Pertanyaan:
Stef dan Ingid, bagaimana dengan persoalan yang dikemukakan kaum Tridentin terhadap Novus Ordo tentang : “Mysterium Fidei” dalam Doa Syukur Agung, dan juga kata² Konsekrasi Piala “… yang ditumpahkan bagi SEMUA orang atau BANYAK orang? Dan dengarnya (perna baca di salah satu link, tapi lupa link apa) ada surat dari kongergasi Ilahi untuk negara² berbahasa Inggris dalam rangka mempromulgasikan Tata Perayaan Ekaristi berbahasa Inggris, sampe² ada diskusi hangat di Amerika dan Australia? Mohon penjelasan.
Salam
Phiner
Jawaban:
Shalom Phiner,
1. Keselamatan diperuntukkan untuk semua orang
Terima kasih atas pertanyaannya tentang kata-kata di dalam Doa Syukur Agung yang mengatakan “…yang ditumpahkan bagi semua (all) / banyak (banyak) orang”. Secara prinsip, dua kata ini adalah benar, dengan mengacu bahwa keselamatan diperuntukkan bagi semua orang, yang diterangkan dalam Denzinger 1096, dan dipertegas dalam KGK 1260, yang mengatakan:
“1260. “Sebab karena Kristus telah wafat bagi semua orang, dan panggilan terakhir manusia benar-benar hanya satu, yakni bersifat ilahi, kita harus berpegang teguh, bahwa Roh Kudus membuka kemungkinan bagi semua orang, untuk bergabung dengan cara yang diketahui oleh Allah dengan misteri Paska itu” (GS 22) Bdk. LG 16; AG 7.. Setiap manusia yang tidak mengenal Injil Kristus dan Gereja-Nya, tetapi mencari kebenaran dan melakukan kehendak Allah sesuai dengan pemahamannya akan hal itu, dapat diselamatkan. Orang dapat mengandaikan bahwa orang-orang semacam itu memang menginginkan Pembaptisan, seandainya mereka sadar akan peranannya demi keselamatan.“
Keselamatan yang diperuntukkan bagi semua orang dipertegas di dalam 1Tim 2:4 “Tuhan menghendaki semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran”. Dengan demikian secara dogmatis adalah benar bahwa Kristus wafat bagi semua orang dan memanggil semua orang kepada keselamatan kekal, walaupun ada yang tidak menjawab panggilan-Nya.
2. Ditumpahkan bagi banyak orang (Pro Multis)
Namun, memang di dalam text misa berbahasa latin, dikatakan “pro multis“, yang merupakan terjemahan literal dari apa yang dikatakan oleh Yesus dalam Perjamuan Suci sebagai berikut:
“Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.” (Mt 26:28)
Dan Ia berkata kepada mereka: “Inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang.” (Mk 14:24)
3. Jadi, ditumpahkan untuk semua atau untuk banyak orang?
Dengan demikian text misa yang menggunakan “pro multis” bertujuan untuk setia terhadap text Alkitab, yang sebenarnya juga berarti “untuk semua“. Sebagai perbandingan, kita dapat melihat Dan 12:2 “Dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal.“, di mana kata “banyak” di sini mewakili “semua“. Dengan demikian kalau dalam misa menggunakan “SEMUA”, maka itu adalah benar secara teologis namun kurang menggunakan terjemahan literal seperti yang digunakan di Matius dan Markus. Dan kalau menggunakan kata “BANYAK”, maka itu adalah terjemahan literal, namun harus diartikan sebagai “SEMUA”, sehingga tidak terjebak pada bidaah Jansenisme, yang berpendapat bahwa keselamatan tidak terbuka untuk semua orang. Dengan demikian kalau Paus Benediktus XVI menginginkan terjemahan Misa dalam bahasa Inggris maupun bahasa lain dengan menggunakan “UNTUK BANYAK (sebagai terjemahan dari pro multis)”, maka sudah seharusnya kita semua mengikuti hal ini, namun dengan senantiasa berpegang bahwa keselamatan adalah diperuntukkan untuk semua orang sesuai dengan apa yang ingin disampaikan di dalam teks Alkitab maupun dalam teks liturgi.
4. Diskusi di USCCB
Diskusi ini pernah dimuat di United States Conference of Catholic Bishops (USCCB) Roman Missal di sini – silakan klik, yang menuliskan:
Six Questions on the Translation of Pro Multis
(from the November 2006 Newsletter– © 2008 USCCB)
Semoga jawaban di atas dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
mohon bantuan pencerahannya mengenai boleh tidaknya penggunaan lembaran teks misa untuk umat? tks
Shalom Vincent, Sebenarnya apakah ada teks Misa atau tidak, atau dibuat teks Misa dalam bentuk lembaran atau buku, tidaklah menjadi masalah. Sebab yang disyaratkan dalam perayaan Ekaristi tersebut adalah “partisipasi umat secara aktif dan sadar” (Redemptoris Sacramentum (RS), bab II). Maka yang ditekankan di dalam dokumen tersebut adalah bahwa umat tidak boleh hanya asal hadir secara pasif, tapi harus terlibat aktif dalam doa- doa dan pujian kepada Allah, dan dapat “mempersembahkan diri sebagai persembahan hidup yang kudus, yang berkenan kepada Allah” (lih, RS 37) sehingga segala yang diucapkan dan dilakukan di dalam perayaan Ekaristi tersebut merupakan “ungkapan iman dan kesadaran… Read more »
Dear Pak Stef & Ibu Inggrid Terjemahan dari Alkitab DOA BAPA KAMI berlainan atau sedikit berubah dari yang sering dipakai oleh gereja, mengapa ? dalam PENGAKUAN IMAN RASULI versi Kristen dan Katolik mengapa berbeda? di Kristen anak dara, di Katolik perawan di Kristen mati dan dikuburkan, di Katolik wafat dan dimakamkan di Kristen masuk dalam kerajaan maut, di Katolik masuk ke tempat penantian di Kristen menghakim yang……., di Katolik mengadili…. dll Itu karena sengaja dibuat beda karena ingin eksklusif atau ada perbedaan paham yang mendasar. Trims. GBU [dari katolisitas: Cobalah untuk menemukan perbedaan substansial dari iman rasuli terlebih dahulu. Kalau… Read more »
Apakah ada perbedaan antara “Sebab Engkaulah” raja … dstnya dan “Sebab Tuhanlah” raja … dstnya. Mengapa umat tetap mengucapkan sebab Tuhanlah raja…. padahal di dalam TPE terbaru tertulis, Sebab Engkaulah raja. Mana yang harus diikuti. Terima kasih salam damai sejahtera.
Shalom Antonius, Jawaban saya tulis dalam huruf miring di bawah pertanyaan Anda Apakah ada perbedaan antara “Sebab Engkaulah” raja … dstnya dan “Sebab Tuhanlah” raja … dstnya. Jelas ada perbedaan. Kata “Engkaulah” tidak sama dengan “Tuhanlah”. Kata “Engkaulah” sebagai kata ganti orang kedua, berarti kita menyapa Allah langsung, sedangkan “Tuhanlah” bisa berarti suatu seruan langsung kepada Tuhan, tetapi juga bisa berarti seruan tidak langsung kepada Tuhan. Teks aslinya berisi seruan langsung kepada Tuhan. Maka untuk menghilangkan ketidakjelasan, sebaiknya dipakai “Engkaulah”. Mengapa umat tetap mengucapkan sebab Tuhanlah raja…. padahal di dalam TPE terbaru tertulis, Sebab Engkaulah raja. Mana yang harus diikuti.… Read more »
Terima kasih tangapannya pak Stef,
Saya doakan, semoga perbaikan juga segera disetujui para Uskup dalam konferensi wali gereja Indonesia.
Salam
Saya masih awam dalam liturgy, kalau misal belum pernah dibahas. bisa tolong beri saya pencerahan “apakah yang membuat konsekrasi itu jadi ?”. Dengan kata lain ada hal yang membuat imam gagal menghadirkan Kristus pada misa. Saya bertanya ini karena mendapat cerita bahwa seorang santo yang dapat merasakan apakah konsekrasi itu jadi atau tidak, dan banyak imam di masa lampau yang karena buru2 memutuskan untuk skip bbrp doa seperti offertory (yang mana kecil kemungkinan terjadi skrg dengan adanya teks misa yg komprehensif yg disediakan oleh keuskupan).
terima kasih, salam dan doaku
Anonymous Yth
Tidak ada imam yang sah dan tidak dicabut yuridiksinya merayakan ekaristi gagal menghadirkan Kristus. Dalam tahbisan imamat yang diterima terkandung karakter yang tidak terhapuskan dan tetap dapat menghadirkan Kristus saat mengucapkan kata-kata konstitusi konsekrasi. Cerita ttg doa persembahan dihilangkan belum pernah saya dengar.
salam
Rm wanta
Kebetulan saya sempat diskusi soal hal ini dengan bbrp teman, ada yang menjawab bahwa roti haruslah tak beragi dan anggur haruslah murni, dan ada yang menambahkan bahwa kata2 konsekrasi haruslah valid. Kalau dari yg romo pelajari gimana ?
Karena dari saya pelajari kalo saya bandingkan dengan Orthodox, Orthodox memakai roti yang beragi. Nah apakah kata2 konsekrasinya sama atau tidak saya kurang tahu. Soal kata2 konsekrasi ini sendiri jadi perdebatan antara “untuk semua orang” dan “untuk beberapa orang”.
Mohon pencerahannya, atas waktu dan perhatiannya saya ucapkan banyak terima kasih.
Shalom Anonymous, Terima kasih atas pertanyaannya tentang Ekarisiti. 1. Tentang roti tidak beragi: Ketika pasukan perang salib dimulai tahun 1090, para patriarkh Byzantin yang singgah di Konstantinopel menyerang gereja- gereja Latin yang sudah ada di sana sejak jaman kaisar Konstantin. Mereka mengatakan bahwa Ekaristi mereka tidak sah karena menggunakan roti tidak beragi,-sesuatu yang memang telah dilakukan oleh Gereja Barat, dan Gereja Armenia sejak awal, untuk mengikuti teladan Kristus yang menggunakan roti tak beragi pada Perjamuan Terakhir. Namun para patriarkh Byzantin itu (dipimpin Michael Cerularius) ingin memaksakan ritus Byzantin -yang menggunakan roti beragi untuk perjamuan- kepada umat Roma yang tinggal di… Read more »
saya percaya bhw apa yg diajarkan oleh bapa suci Paus Benedictus XVI adalah yg terbaik,krn beliau adalah gembala tertinggi umat katholik di dunia. penerus St. Petrus. maka beliau pasti memperoleh berkat khusus dr Allah agar mampu menggembalakan umatNya di dunia ini dg benar. Tuhan memberkati bapa suci selalu. Amin.
Terima kasih banyak atas penjelasannya, Stef…. secara teologis ya memang demikian sebagimana yang Stef jelaskan. Namun karena Gereja dalam tradisinya yang berabad-abad menggunakan kata-kata verbal Yesus pada Malam Perjamuan Terakhir (dari Injil Matius dan Markus) maka harus tetap mempertahankan tradisi ini (keberatan dari kaum tridentin). Dan TPE baru versi bahasa inggris untuk Konferensi Wali Gereja AS, akan menggunakan kata “…FOR MANY” bukan lagi “… for all” (pro multis; dalam français “….pour la multitude…”) yang akan berlaku tahun depan pada hari minggu pertama advent, 27 November 2011. http://www.nccbuscc.org/romanmissal/examples.shtml
Bagaimana dengan TPE bahasa Indonesia??
Shalom Phiner,
Terima atas pertanyaannya. Romo Wanta pernah berdiskusi dengan Romo Bosco (sekretaris bidang liturgi dari KWI) tentang isu ini. Dan menurut Romo Bosco, TPE akan diperbaiki lagi dan menggunakan kata “Pro multis” atau “untuk banyak orang”. Jadi, kita tunggu saja TPE yang baru nanti.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Stef dan Ingid, bagaimana dengan persoalan yang dikemukakan kaum Tridentin terhadapa Novus Ordo tentang : “Mysterium Fidei” dalam Doa Syukur Agung, dan juga kata² Konsekrasi Piala “… yang ditumpahkan bagi SEMUA orang atau BANYAK orang? Dan dengarnya (perna baca di salah satu link, tapi lupa link apa) ada surat dari kongergasi Ilahi untuk negara² berbahasa Inggris dalam rangka mempromulgasikan Tata Perayaan Ekaristi berbahasa Inggris, sampe² ada diskusi hangat di Amerika dan Australia? Mohon penjelasan.
Salam
Phiner
[dari katolisitas: silakan melihat jawaban di atas – silakan klik]
Jawaban itu tidak konsisten dengan penggunaan kata-kata konsekrasi yang lain, yakni kata ‘TERIMALAH” dalam “Terimalah dan makanlah” atau “Terimalah dan minumlah”. Dalam Injil digunakan kata “AMBILLAH” (lihat Mat 26:26 atau Luk 22:17). Tentu itu terjemahan dari bahasa Latin ‘RECIPE”. Tetapi mengapa tidak digunakan kata AMBILLAH yang lebih Alkitabiah. Lebih dari itu “mengambil” rasanya lebih aktif dari pada “menerima”.
Kalau seorang imam menggungkan kata “Ambillah” apakah itu sah? (apakah roti menjadi Tubuh Kristus?)
Kalau ia menggunakan kata “Terimalah” apakah itu juga sah, karena tidak alkitabiah?
Shalom Petrus, Terima kasih atas komentarnya. Mt 26:26 menuliskan “Dan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata: “Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku.” dan Mk 14:22 menuliskan “Dan ketika Yesus dan murid-murid-Nya sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: “Ambillah, inilah tubuh-Ku.” Dalam konteks ini, maka kita melihat bahwa Yesus yang memberikan roti tersebut kepada para murid dan bukan para murid yang mengambil roti itu sendiri-sendiri. Hal ini jelas dikatakan dalam teks tersebut “memberikannya kepada murid-murid-Nya” dan “memberikannya kepada mereka”. Dengan demikian, kalau di dalam Misa… Read more »
Pak Stef yang terhormat, Terima kasih atas jawaban anda. Tetapi ada dua hal yang tidak anda jawab, yakni: 1.Konsistensi: Ketika anda menerangkan tentang penggunaan “orang banyak” (pro multis) anda mengatakan: “Dengan demikian text misa yang menggunakan “pro multis” bertujuan untuk setia terhadap text Alkitab, yang sebenarnya juga berarti “untuk semua“. Jadi anda gunakan argumentasi “kesetiaan pada Alkitab”. Mengapa argumentasi yang sama tidak dikenakan pada kata “Terimalah” yang seharusnya jika setia pada Akitab berbunyi “Ambillah”. Ataukah terjemahan Alkitab perlu dikoreksi? 2. Sah atau tidak penggunaan kata “Ambillah”?: satu pertanyaan lagi yang belum dijawab adalah: kalau seorang imam menggunakan kata “Ambillah” (kebetulan… Read more »
Shalom Petrus, Terima kasih atas tanggapannya. Berikut ini adalah jawaban yang dapat saya berikan. 1. Saya ingin menggarisbawahi bahwa rubrik dalam liturgi bukanlah milik pribadi, namun milik Gereja. Dengan demikian, kalau Gereja memutuskan bahwa teks Misa dalam bahasa Inggris, bahasa Indonesia dan semuanya, harus mengikuti pro-multis (For Many) dengan alasan biblis – yang juga didukung oleh alasan teologis dan liturgi, maka semua harus mengikutinya. Kalau ditanya mengapa kita harus mengikuti hal ini? Karena Gereja menghendakinya demikian, dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, baik dari sisi biblis, teologis dan konsistensi penggunaan kata pro multis di dalam liturgi. Mungkin saya perlu menambahkan apa… Read more »
Pak Stef yang terhormat, Terima kasih atas penjelasannya. Jadi menjadi jelas bahwa penggunaan kata “terimalah” pertama-tama karena Gereja memilih/memutuskan demikian. Sebagai catatan, pilihan kata dalam bahasa Inggris jatuh pada terjemahan “take” (Ambillah) bukan “receive” (Terimalah), seperti terlihat di bawah ini: “Before he was given up to death, a death he freely accepted, he took bread and gave you thanks, He broke the bread, gave it to his disciples, and said: Take this, all of you, and eat it; this is my body which will be given up for you. When the supper was ended, he took the cup. Again he… Read more »
Shalom Petrus,
Menurut Romo Boli Ujan, rumusan “terimalah” telah disetujui oleh kongregasi ibadat, setelah diperiksa oleh Kongregasi Kebenaran Iman. Dengan demikian, sebenarnya Vatikan telah menyetujui rumusan “terimalah”. Dan bagi saya pribadi, rumusan “terimalah” ini lebih baik untuk menekankan anugerah yang diberikan. Sedangkan “mengambil” dapat juga berkonotasi mengambil sesuatu yang bukan menjadi haknya, seperti mengambil dengan paksa. Jadi, kalau Vatikan telah menyetujui rumusan “terimalah” yang saya yakin telah melalui diskusi yang panjang, maka kita seharusnya menerimanya. Semoga jawaban ini dapat diterima.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Mungkin bisa ditanyakan kepada Rm. Boli Ujan, mengapa Vatikan menyetujui terjemahan “take” atau “prenez” dan bukan “receive/accept” atau “recevez/acceptez” (yang sejajar dengan kata ” terimalah”), untuk kata Latin :
“Accipite et manducate”
“Accipite et bibite”
Damai Kristus,
Petrus
Shalom Petrus, Terima kasih atas tanggapannya. Kalau kita melihat kata “accipere” (Verb) maka juga dapat diterjemahkan sebagai: “take, grasp, receive, accept, undertake; admit, let in, hear, learn; obey;” Jadi terjemahan “take” juga benar. Dan menurut sense dari bahasa Inggris, seseorang yang mengatakan “TAKE THIS” adalah mempunyai konotasi bahwa seseorang memberikan sesuatu dengan cara menyodorkannya kepada orang yang diberi. Sedangkan kalau kita memakai kata “AMBILLAH” di dalam bahasa indonesia, maka tidak ada “sense” pemberi menyodorkan sesuatu kepada yang diberi, sebagai contoh: ambillah buku yang ada di atas meja. Namun kalau orang mengatakan terimalah buku ini, maka yang tertangkap adalah seseorang menyodorkan… Read more »
Yang terhormat Pak Stef,
Terima kasih atas tanggapannya. Mudah-mudahan LBI membaca diskusi ini, sehingga kelak bisa mengubah terjemahan Mat 26:26 dan Mrk 14:22 dengan “Terimalah” untuk menggantikan “Ambillah”, sehingga tidak ada perbedaan antara teks Alkitab dan teks Liturgi.
Terima kasih dan salam hormat,
Petrus