Malam mulai larut dan suasana terasa semakin senyap.
Jalan Tol Tangerang-JakartaĀ lengangĀ karena sebagian besar masyarakat sedang berbuka puasa.
Aku tiba di Gereja Regina Caeli-Pantai Indah Kapuk-Jakarta Utara,Ā jauh lebih awal dalam acara āPraise and Worshipā pada tanggal 10 Juli 2013.
Nostalgia masa lampauĀ memenuhi pikiran, maklumlah sebagai pastor pertama paroki ini.
Kata orang ācinta pertama tidak pernah bisa dilupakanā.
Kegundahan hati sempat melintas āApakah masih ada umat ingat saya dan datang ke acara bulanan iniā.
Apa yang dipikirkan sering berbeda dengan rencana Tuhan.
Tak disangka ratusan umat, lebih banyak dari biasanya, datang membawa anak-anak kecilnya.
Mereka ingin menyembah Tuhan dan sekaligus bertemu dengan mantan gembalanya.
Ternyata kesan anak-anak selama saya di sana, terpatri kekal dalam benak dan jiwa mereka.
Kegusaran berlalu bersama lagu pembukaan āRoh Kudus Tercurahā yang dinyanyikan oleh para singers yang penuh semangat.
Hatiku pun penuh syukur atas cinta umat dan sekaligus mohon maaf bila sering merepotkan mereka. .
Ucapan syukur yang tak terlukiskan dalan sebuah kata, selain dengan tersungkur dan mengangkat tangan dalam penyembahan kepada Sang Mahakuasa.
Aku membutuhkan doa yang mengalir dari tangan mereka agar Tuhan memampukan dalam sebuah pewartaan.
Bisikan lembut seorang anak belia di telinga āSenang Berjumpaā melontarkanĀ pesan sipritual yang mendalamĀ āJanganlah mencari Tuhan karena anda membutuhkan, tetapi carilah Tuhan karena anda tahu bahwa Dialah jawaban yang anda butuhkan.
Tersenyumlah karena senyum mampu menyelesaikan banyak masalah.
Karena itu, ājangan galau ! Allah peduliā sesuai dengan tema pertemuan rohani ini.
Allah ada untuk mengasihi: āSebab itu TUHAN menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih-Nya kepada kamu; sebab itu Ia bangkit hendak menyayangi kamu. Sebab TUHAN adalah Allah yang adil; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia!ā (Yesaya 30:18).
Sebuah pantun yang mengalir dari hati menjadi sebuah penutupan dalam acara ini:
āJikalauĀ baju ternoda tinta,Simpan saja di dalam peti.
Jikalau bukan karena cinta, Mungkin tiada rindu di hati.
Saya mohon pamit, Sampai berjumpa lagiā.
Semua berakhir dengan sukacita di hati dan menjadikan hidup ini sebagai sebuah pujian setiap hari.
Tuhan memberkati.
Ā Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC.