sebagai contoh tanpa menyebutkan identitas sang pengaku? Misalnya, saat seorang pastor memberikan homili mengenai perceraian, ia memberikan ilustrasi bahwa banyak pasangan mengaku dosa pada sang pastor bahwa mereka berselingkuh sehingga memicu keretakan rumah tangga mereka. Namun, pastor tersebut tidak menyebutkan identitas pengaku-pengaku yang bersangkutan. Apakah hal tersebut dibenarkan? Terima kasih.

Pacem,
Ioannes

Agung
Agung
Reply to  Stefanus Tay
12 years ago

Saya rasa perlu ada juga etika yang sama yang harus dipegang oleh pewarta awam yang menerima konseling dari sesama awam (semacam kerahasiaan dokter-pasien, psikiater-pasien).

Banyak juga konselor awam Katolik yang juga merupakan pewarta firman menggunakan metode yang sama dalam berkotbah (memberi contoh kasus dari hasil konselingnya meskipun tanpa menyebutkan nama). Atau memang sudah ada aturannya untuk hal ini?

Ingrid Listiati
Reply to  Agung
12 years ago

Shalom Agung, Menurut pengetahuan saya, tidak ada salahnya memberikan contoh-contoh dari suatu kasus tanpa menyebutkan nama, jika tujuannya adalah untuk membantu umat yang lain, untuk membangun iman umat, dan tentu untuk memuliakan nama Tuhan. Bukankah ini juga yang dilakukan oleh banyak pengarang dalam hampir semua majalah ataupun buku-buku psikologi yang mengisahkan kisah nyata dalam kehidupan sehari-hari. Biar bagaimanapun contoh-contoh sangat diperlukan, agar memudahkan orang melihat bahwa sabda Tuhan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, walau dalam keadaan yang paling sulit sekalipun; dan sabda Tuhan ini memimpin langkah kita untuk menemukan makna hidup kita yang sesungguhnya. Maka yang penting adalah jangan sampai… Read more »

imelda waruna
imelda waruna
13 years ago

Setelah membaca tahapan dosa, saya semakin takut. saya sudah berdosa berat. saya sudah sampai ke tahap 5 menuju 6. Kemarin saya sudah mengaku dosa. hari ini hari yang berat karena saya berhenti total. semoga Tuhan memberikan rahmatNya untuk saya benar-benar bertobat kali ini. Tolong saya, Tuhan…

semang
semang
13 years ago

Shalom,
saya masih keliru/binggung apa jenis(contoh2) dosa2 berat dan ringan. Semoga Ibu Ingrid boleh membantu.

Terima kasih.

[Dari Katolisitas: Silakan membaca artikel di atas, silakan klik, untuk mengetahui prinsip dasar tentang dosa berat dan dosa ringan. Jika ada yang belum jelas silakan bertanya kembali.]

Lia
Lia
13 years ago

Bu ingrid / pak stef, Sy ingin bertanya, 1. dosa aja saja yg termasuk dosa berat & dosa apa yg termasuk dlm dosa ringan? 2. Apakah ada perbedaan cara/doa untuk pertobatan dr dosa berat & dosa ringan? Terima Kasih [Dari Katolisitas: Mohon membaca artikel di atas, silakan klik, karena di artikel tersebut sudah dibahas tentang pertanyaan anda. Mengenai pertobatannya: rahmat pengampunan atas dosa berat diterima melalui Sakramen Pengakuan Dosa, sedangkan untuk pengampunan dosa ringan dapat melalui perayaan Ekaristi. Walaupun demikian, tidak berarti bahwa dalam Sakramen Pengakuan, dosa ringan tidak perlu diakui. Seseorang yang mengakui dosanya, baik dosa berat maupun ringan… Read more »

Vincentius Jiwo Prisambodo
Vincentius Jiwo Prisambodo
13 years ago

aku ingin bertanya, klo misalkan menanggapi tentang Hujat terhadap Roh Kudus gimana?
Matius 12:31 Sebab itu Aku berkata kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni.

kalau sudah terlanjur menghujat Roh Kudus melakukan pengakuan dosa apakah bisa di ampuni?
terima kasih.
Berkah Dalem.

[dari katolisitas: silakan melihat ini – klik ini dan ini – klik ini]

santo
santo
13 years ago

pagi, maaf saya santo. saya mau tanya, saya baru 2 bln terakhir ini masuk katolik, kalau aku mau melakukan pengakuan dosa dimana ya. akupun mau menjalani hidup yang damai tidak seperti meninggalkan hidup yg penuh dengan dosa ini. terima kasih

Ingrid Listiati
Reply to  santo
13 years ago

Shalom Santo, Silakan anda menemui pastor paroki di mana anda tinggal, anda dapat membuat janji dengan beliau di sekretariat, atau menemuinya dalam Misa Harian, setelah itu, mungkin anda dapat meminta kepadanya untuk memberikan sakramen Pengampunan dosa. Atau cara lain, silakan mengamati papan pengumuman atau buletin paroki, karena biasanya ada jadwal untuk sakramen Pengakuan dosa, misalnya setiap hari Sabtu sore atau Jumat sore, silakan anda lihat apakah paroki anda mempunyai jadwal tersebut. Jika ada, silakan datang pada waktu pada jadwal tersebut. Namun yang terpenting sebelum mengaku dosa, lakukanlah dulu pemeriksaan batin yang baik, yang dapat anda baca di sini, silakan klik.… Read more »

maria
maria
13 years ago

Terima kasih Inggrid. Saya ingin bertanya mengenai Maria magdalena. Apakah wanita berzinah yg diampuni Jesus dalam injil Johanes dengan maria magdalena yg ada di kaki kayu salib serta yag datang ke kubur Jesus itu sama ?
Tks dan selamat Paskah serta Tuhan memberkati

[Dari Katolisitas: Silakan anda membaca artikel ini, silakan klik]

chistine
chistine
13 years ago

Salam,
saya mau tanya mulai umur berapa anak diharuskan untuk mengaku dosa?
terimakasih
Tuhan memberkati

christine

Ingrid Listiati
Reply to  chistine
13 years ago

Shalom Christine,
Anak dapat mulai mengaku dosa pada saat ia telah memasuki usia akal budi (age of reason) yaitu usia menerima Komuni Pertama.
Silakan membaca selanjutnya di sini, silakan klik.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

maria
maria
13 years ago

Shallom Ingrid dan tim katolisitas,
Terima kasih sekali lagi atas jawabannya. Sy tidak tahu apa renc Tuhan bagi sy dan seluruh keluarga besar sy, tetapi keadaan kami benar2 amburadul. Sehingga mama saya sering bertanya apakah yg sdh beliau tabur hingga kehidupan anak2nya seperti ini? Beliau sangat tekun berdoa terutama doa rosario dan selalu berusaha hidup baik dan tidak menyakiti hati org lain, hanya kelemahannya sulit mengampuni kalau ada yg menyakiti beliau.
Tapi sy yakin semua rencana Tuhan baik agi semua ciptaanNya
Tuhan memberkati

Ingrid Listiati
Reply to  maria
13 years ago

Shalom Maria, Memang sebagai manusia, kita tidak dapat memahami secara persis rencana Tuhan di dalam kehidupan kita. Namun ada satu yang dapat kita yakini, yaitu bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita, dan bahwa rancangan-Nya adalah yang terbaik bagi kita, walau sekarang belum sepenuhnya kita pahami. Maka janganlah berputus asa dengan keadaan keluarga besar anda yang menurut anda ‘amburadul‘ ini. Sebab Tuhan belum ‘selesai’ memproses tiap- tiap anggota keluarga anda. Adanya ujian hidup harus kita pandang sebagai kesempatan untuk bertumbuh di dalam iman dan kasih. Maka kemungkinan ujian hidup ini juga bertujuan untuk melembutkan hati mama anda agar memiliki hati yang… Read more »

mraba
mraba
13 years ago

Syalom bu Inggrid, Saya orang yangingin meyakini keyakinan saya pada gereja katholik. Ada pertanyaan yang mungkin juga ditanyakan oleh sebagian kecil umat katholik yang belum memehami benar ajaran gereja. Ini adalah mengenai kewajiban umat katholik mengaku dosa kepada pastor, baik pada masa prapaska maupun pada kesempatan lain, misalnya setelah melakukan dosa besar. Bukan kah setiap awal kita beribadah selalu diawali dengan pengakuan dosa yang diucapkan bersama-sama? Mengapa ada pengakuan dosa ‘khusus’ di hadapan pastor? Pada ayat manakah di Injil yang menyatakan bahwa Yesus memerintahkan kita melakukan pengakuan dosa kepada Tuhan melalui pastor, tidak cukup hanya mengaku dosa secara langsung pada… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  mraba
13 years ago

Shalom Mraba, Gereja Katolik mengajarkan bahwa seseorang memperoleh pengampunan dosa melalui sakramen Pengakuan Dosa, di mana Kristus hadir di dalam diri para imam-Nya untuk memberikan rahmat pengampunan-Nya. Maka jika kita sungguh bertobat, terutama dari dosa berat kita harus mengaku dosa dalam sakramen Pengakuan Dosa. Sebab cara inilah yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus bagi kita untuk memperoleh pengampunan dariNya. Doa pengakuan dosa, “Saya mengaku kepada Allah yang Maha Kuasa……” yang dilakukan di awal Misa Kudus dan rahmat yang diterima dalam Komuni Kudus hanya menghapuskan dosa- dosa ringan, namun untuk dosa berat umat Katolik harus mengaku dosa dalam Sakramen Pengakuan Dosa di… Read more »

maria
maria
13 years ago

Dear Inggrid, Terima kasih buat jawabannya. Suami sy org yg sulit diajak bicara, bahkan kami sdh 10 thn tdk bicara. Kl sy sms jg tdk dibalas atau hanya ‘ya’ atau ‘tidak’ saja. Anak2 juga tidak berani sm papanya krn tergantung secara finansial ( walaupun yg 2 sdh mulai bekerja). Mengenai adik sy dan suaminya , mrk ber @ dalam dosa perselingkuhan masing2 dan setiap diberitahu untuk bertobat jawabannya adl pastor juga berdosa kok, juga pastor kan punya pacar dsb. Artinya kan mrk menolak kerahiman Tuhan ? dan ini kan dosa menghujat Roh Kudus ? Mrk berdua terlebih mengandalkan uang dan… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  maria
13 years ago

Shalom Maria, Agaknya memang pada akhirnya harus diterima, bahwa hal mengubah hati adalah urusan Tuhan. Maka kita memang dapat menyampaikan teguran, jika orang- orang yang kita kasihi menyimpang dari jalan Tuhan, dan kita dapat mendoakan mereka; namun pada akhirnya, Tuhan saja yang dapat mengubah hati mereka. Bahwa kita manusia yang lemah, itu benar, namun Tuhan menginginkan agar kita terus bertumbuh di dalam iman dan kekudusan, itu juga benar. Karena itu, kita membutuhkan uluran tangan Tuhan dan rahmat-Nya, yang kita peroleh melalui doa, firman-Nya, dan secara khusus dalam sakramen- sakramen-Nya. Maka kerahiman Tuhan jangan dijadikan alasan bagi kita untuk boleh tetap… Read more »

thomas
thomas
Reply to  Ingrid Listiati
13 years ago

Pax Christi, 1. Istri saya mengaku pernah berdosa berat 4 tahun yang lalu, dia tidak menyesal dan tidak mau melakukan pengakuan dosa karena dia keras berpendapat cukup mengaku dosa saja dalam ekaristi (karena sakit hati yang dalam terhadap romo kami yang dahulu memberikan sakramen pernikahan ternyata selama pengabdiannya sebagai imam juga mempunyai istri dan anak). Saya dengan tulus memaafkan dia dan dulu sering mengajak untuk pengakuan dosa tetapi tidak berhasil, sampai sekarang istri saya tetap rajin ke gereja tetapi tidak mau menerima komuni kudus. Setiap kami ke gereja selalu saya doakan semoga Tuhan Yesus mengampuni dan membuka hati istri saya… Read more »

maria
maria
13 years ago

Terimakasih Inggrid untuk jawabannya. Sy sudah membawa keinginan sy ttg pengakuan dosa dan bapa pengakuan kepada Tuhan dan sy keliatannya sdh diberi oleh Tuhan. Mdh2an benar. Memang sy senang kalau bisa mengakukan dosa sampai tuntas (kadang sampai 2 jam). Mengenai anak sy, mereka menganggap sy berlebihan karena kalau memang seperti yg sy katakan, maka org di dunia lebih bnyk yg berdosa drpd yg tdk, apalagi papanya sdh tidak ke ger dan dalam keadaan dosa perselingkuhan. Anak2 sdh dewasa, jadi berat buat sy kalau hrs menegur dgn keras. Sekarang yg no 2 (karena pacarnya muslim), hampir tdk pernak ke ger. Kalau… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  maria
13 years ago

Shalom Maria, 1. Terus terang, saya turut prihatin dengan keadaan anda dan suami anda. Memang idealnya, anda perlu memberi tahu kepada suami dan pacarnya itu agar tidak menyambut Komuni [karena kehidupan mereka dalam perselingkuhan tersebut tidak mencerminkan makna persatuan suami istri -seperti persatuan Kristus dan Gereja-Nya- yang dilambangkan oleh Komuni Kudus itu]. Namun saya rasa, diperlukan kebijaksanaan akan bagaimana cara yang bijak untuk memberitahukan hal itu. Kemungkinan harus secara bertahap terlebih dahulu; yaitu untuk membuka mata hati mereka terlebih dahulu bahwa mereka sesungguhnya tidak mempunyai ikatan yang sah di hadapan Tuhan. Mungkin dalam hal ini anak- anak anda yang sudah… Read more »

maria
maria
13 years ago

Shallom, Sy mau bertanya, sy mempunyai anak laki2 yang sdh lama hanya kadang2 ke gereja. Sangat jarang (mungkin karena dia berpacaran dengan seorg muslim, tetapi pacarnya jg tidak menjalankan ibadatnya). Apakah kalau anak sy ini datang ke gereja boleh menerima komuni tanpa sakramen tobat terlebih dulu ? Karena sy tkt dia melakukan dosa sakrilegi. Ataukah lebih baik tidak usah dulu ke gereja sampai benar2 siap untuk bertobat ? Juga kalau anak2 di gereja tidak mengikuti misa dengan baik, apakah boleh menerima komuni ? Kalau kita dalam kondisi berdosa, dan belum menerima sakramen tobat, apakh lebih baik tidak berdoa, karena doa… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  maria
13 years ago

Shalom Maria, Salah satu syarat untuk menerima Komuni adalah kita harus ada dalam kondisi berdamai dengan Tuhan, artinya tidak sedang dalam kondisi berdosa berat, ini disebutkan dalam Katekismus: KGK 1385 Untuk menjawab undangan ini, kita harus mempersiapkan diri untuk saat yang begitu agung dan kudus. Santo Paulus mengajak supaya mengadakan pemeriksaan batin: “barang siapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan. Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan itu. Karena barang siapa makan dan minum tanpa mengakui… Read more »

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
137
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x