Tentang Kitab Kidung Agung

Ada banyak umat Katolik sering bingung dalam menafsirkan kitab Kidung Agung. Komentar dalam buku A Catholic Commentary on Holy Scripture, gen ed. Dom B. Orchard, O.S.B. p. 496- 498 tentang kitab Kidung Agung dapat membantu kita untuk lebih mengerti kitab yang begitu puitis dan penuh makna.

Kitab Kidung Agung selalu dikenali sebagai kitab yang diinspirasikan oleh Roh Kudus, sehingga termasuk dalam kanon Kitab Suci. Kitab ini termasuk dalam Kitab-kitab puitis.

Kitab ini berisi kidung kasih antara dua orang gembala muda, yang saling memuja keelokan satu sama lain dan keinginan mereka untuk kesatuan yang tidak terceraikan.

Kitab ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian, sebagai berikut:

1. 1:1- 2:7; Mempelai perempuan merindukan kekasihnya. Kedua mempelai saling memuja, saling bertemu.

2. 2:8-3:5; Mempelai perempuan diundang ke padang rumput, di sore hari mereka kembali ke rumah; mempelai perempuan gelisah sampai ia bertemu lagi dengan mempelai laki-laki.

3. 3:6-5:1; Kemegahan pawai kerajaan; mempelai laki-laki terpesona akan ke-elokan mempelai perempuan-nya dan ia bersuka cita karenanya.

4. 5:2- 6:2; Ketika mempelai perempuan itu berada di tempat tidur, mempelai laki-laki datang tanpa diduga; namun kemudian sang mempelai laki-laki menghilang; mempelai perempuan itu keluar untuk mencarinya; penjabaran tentang mempelai laki-laki; suka cita atas persatuan mereka.

5. 6:3- 8:4; Kekaguman mempelai laki-laki atas kecantikan mempelai perempuannya; keduanya saling memuji; mempelai perempuan menyatakan keterikatannya yang tak tergoyahkan terhadap mempelai laki-laki.

6. 8:5-7; Kedua kekasih itu bersatu tak terpisahkan

7. 8:8-14; Penutup.

Interpretasi Kitab Kidung Agung:
Pandangan dari para penafsir Alkitab non-Katolik adalah menafsirkan kitab ini sebagai puisi erotik, untuk meninggikan keutamaan monogami dan kesetiaan perkawinan. Namun para Bapa Gereja begitu yakin akan makna spiritual dari kitab ini sehingga mereka tidak mementingkan arti literalnya. Bukti yang mereka gunakan adalah adanya banyak ayat-ayat dalam PL yang menggambarkan hubungan Allah dan bangsa Israel sebagai hubungan suami dengan istri. Allah telah memilih Israel sebagai Pasangan-Nya, mendandaninya dengan emas dan perak, pakaian yang indah dan membuatnya terkenal di antara bangsa-bangsa (Yeh 16:3-14; lih. Yes 54:6 dst; 62:4-dst; Yer 2:2, Hos 2:19).

Terdapat beberapa jenis cara menginterpretasikan ayat- ayat Alkitab, dan jika dikaitkan dengan kitab Kidung Agung ini, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Typical Interpretation: jika ingin menginterpretasikan secara literal; namun kelihatannya ini tidak ada basisnya.  Karena tipe ini menghubungkan teks dengan fakta sejarah/ orang tertentu. Kebanyakan kejadian ini dikaitkan dengan perkawinan Raja Salomo dengan anak Pharaoh (1 Raj 3:1). Namun ini tidak berdasar, sebab tidak mungkin perkawinan Salomo, raja yang poligami dapat menjadi gambaran akan ikatan persatuan Allah dengan bangsa Israel yang sifatnya monogami.

Maka para ahli Alkitab menyimpulkan bahwa yang dimaksudkan oleh pengarang kitab ini adalah untuk mengajarkan kasih dan kekudusan perkawinan seperti yang di-institusikan oleh Tuhan. Oleh Tuhan, persatuan perkawinan ini dijadikan lambang persatuan Kristus dengan Gereja-Nya dan akan besarnya kasih-Nya kepada Gereja.

2. Parabolic interpretation: Kitab ini menjabarkan dengan literal kasih di antara kedua gembala dengan pandangan untuk menggambarkan kasih Tuhan kepada manusia. Maka artinya harus dilihat dalam keseluruhan kitab, dan bukannya pada detail- detail tertentu; sebab detail itu hanya bertujuan untuk membuat gambaran menjadi lebih aktual.

3. Allegorical interpretation: Para Bapa Gereja menggunakan cara interpretasi allegoris untuk menjelaskan tentang ‘perkawinan’/ persatuan antara Kristus dan Gereja-Nya. Beberapa elemen allegoris dapat dilihat di sini misalnya dengan menggambarkan Allah sebagai gembala. Gambaran Allah sebagai gembala adalah metafor yang umum di Perjanjian Lama (lih. 23:1; 80:1; Yer 31:10; Yeh 34:11, 19; Zak 11:17).

4. Parabolic-allegorical interpretation: Campuran antara cara no 2 dan 3. Interpretasi ini menganggap kitab Kidung Agung sebagai kitab perumpamaan yang menempatkan kejadian imajiner dan kejadian nyata secara berdampingan. Maka detail-detail yang ada dapat dianggap sebagai hiasan literal yang tidak mempunyai nilai/fakta sejarah.

Walaupun cara interpretasi parabolik-allegoris (no.4) ini kelihatan lebih sesuai daripada tipologi (no.1) namun tak bisa dipungkiri bahwa kitab ini mengajarkan pelajaran moral tentang kesucian perkawinan yang kemudian diangkat oleh Yesus ke tingkat sakramen.

Maka para ahli Alkitab (Nichloas de Lyra, Jouon dan Ricciotti) cenderung menggunakan cara allegoris untuk menginterpretasikan kitab ini, yaitu untuk menggambarkan hubungan antara Tuhan (Yahwe) dengan umat-Nya Israel. Sedangkan para penafsir yang lain seperti pada jaman Hyppolytus sampai sekarang, menafsirkan bahwa kitab ini merupakan allegori dari persatuan antara Kristus dengan Gereja-Nya. Dasar dari interpretasi ini adalah banyaknya pengajaran di Perjanjian Baru yang menyebabkan dasar pondasi Gereja sebagai  sebuah perjamuan kawin (Mat 22:1-4), di mana Kristus adalah Mempelai laki-laki dan Gereja adalah mempelai perempuan (Mat 9:15; juga Yoh 3:29; 2 Kor 11:2; Ef 5:23-32; Why 21:9).

Interpretasi tersebut merupakan perkembangan dari pengertian Yahudi [tentang hubungan Allah dan bangsa Israel sebagai bangsa pilihan]. Sebab dalam rencana keselamatan Allah, pemilihan Israel sebagai bangsa pilihan merupakan persiapan bagi pendirian Gereja oleh Kristus. Maka pemilihan bangsa Israel dan pendirian Gereja selayaknya tidak dilihat sebagai dua realitas yang terpisah, tetapi sebagai dua tahapan yang saling berkaitan dalam karya keselamatan Allah. Kasil Allah kepada bangsa Israel menjadi gambaran akan kasih Kristus kepada Gereja-Nya.

Mengenai interpretasi Yahudi memang kita melihat bahwa dalam kitab-kitab nubuatan dimana hubungan Allah dan bangsa Israel digambarkan sebagai hubungan suami dan istri, walaupun ada kitab yang menggambarkan Allah sebagai Bapa dan Israel sebagai anak-Nya yang sulung (Kel 4:22- dst). Dalam penggambaran suami dan istri ini, Allah digambarkan sebagai suami yang setia dan Israel sebagai istri yang tidak setia (lih. Yes 50:1; Yer 3:8; Yeh 16:1-58, Hos 2).  Israel  tidak setia, bahkan sejak hari pertama perkawinan (Yeh 16:15; Hos 9:10). Ketidaksetiaan bangsa Israel ini terlihat dari sejak hari perjanjian antara Allah dan Israel di gunung Sinai sampai Israel kembali dari masa pembuangan. Namun hal ketidaksetiaan dan masa pembuangan ini tidak berlangsung selamanya. Allah kemudian memulihkan bangsa Israel dan kembali bersatu dengannya. Pernyataan kembali bangsa Israel oleh Allah ini telah dinubuatkan oleh para nabi (Yes 49:14; 54:6 dst; Yeh 16:59-63; Hos 2:19). Ini adalah rekonsiliasi antara Allah dan bangsa Israel, yang menjadi topik dalam kitab Kidung Agung.

Selanjutnya dari interpretasi allegoris, kita dapat menginterpretasikan persatuan ini sebagai persatuan antara Kristus (Mempelai laki-laki) dengan jiwa orang beriman (mempelai perempuan). Interpretasi ini diajarkan oleh Origen, dan diteruskan oleh St. Bernardus di abad pertengahan, yang menghubungkannya dengan interpretasi Mariologis. Bunda Maria tidak saja adalah anggota Gereja yang tersuci namun ia juga yang memungkinkan tercapainya persatuan mistik antara Putera Allah dengan manusia.

Kitab Kidung Agung diperkirakan dituliskan sekitar abad 8 sebelum Masehi (sesudah abad ke-8 BC). Jika topik yang dibicarakan dalam kitab ini adalah rekonsiliasi antara Allah dengan bangsa Israel, maka diperkirakan kitab ini disusun pada akhir masa pembuangan (Exile) atau sesudahnya, yaitu sekitar masa kerajaan Persia. Ini juga terlihat dari karakter anthologis dari puisi yang digunakan.

3.7 6 votes
Article Rating
1 Comment
Inline Feedbacks
View all comments
Augustinus Setioadhi
Augustinus Setioadhi
14 years ago

Ibu Inggrid,
Jika berkenan, saya minta tolong penjelasan tentang kitab KIDUNG AGUNG menurut kaca mata iman Katolik.
Thanks & Gbu,
Augustinus

[Dari Admin Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
1
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x