Pendahuluan
Berapa sering kita mendengar saudara kita dari agama Kristen lain yang mengatakan bahwa “Pengakuan dosa adalah cuma karangan Gereja Katolik saja. Alkitab mengatakan bahwa Tuhan sendiri yang memberikan pengampunan, bukan pastor. Jadi sudah seharusnya kita langsung mengaku dosa langsung kepada Yesus, dan tidak perlu mengakukan dosa di hadapan pastor. Memangnya Kitab Suci mengajarkan pengakuan dosa? Ah, pastor khan cuma orang biasa, kenapa kita musti mengaku dosa di depan pastor?”
Kemudian ada komentar-komentar dari orang Katolik yang mengatakan “Setelah kita mengaku dosa, kita juga berdosa lagi, jadi pengakuan dosa tidak ada gunanya… Saya malu, karena saya kenal sama pastornya. Bagaimana kalau pastornya sampai membocorkan rahasia pengakuan dosa saya?” Kemudian ada lagi yang mengatakan bahwa pengakuan dosa hanya urusan satu kali dalam satu tahun.
Mari kita lihat satu persatu keberatan tersebut di atas berdasarkan Alkitab, Bapa Gereja, dari pengajaran Gereja, dan juga perkembangan Sakramen Pengakuan Dosa. Pada bagian pertama ini, kita akan menelaah terlebih dahulu tentang apa sebenarnya hakekat dari dosa, sehingga kita akan secara lebih jelas menghayati bahwa Sakramen Pengakuan Dosa sungguh merupakan berkat dari Tuhan untuk membantu kita bertumbuh dalam kekudusan.
Apakah ‘dosa’ itu?
Ada begitu banyak definisi tentang dosa. Namun, secara prinsip, dosa dapat dikatakan sebagai suatu keputusan ((Disebut suatu keputusan, karena dosa adalah suatu keputusan yang diambil oleh keinginan atau “the will“. Pikiran dapat saja membayangkan atau mempengaruhi “the will” untuk berbuat dosa. Namun kalau pada akhirnya seseorang mengambil keputusan untuk tidak menuruti pikiran tersebut, maka orang tersebut tidak berbuat dosa.)) dari pilihan ((Dosa adalah suatu pilihan, karena kita mempunyai kehendak bebas atau “free will” untuk memutuskan apakan kita memilih berdosa atau tidak.)) untuk menempatkan apa yang kita pandang lebih utama, lebih baik atau menyenangkan daripada hukum Tuhan(1 Yoh 3:4). Pada saat seseorang menempatkan ciptaan lebih tinggi daripada Penciptanya, maka orang tersebut melakukan dosa (St. Bonaventura).
Katekismus Gereja Katolik (KGK) mendefinisikan bahwa dosa adalah melawan Tuhan (KGK, 1850), namun secara bersamaan melawan akal budi, kebenaran, dan hati nurani yang benar. (KGK, 1849) Sebagai contoh, mari kita melihat dosa menggugurkan kandungan atau aborsi. Di Amerika, setiap 30 detik, ada satu bayi yang digugurkan. Namun, tetap saja ada beberapa negara bagian di Amerika yang melegalisir warganya untuk menggugurkan kandungan.
Dosa adalah melawan akal budi, karena hanya orang yang dapat menggunakan akal budi bertanggung jawab terhadap dosanya. Itulah sebabnya bahwa Sakramen Pengampunan dosa hanya dapat diterimakan kepada orang yang telah dibaptis dan mencapai usia yang dapat berfikir rasional.
Dengan akal budi, seharusnya kita memilih tujuan yang paling akhir, yaitu persatuan dengan Tuhan, namun kita sering dikaburkan dengan oleh pengaruh dunia ini, sehingga akal budi kita lebih banyak dipengaruhi dan didominasi oleh kedagingan atau “sense appetite“. (( Sebelum dosa asal, sense appetite atau keinginan daging tunduk sepenuhnya pada akal budi. Namun setelah dosa asal, semua orang mempunyai kecenderungan untuk berbuat dosa, atau yang disebut concupiscence (lih KGK, 2515).)) St. Paulus mengatakan pemberontakan keinginan daging melawan keinginan roh (lih. Gal 5:16-17,24; Ef 2:3). Secara nalar, kita dapat melihat bahwa menggugurkan kandungan adalah melawan akal budi, karena tidak seharusnya manusia membunuh sesamanya, apalagi anaknya sendiri.
Dosa adalah melawan kebenaran, karena kebenaran hanya ada pada Tuhan. Namun sering kita menganggap kejadian di dunia ini semuanya relatif, atau ibaratnya, tidak putih, tidak hitam, melainkan abu-abu. Karena kecendungan faham relativitas, maka kita tidak tahu lagi mana yang benar dan mana yang salah. Karena beberapa negara bagian di Amerika melegalisir pengguguran kandungan, banyak orang yang mungkin beranggapan bahwa hal ini adalah sesuatu yang wajar, yang menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Namun kebenaran tidak berpihak kepada mayoritas, yang sering berganti-ganti dari waktu ke waktu. Kebenaran adalah tetap dan tidak berubah, dan kebenaran sejati hanya dapat ditemukan dalam diri Yesus, karena Yesus adalah Jalan, Kebenaran, dan Hidup (Yoh 14:6).
Dosa melawan hati nurani yang benar. Hati nurani yang benar ditekankan oleh KGK, karena jaman sekarang ini, begitu sulit untuk membentuk hati nurani yang benar. Kita perhatikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Kalau kita mau berlaku jujur di dalam bisnis, kita dinasehati “jangan sok jujur”. Kalau di sekolah kita tidak mau nakal dan menyontek, kita akan dibilang “sok alim.” Seolah-olah sesuatu yang seharusnya benar, tidak boleh dipraktekkan. Dengan mentolelir kesalahan-kesalan kecil, maka hati nurani kita yang awalnya benar, yang diciptakan menurut gambaran Allah, menjadi tertutup dengan dosa, sehingga tidak murni lagi. Di sinilah pentingnya kebenaran yang diwartakan oleh Kristus melalui Gereja-Nya, sehingga Gereja dapat menjadi tiang penopang dan dasar kebenaran (lih 1 Tim 3:15) yang menuntun hati nurani umat-Nya. Seperti yang dilakukan Gereja Katolik di Amerika, mereka berperan aktif untuk menyuarakan kebenaran atau membangkitkan hati nurani yang benar dengan berjuang untuk menghentikan legalisasi aborsi.
Apakah bobot dosa berbeda-beda?
Dalam beberapa kesempatan, saya mendengarkan kotbah, ada yang mengatakan bahwa semua dosa adalah sama. Dosa kecil maupun besar menyedihkan hati Tuhan. Lebih lanjut, mereka mengatakan bahwa Alkitab mengajarkan bahwa semua dosa adalah sama, yaitu dosa berat, dengan upahnya adalah maut, jadi tidak ada istilah dosa ringan (Why 20:14-15; Eze 18:4; Rom 6:23). Jadi ajaran Gereja Katolik yang mengatakan bahwa dosa dibagi menjadi dua: dosa berat dan dosa ringan, dan juga bahwa dosa berat hanya dapat dilepaskan melalui Sakramen Pengakuan Dosa adalah sangat tidak mendasar.
Namun kalau kita teliti lebih mendalam, sesungguhnya pernyataan di atas justru kurang mendasar. Memang semua dosa menyedihkan hati Tuhan, namun Alkitab juga mengatakan bahwa ada dosa yang berat yang mendatangkan maut dan ada dosa ringan yang tidak mendatangkan maut (Lih 1 Yoh 5:16-17). Kita bisa melihat contoh dalam kehidupan sehari-hari, di mana kita akan dapat membedakan tingkatan dosa. Misalkan, dosa membunuh dan dosa ketiduran sewaktu berdoa. Tentu, kita mengetahui bahwa membunuh adalah dosa yang lebih berat daripada ketiduran saat berdoa yang disebabkan oleh tidak-disiplinan dalam meluangkan waktu untuk berdoa.
Dengan dasar inilah, Gereja Katolik mengenal dua macam dosa, yaitu: (1) Dosa berat atau “mortal sin” (KGK, 1856) dan (2) Dosa ringan atau “venial sin” (KGK, 1863)
Kalau dosa berat adalah melawan kasih secara langsung, maka dosa ringan memperlemah kasih. Jadi dosa berat secara langsung menghancurkan kasih di dalam hati manusia, sehingga tidak mungkin Tuhan dapat bertahta di dalam hati manusia. Dosa berat atau ringan tergantung dari sampai seberapa jauh dosa membuat seseorang menyimpang dari tujuan akhir, yaitu Tuhan. Dan persatuan dengan Tuhan hanya dimungkinkan melalui kasih. Jika dosa tertentu membuat seseorang menyimpang terlalu jauh sampai mengaburkan dan berbelok dari tujuan akhir, maka itu adalah dosa berat. ((St. Thomas Aquinas, ST, II-I, q.72, a.5)) Lebih lanjut dalam tulisannya “Commentary on the Sentence I,I,3“, St. Thomas Aquinas mengatakan bahwa dosa ringan tidak membuat seseorang berpaling dari tujuan akhir atau Tuhan. Digambarkan sebagai seseorang yang berkeliaran, namun tetap menuju tujuan akhir.
Untuk seseorang melakukan dosa berat, ada tiga syarat yang harus dipenuhi, yaitu: (1) Menyangkut kategori dosa yang tidak ringan, (2) tahu bahwa itu adalah sesuatu yang salah, dan (3) walaupun tahu itu salah, secara sadar memilih melakukan dosa tersebut. Dengan kata lain seseorang menempatkan dan memilih dengan sadar keinginan atau kesenangan pribadi di atas hukum Tuhan.
Apakah efek dari dosa?
Kita melihat bahwa dosa menghancurkan relasi kita dengan Tuhan, yaitu dengan menghancurkan prinsip vital kehidupan kita, yaitu kasih. Seperti 10 perintah Allah, dibagi menjadi dua, yaitu kasih kepada Tuhan dalam perintah 1-3, dan kasih kepada sesama dalam perintah 4-10, maka dosa juga mempunyai dua efek, yaitu: efek vertikal dan efek horisontal. Efek vertikal mempengaruhi hubungan kita dengan Tuhan, sedangkan efek horisontal mempengaruhi hubungan kita dengan sesama. Dapat dikatakan bahwa tidak ada dosa yang bersifat pribadi. Semua dosa kalau kita telusuri akan mempunyai dimensi sosial. Kita lihat saja dari hal yang sederhana, misalkan seorang ayah yang sering marah-marah di rumah akan mempengaruhi seluruh anggota di rumahnya, menyebabkan istri dan anak-anak ketakutan. Yang lebih parah, anak-anak pun dapat tumbuh sebagai pemarah.
Atau contoh yang lain, yaitu dosa manusia pertama, menghasilkan dosa asal, yang menyebabkan terputusnya persatuan antara manusia dengan Tuhan, dan pada saat yang sama membawa dosa asal bagi seluruh umat manusia (Rom 5:12). Sebagai akibat dari dosa Adam (Kej 3:1-6), manusia kehilangan (1) rahmat kekudusan, dan (2) empat berkat “preternatural“, yang terdiri dari a) keabadian atau “immortality“, b) tidak adanya penderitaan, c) pengetahuan akan Tuhan atau “infused knowledge“, dan d) berkat keutuhan (integrity), yaitu harmoni dan tunduknya nafsu dan emosi kedagingan (sense appetite) kepada akal budi (reason). Karena kehilangan berkat-berkat tersebut, maka manusia mempunyai concupiscense (KGK, 2515) atau “the tinder of sin” (KGK, 1264), atau kecenderungan untuk berbuat dosa ((Jacques Dupuis, The Christian Faith: In the Doctrinal Documents of the Catholic Church, 7th ed. (New York: Alba House, 2001), 512, p.203.; KGK, 405.)), di mana manusia harus berjuang terus untuk menundukkan keinginan daging. St. Paulus menyebutnya sebagai nafsu kedagingan yang berlawanan dengan keinginan Roh (Lih Gal 5:16-17, Gal 5:24; Ef 2:3). Manusia tidak dapat melawan semuanya ini tanpa berkat dari Tuhan yang memampukan manusia untuk “berkata tidak” terhadap dosa. Karena dosa pertama dari Adam adalah dosa kesombongan, maka kerendahan hati adalah penawar dari dosa yang memampukan manusia untuk menerima berkat dari Tuhan secara berlimpah. Mari sekarang kita melihat secara lebih jelas proses perkembangan dari dosa.
Bagaimana proses Dosa berkembang?
Pernah saya tidak mengindahkan sakit gigi, karena kadang muncul dan kadang hilang. Namun lama-kelamaan sakitnya bertambah parah, sehingga harus dilakukan operasi. Nah, proses dari dosa sama seperti contoh di atas, mulai dari hal kecil, dipupuk terus-menerus sehingga menjadi besar dan sulit diatasi. Mari kita melihat perkembangan dari dosa: ((Francis Spirago, The Catechism Explained: An Exhaustive Explanation of the Catholic Religion (Tan Books & Publishers, 1994), p. 451-454))
- Tahap 1: Pikiran tentang dosa datang dalam pikiran. Ini bukan dosa, tetapi suatu godaan. Pada tahap ini, penolakan terhadap dosa akan menjadi lebih mudah kalau kita membuang jauh-jauh pemikiran tersebut dengan cara mengalihkannya kepada hal-hal lain, seperti: berdoa, atau pemikiran tentang neraka, dll.
- Tahap 2: Kalau pikiran dosa (godaan) ini tidak segera dibuang jauh-jauh, maka akan menjadi dosa ringan (venial sin). Ini adalah seperti menguyah-nguyah dosa di dalam pikiran. Sama seperti telur yang dierami, yang pada waktunya akan menetas, maka dosa yang terus dituruti di dalam pikiran, hanya menunggu waktu untuk membuahkan dosa (lih Yak 1:15).
- Tahap 3: Tahap ini adalah perkembangan dari pemikiran dosa yang didiamkan atau dinikmati oleh pikiran, kemudian akan membuahkan keinginan untuk berbuat dosa. Di sini bukan hanya pikiran, namun godaan sudah sampai di hati (the will). Yesus mengatakan bahwa orang yang mempunyai keinginan untuk berbuat dosa, sudah berbuat dosa (Mat 5:28).
- Tahap 4: Akhirnya dalam tahap ini, seseorang memutuskan untuk berbuat dosa. Pada tahap ini keinginan untuk berbuat dosa sudah menjadi keputusan untuk berbuat dosa namun masih merupakan dosa yang ada di dalam hati. Ini adalah sama seperti seseorang yang ditawarkan suatu jabatan dengan cara korupsi. Dia mempunyai tiga pilihan: menolak, bernegosiasi, atau mengiyakan. Tahap ini keinginan dan pikiran saling mempengaruhi, namun akhirnya membuahkan kemenangan bagi setan, sehingga seseorang memutuskan untuk berbuat dosa.
- Tahap 5: Pada saat kesempatan untuk berbuat dosa muncul, maka keputusan untuk berbuat dosa yang ada di dalam hati menjadi suatu tindakan nyata. Setelah keputusan untuk berbuat dosa dalam keinginan menjadi kenyataan, maka jiwa seseorang juga telah jatuh ke dalam dosa. Sama seperti air yang menjadi es dan memerlukan panas untuk mencairkannya, maka seseorang masih tetap dalam kondisi berdosa sampai dia bertobat.
- Tahap 6: Perbuatan dosa yang sering diulang akan menjadi kebiasaan berbuat dosa (habit of sin) atau kebiasaan jahat (vice). Dengan pengulangan perbuatan dosa, maka ada suatu tahap kefasihan untuk berbuat jahat dan keinginan hati sudah mempunyai kecenderungan untuk berbuat jahat. Bapa Gereja menghubungkan bahwa tiga kali Yesus membangkitkan orang mati melambangkan Yesus membangkitkan manusia dari dosa di dalam hati, dosa yang dinyatakan dalam perbuatan, dan dosa yang sudah menjadi kebiasaan. Yesus membangkitkan anak perempuan Yairus (Luk 8:49-56) di dalam rumahnya yang melambangkan kebangkitan dari dosa yang masih di dalam hati. Sedangkan kebangkitan anak janda di pintu gerbang (Luk 7:11-16) melambangkan kebangkitan dari dosa yang telah dinyatakan dalam perbuatan. Akhirnya, kebangkitan Lazarus yang telah dikubur (Yoh 11:3-43), melambangkan kebangkitan dari dosa yang sudah menjadi kebiasaan. Untuk membangkitkan Lazarus, Yesus menangis, menyuruh seseorang membuka batu kubur, berseru dengan suara keras, meminta orang untuk membuka kain penutup, dan membiarkan dia pergi. Ini menunjukkan bahwa begitu sulit untuk menghancurkan dan memutuskan ikatan dosa yang sudah menjadi kebiasaan.
- Tahap 7: Perbuatan dosa dan kebisaan untuk berbuat dosa akan disusul dengan dosa yang lain. Karena rahmat Tuhan tidak dapat bertahta lagi dalam hati orang ini dan seseorang tidak dapat melawan dosa tanpa rahmat Tuhan, maka orang ini tidak mempunyai kekuatan untuk keluar dari dosa dan malah berbuat dosa yang lain. Alkitab menyatakan bahwa Tuhan mengeraskan hati Firaun untuk menggambarkan akan kebiasaan berbuat dosa, yang menjadikan Firaun berbuat dosa yang lain secara terus-menerus (Kel 9:12). Rasul Paulus menyatakan bahwa Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas, karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah (Rom 1:28).
- Tahap 8: Pada saat kejahatan benar-benar berakar dalam jiwa seseorang, maka seseorang akan melakukan dosa yang benar-benar jahat sampai pada titik membenci Tuhan. Dengan sadar dan segenap hati dia akan melawan dan menghujat Roh Kudus, dimana merupakan dosa yang tidak terampuni (Mrk 3:29).
Dari tahapan perkembangan dosa, kita akan melihat bahwa dosa adalah sesuatu yang serius, yang kalau kita memandangnya sambil lalu, kita akan terjerumus perlahan-lahan dan jatuh ke dalam jurang kehancuran untuk selamanya. Permasalahannya, pada jaman sekarang ini, kesadaran, kepekaan akan perbuatan dosa dan resikonya semakin lama semakin memudar, sehingga dengan gampangnya seseorang berbuat dosa. Mari sekarang kita perbandingkan antara sesuatu yang bersifat jasmani dan yang rohani.
Jadi apakah Sakramen Pengakuan Dosa?
Selama tinggal di Amerika, saya melihat bahwa orang Amerika begitu memperhatikan kesehatan jasmani. Mereka berdiet, berolahraga secara teratur. Bahkan yang sudah tuapun tidak mau ketinggalan, mereka aktif berolahraga dengan berenang, jalan kaki, dll. Semuanya dilakukan dengan teratur, demi satu tujuan, yaitu agar badan mereka sehat, mungkin ada yang mempunyai tujuan lain agar bentuk lahiriah mereka lebih indah. Data di Amerika menunjukkan bahwa mereka menggunakan 6% dari uang mereka untuk kesehatan jasmani, seperti olahraga, ikut fitness club, dll. ((Lihat data dari The New York Times)) Saya tidak tahu data di Indonesia, namun mungkin datanya hampir sama dengan di Amerika, bahwa begitu banyak orang menggunakan uangnya untuk kesehatan jasmani.
Semua orang begitu peka terhadap kesehatan jasmani dan keindahan tubuh. Namun pertanyaannya adalah mengapa terhadap kesehatan rohani, kita sering kurang peka bahkan kadang kita sering mengacuhkannya? Mungkin kita akan lebih peka terhadap sesuatu yang dapat kita raba dan lihat. Namun kalau kita pikir, kesehatan rohani jauh lebih penting daripada kesehatan jasmani. Ini dapat dibuktikan bahwa Yesus datang ke dunia ini bukan untuk menyembuhkan semua penyakit jasmani, namun Dia datang untuk menyembuhkan penyakit rohani, yaitu dosa.
Nah, dosa adalah suatu penyakit yang begitu berbahaya. Salah satu penyembuhannya adalah dengan menerima sakramen pengakuan dosa. Di dalam Sakramen Pembaptisan, dosa asal dan seluruh dosa yang kita lakukan sebelum kita dibaptis dihapuskan. Namun sebagai manusia, kita dapat jatuh lagi ke dalam dosa setelah pembaptisan, bahkan kita dapat jatuh ke dalam dosa yang berat. Dosa berat yang kita lakukan setelah Pembaptisan hanya dapat diampuni dengan menerima Sakramen Tobat (KGK, 1423) atau Sakramen Pengakuan Dosa (KGK, 1424), atau Sakramen Pengampunan Dosa (KGK, 1424). Di dalam Sakramen inilah, kita juga bertemu dengan Dokter dari segala dokter, yaitu Yesus sendiri yang hadir di dalam diri imam/pastor. Untuk bertemu dengan Yesus di dalam Sakramen Pengampunan, diperlukan kerendahan hati dan penyesalan, sehingga Yesus sendiri akan memulihkan dan menyembuhkan hati kita.
Namun demikian, masih banyak orang yang meragukan tentang Sakramen Tobat yang dapat memberikan kesehatan rohani bagi kita. Silakan membaca bagian-2, yaitu jawaban terhadap keberatan-keberatan tentang Sakramen ini ditinjau dari Alkitab, Bapa Gereja, dan penerapan sakramen ini dalam sejarah Gereja.
Hi, saya dapat renungan ini dari spiritual running partner saya, kebetulan diya kristen, dan kami sedang memperdepatkan ttg satu renungan di bawah ini: Be Christ-Conscious Ephesians 1:7 7In Him we have redemption through His blood, the forgiveness of sins, according to the riches of His grace Have you ever woken up in the morning and said, “Today, I will not sin.” And as you leave your house, you say, “I must be careful not to fall into sin today. I don’t want to sin. I will not sin!” My friend, when you do this, you are no longer Christ-conscious but… Read more »
Shalom Nadia, Terima kasih kiriman renungannya. Berikut ini adalah tanggapan saya akan renungan tersebut: 1. Menjadi suatu kenyataan bahwa, walaupun kita telah ditebus oleh Kristus, namun kita masih berbuat dosa. Bahkan rasul Yohanes mengatakan “Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.” (1Yoh 1:8). Jadi, dengan rendah hati, kita mengakui bahwa diri kita adalah pendosa. Dan hanya rahmat Allah sajalah yang dapat mengubah kita, sehingga kita dapat hidup kudus. Kekudusan adalah mengasihi Allah dan mengasihi sesama atas dasar kasih kita kepada Tuhan. Dan manifestasi dari kasih kita kepada… Read more »
Shalom katolisitas, bu Nadia dan pembaca.
Terima kasih atas renungan kiriman rekan bu Nadia berikut tanggapan pak Tay. Saya jadi teringat akan sabda Tuhan Jesus dan membuka-buka lagi ayat dlm Mat. 7:21-23. [PeringatanNya sangat lugas dan telak sekali!].
Shalom.
shaloom Pak Stef,
Ayah dan ibu saya sudah berpisa lebih dari 12 tahun yang,, mereka telah menerima sakramen pernikahan, mama sudah punya suami yang baru dan anak mereka sudah 4 orang !!. Bagaimana caranya agar bapa bisa bercerai secara baik- baik karna saya ingin bapa bisa menerima Kembali sakramen Ekaristi !!
Boni Yth
Bapa bisa bercerai secara sipil sedangkan secara Gerejawi tidak bisa karena sakramen (apakah sama sama katolik?). Apa yang dipersatukan oleh Allah tidak bisa diputuskan oleh manusia. Mama hidup dalam dosa karena masih ada ikatan perkawinan hidup bersama orang lain, tidak bisa menerima komuni. Ayah jika tidak hidup bersama dengan wanita lain dan tetap setia dengan hidup sendiri bisa komuni kudus, asal pengakuan dosa terlebih dahulu, menghadap pastor paroki anda.
salam
Rm Wanta
TERIMAKASIH ATAS JAWABANYA,,, SAYA SUNGGUH LEGA MEMBACA JAWABAN ROMO, HANYA SAJA APAKAH SELAMA 10 BERPISAH ITU TIDAK DAPAT DILAKUKAN PERCERAIAN SECARA GEREJAWI, DAN HARUSKAH BAPA SAYA TERUS SENDIRI TANPA ADA YANG MENDAMPING?
[dari katolisitas: mohon untuk tidak menuliskan pesan dengan huruf besar semua, karena dalam internet artinya berteriak.]
Boni Yth
Perceraian secara Gerejawi tidak ada yang ada adalah pernyataan pembatalan perkawinan oleh pihak Tribunal Gerejawi. Hidup sendiri adalah konsekuensi dari peristiwa yang dialami. Begitulah ajaran Gereja Katolik dalam perkawinan prinsip unitas dan tak terputuskan tetap harus dihormati.
salam
Rm wanta
Dear Ibu Ingrid
Saya hanya curhat bu
Di masa Advent ini, kita sbg umat Katolik seharusnya & wajib untuk menerima Sakramen Tobat/Pengakuan dosa, tetapi ada teman2 katolik saya di kantor mengatakan kpd saya “saya mah langsung aja minta ampun ke Tuhan Yesus” jadi gak perlu pengakuan…saya sedih & heran kok bisa ia berkata seperti itu? Gejala atau fenomena apa yg sdg terjadi dlm Gereja Katolik. Mohon pencerahannya bu
Joseph
Shalom Joseph, Ya, kita layak merasa prihatin dengan jawaban yang diberikan oleh teman- teman Katolik anda. Besar kemungkinan mereka sudah lama tidak mengaku dosa dalam sakramen Pengakuan Dosa, entah karena tidak memahami maknanya, atau karena tidak mau/ enggan mengaku dosa kepada Allah di hadapan imamNya. Silakan jika anda pikir berguna, untuk meneruskan artikel seri tentang pengakuan dosa di situs ini (silakan klik di judul berikut, terutama bagian 2 dan 3): Masih Perlukah Pengakuan Dosa, bagian 1Masih Perlukah Pengakuan Dosa, bagian 2Masih Perlukah Pengakuan Dosa, bagian 3Masih Perlukah Pengakuan Dosa, bagian 4 Sungguh disayangkan jika ada umat Katolik yang tidak memahami… Read more »
Shalom Joseph, Terima kasih atas sharingnya. Memang terlihat lebih gampang untuk mengatakan “minta ampun langsung kepada Tuhan“. Namun, masalahnya bukan pada lebih gampang mana, namun mana yang benar. Fenomena yang anda sebutkan, yang melanda sebagian umat Katolik adalah karena ketidaktahuan akan iman Katolik secara benar, namun pada saat yang bersamaan terjadi karena ketidakperdulian serta kecenderungan untuk mengambil sesuatu yang terlihat enak dan gampang untuk diri sendiri. Sebagai umat Katolik, kita percaya bahwa Yesus sendiri yang menginstitusikan Sakramen Tobat. Konsekuensinya adalah kita harus melakukan apa yang diperintahkan oleh Yesus, termasuk adalah mengaku dosa lewat Sakramen Tobat, yang dilayani oleh para imam… Read more »
Salam buat tim Katolisitas, Terima kasih buat informasinya, saya punya sebuah pertanyaan yang menyangkut hal pengakuan dosa: 1. Apakah semua dosa ( venial and mortal sins ) harus di akui kepada imam dalam sakramen pengakuan dosa? 2. Jika hanya ada venial sins, apakah kita boleh mengungkapkan Mea Culpa ganti sakramen pengakuan dosa atau bagaimana? 3. Apakah dosa dosa berat yang harus di akui kepada uskup kerana sebelumnya saya mendapat tahu bahawa dosa aborsi hanya boleh diakui kepada uskup oleh kerana imam paroki tidak diberikan kuasa untuk mendengarkan pengakuan dosa tersebut. Apakah ada dosa dosa lain yang serupa dengan dosa aborsi… Read more »
Shalom Linda Miriam, Terima kasih atas pertanyaannya tentang pengakuan dosa. Saya menyarankan agar anda dapat membaca rangkaian artikel tentang pengakuan dosa (bagian 1, 2, 3, 4). Berikut ini adalah jawaban yang dapat saya berikan: 1. Dosa berat (mortal sin) hanya dapat diampuni dengan mengakukan dosa di hadapan iman dalam Sakramen Tobat atau dalam penyesalan sempurna – penyesalan karena menyedihkan hati Allah (filial fear) dan bukan karena takut hukuman (servile fear) yang dibarengi dengan niatan mengaku dosa secepat mungkin jika kondisi memungkinkan. Sedangkan dosa ringan (venial sin) dapat diampuni dengan menerima Sakramen Ekaristi maupun dengan menerima Sakramen Tobat. Menjadi suatu kebiasaan… Read more »
Bapak Stef,
Terima kasih atas jawaban yang bapak berikan. Ini dapat saya jadikan pedoman dalam menjalani hidup rohani sebagai Katolik yang taat.
Linda Miriam
Shalom pak Stef, Saya tertarik dengan jawaban pak Stef di atas, yaitu “2. Dosa ringan dapat diampuni dengan menerima Sakramen Ekaristi.” Dalam 3 minggu terakhir paroki kami sedang mengadakan pendalaman iman tentang Ekaristi. Kebetulan topik pembekalan semalam dari KGK 1391 – 1396 mengenai buah-buah Ekaristi. Dalam artiket KGK 1393 tentang Komuni memisahkan kita dari dosa, ada pertanyaan dari beberapa peserta tentang bagian tobal dalam liturgi Ekaristi. Ada perdebatan dimana satu pihak menyatakan/percaya kalau tobat dalam Ekaristi itu tidak mengampuni dosa2 kita. Dilain pihak percaya kalau absolusi yang diberikan oleh imam pada saat tobat bisa mengampuni dosa2 ringan seperti jawaban pak… Read more »
Shalom Eddy Susanto, Sepertinya penjelasan Katekismus sudah sangat jelas dalam hal ini, yaitu bahwa sakramen Ekaristi menghapus dosa ringan, namun tidak untuk penghapusan/ pengampunan dosa berat: KGK 1394 Seperti halnya makanan jasmani perlu untuk mengembalikan lagi kekuatan yang sudah terpakai, demikianlah Ekaristi memperkuat cinta yang terancam menjadi lumpuh dalam kehidupan sehari-hari. Cinta yang dihidupkan kembali ini menghapus dosa ringan (Bdk. Konsili Trente: DS 1638). Kalau Kristus menyerahkan Diri kepada kita, Ia menghidupkan cinta kita dan memberi kita kekuatan, supaya memutuskan hubungan dengan kecenderungan yang tidak teratur kepada makhluk-makhluk dan membuat kita berakar di dalam Dia.“Karena Kristus telah wafat untuk kita… Read more »
Shalom..
maaf klo pertanyaan saya juauh mundur kebelakang,
knp Gereja kt melarang org yg berdosa berat menyambut komuni kerena akn menambah dosanya lg?
bukankah Yesus mengorbankan Diri-Nya utk org2 berdosa?
bukankah pd malam Perjamuan terakhir Yesus memperlakukan yudas sama dgn Murid2 yg lain nya, padahal Yesus sudah tw bahwa yudas akn menyerahkanNya dan bkn itu saja jauh sebelumnya pun Yesus dan murid2 yg lainnya tw klo yudas adalah bendahara yg korup, tp Yesus ttp memperlakukan yudas sama dgn murid2 yg lain krn Yesus datang utk semua org termasuk jg org berdosa,
terimakasih
GBu
Shalom Edi, Terima kasih atas pertanyaannya tentang dosa berat dalam hubungannya dengan komuni. Katekismus Gereja Katolik 1415 mengatakan “Siapa yang hendak menerima Kristus dalam komuni Ekaristi, harus berada dalam keadaan rahmat. Kalau seorang sadar bahwa ia melakukan dosa berat, ia tidak boleh menerima Ekaristi tanpa sebelumnya menerima pengampunan di dalam Sakramen Pengakuan.” Hal ini sesuai dengan apa yang dituliskan oleh Rasul Paulus “27 Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan. 28 Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan… Read more »
Terima kasih Bapak- Ibu, saya senang sekali ibu menjawab pertanyaan saya, salam… Tuhan berserta kita.
Syaloom Pak Stef, Kemarin saya ada pembicaraan sedikit dengan Katekis saya ttg Sakramen Tobat ini. Dan kebetulan pertanyaannya mirip seperti yang ditanyakan Edi. 1.Kalau seseorang yang melakukan dosa yang tidak pantas mengambil komuni tetapi dia sadar dan ingin (rindu) menyambut komuni itu, kenapa tidak boleh? Tuhan kan datang untuk orang berdosa. Dan dibilang sekarang sedang dibicarakan masalah tersebut. Di ayat ini 27 Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan. 28 Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum… Read more »
terima kasih bu inggrid, saya akan segera membuat janji dengan romo, dan menjadi manusia baru…. Tuhan Yesus memberkati…..
Shalom,
Bagaimana bisa “mengampuni” ataupun “menahan” dosa seseorang, (Yoh 20:22-23)
jika “Imam” tidak “sebelumnya mendengar” pengakuan dosa seseorang itu !
Masalahnya, para pengikut Kristus (Kristen, baik yang Katolik maupun yang Protestan),
mau atau tidak melakukan “yang diperintahkan Yesus Kristus” itu .
Percaya atau tidak adanya perintah demikian itu.
Percaya atau tidak bahwa “Imam” (katolik) menerima kuasa untuk mengampuni ataupun menahan.
Tafsir terhadap maaksud perintah itu ternyata berbeda sih, antara yang butuh Sakramen Tobat dengan beliau-beliau yang tidak membutuhkan nya.
berkah dalem… saya adalah manusia berdosa, hidup dengan dosa dan bergaul dengan dosa, cukup lama saya hidup dengan keadaan ini, sampai suatu saat saya dipertemukan dengan seorang pendoa dan saya di doakan dan dia bilang dosa saya telah diampuni, dan saya sangat yakin, saya diajari untuk hidup takut akan Tuhan, hidup dengan kasih….. sampai sekarang pun saya masih belajar untuk hidup benar, karena cukup berat bagi saya dan terlalu banyak godaan, yang ingin saya tanyakan adalah, apakah masih perlu saya melakukan sakramen tobat setelah saya mengakui dosa saya pada pendoa tersebut dan saya yakin dosa saya telah diampuni…?? terimakasih atas… Read more »
Shalom Danang, Jawabnya adalah, ya. Jika anda Katolik, dan ingin mengikuti sepenuhnya akan apa yang dikehendaki oleh Yesus, agar anda sungguh menerima rahmat pengampunan Allah, silakan anda menemui pastor paroki anda untuk menerima sakramen Tobat. Setidaknya, ada empat alasan yang penting, tentang mengapa kita perlu mengaku dosa dalam Sakramen Tobat, walaupun sudah mengaku dosa secara pribadi dalam doa kita setiap hari: 1. Tuhan Yesus memberikan kuasa untuk mengikat dan melepaskan kepada para rasul dan penerus mereka (Mat 16:18; 18:18). ‘Mengikat dan melepaskan’ di sini adalah kuasa untuk mengajar hal iman dan moral yang mengikat umat beriman ataupun untuk melepaskan seseorang… Read more »
Benarkah Yesus hadir di dalam sakramen tobat (pengakuan dosa) melalui peribadi imam/pastor?
Bagaimanakah ianya berlaku?
Shalom Lucius,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang Sakramen Tobat. Pada saat menerimakan Sakramen Tobat, maka pastor bertindak atas nama Kristus (persona Chisti capitis). Dan hal ini berdasarkan akan perintah Kristus sendiri yang mengatakan:
Untuk keterangan lebih lanjut tentang hal ini, silakan membaca bagian 2 dari artikel pengakuan dosa di sini (silakan klik). Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan
stef – katolisitas.org
Shalom pak stef,
Pada artikel di atas tertulis bahwa sakramen pembaptisan menghapus dosa asal dan dosa yang dibawa sebelum lahir.
Namun saya juga pernah mendengar bahwa sakramen pengakuan dosa hanya menghapus dosa asal.
Sehingga sebelum menerima sakramen krisma, kita diwajibkan menerima sakramen tobat dahulu untuk mengakui dosa-dosa (terutama yang berat) yang dilakukan sebelum dibaptis.
Mana yang betul?
Terima Kasih.
GBU
Shalom Santiago, Terima kasih atas pertanyaannya. Sakramen Baptis memang menghapus dosa asal dan juga dosa yang dilakukan oleh pribadi sebelum dibaptis, sehingga manusia tidak mengalami siksa-siksa dosa. Hal ini ditegaskan dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK, 1263) yang mengatakan: “Oleh Pembaptisan diampunilah semua dosa, dosa asal, dan semua dosa pribadi serta siksa-siksa dosa (Bdk. DS 1316.). Di dalam mereka yang dilahirkan kembali, tidak tersisa apa pun yang dapat menghalang-halangi mereka untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah. Baik dosa Adam maupun dosa pribadi demikian pula akibat-akibat dosa, yang terparah darinya adalah pemisahan dari Allah, semuanya tidak ada lagi.“ Sakramen Pengakuan Dosa tidak… Read more »
Shalom pak Stefannus,
terima kasih atas jawabannya.
Ada pertanyaan lagi. Bila saya pernah melakukan dosa berat sebelum dibaptis namun sudah bertobat bahkan sebelum dibaptis, haruskah itu diakukan juga waktu sakramen tobat? Atau tidak perlu lagi, karena sudah dihapus waktu pembaptisan?
Salam damai.
Shalom Santiago, Terima kasih atas pertanyaannya. Kalau anda telah dibaptis, maka dosa asal (original sin) dan dosa-dosa pribadi, termasuk dosa berat anda telah diampuni. Oleh karena itu, menurut pengajaran Gereja, anda tidak perlu lagi untuk mengakukan dosa-dosa berat yang dilakukan sebelum anda menerima Sakramen Baptis. Namun, kalau anda mau, anda dapat melakulan “general confession” sekali dalam setahun. Dalam general confession ini, anda dapat mengakukan semua dosa-dosa anda yang pernah anda ingat, termasuk dosa-dosa sebelum menerima Sakramen Baptis. Para santa-santo menganjurkan hal ini, sehingga kita akan semakin menyadari akan belas kasih Tuhan dan menyadari bahwa kita adalah pendosa, yang tidak dapat… Read more »
syloom pak stef, teman-teman saya ketika mereka menerima hosti mereka sering tertawa bahkan ada juga yang mengeluarkan kata-kata kotor serta bergurau saat sambut apakah itu merupakan dosa “sakrelegio”
Shalom Boni Asa,
Terima kasih atas pertanyaannya. Dosa sakrilege adalah "Sakrilegi dilakukan seorang yang menajiskan atau tidak menghormati Sakramen-sakramen atau tindakan liturgi yang lain, pribadi, benda, atau tempat yang telah ditahbiskan kepada Allah. Sakrilegi itu lalu merupakan dosa berat khusus, apabila itu ditujukan kepada Ekaristi, karena di dalam Sakramen ini, Tubuh Kristus hadir secara substansial (Bdk. CIC, cann. 1367; 1376.)" (Katekismus Gereja Katolik / KGK, 2120). Dengan demikian, kalau anda ceritakan benar, maka teman anda berdosa sakrilegi, dan harus segera mengaku dosa di depan pastor. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – https://www.katolisitas.org
Shalom Bu ingrid/Pak Stef,
Bisa tidak diperjelas lagi yang Tahap ke 6, saya tak mengerti.. maksud Yesus dari membangkitkan orang-orang itu sprti di atas dikatakan itu membangkitkan manusia dari dosa di dalam hati, dosa yang dinyatakan dalam perbuatan, dan dosa yang sudah menjadi kebiasaan. Apakah maksudnya orang-orang yang mati itu telah berbuat dosa dalam kriteria-kriteria tsb?
Salam damai Kristus,
Leon
Shalom Leon, Yang saya maksud dalam point 6 di atas adalah bagaimana untuk menyembuhkan beberapa tingkatan dosa, yang dianalogikan seperti Yesus membangkitkan orang mati. Yesus dapat menyembuhkan beberapa tingkatan dosa manusia, seperti: 1) dosa yang terjadi di dalam hati, yang dilambangkan dengan Yesus membangkitkan anak Yairus, yang terjadi di dalam rumahnya, 2) dosa yang telah berbuah dalam perbuatan, yang dilambangkan dengan Yesus yang membangkitkan anak janda di pintu gerbang, 3) dosa yang terus-menerus dilakukan, sehingga menjadi suatu kebiasaan, yang dilambangkan dengan Yesus membangkitkan Lazarus. Dari contoh ini, kita melihat bahwa semakin kita lebih sensitif terhadap bahaya dosa, maka seseorang akan… Read more »
Syalom……..
Terima Kasih Pak.SteV atas jawabannya….
Jawabannya sangat jelas dan spesifik…..juga membantu saya menghayati iman saya kepada Yesus Kristus
Tapi saya mau tanya, kenapa ya komentar saya terhadap terhadap tulisan Pak.Stev tentang Yudas Iskariot dihapus ya???? Trima Kasih….
Tuhan memberkati Web Katolisitas ini….Amin…Amin…Amin…….
Shalom Michael,
Terima kasih atas dukungannya untuk katolisitas.org. Komentar Michael tentang Yudas Iskariot bukan dihapus, namun belum ditampilkan, karena saya belum sempat menjawab. Ada begitu banyak pertanyaan yang masuk, sehingga saya harus menjawab pertanyaan yang datang sebelum pertanyaan dan komentar Michael. Jadi, mohon kesabarannya ya. Mohon doanya agar ingrid dan saya dapat menulis dan menjawab pertanyaan dengan baik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – https://www.katolisitas.org
TERPUJILAH DIA YG MAHA BIJAKSANA….SELAMA LAMANYA….. AMIN….AMIN….AMIN….. Berikut ini saya menjelaskan bahwa tulisan saya yg mengambil ilustrasi PENGATURAN KELAHIRAN MELALUI KONDOM…..(di bawah ini) saya nyatakan TIDAK BERLAKU di weB ini…..karena setelah membaca artikel HUMANE VITAE….saya sangat…sangat dan sangat menyadari bahwa saya telah KELIRU BESAR!!! TUHAN AMPUNI SAYA……SAYA TELAH KELIRU……… Dan memang benar bahwa Humane Vutae itu Benar!!!! inilah cara mengatur kelahiran yang sesuai dng yang Kehendak Allah…..dan melalui cara ini..Allah menjamin bahwa Perkawinan umat Katolik akan LANGGENG sampai maut menjemput. Karena suami maupun istri akan semakin menyayangi satu sama lain. Dan kwalitas kasih suami istri ini akan semakin dimurnikan oleh… Read more »
Shalom Michael,
Terima kasih atas keterbukaan Michael dalam menerima ajaran Humanae Vitae. Menjadi tantangan bagi semua pasangan Katolik untuk benar-benar dapat menerapkan apa yang diajarkan oleh Gereja, sehingga perkawinan dapat benar-benar menguduskan satu sama lain dan pasangan juga dapat menjadi rekan sekerja Allah.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – https://www.katolisitas.org
Terpujilah nama Tuhan……..Raja semsta alam………..Amin. Syalom……. Berikut ini saya mengutip : ” Yudas memilih bagi dirinya sendiri bahwa dosanya tidak terampuni dan dia menolak kasih dan pengampunan Allah, yang dibuktikannya dengan menggantung dirinya sendiri” (Mt 27:5). TANGGA[PAN : Tidak berarti dng Yudas gantung diri maka dikatakan dia menolak uluran Kasih Allah….yg lebih tepat adalah dia gantung diri karena merasa sangat bersalah yg begitu dalam……sehingga ia merasa tidak layak lagi mendapat belas kasihan Tuhan. Apakah seseorang yg karena keterbatasan pemahamannya akan misteri Kasih Allah sehingga Ia merasa tidak layak menerima uluran Tangan Kasih Allah itu dikatakan berdosa melawan Roh Kudus???? SAYA… Read more »
Shalom Michel, Terima kasih atas tanggapannya tentang Yudas Iskariot. Berikut ini adalah tanggapan saya: 1) Seperti yang saya katakan di jawaban saya sebelumnya: a) Apa yang kita pikirkan memang dapat berasal dari Tuhan, dari setan, maupun dari diri sendiri. Namun, apa yang kita putuskan adalah melibatkan keputusan bebas dari kita sendiri. Oleh karena itu, memang sebuah dosa dapat dipengaruhi oleh setan, namun pada akhirnya yang membuat keputusan adalah kita sendiri. Dan kita percaya bahwa rahmat yang diberikan oleh Tuhan cukup untuk membuat kita hidup dalam kekudusan. Oleh karena itu, dosa yang kita perbuat adalah kesalahan kita dan harus kita pertanggungjawabkan… Read more »
Syalom……tuhan memberkati Kita semua………… Saya mengutip tulisan berikut ini : (2) Namun dosa Yudas Iskariot dapat juga dikategorikan sebagai dosa melawan Roh Kudus. Salah satu manifestasi dari dosa ini adalah dosa keputusasaan (despair). Walaupun Yudas Iskariot menyesali dosanya (Mt 27:3), namun dia berfikir bahwa dosanya lebih besar daripada kasih Allah. “……..namun dia berfikir bahwa dosanya lebih besar daripada kasih Allah”. TANGGAPAN : Itu kan pikiran Yudas saja….belum tentu pikirannya benar…karena setan bisa membuat orang merasa bersalah walaupun pada kenyataannya ia tidak berbuat dosa atau dosanya sudah diampuni OLEH Tuhan jika ia tidak memahami secara mendalam Belas Kasih Tuhan kepada orang… Read more »
Shalom Michael, Terima kasih atas tanggapannya tentang Yudas Iskariot. Michael melihat bahwa pernyataan saya “……..namun dia berfikir bahwa dosanya lebih besar daripada kasih Allah” adalah tidak tepat. Dan kemudian Michael memberikan tanggapan "Itu kan pikiran Yudas saja….belum tentu pikirannya benar…karena setan bisa membuat orang merasa bersalah walaupun pada kenyataannya ia tidak berbuat dosa atau dosanya sudah diampuni OLEH Tuhan jika ia tidak memahami secara mendalam Belas Kasih Tuhan kepada orang berdosa…..Dan kita tidak bisa men-just bersalah sepenuhnya kepada Yudas atas ketidak-pahamnya akan Misteri Kasih Allah itu. Bukan berarti Yudas tidak berdosa akan tindakan gantung diri itu…tetap Yudas berdosa tetapi dosanya… Read more »
Syalom……..Tuhan Yesus memberkati orang yg membaca tulisan ini……. Berikut ini saya mengutip kalimat yg ditulis oleh Pak.Stevanus….. “Kebenaran adalah tetap dan tidak berubah, dan kebenaran sejati hanya dapat ditemukan dalam diri Yesus, karena Yesus adalah Jalan, Kebenaran, dan Hidup (Yoh 14:6).” COMENTAR : Permasalahnya karena setiap manusia berusaha menginterpretasikan kebenaran itu….dan karena pemahaman akan kebenaran itu berbeda-beda maka terjadilah berbagai macam versi interpretasi dari kebenaran itu. Terus kalau terjadi seperti ini…..pertanyaan selanjutnya interpretasi mana yg paling benar??? Masing-masing manusia meng-claim bahwa interpretasinya yg paling benar. Benar menurut apa??? Tentunya berbagai macam standard yg dipakai. Terus standard mana yg paling mulia… Read more »
Shalom Michael Angello, Terima kasih atas tanggapannya tentang “kebenaran”. Untuk menjawab pertanyaan ini, maka kita harus mengetahui definisi kebenaran. Kebenaran dapat didefinisikan sebagai persetujuan apa yang yang ada di dalam pikiran dengan kenyataan. Sebagai contoh: adalah benar, kalau kita berfikir bahwa balon merah, dan kenyataannya memang kita melihat balon tersebut berwarna merah. Kalau kita berfikir bahwa balon itu biru, maka kita tidak mempunyai kebenaran, karena apa yang kita pikirkan berbeda dengan apa yang terjadi. Untuk mengatakan bahwa semua orang dapat mempunyai kebenaran, walaupun berfikir dan berkata bahwa balon tersebut hijau, putih, kuning, dll., adalah mendefinisikan kebenaran sebagai sesuatu yang bersifat… Read more »
Mengenai ajaran predestinasi tadi,sebenarnya ajaran ini berbicara tentang apa? Kalau tidak salah predestinasi ini adalah paham calvinisme(saya dapat dari pelajaran di sekolah saya yang beraliran protestan),apa predestinasi juga merupakan bagian dari ajaran katolik?? Terima kasih.
Shalom Andry, Terima kasih atas pertanyaannya tentang predestination. Predestination merupakan topik yang tidak gampang dan memerlukan pembahasan secara mendalam, yang mungkin suatu saat dapat ditulis dalam artikel tersendiri. Predestination berhubungan dengan konsep Tuhan yang maha tahu, yang tahu bahwa sebagian orang akan masuk Sorga, dan sebagian akan masuk neraka (hal ke dua ini disebut divine reprobation). Yang menjadi permasalahan di sini adalah: apakah Tuhan secara aktif memilih sebagian orang masuk Sorga dan sebagian orang masuk neraka. Secara sederhana dapat dipaparkan bahwa Calvin mengatakan bahwa Tuhan secara aktif menentukan bahwa sebagian orang masuk Sorga dan sebagian orang masuk neraka. Dan inilah… Read more »
Yth Katolisitas,
Saya ingin bertanya lagi bagaimana dgn Yudas Iskariot yg menghianati Yesus? Ini termasuk dosa menghujat Roh kudus ataukah dosa melawan Anak Allah?
Apakah Yudas Iskariot diampuni? Bukankah pada akhirnya Dia menyesali perbuatannya? Tetapi mengapa ada tertulis:
“akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.”
Terima kasih.
Shalom Chris, Terima kasih atas pertanyaan tentang apakah dosa Yudas Iskariot termasuk dosa melawan Anak Allah atau menghujat Roh Kudus. Pertama kembali saya ingin mengegaskan kembali bahwa semua dosa pada dasarnya adalah melawan Allah. "Appropriation" (saya tidak tahu terjemahan bahasa Indonesia secara tepat, mungkin dapat diterjemahkan: penguntukan) hanyalah cara untuk membantu kita menangkap dengan lebih jelas misteri Tritunggal Maha Kudus. Jadi secara umum, maka dapat dikatakan Yudas Iskariot berdosa terhadap Allah dan tentu terhadap Yesus. Perbuatannya mengkhianati Yesus dan menyerahkan Yesus sehingga Ia disalibkan, adalah sungguh dosa melawan Anak Allah. Sekarang mari kita lihat dalam konteks "appropriation". 1) Yudas Iskariot… Read more »
Shalom Pak Stefanus,
Membaca pertanyaan dan jawaban bapak perihal Yudas Iskariot, timbul pertanyaan dalam benak saya bahwa “Bukankah itu KEHENDAK (RENCANA) ALLAH supaya semua itu terjadi?” Seandainya Yudas Iskariot tidak menghianati Yesus, bukankah kisah pengorbanan Yesus di kayu Salib sampai pada kebangkitan-Nya tidak terjadi? Hitung-2 Yudas Iskariot berjasa juga dhonk? (maaf ini pikiran konyol saya,hahaha).
Salam dalam kasih Kristus.
Simon
Shalom Simon, Terima kasih atas pertanyaan tentang apakah Yudas berjasa dalam karya keselamatan Kristus. Berikut ini adalah jawaban yang pernah dituliskan sebelumnya. 1) Pertama kita harus mengeri konsep tentang Antecedent will dan Consequent will. a) Antecedent Will: Kehendak Allah yang universal terhadap semua manusia, yaitu agar semua manusia di selamatkan. Inilah yang dikenal dengan ajaran ‘predestination’, yaitu bahwa Allah menghendaki semua manusia diselamatkan dan memiliki pengetahuan akan kebenaran (lih. 1Tim 2:4). b) Consequent Will: Kehendak Allah yang melibatkan pihak kehendak bebas manusia; sehingga meskipun Allah menghendaki semua manusia diselamatkan, namun karena Allah menghormati keputusan kehendak bebas manusia yang menolak-Nya, maka… Read more »
Ytk Bp. Stefanus Tay,
Luar biasa penjelasannya. Terima kasih banyak atas pencerahannya.
Doa saya untuk katolisitas.org semoga eksis terus dan diberkati oleh Allah Bapa yang ada di Surga sehingga semakin hari semakin banyak orang Katolik yang dibukakan hati dan dicerahkan pemahamannya tentang Iman Katolik yang sesungguhnya.
Salam Damai,
Simon
Yang dipenuhi rahmat Bpk Stefanus,
Suatu pencerahan kepada kami akan pemikiran mengenai Yudas Iskariot tersebut dan karya keselamatan oleh Tuhan Yesus Kristus.
Semoga web site Katolisitas.org ini tetap eksis agar semakin banyak umat katolik yang menjadi lebih teguh imannya. Tuhan memberkati selalu.
Shalom,
Mariano
saya bersukur sekali degan kehadiran web ini tentunya bisa saling menguatkan iman kita.khususnya bagi kaum muda yang sedang diperantauan,yg diluar negri sebagai pekerja atau tki seperti saya. yang haus akan sapaan rohani,dimana butuh kekuatan untuk saling menguatkan iman kita.semoga web ini jaya terus….sehingga bisa memberikan nuangsa baru untuk pertubuan dan kekuatan iman kita. lewat dunia maya.khususnya bagi rekan2 yg ada diperantauan yg sedang mabuk dgan dunia maya.yg membutuhkan kekuatan iman dan yang haus akan sapaan rohani. TRIMAKASIH KATOLISITAS.TUHAN MEMBERKATIIII