Tentang Luk 7:11- 27

Pertanyaan:

Shalom…..

Dear Katolisitas, saya ingin bertanya makna dari Injil Lukas 7:11-27 bagi kehidupan kita dijaman sekarang? terimakasih…Berkah Dalem
Inus

Jawaban:

Shalom Inus,

Luk 7:11-27 memuat dua perikop yang berbeda, yaitu Yesus membangkitkan anak muda di Nain (11-17), dan Yesus dan Yohanes Pembaptis, (18-35). Berikut ini adalah keterangan yang saya sarikan dari the Navarre Bible on Luke, p. 105:

Luk 7:11-17

Secara garis besar di perikop yang pertama (Luk 7:11-17), dikisahkan bagaimana Kristus melakukan inisiatif terlebih dahulu untuk menolong janda yang berduka karena anak laki- lakinya yang tunggal telah wafat. Kehilangan anak laki- laki satu- satunya merupakan pukulan terbesar dalam kehidupan seorang janda; yang artinya ia kehilangan segala- galanya. Dikatakan bahwa Yesus ‘tergerak olah belas kasihan’ (ay. 13). Maka Yesus bukannya tidak pernah turut merasakan penderitaan kita manusia, yang terjadi karena cinta. Ia turut merasakan pedihnya perpisahan antara anak- anak dan orang tua karena kematian, dan karena itu Dia mengalahkan maut untuk memberikan kehidupan kekal, agar dapat mempersatukan kembali mereka yang saling mengasihi tersebut.

Dalam perikop itu dikisahkan Yesus menaruh belas kasihan kepada janda itu, dan ia menghiburnya sambil mengatakan “Jangan menangis”, seolah hendak mengatakan, “Aku tak mau melihat engkau menangis. Aku datang ke dunia untuk membawa sukacita dan damai sejahtera.” Dan lalu terjadilah mujizat, yang menunjukkan bahwa Kristus adalah Tuhan, sebab Ia dapat membangkitkan anak muda yang sudah mati itu. Namun sebelum mujizat itu terjadi, Yesus menaruh belas kasihan terlebih dahulu, yang menjadi tanda kasih Kristus kepada manusia.

Dari perikop ini kita mengetahui bahwa Yesus peduli akan kesedihan kita, yang disebabkan karena ditinggal oleh orang yang kita kasihi, atau masalah kesehatan, masalah keluarga ataupun pekerjaan- yang mengakibatkan kita merasa kehilangan segala- galanya, seperti janda itu. Tuhan Yesus berbelas kasihan kepada kita, dan dengan kuasa-Nya Ia dapat menolong kita memberikan jalan keluar, dan bahkan mujizat, sebab Ia adalah Tuhan.

Luk 11:18-27

St. Thomas Aquinas menjelaskan perikop ini sebagai berikut: “Bukan karena ketidaktahuannya Yohanes bertanya tentang Kristus yang menjelma menjadi manusia, sebab ia sudah terlebih dahulu menyatakan kepercayaannya (lih. Yoh 1:34). Oleh karena itu, yang ditanyakan bukan, “Apakah kamu adalah dia yang sudah datang?”, tetapi “Apakah kamu adalah dia yang akan datang?”; dan dengan demikian menanyakan bukan masa lampau melainkan masa yang akan datang. Dan juga jangan kita bepikir bahwa Yohanes tidak mengetahui akan sengsara yang akan ditanggung oleh Yesus, sebab Yohanes Pembaptis telah berkata, “Lihatlah Anak Domba Allah yang menghapus dosa- dosa dunia (Yoh 1:29) dan karenanya menubuatkan sengsara Yesus, yang juga telah dinubuatkan oleh para nabi (lih. Yes 53)…. Yohanes membuat pertanyaan ini, menurut St. Yohanes Krisosotomus, bukan karena keraguan ataupun ketidaktahuan, tetapi karena ia ingin agar para murid- muridnya memperoleh kepuasan dari jawaban Yesus sendiri tentang hal itu. Oleh karena itu, Yesus memberikan jawabanNya dengan mengajarkan kepada para murid ini, dengan mengacu kepada bukti- bukti mujizatnya (ay.22) (St. Thomas Aquinas, Summa Theology, II-II, q.2, a.7 ad 2), termasuk membangkitkan orang mati, seperti yang baru dilakukannya terhadap anak muda di Nain, dalam perikop sebelumnya.

Di ayat 22, kepada para murid Yohanes Pembaptis, Yesus mengacu kepada mujizat- mujizat yang dilakukannya, yang menunjukkan bahwa Ia adalah Mesias yang dijanjikan Allah, yang telah dinubuatkan oleh para nabi. Bersamaan dengan mujizat-Nya, disebutkan salah satu tanda kedatangan Kerajaan Allah adalah diberitakannya keselamatan kepada kaum miskin. Kaum miskin di sini mengacu kepada Mat 5:3, Luk 6:20, dan 6:24.

Mengikuti teladan Yesus, Gereja selalu memberikan perhatian istimewa kepada kaum miskin. Di jaman kita, para Paus berkali- kali menekankan kewajiban kita sebagai umat Kristen untuk memerangi ketidakadilan dan kemiskinan. “Ke-egoisan dan dominasi merupakan godaan bagi manusia. Karena itu diperlukan discernment untuk menghancurkan akar dari situasi ketidakadilan dan untuk memajukan keadilan…. Gereja mengarahkan perhatiannya kepada ‘kaum miskin’ yang baru ini– ‘orang cacat, mereka yang diperlakukan tidak adil, kaum manula, kaum marginal– agar mengenali mereka, menolong mereka dan mempertahankan tempat dan martabat mereka di dalam masyarakat yang dikeraskan oleh persaingan dan ketertarikan akan kesuksesan. (Paus Paulus VI, Octogesima adveniens, 15)

Keterangan di atas menunjukkan kepada kita, bahwa jika kita mau ikut serta melanjutkan karya keselamatan Kristus, kita juga harus menaruh perhatian kepada kaum miskin. Paus Benediktus XVI dalam surat ensikliknya Caritas in Veritate, mengajarkan bahwa kemiskinan itu lahir dari keterpisahan/ isolasi: “Salah satu bentuk kemiskinan yang paling dalam yang dapat dialami manusia adalah isolasi/ keterpisahan. Kalau kita melihat dari dekat bermacam bentuk kemiskinan, termasuk bentuk-bentuk material, kita melihat bahwa mereka lahir dari isolasi, dari tidak dicintai atau dari kesulitan untuk dapat mencintai. Kemiskinan sering dihasilkan dari penolakan atas kasih Tuhan, oleh kecenderungan dasar dan tragis manusia yang menutup diri sendiri, memikirkan diri sendiri sebagai “self-sufficient”/ cukup dengan diri sendiri atau semata-mata sebuah fakta yang tidak penting dan hanya sekejap mata, seorang ”asing” di dalam sebuah alam semesta yang acak. Manusia terasing ketika ia sendirian, ketika ia terpisah dari realitas, ketika ia berhenti berpikir dan percaya akan sebuah pondasi….” (Caritas in Veritate, 53)

Dengan demikian memang kemiskinan tidak saja terbatas kepada kemiskinan materi, namun juga kemiskinan lain yang disebabkan karena keterasingan mereka dari kasih sesamanya, dan karena penolakan atas kasih Tuhan. Kemiskinan macam ini bisa terjadi di sekitar kita, bahkan juga di kalangan mereka yang dari luar nampaknya tidak kekurangan sesuatu apapun. Untuk merekalah Injil juga harus diwartakan, sebab kasih Kristus ditujukan kepada semua orang, terutama mereka yang miskin, baik yang miskin secara jasmani maupun rohani.

Pesan lainnya yang dapat dipetik dari kisah ini adalah bahwa kita selayaknya memiliki keteguhan iman akan Kristus sebagai Tuhan, setelah membaca dan merenungkan Injil, dan menghayatinya dalam kehidupan kita sehari- hari. Sebab segala sesuatu yang dinubuatkan oleh para nabi tentang Mesias, sungguh telah digenapi dalam diri Kristus. Dengan menyandarkan hidup kita kepadaNya, dan hidup di dalam Dia, maka kita dapat mengalami  pertolongan-Nya, bahkan yang ajaib sekalipun, karena Ia adalah Allah yang hidup dan senantiasa menyertai kita, baik di saat suka, namun terutama pada saat kita berduka. Semoga kita semua yang percaya dapat memiliki keteguhan iman, dan tidak lekas goyah ataupun kecewa dan menolak Dia, karena mengalami percobaan/ kesulitan di dalam hidup ataupun terpengaruh oleh ajaran- ajaran lainnya yang menolak Kristus. Sebab di Kristus berkata, “Berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku.” (ay. 23).

Demikianlah sekilas tentang makna kedua perikop tersebut, jika dikaitkan dengan kehidupan kita di jaman sekarang.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

0 0 votes
Article Rating
6 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Rivai Silaban
10 years ago

Terimakasih atas renungannya dan selamat ULTAH buat Katolisasi.org

tarsisius
tarsisius
11 years ago

Dear katolisitas, Mengapa kisah Yesus membangkitkan anak muda di Nain hanya ditulis dalam injil Lukas? Mengapa Matius,Markus atau Yohanes tidak menuliskannya? Padahal kisah ini begitu penting karena Yesus membuktikan kuasaNya sebagai Tuhan yang dapat membangkitkan orang mati dengan kuasa sendiri. Bagaimana dengan otentisitas kisah ini? Bolehkah saya menggunakan logika bahwa kalau kisah ini fiktif,maka penduduk kota Nain akan protes besar-besaran kepada Lukas,Teofilus,penganut kristen setempat untuk segera mencabut atau menghilangkan tulisan tersebut? Dalam berbagai kesempatan,saya membaca di website ini bahwa Lukas menulis injil berdasarkan khotbah dari rasul Paulus.Sejauh mana bahwa fakta didapat dari seseorang saja{Paulus},bukankah lebih baik Lukas mewawancarai saksi-saksi mata… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  tarsisius
11 years ago

Shalom Tarsisius, Prinsip yang utama adalah pentingnya pengajaran Kristus bukan ditentukan dari berapa Injil yang memuat kisah tersebut. Dengan demikian tidak menjadi masalah, kalau hanya ada satu Injil yang memuat kisah tentang Yesus membangkitkan anak muda di Nain. Sebagai contoh, kisah Kristus yang mencuci kaki para murid adalah kejadian yang sangat penting, sarat dengan makna sehingga dilakukan setiap Kamis Putih, namun hanya Injil Yohanes yang memuatnya. Kita tidak perlu meragukan otentisitas dari kejadian Yesus membangkitkan anak muda di Nain, karena ada cukup banyak saksi mata yang masih hidup ketika Injil ini ditulis. Kita tidak perlu meragukan kapasitas Lukas sebagai penulis… Read more »

tarsisius
tarsisius
Reply to  Stefanus Tay
11 years ago

Shalom Katolisitas,
Dapatkah Anda menjelaskan ayat terakhir dalam kisah Yesus membangkitkan anak muda Nain,dimana seharusnya Nain berada di propinsi Galilea bukannya di propinsi Yudea?
Apakah ini penyusunan kalimat yg ambigu,karena “throughout into” dapat diartikan menyebar keluar sampai ke propinsi Yudea?
Bagaimana juga dengan “country” dalam konteks kisah ini,lebih tepat diartikan daerah atau desa atau negara lain(misalnya sampai terdengar ke kekaisaran Romawi?
Saya butuh penjelasan yg lebih gamblang

inus
inus
13 years ago

Shalom…..

Dear Katolisitas, saya ingin bertanya makna dari Injil Lukas 7:11-27 bagi kehidupan kita dijaman sekarang? terimakasih…Berkah Dalem

[Dari Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
6
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x