Mengerti apa yang terjadi di seputar Natal
Setiap tahun umat Kristiani merayakan Natal. Bagi umat Katolik, perayaan Natal didahului dengan persiapan masa Natal, yaitu Masa Adven yang merupakan masa persiapan kedatangan Kristus. Bagi banyak orang, Natal dan Adven identik dengan pohon natal, kandang natal, dan hadiah natal. Namun, lebih daripada itu, hal yang terpenting dilakukan adalah persiapan rohani untuk menyambut Kristus. Namun sayangnya, banyak orang kurang mengetahui alasan dan makna di balik semua persiapan rohani yang dilakukan. Artikel ini bertujuan untuk mengupas tradisi di seputar Natal dan persiapan yang dilakukan selama masa Adven, sehingga kita yang merayakan akan semakin menghargai apa yang biasa kita lakukan.
Seputar Natal
1. Kedatangan Yesus menjadi Anno Domini
Secara tidak sadar, sebenarnya dunia mengakui kedatangan Kristus sebagai satu hal yang begitu istimewa, karena perhitungan kalendar internasional menggunakan acuan kedatangan Kristus, yaitu yang dinamakan Anno Domini (AD), artinya tahun Tuhan, untuk menandai tahun-tahun sesudah kelahiran Kristus; dan BC, yaitu singkatan dari Before Christ untuk tahun- tahun sebelum kelahiran Kristus. Dengan demikian, kedatangan Kristus membagi sejarah manusia menjadi dua, dan titik pusatnya adalah Kristus sendiri. Ini adalah kenyataan yang terjadi berabad-abad dan patokan AD dan BC akan terus berlaku sampai akhir zaman.
Namun, kalau kita mengadakan perhitungan, sebenarnya kedatangan Kristus bukanlah permulaan tahun AD, namun sekitar 7BC – 5BC. Dionysius Exiguus (470-544) adalah seorang anggota Scythian monks, yang akhirnya tinggal di Roma sekitar tahun 500. Dionysius adalah orang yang pertama kali memperkenalkan AD (Anno Domini / the year of the Lord) pada waktu dia membuat kalendar Paskah (Easter). Sistem penanggalan ini menggantikan sistem penanggalan Diocletian, karena Dionysius tidak ingin menggunakan perhitungan Diocletian, seorang Kaisar yang menganiaya jemaat Kristen di abad ke-3. Dionysius mengatakan bahwa Anno Domini dimulai 754 tahun dari pondasi Roma (A.U.C) atau tahun 1 AD, yaitu tahun dimana Yesus lahir (dalam perhitungan Dionysius). Namun berdasarkan perhitungan para ahli, terutama berdasarkan bukti sejarah dari Josephus, maka perhitungan ini tidaklah benar.
Kitab Matius mengatakan “Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem” (Mt 2:1). Josephus, seorang ahli sejarah mengatakan bahwa Raja Herodes meninggal setelah berkuasa selama 34 tahun (de facto) dari meninggalnya Antigonus dan 37 tahun (de jure) sejak Roma mengeluarkan perintah yang menyatakan bahwa dia adalah raja (Josephus, Antiquities, 17,8,1). Antigonus meninggal pada saat Marcus Agrippa dan Lucius Caninius Gallus menjadi konsulat, yaitu pada tahun 37 BC. ((Josephus, Antiquities, 14,16, 4)). Herodes menjadi raja pada saat Caius Domitias Calvinus dan Caius Asinius Pollio menjadi konsulat pada tahun 40 BC. Perhitungannya adalah sebagai berikut: Dihitung dari meninggalnya Antigonus: 37 BC – 34 = 3 BC atau dihitung dari Raja Herodes menjadi raja: 40 BC – 37 = 3 BC.
Oleh karena itu, raja Herodes dipercaya meninggal sekitar 3 BC – 5 BC, atau kemungkinan sekitar 4 BC. Hal ini dikarenakan Josephus mengatakan bahwa pada saat tahun itu juga terjadi gerhana bulan (Josephus, Antiquities, 17,6, 4). Dan gerhana bulan ini terjadi pada tahun 4 BC. Karena Herodes meninggal tahun 4 BC, maka Kristus harus lahir sebelum tahun 4 BC. Dan diperkirakan Yesus lahir beberapa tahun sebelum kematian raja Herodes. Berdasarkan perhitungan tersebut di atas, para ahli percaya bahwa kelahiran Yesus adalah sekitar tahun 7 BC – 6 BC.
2. Mengapa merayakan Natal tanggal 25 Desember
Setiap tahun kita merayakan hari Natal, yaitu Hari Kelahiran Yesus Kristus. Namun mungkin banyak di antara kita yang mempunyai pertanyaan- pertanyaan sehubungan dengan perayaan Natal, setidak-tidaknya seperti tiga buah pertanyaan berikut ini. Pertama, tentang asal-usul perayaan Natal. Kedua, apa perlunya merayakan Natal, mengingat kata Natal tidak disebut dalam Kitab Suci. Ketiga, bolehkah merayakan Natal sebelum tanggal 25 Desember? ((Tiga pertanyaan dan jawaban dari pertanyaan ini dimuat di tabloid Catholic Life edisi Desember 2011))
Memang ada beberapa teori tentang asal mula hari Natal dan Tahun Baru. Menurut Catholic Encyclopedia, pesta Natal pertama kali disebut dalam “Depositio Martyrum” dalam Roman Chronograph 354 (edisi Valentini-Zucchetti (Vatican City, 1942) 2:17). ((New Catholic Encyclopedia, Vol III, The Catholic University of America, (Washington: 1967, reprint 1981), p.656)) Dan karena Depositio Martyrum ditulis sekitar tahun 336, maka disimpulkan bahwa perayaan Natal dimulai sekitar pertengahan abad ke-4.
Kita juga tidak tahu secara persis tanggal kelahiran Kristus, namun para ahli memperkirakan sekitar 8-6 BC (Sebelum Masehi). St. Yohanes Krisostomus berargumentasi bahwa Natal memang jatuh pada tanggal 25 Desember, dengan perhitungan kelahiran Yohanes Pembaptis. Karena Zakaria adalah imam agung dan hari silih (Atonement) jatuh pada tanggal 24 September, maka Yohanes Pembaptis lahir tanggal 24 Juni dan Kristus lahir enam bulan setelahnya, yaitu tanggal 25 Desember. ((Ibid.))
Ada juga sejumlah orang yang meyakini bahwa kelahiran Kristus jatuh pada tanggal 25 Desember, berdasarkan tanggal winter solstice (25 Desember dalam kalendar Julian), karena pada tanggal tersebut, matahari mulai kembali ke utara. Ada juga yang kemudian menghubungkan tanggal tersebut dengan kebiasaan kaum kafir /pagan berpesta “dies natalis Solis Invicti” (perayaan dewa Matahari); dan penetapan Kaisar Aurelian di tahun 274, bahwa dewa matahari adalah pelindung kerajaan Roma, yang dirayakan setiap tanggal 25 Desember. ((Ibid.)) Hal serupa juga berlaku untuk tahun baru, yang dikatakan berasal dari kebiasaan suku Babilonia. Namun sejujurnya, semua itu merupakan spekulasi.
Penjelasan lengkap tentang hal ini dapat dibaca di sini – silakan klik.
Namun, bukankah Natal tidak pernah disebutkan dalam Kitab Suci? Mengapa kita tetap merayakan Natal? Kita tahu, bahwa tidak semua hal disebutkan di dalam Kitab Suci (lih. Yoh 21:25), termasuk kata Inkarnasi, Trinitas, Natal. Jangan lupa juga bahwa Kitab Suci pun tidak pernah menuliskan larangan untuk merayakan Natal. Satu hal yang pasti adalah kelahiran Yesus disebutkan di dalam Kitab Suci. Merayakan misteri Inkarnasi, merayakan Tuhan datang ke dunia dalam rupa manusia, merayakan bukti cinta kasih Allah kepada manusia adalah esensi dari perayaan Natal. Dengan demikian, perayaan Natal adalah hal yang sangat baik, karena seluruh umat Allah memperingati belas kasih Allah. Kalau memperingati ulang tahun anak kita adalah sesuatu yang baik – karena mengingatkan akan kasih Allah yang memberikan anak di dalam keluarga kita, maka seharusnya memperingati ulang tahun Sang Penyelamat kita adalah hal yang amat sangat baik, bahkan sudah seharusnya dilakukan.
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah boleh merayakan Natal sebelum tanggal 25 Desember atau sesudah lewat masa Natal? Sebenarnya, dari pemahaman makna Adven, kita, umat Katolik, tidak dianjurkan untuk merayakan Natal sebelum hari Natal. Sebab justru karena kita menghargai hari Natal sebagai hari yang sangat istimewa, maka kita perlu mempersiapkan diri untuk menyambutnya. Persiapan ini kita lakukan dengan masa pertobatan selama 4 minggu, yaitu mengosongkan diri kita dari segala dosa yang menghalangi kita menyambut Sang Juru Selamat; agar pada hari kelahiran-Nya, kita dapat mengalami lahir-Nya Kristus secara baru di dalam hati kita. Dengan demikian, kalau kita ingin merayakan Natal bersama keluarga, mari kita rayakan setelah Malam Natal, setelah hari Natal, selama dalam 8 hari (Oktaf Natal). Gereja Katolik memang merayakan Natal sejak Malam Natal sampai hari Epifani (Minggu Pertama setelah Oktaf Natal) dan bahkan gereja-gereja memasang dekorasi Natal sampai perayaan Pembaptisan Yesus oleh Yohanes Pembaptis (hari Minggu setelah tanggal 6 Januari).
3. Mengapa pohon cemara?
Sejarah pohon natal dapat ditelusuri sampai di sekitar abad ke-8, saat St. Bonifasius (675-754), seorang uskup Inggris, menyebarkan iman Katolik di Jerman. Pada saat dia meninggalkan Jerman dan pergi ke Roma sekitar 15 tahun lamanya, jemaat yang dia tinggalkan kembali lagi kepada kebiasaan mereka untuk mempersembahkan kurban berhala di bawah pohon Oak. Namun dengan berani St. Bonifasius menentang hal ini dan kemudian menebang pohon Oak tersebut. Jemaat kemudian bertanya bagaimana caranya mereka dapat merayakan Natal. Maka St. Bonifasius kemudian menunjuk kepada pohon fir atau pine, yang melambangkan damai dan kekekalan karena senantiasa hijau sepanjang tahun. Juga karena bentuknya meruncing ke atas, maka itu mengingatkan akan surga. Bentuk pohon yang berupa segitiga dan menjulang ke atas serta hijau sepanjang tahun, inilah mengingatkan kita akan misteri Trinitas, Allah yang kekal untuk selama-lamanya, yang turun ke dunia dalam diri Kristus untuk menyelamatkan manusia.
Maka walaupun memang tradisi pohon cemara tidak diperoleh dari jaman dan tempat asal Yesus, penggunaan pohon cemara tidak bertentangan dengan pengajaran Kitab Suci. Dalam hal ini, yang dipentingkan adalah maknanya: yaitu untuk mengingatkan umat Kristiani agar mengingat misteri kasih Allah Trinitas yang kekal selamanya, yang dinyatakan dengan kelahiran Yesus Sang Putera ke dunia demi menebus dosa manusia.
Tradisi Masa Adven
Begitu pentingnya peristiwa kelahiran Yesus Sang Putera, sehingga Gereja mempersiapkan umatnya untuk memperingatinya; dan masa persiapan ini dikenal dengan masa Adven. Kata “adven” sendiri berasal dari kata “adventus” dari bahasa Latin, yang artinya “kedatangan”. Masa Adven yang kita kenal saat ini sebenarnya telah melalui perkembangan yang cukup panjang. Pada tahun 590, sinode di Macon, Gaul, menetapkan masa pertobatan dan persiapan kedatangan Kristus. Kita juga menemukan bukti dari homili Minggu ke-2 masa Adven dari St. Gregorius Agung (Masa kepausan 590-604). Dari Gelasian Sacramentary, kita dapat melihat adanya 5 minggu masa Adven, yang kemudian diubah menjadi 4 minggu oleh Paus Gregorius VII (1073-1085). Sampai sekarang, masa Adven ini dimulai dari hari Minggu terdekat dengan tanggal 30 November (hari raya St. Andreas) selama 4 minggu ke depan sampai kepada hari Natal pada tanggal 25 Desember.
Masa Adven ini berkaitan dengan permenungan akan kedatangan Kristus. Kristus memang telah datang ke dunia, Ia akan datang kembali di akhir zaman; namun Ia tidak pernah meninggalkan Gereja-Nya dan selalu hadir di tengah- tengah umat-Nya. Maka dikatakan bahwa peringatan Adven merupakan perayaan akan tiga hal: peringatan akan kedatangan Kristus yang pertama di dunia, kehadiran-Nya di tengah Gereja, dan penantian akan kedatangan-Nya kembali di akhir zaman. Maka kata “Adven” harus dimaknai dengan arti yang penuh, yaitu: dulu, sekarang dan di waktu yang akan datang.
Ini adalah dasar dari pengertian tiga macam kedatangan Kristus yang dipahami Gereja Katolik. Pemahaman ini menjiwai persiapan rohani umat; dan hal ini tercermin dalam perayaan liturgi dalam Gereja Katolik. Sebab di antara kedatangan-Nya yang pertama di Betlehem dan kedatangan-Nya yang kedua di akhir zaman, Kristus tetap datang dan hadir di tengah umat-Nya. Hanya saja, masa Adven menjadi istimewa karena secara khusus Gereja mempersiapkan diri untuk memperingati peristiwa besar penjelmaan Tuhan, menjelang peringatan hari kelahiran-Nya di dunia.
Katekismus Gereja Katolik (KGK, 524) menuliskan:
KGK, 524 Dalam perayaan liturgi Adven, Gereja menghidupkan lagi penantian akan Mesias; dengan demikian umat beriman mengambil bagian dalam persiapan yang lama menjelang kedatangan pertama Penebus dan membaharui di dalamnya kerinduan akan kedatangan-Nya yang kedua (Bdk. Why 22:17.). Dengan merayakan kelahiran dan mati syahid sang perintis, Gereja menyatukan diri dengan kerinduannya: “Ia harus makin besar dan aku harus makin kecil” (Yoh 3:30).
Pada masa Adven, umat Katolik sering melakukan ulah kesalehan yang baik, yang berakar selama berabad-abad. Ulah kesalehan ini bertujuan untuk membantu mempersiapkan umat dalam menyambut kedatangan Sang Mesias. ((Kongregasi Ibadat dan Tata Tertib Sakramen, Direktorium tentang Kesalehan Umat dan Liturgi, Asas-asas dan pedoman, 97)) Semua ulah kesalehan ini mengingatkan umat akan Sang Mesias yang sebelumnya telah dinubuatkan melalui perantaraan para nabi dalam Perjanjian Lama. Ulah kesalehan ini juga mengingatkan umat Allah akan Kristus yang lahir dari Perawan Maria dengan begitu banyak kesulitan, yang akhirnya terlahir, namun terlahir di kandang, di tempat yang kurang layak. Mari sekarang kita membahas persiapan rohani yang terkait dengan masa Adven.
1. Persiapan spiritual
Karena masa Adven adalah masa penantian yang harus diisi dengan pertobatan, sehingga kita mempersiapkan diri kita untuk menyambut kedatangan Kristus, maka sudah seharusnya umat Allah mempersiapkan diri secara spiritual. Persiapan yang terbaik adalah dengan lebih sering menerima Sakramen Ekaristi dan juga menerima Sakramen Tobat. Sakramen Ekaristi menyadarkan kita akan kasih Allah yang memberikan Putera-Nya untuk bersatu dengan kita, yang dimulai dengan peristiwa Inkarnasi. Sakramen Tobat menyadarkan kita bahwa kita sebenarnya tidak layak menyambut Kristus karena dosa-dosa kita, namun Kristus datang ke dunia untuk menyelamatkan kita dari belenggu dosa. Masa Adven adalah waktu yang tepat untuk terus bertekun dalam doa-doa pribadi dan membaca Kitab Suci. Sungguh baik kalau kita dapat mengikuti bacaan Kitab Suci mengikuti kalender Gereja, karena bacaan-bacaan telah disusun sedemikian rupa untuk mempersiapkan kita menyambut Sang Mesias.
Dalam masa Adven ini, ada sebagian umat yang juga menjalankan Novena Maria dikandung Tanpa Noda, Novena Natal dan Novena Kanak- kanak Yesus. Karena Gereja memperingati Maria dikandung Tanpa Noda (Immaculate Conception) pada tanggal 9 Desember, maka penghormatan kepada Bunda Maria, yang melahirkan Kristus juga dipandang sebagai devosi yang baik. Jika devosi ini dilaksanakan, maka sebaiknya menonjolkan teks-teks profetis, mulai dari Kej 3:15 dan berakhir pada kabar gembira dari malaikat Gabriel kepada Maria, yang penuh rahmat. ((Ibid., 102))
2. Lingkaran Adven
Lingkaran Adven (Adven wreath) adalah satu lingkaran yang biasanya terbuat dari daun-daun segar, dengan empat lilin. Pada awal mulanya, sebelum kekristenan berkembang di Jerman, orang- orang telah menggunakan lingkaran daun, yang atasnya dipasang lilin untuk memberikan pengharapan bahwa musim dingin yang gelap akan lewat. Di abad pertengahan, umat Kristen mengadaptasi kebiasaan ini dan memberikan makna yang baru pada lingkaran daun ini menjadi lingkaran Adven, untuk menantikan kedatangan Mesias, Sang Terang. Dikatakan bahwa penyalaan lilin yang bertambah minggu demi minggu sampai hari Natal merupakan permenungan akan tahapan karya keselamatan Allah sebelum kedatangan Kristus, yang adalah Sang Terang Dunia, yang akan menghapuskan kegelapan. (Ibid, 98))
Di dalam dokumen Direktorium tentang Kesalehan Umat dan Liturgi, tidak disebutkan warna lilin yang digunakan, sehingga umat dapat menggunakan lilin warna putih ataupun ungu. Karena masa Adven juga menjadi masa pertobatan, maka lilin dapat menggunakan warna ungu, yang menjadi simbol pertobatan. Kemudian di Minggu ke-3, atau disebut minggu Gaudete atau minggu sukacita, dipasang lilin berwarna merah muda, yang menyatakan sukacita karena masa penantiaan akan telah berjalan setengah dan akan berakhir. Ada juga kebiasaan, yang meletakkan lilin putih di tengah, yang dinyalakan saat masa Adven selesai, yang menyatakan bahwa Kristus telah datang.
3. Antifon Tujuh ‘O’
Gereja Katolik mengharuskan para imam untuk berdoa liturgi harian (Liturgy of the hour atau Brevier). Walaupun doa ini diperuntukkan untuk para imam, namun kaum awam juga dianjurkan untuk mendoakannya. Dengan demikian, alangkah baik, kalau pada tanggal 17-23, juga diadakan ibadah sore bersama-sama di Gereja. Doa ini begitu indah dan dalam, sehingga seseorang dapat berdoa bersama dengan Gereja, doa berdasarkan Sabda Tuhan, dan doa bersama dengan para santa-santo yang dirayakan dalam liturgi Gereja. Dalam masa Adven, tujuh hari sebelum Natal, yaitu tanggal 17-23 Desember, didoakan antifon sebagai berikut: O Sapientia (O Kebijaksanaan), O Adonai (O Tuhan), O Radix Jesse (O Pangkal Isai), O Clavis David (O Kunci Daud), O Oriens (O Bintang Fajar), O Rex Gentium (O Raja Segala Bangsa), O Emmanuel (O Imanuel / O Tuhan beserta kita). Kalau kita mengambil inisial dari doa tersebut mulai dari sebutan yang terakhir, maka akan membentuk kalimat “ERO CRAS”, yang artinya Besok, Aku akan datang. Jadi, masa penantian dalam masa Adven senantiasa dibarengi dengan pengharapan akan kedatangan Sang Imanuel.
Antifon ini menggambarkan kerinduan akan kedatangan Sang Mesias. Dia yang merupakan Sabda Allah (O, Kebijaksanaan), yang akan mengajarkan manusia jalan Allah dengan cara Sang Sabda yang adalah Allah menjadi manusia (lih. Yoh 1:1). Bagaimana pemenuhan dari janji ini? Hal ini dipenuhi secara bertahap, dengan menggambarkan beberapa karakter. Kalau sebelum-Nya Allah menyatakan hukum-hukumnya dalam dua loh batu, maka nanti Dia akan menyatakannya lewat sebuah Pribadi (O Adonai). Pribadi ini akan datang dari keturunan Daud (O Radix Jesse), yang menggambarkan Inkarnasi, di mana semua raja akan bertekuk lutut. Dia mempunyai kekuasaan tak terbatas, yang digambarkan sebagai kunci Daud (O Clavis David), di mana Dia akan mengangkat manusia dari keterpurukan. Dia akan memberikan terang (O Oriens) kepada bangsa-bangsa. Terang ini menyinari semua orang, baik bangsa Yahudi maupun non-Yahudi, dan Dia akan menjadi raja segala bangsa (O Rex Gentium). Dia akan datang kepada umat manusia dan akan menyertai (O Emmanuel) umat manusia. Itulah harapan dari umat manusia akan kedatangan Sang Penyelamat. Dan dari rangkaian tujuh O Antifon, maka seolah-olah Yesus menjawab kerinduan ini, dengan mengatakan ERO CRAS atau ‘Besok, Aku akan datang’. Mari kita melihat satu persatu dari antifon ini:
17 Desember (O Sapientia)
O Kebijaksanaan, yang mengalir dari Sabda yang Maha Tinggi, menggapai dari ujung ke ujung dengan penuh kuasa, dan dengan gembira memberikan segala sesuatu; datang dan ajarlah kami jalan kebijaksanaan.
“Roh TUHAN akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan TUHAN; ya, kesenangannya ialah takut akan TUHAN. Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang.” (Yes 11:2-3)
“Dan inipun datangnya dari TUHAN semesta alam; Ia ajaib dalam keputusan dan agung dalam kebijaksanaan.” (Yes 28:29)
18 Desember (O Adonai)
O Tuhan dan Penguasa dari bangsa Israel, yang telah menampakkan diri kepada Musa dari dalam semak terbakar, dan telah memberikan kepadanya hukum di Sinai: datang dan bebaskanlah kami dengan rengkuhan lengan-Mu.
“Tetapi ia akan menghakimi orang-orang lemah dengan keadilan, dan akan menjatuhkan keputusan terhadap orang-orang yang tertindas di negeri dengan kejujuran; ia akan menghajar bumi dengan perkataannya seperti dengan tongkat, dan dengan nafas mulutnya ia akan membunuh orang fasik. Ia tidak akan menyimpang dari kebenaran dan kesetiaan, seperti ikat pinggang tetap terikat pada pinggang.” (Yes 11:4-5)
“Sebab TUHAN ialah Hakim kita, TUHAN ialah yang memberi hukum bagi kita; TUHAN ialah Raja kita, Dia akan menyelamatkan kita.” (Yes 33:22)
19 Desember (O Radix Jesse)
O Pangkal Isai, yang berdiri sebagai tanda bagi orang-orang, yang di hadapan-Nya, seluruh raja tidak dapat membuka mulut mereka; yang kepada-Nya seluruh bangsa harus berdoa: datang dan bebaskanlah kami, janganlah menunda lagi.
“Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah.” (Yes 11:1)
“Maka pada waktu itu taruk dari pangkal Isai akan berdiri sebagai panji-panji bagi bangsa-bangsa; dia akan dicari oleh suku-suku bangsa dan tempat kediamannya akan menjadi mulia.” (Yes 11:10)
20 Desember (O Clavis David)
O Kunci Daud, dan tongkat dari bangsa Israel; Yang mana apabila Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka: datang dan pimpinlah tawanan dari rumah penjara, dan dia yang duduk dalam kegelapan dan bayang-bayang maut.
“Aku akan menaruh kunci rumah Daud ke atas bahunya: apabila ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila ia menutup, tidak ada yang dapat membuka.” (Yes 22:22)
“Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini.” (Yes 9:7)
“untuk membuka mata yang buta, untuk mengeluarkan orang hukuman dari tempat tahanan dan mengeluarkan orang-orang yang duduk dalam gelap dari rumah penjara.” (Yes 42:7)
21 Desember (O Oriens)
O Fajar Timur, Cahaya kemegahan abadi, dan matahari keadilan: Datang dan terangilah mereka yang duduk dalam kegelapan, dan bayang-bayang maut.
“Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar.” (Yes 9:1)
“Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu. Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu.” (Yes 60:1-2)
“Tetapi kamu yang takut akan nama-Ku, bagimu akan terbit surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya. Kamu akan keluar dan berjingkrak-jingkrak seperti anak lembu lepas kandang.” (Mal 4:2)
22 Desember (O Rex Gentium)
O Raja Segala Bangsa, dan yang dirindukan, Batu penjuru yang membuat bangsa Yahudi dan non-Yahudi menjadi satu: datang dan selamatkanlah manusia, yang telah Engkau ciptakan dari debu tanah.
“Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.” (Yes 9:6)
“Ia akan menjadi hakim antara bangsa-bangsa dan akan menjadi wasit bagi banyak suku bangsa; maka mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang.” (Yes 2:4)
“sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: “Sesungguhnya, Aku meletakkan sebagai dasar di Sion sebuah batu, batu yang teruji, sebuah batu penjuru yang mahal, suatu dasar yang teguh: Siapa yang percaya, tidak akan gelisah!” (Yes 28:16)
23 Desember (O Emmanuel)
O Imanuel, Raja dan Pemberi hukum kami, harapan dari semua bangsa dan keselamatan mereka: datang dan selamatkanlah kami, O Tuhan Allah kami.
“Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.” (Yes 7:14)
Mempersiapkan Natal dengan sungguh dan menangkap arti Natal
Dari pemaparan di atas, maka sesungguhnya menjadi jelas, bahwa masa Adven adalah masa persiapan untuk menyambut kedatangan Kristus, yang harus diisi dengan pertobatan, yaitu membersihkan rumah hati kita, agar Kristus dapat lahir kembali di hati kita. Kalau kita mempersiapkan diri dengan baik, maka kita akan mengalami Kristus yang hadir di dalam hati kita, sehingga kita juga akan mempunyai tujuan yang sama dengan Inkarnasi Kristus, yaitu untuk mengasihi dengan memberikan diri kepada sesama kita. Dengan kata lain, Natal mengingatkan kita untuk dapat berbagi kasih dengan sesama. Mari, pada masa Adven ini, kita mempersiapkan diri kita dengan sebaik-baiknya. Datanglah ya Tuhan, lahirlah secara baru di dalam hatiku…..!
Mengapa Gereja2 Ritus Timur baik itu Gereja Orthodox maupun Katolik Ritus Timur merayakan Natal pada tanggal 6 Januari ? Apakah mereka memakai penanggalan kalender liturgi yang berbeda dengan Gereja Ritus Latin ?
Shalom Hariyanto,
Banyak Gereja Orthodox dan Gereja Timur merayakan natal pada tanggal 7 Januari, karena mereka masih menggunakan sistem kalendar Julian dan belum mengadopsi sistem kalendar Gregorian. Perbedaan antara Julian dan Gregorian kalendar adalah 13 hari. Dengan kata lain 25 Desember menurut kalendar Julian adalah 7 Januari menurut kalendar Gregorian. Jadi sebenarnya, mereka juga merayakan Natal tanggal 25 Desember menurut penanggalan Julian.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom saya ingin tanya maaf kalau tak sesuai tempat
Saya sempat membaca situs mesianikindonesia di situ saya membuka bagian apologetik nah saya membaca bahwa mereka menyatakan Natal itu pagan apa benar?bgaimana sejarahnya?
Lalu mereka berkata bahwa mereka berusaha mencari akar dari kekristenan .Bukannya kekristenan sejati ada di Katolik?
[dari katolisitas: Kemungkinan mereka dari aliran Adven. Diskusi tentang Natal dapat dilihat di sini – silakan klik]
Dear Pak Stefanus, apakah bisa minta tolong menjelaskan arti dan makna ADVEN ?
Thanks
[dari katolisitas: Silakan melihat artikel ini – silakan klik]
Salam kasih dalam Kristus Orang tua saya mengajarkan bahwa saya tidak harus merayakan natal. Karena seperti disebutkan di atas, Alkitab tidak mengharuskan kita merayakan hari lahir Yesus Kristus namun lebih mengutamakan bagaimana hidup kristen yang baik. Kita percaya bahwa kasih Tuhan kepada manusia sangat besar dan tidak bisa atau tidak pantas jika disetarakan dengan kasih lainnya. Bagaimana bisa saya menerima ulasan tentang asal usul natal yang ternyata diadopsi dari perayaan penyembahan berhala (dewa matahari) yang disamakan dengan Terang Yesus hanya demi “mempermudah” diterima para penyembah dewa matahari. Apakah pantas kita menyamakan Tuhan Allah kita Yesus Kristus yang menebus dosa kita,… Read more »
Shalom Ishak, Terima kasih atas pertanyaannya. Alkitab memang tidak mengharuskan kita merayakan hari lahir Yesus. Namun kita juga tahu bahwa tidak semua hal dituliskan di dalam Kitab Suci (lih. Yoh 21:25). Namun, satu hal yang pasti, bahwa kita semua mensyukuri bahwa Yesus Kristus datang ke dunia ini untuk menyelamatkan manusia. Karena peristiwa Inkarnasi ini, maka kita semua dapat memanggil Allah dengan sebutan Abba, Bapa (lih. Rom 8:15; Gal 4:6) dan keselamatan terbuka bagi seluruh umat manusia. Peristiwa ini tentu saja patut disyukuri dengan cara yang paling tinggi, dibandingkan dengan syukur atas hari kelahiran kita, hari kelahiran bangsa kita, maupun hari… Read more »
wah ni mulai gak bener…masak sesuatu yg sangat penting kayak perayaan hr sampe gak ada keterangannya di dalam kitab suci?jadi yg dilakuin selama ini kegiatan yg gak berdasar?parah bener…. terus alesan yg membolehkan dg komentar : “Namun, bukankah Natal tidak pernah disebutkan dalam Kitab Suci? Mengapa kita tetap merayakan Natal? Kita tahu, bahwa tidak semua hal disebutkan di dalam Kitab Suci (lih. Yoh 21:25), termasuk kata Inkarnasi, Trinitas, Natal. Jangan lupa juga bahwa Kitab Suci pun tidak pernah menuliskan larangan untuk merayakan Natal. Satu hal yang pasti adalah kelahiran Yesus disebutkan di dalam Kitab Suci” adalah analogi yg bener2 kacau…… Read more »
Shalom, saya ingin bertanya tentang Gereja Advent (walaupun tidak ada hubungannya dgn artikel ini) dasar2 apa saja yg membuat gerja Advent percaya hari Sabat adalah hari Sabtu, mengapa mereka berbeda dengan gereja Kristen Protestan? Mengapa pada gereja Katolik hari Tuhan adalah hari Minggu, bukan sabtu seperti di gereja Advent? Mohon pencerahannya, terima kasih.. [Dari Katolisitas: Salah satu ciri Gereja Adven/ 7th day Adventism adalah mereka merayakan hari Sabtu sebagai hari Sabat, dengan mengambil dasar ayat- ayat dalam Perjanjian Lama, yang memang memerintahkan untuk menguduskan hari Sabat, yang jatuh pada hari Sabtu. Tetapi Gereja Katolik dan gereja- gereja non-Katolik lainnya melihat… Read more »
shalom bu Ingrid..!!
saya ingin bertanya beberapa hal tentang sejarah natal.
1. apa dasar dari penentuan tgl 25 desember ditetapkan sbg tgl natal dan siapa yg menentukan tanggal itu?
2. boleh atau tidakkah kita merayakan natal sebelum tanggal 25 desember?
3. kapan perayaan natal mulai dirayakan dalam sejarah gereja?
4. ada yang bilang; perayaan natal diadopsi dari penyembahan kepada dewa matahari, benarkah?
demikian bu, saya mohon jawabannya, terimakasih.
[Dari Katolisitas: Silakan Anda membaca artikel di atas terlebih dahulu, sebab nampaknya pertanyaan-pertanyaan Anda sudah terjawab di sana, silakan klik]
Shallom,
Untuk team katolisitas dan pembaca katolisitas, saya mengucapkan :
Selamat Hari Natal
Semoga damai Natal melingkupi kita semua. Amin.
Salam tim Katolisitas.org ,
Apakah ada makna khusus dengan penyalaan lilin Adven secara berlawanan arah jarum jam? Karena selama ini saya perhatikan selalu begitu di paroki kami. Apakah itu merupakan keharusan tradisi / tata cara liturgi?
Kapan saat yg tepat penyalaan lilin Adven pada saat Misa? Sebelumnya saya pernah membaca mestinya lilin dinyalakan setelah bacaan Injil, tapi sekarang di paroki kami lilin dinyalakan sebelum Misa. Sebagai contoh untuk Misa Adven ketiga: 2 lilin sudah menyala sebelum Misa dan lilin Adven ke3 dinyalakan setelah Tanda Salib Trinitaris dan salam pembuka oleh Imam. Jadi mana yg benar ?
Mohon penjelasannya dan terimakasih.
Salam Adi,
penyalaan lilin Adven bukan termasuk liturgi, namun devosi yang mendalami misteri Adven. Karena itu, diatur sendiri bagaimana menyalakannya, yang penting membantu umat mendalami imannya. Demikian penjelasan dari Rm Bosco Da Cunha, O Carm, sekretaris eksekutif Komisi Liturgi KWI.
Salam
Yohanes Dwi Harsanto, Pr
Damai Kristus buat semua,
Terima kasih Caecilia Triastuti dan Ingrid Listiati Kerana menjawab pasal Santa Claus.
Lagi pertanyaan saya, kalau Santa Claus bukan ajaran dan anjuran Gereja, adakah bermaksud kita membenarkan figure Santa Claus di dalam tradisi Natal kerana ia tidak membahayakan kepercayaan anak-anak?
Pernahkah gereja Katolik melarang figure Santa Claus dikaitkan dengan Natal?
Salam Kasih Yesus,
kenzo.
Shalom Kenzo, Gereja Katolik tidak pernah mengeluarkan larangan resmi bahwa figur Santa Claus dilarang untuk dihubungkan dengan Natal. Namun tentu sekarang adalah kesadaran dari umat Katolik sendiri terutama orang tua, untuk dengan bijak mendidik anak- anak, agar jangan sampai mereka menempatkan figur Santa Claus lebih dominan daripada Tuhan Yesus Kristus pada masa Natal. Sebab hari Natal adalah hari peringatan kelahiran Kristus Sang Penyelamat umat manusia yang memberikan kita hadiah kehidupan kekal, yang jauh melampaui hadiah sementara yang diberikan oleh Santa Claus. Sepanjang anak- anak telah diajarkan bahwa “Tokoh utama” pada masa Adven dan Natal adalah Kristus, dan anak- anak diarahkan… Read more »
Salam Kristus warga Katolisitas,
Ramai orang bukan Kristian mudah untuk mengaitkan Christmas dengan Santa Claus adalah ritual pagan.
Mereka mengatakan kenapa perlu ada Santa Claus untuk Christmas, sedangkan Christmas sepatutnya adalah untuk Yesus.
Apakah penjelasan yang paling sesuai untuk kita perjelaskan kepada mereka yang Santa Claus tidak lebih dari Christmas itu sendiri?
Terima Kasih.
kenzo
Shalom Kenzo, Terima kasih untuk pertanyaan ini. Sosok Santa Claus menurut tradisi mengambil inspirasi dari kisah hidup yang kudus dan murah hati St. Nikolaus (Nicholas) yang pestanya dirayakan setiap tanggal 6 Desember, (silakan membaca kisah hidup beliau di situs Yesaya berikut, klik di sini). Karena peringatannya yang dekat dengan hari Natal, dan semangat keteladanan beliau dalam berbagi kepada kaum miskin, maka tradisi masyarakat Barat menjadikannya salah satu simbol / ikon dalam memaknai perayaan Natal, di mana Kristus hadir sebagai manusia dalam segala kemiskinan dan kerendahan hati. Namun peranan itu telah dikomersialisasi sedemikian rupa oleh dunia bisnis dan dunia sekular, sehingga… Read more »
Yth Katolisitas, saya ingin tanya selama masa Adven ada beberapa hari pesta (misal pesta St Andreas, Pesta St Fransiskus Xaverius) / hari raya SP Maria Dikandung Tanpa Dosa madah kemuliaan tetap dinyanyikan? Terima kasih.
Salam Chris,
Pada masa Prapaskah dan Adven, di mana terdapat hari raya, maka kemuliaan diucapkan / dinyanyikan.
Salam
Yohanes Dwi Harsanto, Pr
Tambahan dari saya
Lihat petunjuk yang biasanya ditulis dalam Penanggalan Liturgi Universal / Nasilnal / Keuskupan / Tarekat. Prinsipnya: Pada Hari Raya dan Pesta, ada Kemuliaan. Bisa saja menurut penanggalan Universal, orang kudus tertentu diperingati (Peringatan wajib) tetapi menurut penanggalan khusus Keuskupan atau Serikat tertentu, orang kudus itu dirayakan sebagai Pesta atau Hari Raya.
Salam dan doa. Gbu.
Rm Boli.
Ytk Katolisitas mat jumpa
Kami selalu membuka web site “KATOLISITAS” karena sangat bermanfaat bagi kami awam dan juga menambah wawasan kami yang duduk di seksi keluarga paroki – anggota komisi keluarga Keuskupan Dps, kami sangat terbantu dengan materi: SEPUTAR ADVEN DAN NATAL, sehingga pemahaman kami menjadi lebih jelas tidak asal ikut meniru seperti pemasangan lingkaran daun dengan dipasang 4 lilin.
Terimakasih
pasutri sisil hirawan dps
Salam Kasih dalam Kristus,
Terima kasih atas penjelasan seputar Adven dan Natal yang begitu indah dan lengkap.
Dari penjelasan tsb, ada yang masih belum jelas buat saya yaitu tentang antifon tujuh “o”
Yang ingin saya tanyakan apa yang dimaksud dengan “o”, apakah merupakan singkatan atau mempunyai arti yang lain.
Mohon penjelasannya.
Terima kasih.Semoga Tuhan memberkati .
Gunawan A
[dari katolisitas: Disebut tujuh O Antifon, karena pada antifon tersebut dimulai dengan huruf O]
Salam para pengasuh Katolisitas yang terkasih, Perayaan Natal dikenal sebagai perayaan kalahiran Kristus yang ke-1. Natal adalah hari yang kita gunakan untuk merayakan hari kelahiranNYA yang berulang setiap tahun. Itu adalah kedatangan Kristus yang ke-1. Sedangkan kedatanganNYA yang ke-2 (akan) terjadi pada akhir zaman (Wahyu 19:11-18?; Doa Aku Percaya). Sementara itu kita umat diingatkan akan kedatangan Kristus pada saat ajal yang– karena saat tepatnya tidak ada seornagpun yang tahu– untuk selalu berjaga-jaga karena ” Anak manusia datang pada saat yang tidak kamu duga” (Mat.24:44). Pada saat itu terhadap orang yang baru meninggal akan dilakukan pengadilan untuk menetapkan kemana ia akan… Read more »
Shalom Bapak Soenardi, Terima kasih atas pertanyaannya tentang kedatangan Kristus. Secara prinsip kedatangan Kristus ke dunia dalam kodrat-Nya, yang sungguh Allah dan sungguh manusia, yang disaksikan oleh banyak orang terjadi dua kali. Yang pertama terjadi pada peristiwa Inkarnasi, yaitu kedatangan Kristus yang pertama ke dalam sejarah manusia, yang kita peringati setiap hari Natal. Sedangkan kedatangan Kristus yang ke-dua dalam kemuliaan-Nya merujuk pada akhir zaman, di mana Kristus menjadi semua dalam semua (1Kor 15:28). Walaupun demikian, setiap orang yang meninggal, akan langsung bertemu Kristus. Ini bukanlah kedatangan Kristus yang kedua, namun merupakan pengadilan khusus, di mana setiap orang yang meninggal akan… Read more »
Salam tim katolisitas.org,
mohon penjelasan tentang bolehkah merayakan Natal sebelum tanggal 25 Desember? (terkhususnya bagi umat Katolik)
terima kasih
[Dari Katolisitas: Jika kita umat Katolik menghayati makna Adven sebagaimana telah disebutkan di atas, maka memang kita umat Katolik seharusnya tidak merayakan Natal sebelum tanggal 25 Desember
Terima kasih atas ulasan Advent dan Natal yang indah…. Saya tertarik dengan antifon “O”. Ketika saya bolak-balik buku nyanyian “Syukur Kepada Bapa”, penerbit Nuasa Indah, Ende – Flores, cetakan kesepuluh 1979, ada ibadat persiapan Natal di no. 400, halaman 398. Di sana terdapat antiphon “O” sebagaimana diulas di sini. Saya mohon lewat katolisitas, yang berwewenang, baik komlit keuskupan atau KWI, atau pihak lain bisa menyusun kembali ibadat menjelang Natal ini (mungkin dimodifikasi dalam bentuk adorasi (atau novena?). Karena bagi saya ibadat ini merupakan suatu tradisi gereja patut dihidupi. Atau apakah sudah ada buku ibadat menjelang Natal yang dimiliki tim katolisitas?… Read more »
Salam Phiner,
Sebenarnya Adven 2011 ini sudah terbit buku “NOVENA NATAL” aneka lagu termasuk antifon “O” tersebut, tahun 2012 sudah beredar di seluruh Indonesia. Demikian keterangan Romo Bosco Da Cunha O.Carm, sekretaris eksekutif Komisi Liturgi KWI.
Salam
Yohanes Dwi Harsanto Pr
Oke terima kasih infonya…. akan denga segera memilikinya kalau sudah beredar.
Terimakasih untuk ulasan Adven yang indah dan lengkap namun esensi adven dalam menyambut natal dapat dijelaskan dng sangat baik. Satu hal yg ingin saya tanyakan, terkait lingkaran adven (corona) ini, karena team bunga digereja saya, sudah bersusah payah berkreasi mendesign corona dalam bentuk yg tidak bulat, dan dirangkai dng banyak bunga2 yg indah dng sedikit daun2an, tapi kemudian di”persoalkan” oleh seorang pengurus paroki, dng argumentasi bahwa corona harus bulat dan harus ditutup oleh daun2 cemara tanpa menggunakan bunga, akhirnya team bunga mengalah dan merubah total semua rangkaian yg sudah jadi itu. sebenarnya apa ada aturan tertentu terkait corona tsb, dan… Read more »
Shalom Yanto, Terima kasih atas pertanyannya tentang lingkaran Adven. Mungkin yang harus dijelaskan terlebih dahulu adalah makna dari lingkaran Adven ini. Memang saya sendiri belum pernah melihat lingkaran Adven yang tidak berbentuk bulat atau lingkaran. Lingkaran sempurna memang lebih mencapai maksud yang dituju, yaitu melambangkan Allah yang tiada awal dan tiada akhir dan tidak berubah. Di satu sisi, kreasi bunga yang indah terlihat baik, namun kurang mencerminkan arti lingkaran Adven. Biasanya lingkaran Adven ini menggunakan daun segar dari pohon yang tahan terhadap segala cuaca, seperti daun cemara, melambangkan kehidupan yang tidak berakhir. Jadi, kalau ditanya, apakah ada aturan tertentu tentang… Read more »
Salam Damai Kristus, Terimakasih atas artikel di atas Bp. Steff. Kalau kita menyimak tulisan di atas maka ada yang menghubungkan antara Natal dan masa advent dengan tradisi agama Kafir Romawi. Yang menjadi pertanyaan saya malahan kenapa kok Masa Advent dan Natal tidak dikaitkan dengan Festival Kenisah (Hanukah) yang merupakan Hari Raya Agama Yahudi?? Kita tahu bahwa akar Kekristenan adalah Agama Yahudi bahkan Mesiah pun terlahir sebagai orang Yahudi. Maka adalah suatu kemungkinan bahwa sebenarnya Masa Advent dan Natal adalah Hari Raya Hanukah untuk umat Perjanjian Baru. Mengenai asal mula Hari Raya Hanukah ini bisa kita temui pada Kitab Makabe di… Read more »
Shalom Bernardus Aan,
Terima kasih atas tanggapannya tentang tradisi Natal. Artikel di atas adalah juga untuk menjawab beberapa pertanyaan tentang tradisi Natal yang dikaitkan dengan tradisi-tradisi kafir. Namun, memang ada beberapa artikel yang mengaitkan tradisi sekitar Natal dengan Hanukkah, apalagi memang dikuatkan dengan tanggal yang mirip dan makna-makna yang sejalan dengan nilai-nilai Kristiani. Dan kalau kita kaitkan Natal dengan Hanukkah memang menjadi indah karena ada kaitan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, seperti apa yang juga terjadi dengan Paskah.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Salam tim katolisitas.org,
Ada beberapa teman saya Katolik, mempunyai kebiasaan setiap kali masa Adven mereka berpuasa dan berpantang kemudian minggu akhir diakhiri oleh Sakramen Tobat, apa itu dianjurkan oleh Gereja? Apa gunanya? Bagaimana sejarah tradisinya? Apa perlu?
Terimakasih.
Salam Damai Tuhan Yesus Kristus memberkati.
Shalom Gregorius, Terima kasih atas pertanyaannya tentang pertobatan dalam masa Adven. Kalau kita membaca Direktorium Tentang Kesalehan Umat dan Liturgi, maka kita melihat di art.96 dituliskan sebagai berikut: Adven adalah masa penantian, pertobatan, dan pengharapan: Penantian – kita mengenangkan kedatangan Tuhan yang pertama, papa, dalam sosok insan yang dapat mati; sekaligus kita menantikan kedatangan-Nya yang terakhir, mulia, sebagai Penguasa waktu dan Hakim semesta. Pertobatan – sering dimunculkan oleh liturgi masa ini sambil mengutip para nabi, khususnya Yohanes Pembaptis, “Bertobatlah, karena Kerajaan Surga sudah dekat” (Mat 3:2) Pengharapan – penuh sukacita bahwa keselamatan sudah digenapi oleh Kristus (bdk. Rm 8:24-25); bahwa… Read more »