Pandanglah Salib Kristus
Pekan suci merupakan saat yang indah dalam kalender liturgi Gereja. Namun sejauh mana kita juga melibatkan diri untuk merenungkan misteri kasih Allah dalam masa yang indah ini? Jika kita ingin lebih menghayati Pekan Suci ini, mari tengoklah ke dalam hati kita, baik dari segi persiapan batin untuk menyambut tri-hari suci, namun terlebih-lebih lagi, merenungkan dan meresapkan kisah sengsara Tuhan Yesus yang menyelamatkan kita.
Maka, marilah kita memandang salib Kristus. Di sana terlihat bukti kasih Allah yang tiada batasnya. Ia mau melakukan segala sesuatu untuk mengangkat kita agar kita dapat bersatu dengan-Nya di surga. Karena Ia mengetahui bahwa dosa-lah yang menghalangi rencana-Nya itu, maka Ia melakukan apa saja untuk menghapuskan dosa itu. Ya, walaupun itu berarti Ia harus mengorbankan segala-galanya. Allah yang Maha mulia, telah meninggalkan kemuliaan surga demi kasih-Nya kepada kita. Ia mengosongkan diri, mengambil rupa sebagai seorang hamba, dan wafat di kayu salib untuk menebus dosa kita manusia (lih. Fil 2:6-8). Betapa kita mesti berdoa, agar semakin memahami misteri kasih-Nya ini….
Tuhan kita menderita?
Mungkin banyak orang berpikir bahwa tak sepantasnya Tuhan menderita. Atau dengan kata lain, mereka beranggapan bahwa Tuhan tidak pernah bisa menderita, karena Tuhan itu Maha Sempurna. Di sinilah memang letak misteri Kristus, karena walaupun Ia sungguh-sungguh Allah, namun Ia juga sungguh-sungguh manusia. Maka walaupun Ke-Allahan-Nya sempurna dan tak bisa menderita, namun dari segi kemanusiaanNya Ia sungguh-sungguh dapat menderita. Dan… betapa besarlah penderitaan-Nya, justru karena Ia sungguh manusia namun sekaligus Allah: yaitu saat Dia melihat bagaimana kekejaman dosa manusia terjadi di depan mata-Nya. Dosa menyebabkan manusia menutup pintu hati bagi Tuhan dan menutup diri terhadap kebenaran. Dosa membuat manusia menjadi sombong, iri hati, dan kejam. Manusia tidak lagi mau mengasihi, gampang sakit hati, tidak mau mengampuni dan bahkan dapat merancangkan segala yang jahat kepada sesamanya. Betapa jauhnya hal ini dengan rencana Allah semula, saat menciptakan manusia dalam kasih, agar semua manusia hidup dalam kasih, seperti gambaran kehidupan Diri-Nya sendiri. Maka kepedihan hati Yesus sebagai manusia diperolehNya dari kesatuan-Nya dengan ke-Allahan-Nya: sebab apa yang pada mulanya diciptakan-Nya dengan baik adanya, sekarang terancam rusak karena dosa. Jika kita sebagai orang tua saja tahu bagaimana harus berjuang sekuat tenaga untuk melindungi dan menjaga anak-anak kita, terlebih lagi Tuhan! Sungguh, itulah yang dilakukan-Nya dalam diri Yesus Kristus yang menyerahkan Diri-Nya untuk disalibkan, sebab Ia tak mau kita semua sebagai ciptaan-Nya, binasa karena dosa.
Tangis Yesus
Maka, Tuhan Yesus tidak sama dengan kita. Kita manusia lahir dengan keinginan utama untuk hidup, namun Tuhan Yesus lahir dengan keinginan utama untuk mati. Mati di sini bukan karena putus asa atau tidak menghargai hidup di dunia, namun karena ingin membuka jalan bagi kita kepada hidup yang kekal. Kematian-Nya ini disebut Yesus sendiri sebagai ‘baptisan’, dan betapa Ia menanti sampai saat itu tiba (lih. Luk 12:50). Dan betapa besar derita yang harus dialami-Nya sampai semua itu tergenapi! Ya, telah menjadi kehendak Yesus untuk taat kepada rencana Allah Bapa. Ia mengetahui bahwa Korban DiriNya di kayu salib adalah untuk menggantikan korban hewan bakaran penghapus dosa yang selama berabad-abad dilakukan oleh umat Israel pilihan-Nya. Saat menjelma menjadi manusia, Yesus berkata kepada Bapa, “Sungguh, Aku datang, untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allahku.” (Ibr 10: 7) Dan ketaatan itu menghantar-Nya sampai wafat di kayu salib, agar dengan demikian digenapilah rencana Allah, yaitu kuasa dosa dipatahkan dan manusia dapat memperoleh hidup kekal.
Maka hari Jumat Agung adalah hari yang telah dinanti-nantikan oleh Tuhan Yesus, dari sejak awal kedatangan-Nya ke dunia. Seluruh pengajaran dan pelayanan-Nya tertuju untuk korban salib-Nya, yaitu sumber kemenangan-Nya atas dosa dan maut. Menjelang wafatNya, Ia berdoa di bukit Zaitun: doa yang dipanjatkan-Nya sebagai manusia, namun dalam kesatuan sempurna dengan Allah. Doa yang penuh dengan ratap tangis dan keluhan kepada Allah (lih. Ibr 5:7) karena melihat betapa kejamnya pengaruh dosa atas manusia di dunia.
Oleh persatuan-Nya yang sempurna dengan Allah Bapa, maka dalam doa-Nya malam itu, Yesus dapat melihat di dalam Hati Kudus-Nya, segala sesuatu sejak awal mula sampai akhir dunia. Semua kejadian yang telah, sedang dan akan terjadi, dari sejak penciptaan dunia sampai akhir zaman, terpampang di hadapanNya sebagai ‘saat ini’, sebab Allah mengatasi segala tempat dan waktu. Setidaknya inilah yang menjadi keyakinan para Bapa Gereja. Bahwa pada saat Kristus bedoa di taman Getsemani, Ia merenungkan rancangan keselamatan Allah dalam kontemplasi yang sempurna. Dan segalanya menjadi nyata bagi-Nya: dari saat awal mula dunia, saat Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, sehingga Ia merencanakan untuk menjelma menjadi manusia. Betapa kedatangan-Nya di dunia telah dipersiapkan oleh banyak generasi, termasuk pembentukan bangsa Israel yang kenyataannya telah berkali-kali meninggalkan Dia. Para nabi yang diutusNya-pun sering ditolak oleh mereka, hingga akhirnya, Ia memutuskan untuk turun ke dunia dan mengambil rupa seorang hamba, agar semua orang dapat datang kepada-Nya tanpa sungkan.
Betapa hati-Nya dipenuhi oleh kasih yang begitu besar kepada umat manusia yang diciptakan-Nya! Ia mengajar, Ia menyembuhkan, Ia melakukan mukjizat, hanya untuk menyatakan bahwa Allah peduli dan Allah mau melakukan apa saja agar manusia percaya kepada-Nya. Namun, apa yang diperoleh-Nya sebagai balasan? Orang-orang terdekat-Nya yaitu para rasul dan para pengikut-Nya tercerai berai dan meninggalkan Dia. Ia dituduh menghujat Allah, padahal Ia hanya mengatakan yang sebenarnya, bahwa Ia datang dari Allah karena Ia adalah Putera Allah! (lih. Yoh 8:42) Ia diserahkan kepada para imam kepala, dihina, diludahi, diberi mahkota duri, didera, ditelanjangi dan disalibkan… segala bentuk penghinaan yang tak terbayangkan karena sungguh di luar pemahaman kita.
Sayangnya, dalam sejarah kehidupan manusia, tak banyak orang yang setia kepada-Nya. Ya, bahkan saat berdoa di Taman Getsemani itu, Yesus telah melihat apa yang akan terjadi padaNya setelah malam itu. Saat Ia didera, diberi mahkota duri, saat memanggul salib-Nya, saat paku menembus tangan dan kakiNya, dan saat salib ditegakkan, dan saat tubuhNya terentang antara langit dan bumi sampai tarikan nafas-Nya yang terakhir. Di kaki salib itu, tak banyak yang setia mendampingi, hanya murid yang dikasihi-Nya dan Bunda Maria. Sedangkan, para pengikut-Nya yang lain tercerai berai meninggalkan Dia. “Hai, umat-Ku, apa salah-Ku pada-Mu?”
Dalam doa terakhir-Nya, Ia juga melihat jauh ke depan, yaitu setelah kebangkitan-Nya, kenaikan-Nya ke surga dan pengutusan Roh Kudus, murid-murid dikuatkan sebagai saksi-Nya, walaupun kemudian mereka disiksa oleh orang-orang yang menolak-Nya. Selanjutnya, saatnya akan datang di mana banyak orang akan mengaku datang dari Allah namun tidak mengajarkan pengajaran-Nya; dan betapa banyak orang yang disesatkan oleh mereka. Kemudian, Yesuspun mengetahui bahwa walaupun Ia menyerahkan nyawa-Nya, dunia tidak serta merta percaya kepada-Nya. Pengorbanan-Nya dianggap sebagai sesuatu yang tidak mungkin terjadi sebab terlalu merendahkan Tuhan, ataupun dianggap sebagai kebodohan. Manusia lebih memilih mengikuti gambarannya sendiri tentang Tuhan, daripada berusaha memahami misteri kasih Allah yang terpancar dari salib Kristus. Dunia lalu hidup seperti seolah-olah tidak ada Tuhan. Mereka saling menyalahkan, dan tidak menjaga persatuan. Bahkan Gereja yang didirikan-Nya tak luput dilanda pergolakan dan perpecahan. Betapa Ia disakiti oleh orang-orang pilihan-Nya yang tidak setia! “Hai, umat-Ku, apa salah-Ku pada-Mu?”
Dalam permenungan-Nya, Yesus melihat segala jenis dosa: kekerasan, pengkhianatan, kebohongan, pembunuhan, perzinahan, iri hati, kesombongan, cinta uang, aborsi, keserakahan, kemalasan, kemarahan ….semua itu dengan lengkap wajah-wajah pelakunya, ya, termasuk anda dan saya. Yesus melihat kepada setiap jiwa kita yang kemudian menjadi pengikut-Nya: betapa hati-Nya bersuka menerima pertobatan kita, namun juga betapa hati-Nya terluka, pada saat kita jatuh dalam dosa, mengacuhkan dan meninggalkan Dia.… Kita menyalibkan Dia dengan dosa-dosa kita, kita hidup mengikuti kehendak sendiri, sibuk dengan urusan sendiri, dan tidak sungguh peduli kepada Tuhan. Ya, kita semua yang termasuk bilangan orang-orang yang dipilih dan sangat dikasihi Tuhan begitu rupa, namun sering lupa, alpa, dan meletakkan Tuhan di tempat nomor dua. Betapa pada setiap dosa itu dilakukan, Yesus menerima pukulan dan siksaan… “Hai, umat-Ku, apa salah-Ku pada-Mu?”
Maka tak mengherankan, bahwa menurut para Bapa Gereja, penderitaan terbesar Tuhan kita Yesus Kristus adalah penderitaan batin. Walaupun siksa yang harus ditanggung-Nya di salib sangatlah besar, namun penderitaan di kayu salib itu bukanlah penderitaan yang paling menyiksa bagi-Nya, karena salib hanyalah merupakan penderitaan badan. Yang paling membuat hancur Hati-Nya ialah kenyataan bahwa Ia dikhianati, difitnahkan segala yang jahat, dan ditinggalkan. Banyak orang yang dikasihiNya tidak membalas kasihNya, atau menjadi suam-suam kuku, tidak sungguh-sungguh mengasihi-Nya, atau hanya mengasihi di mulut saja, namun tidak sampai di hati. Inilah yang membuat-Nya mengalami duka yang sangat, hingga mengeluarkan keringat berupa titik-titik darah. “Ya, Bapa-Ku jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.”(Luk 22: 42).
Ketaatan Yesus
Namun, betapa besarlah teladan ketaatan yang diberikan Kristus kepada kita. Ia melaksanakan perkataan yang diajarkan-Nya dalam doa Bapa Kami, “Jadilah kehendak-Mu, di atas bumi seperti di dalam surga.” Kehendak Allah Bapa inilah yang akhirnya menjadi pilihan-Nya. Keinginan-Nya untuk bersatu dengan kita mengatasi segala sesuatu, dan karena Yesus melihat bahwa di akhir jaman persatuan itu tercapai di dalam Gereja kudus-Nya. Maka meskipun besar sengsara yang harus ditanggung-Nya untuk mencapai ke sana, Ia rela menghadapinya. Malam itu digenapilah perkataan Yesus, “Tidak seorangpun mengambil nyawa-Ku daripada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri.” (Yoh 10: 18). Maka pada saat para prajurit suruhan imam-imam kepala datang untuk menangkap-Nya, Yesus menyerahkan diri-Nya dan berkata, “Akulah Dia.” (Yoh 18:5). Kekuatan Tuhanlah yang memampukan Kristus menyongsong penderitaan- Nya dengan hati lapang, dan bahkan dengan kasih yang sangat melimpah, Ia menyerahkan nyawa-Nya bagi kita. Karena mata-Nya hanya tertuju pada setiap kita, merindukan agar kita semua dapat berkata, “Kristus Putera Allah, telah mengasihi aku dan menyerahkan Diri-Nya untuk aku.” (Gal 2:20)
Korban SalibNya membawa kepada kebangkitan
Ya, setiap kali kita merenungkan salib Tuhan Yesus, kita merenungkan kasih Allah yang melampaui segala akal. Sebab meskipun kita masih berdosa, Ia mengasihi kita sampai mau mati bagi kita (lih. Rom 5:8). Besarlah kuasa kasih-Nya itu sehingga bagi kita yang percaya, kita memiliki pengharapan, bahwa jika kita turut mati bersama Kristus, kita akan dibangkitkan bersama Dia (Rom 6:8). Maka salib Kristus bagi kita adalah kemenangan; walaupun kita tak pernah memandang kemenangan itu terlepas dari Salib. Hari Minggu Paska hanya terjadi karena adanya Jumat Agung. Kemenangan selalu tak lepas dari perjuangan. Ini sesungguhnya menjadi pengharapan bagi kita, karena sudah menjadi kenyataan bahwa hidup kita di dunia ini adalah perjuangan. Menutupi hal ini dengan iming-iming kemenangan yang pasti di tangan tanpa perjuangan adalah janji yang kosong, sebab Kristus sendiri tidak mengajarkan demikian. Sebab kemenangan di dalam Tuhan hanya dapat kita peroleh jika kita berjuang di dalam hidup ini, setia kepadaNya sampai akhir hidup kita. Untuk itu, mari mengarahkan pandangan kita pada salib Yesus, dan menimba kekuatan daripada-Nya.
“Tuhan Yesus, aku bersyukur atas kasihMu yang begitu besar yang telah Engkau nyatakan di kayu salib. Salib-Mu menjadi sumber kekuatan bagiku untuk menjalani kehidupan ini. Kumohon, ya Tuhan, agar aku mampu memikul salibku dengan pengharapan dan iman. Bantulah aku mempersatukan segala penderitaanku dengan korban salib-Mu, supaya aku beroleh kekuatan untuk berkata kepada Allah Bapa, ‘Jadilah kehendak-Mu’. Mohon berikanlah kepadaku karunia kasih yang besar, sehingga aku tidak mudah mengeluh, dan mempunyai hati yang peka untuk meringankan juga penderitaan orang lain. Di atas semua itu, bantulah aku supaya setia kepada-Mu, dan mengasihi-Mu dengan segenap hatiku. Agar pada saat yang Kau tentukan, aku dapat bangkit bersama-Mu dalam kemenangan: kemenangan atas kuasa dosa dan kelemahanku, sehingga tiada lagi yang dapat memisahkan kita.
Terima kasih Tuhan Yesus, Engkau mau mati bagiku. Kini mampukanlah aku hidup, hanya bagi-Mu. Amin. ”
Ave, Verum CorpusBy: Wolfgang Amadeus Mozart
Ave, Verum Corpus |
Salam, Tubuh yang Mulia Salam, Tubuh yang Mulia, yang dilahirkan oleh Perawan Maria |
Kenapa disalibkan di golgota?
Kenapa ada orang baik dan orang jahat
Dan yesus ditengah
[Dari Katolisitas: Mohon diperjelas dahulu pertanyaan Anda, dengan tata bahasa yang lebih mudah dimengerti.]
Shalom Om Stef dan Tante Inggrid, Saya ingin bertanya, Bagaimana seharusnya kita melakukan perenungan terhadap sengsara Yesus? Apakah Katolisitas pernah membuat ulasan khusus tentang sengsara Yesus, mulai dari penolakan oleh orang banyak(atau bahkan kelahiran) – hingga kebangkitan? [Dari Katolisitas: pesan berikut ini digabungkan] Maaf, ada yang tertinggal, mungkin bisa disatukan dengan komentar sebelumnya, Sebenarnya, apa itu Kasih? (maaf pertanyaannya sangat mendasar), karena saya merasa penjelasan tentang kasih pada 1 Korintus 13, belum memuaskan.. Saya juga telah membaca tahap-tahap kasih, dan saya juga merasa belum puas, adakah penjelasan lebih lanjut mengenai apa itu Kasih? Adakah perbedaan antara : Kasih – Belas… Read more »
Shalom Pencari Tuhan, Cara yang paling sederhana untuk merenungkan sengsara Tuhan Yesus adalah dengan mendoakan Jalan Salib dan merenungkan Peristiwa-peristiwa Sedih dalam doa Rosario. Sebelum mendoakannya, baik jika didahului dengan permohonan kepada Tuhan agar membantu kita merenungkannya dengan baik, agar kita dapat semakin menghayati besarnya kasih Tuhan kepada kita yang tiada terbatas, melalui pengorbanan Kristus itu. Jika dianggap membantu, silakan juga membaca renungan di atas, silakan klik. Atau renungan Natal: pemberian diri Kristus dalam kemiskinan-Nya sejak kelahiran-Nya, silakan klik. Kristus Tuhan kita memang sangat mengasihi kita, sehingga rela mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa seorang hamba untuk menyelamatkan kita (lih. Flp… Read more »
Shalom, saya mau bertanya, yang betul itu Sabtu Sunyi atau Sabtu Suci? Mohon penjelasannya juga. Thank you. GOD bless you.
Shalom Erwin, Jika melihat dari kata latinnya Sabbatum sanctum (dalam bahasa Inggris: Holy Saturday), maka terjemahan yang lebih tepat nampaknya Sabtu Suci. Hari Sabtu Suci ini terhitung sampai sekitar pukul 6 sore, saat Gereja mulai merayakan Misa Vigili Paskah (Easter Vigil). Namun jika orang menyebut hari Sabtu sehari sebelum Paskah ini sebagai Sabtu Sunyi, kemungkinan karena dikaitkan dengan keadaan permenungan akan Kristus yang telah wafat, dikuburkan dan turun ke tempat penantian. Tidak seperti hari- hari biasanya di mana Gereja merayakan perayaan Ekaristi, pada hari Sabtu pagi ini tidak ada Misa kudus. Kemungkinan karena alasan inilah disebut sebagai Sabtu sunyi. Namun … Read more »
Salam Bu Inggrid, Saya hanya ingin penjelasan sedikit mengenai pemahaman saya tentang penghayatan kepada Sang Mesias yang menderita. saya sering melihat film atau cerita atau gambar yesus yang menderita, ketika saya merenungkan bahwa penderitaan Yesus sangat menyedihkan, dan air mata saya dengan sendirinya meleleh ke pipi kanan dan kiri dan bertanya mengapa terjadi demikian? Dari situ saya ingin bertanya apakah dengan melelehnya air mata ini akan memanifestasikan kedalaman iman saya akan Yesus? atau karena hanya terharu saja? saya sering mengalami demikian ketika saya melihat kakeki-nenek yang lewat di depan rumah saya dengan susah paya harus mengurus dirinya dan anak-anak nya.… Read more »
Shalom Aquilino Amaral, Jika anda terharu dan menangis ketika merenungkan pengorbanan Kristus di kayu salib demi kasih-Nya kepada kita, itu adalah sesuatu yang manusiawi. Sebagai manusia kita dapat menjadi terharu pada saat kita melihat ataupun mengalami sesuatu yang menyentuh hati dan perasaan kita, seperti halnya ketika anda melihat kakek dan nenek, seperti penuturan anda. Maka tangisan itu berhubungan dengan luapan hati/ emosi. Kadangkalanya luapan hati dan emosi ini dapat mendorong kita untuk semakin mengimani Tuhan Yesus, namun sesungguhnya iman yang sejati akan Tuhan tidak tergantung dari emosi. Mengapa? Karena emosi itu sifatnya berubah- ubah. Jika iman tergantung dari emosi, maka… Read more »
Yth Stef/ Ingrid,
ada hal yang ingin saya tanyakan, dimalam terakhir Yesus berdoa sampai mengeluarkan keringat darah, karena takut, yang menjadi pertanyaan saya adalah, didalam injil Yohanes dikatakan tidak ada ketakutan dalam kasih yg sempurna, dan Yesus adalah kasih itu sendiri, apakah arti “takut” (Yesus : hatiKU sangat sedih seperti mau mati) disini? walaupun Yesus yang sungguh Allah dan sungguh manusia.
Para martir pun dengan berani menyerahkan nyawanya demi iman. Maaf kalau disitus ini sudah pernah dibahas dan merupakan pertanyaan pengulangan.
Terima kasih. Tuhan memberkati.
Shalom Veronica, Nampaknya kita perlu merujuk kepada bahasa aslinya dalam Luk 22:43- 44, yang digunakan sebenarnya adalah “agony (bahasa Inggris)/ agonia (Yunani)” yang lebih tepat jika diterjemahkan sebagai ‘rasa sakit yang hebat/ penderitaan jiwa’ dan bukan sebagai ‘ketakutan’. Silakan anda klik di link dictionary.com, klik di sini, untuk melihat arti kata agony itu. “And there appeared to him an angel from heaven, strengthening him. And being in an agony, he prayed the longer. And his sweat became as drops of blood, trickling down upon the ground.” (Luke 22:43-44, Douay Rheim) Jadi yang disampaikan di terjemahan Mat 26:38 dan Mrk 14:34… Read more »
Kenapa ya Bu Ingrid, Tuhan Allah munafik, tidak mau menampakkan diri-Nya dalam wujud-Nya sendiri. tapi hanya menjelma sebagai Yesus. sehingga tidak harus mati di tiang salib ?
Shalom Manis, Pertama- tama, tidak benar jika dikatakan Allah itu munafik. Dengan kebijaksanaan-Nya ia menentukan cara-Nya menyatakan Diri-Nya kepada manusia. Memang, di banyak ayat dalam Perjanjian Lama, dikatakan bahwa Allah “menampakkan Diri”-nya dengan berbagai cara kepada orang-orang pilihan-Nya, seperti kepada Abraham (Kej 12:7, 17:1; 18:1; 26:2), kepada Ishak (Kej 26:24) Yakub (Kej 32:30; 35:9; 48:3), Musa (Kel 3:2; 3:16; 4:5, 33:11; 33:23, Bil 14:14, Ul 5:4; 34:10) Yesaya (Yes 6:5); Mikha (1 Raj 22:19). Namun kelihatannya, Allah memang tidak menyatakan Diri-Nya dalam keadaan kemuliaan yang sebenarnya (karena dapat juga yang dimaksud adalah menampakkan diri di dalam Malaikat-Nya, nyala api, tiang… Read more »
kenapa Manis mengatakan Tuhan Allah munafik? Tuhan bahkan telah menampakkan diri-Nya dalam diri Yesus Kristus. justru dengan mati di tiang salib, Allah mau menunjukkan kepada kita bahwa Dia sangat mencintai kita sehingga merelakan nyawa-Nya sendiri. tapi Tuhan Yesus tidak mati konyol, Dia bangkit dari alam maut… memberikan harapan baru kepada kita untuk bangkit dari kegelapan dosa2 kita. kita patut bersyukur karena punya Allah seperti Yesus yang menunjukkan cinta yg tiada taranya… Ia telah menunjukkan cinta-Nya yg sehabis-habisnya..terima kasih Yesusku…!!!
shalom….
seketika saya membaca artikel ni…saya masih tidak memahami apakah maksud sabda “Matius 5:32 “Tetapi aku berkata kepadamu: setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah, dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah?”
saya kurang faham mengenai “….kecuali kerana zinah…”….??
salam kasih…
Shalom Monica, Terima kasih atas pertanyaannya tentang maksud dari Mt 5:32. Hal ini pernah dibahas di artikel "Indah dan dalamnya Makna Sakramen Perkawinan Katolik" (silakan klik), dimana dijabarkan maksud dari ayat ini: St. Clemens dari Alexandria (150-216), mengajarkan maksud ajaran Yesus pada ayat Mat 5:32, 19:9, “Setiap orang yang menceraikan istrinya kecuali karena zinah…” Zinah di sini artinya adalah perkawinan antara mereka yang sudah pernah menikah namun bercerai, padahal pasangannya yang terdahulu itu belum meninggal.[15] (Jadi, dalam hal ini, Yesus mengakui perkawinan yang pertama sebagai yang sah, dan perkawinan kedua itulah yang harusnya diceraikan agar pihak yang pernah menikah secara… Read more »
shalom dan selamat pagi…. syukur dan terima kasih, saya akhirnya faham apa yang dimaksudkan petikan sabda itu apabila saya membacanya semula melalui penjelasan yg diberikan stef. saya akan cuba ulangi apa yg saya faham daripada petikan sabda itu apakah ianya benar apa yg di ungkapkan dari petikan sabda tersebut.sekiranya saya silap, mohon perbetulkan ya. Matius 5:32 – Membawa maksud bahwa: setiap pasangan yg menceraikan isterinya akan menjadikan isterinya zinah dan perbuatan mengahwini perempuan yg telah diceraikan(yg pernah berkahwin sebelumnya), ia berbuat zinah. maknanya, setiap pasangan yg telah disatukan tidak boleh dipisahkan.katolik mengajar kita supaya tidak menceraikan pasangan kita setelah berkahwin(perkahwinan… Read more »
Shalom Monica,
Ya benar, kira-kira begitulah interpretasi yang disampaikan oleh St Clemens dari Alexandria (150-216) tentang ayat Mt 5:32; yang memang sesuai dengan pengajaran dari ayat-ayat lainnya di Alkitab.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- https://www.katolisitas.org
[quote] Betapa jauhnya hal ini dengan rencana Allah semula, saat menciptakan manusia dalam kasih, agar semua manusia hidup dalam kasih, seperti gambaran kehidupan Diri-Nya sendiri [unquote] bukankah manusia diciptakan lengkap dengan kehendak bebas ? agar ia dapat mencinta dengan kehendak bebas ini – tanpa ini manusia menjadi robot dan robot tidak bisa mencintai dengan bebas Jika tesis ini itu valid maka [maaf] mestinya Allah tidak terkejut dengan kenyataan penyalah-gunaan kehendak bebas ini. It is part of the human nature – part of the design. Jika argumen kedua ini valid [i.e. It is part of the human nature] maka part of… Read more »
Shalom Skywalker, Ya benar, manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kej 1:26), yaitu sebagai mahluk berakal budi dan berkehendak bebas, agar dapat dengan sungguh mengasihi, tanpa menjadi seperti robot yang sudah diprogram. Benar juga, bahwa Allah tidak terkejut ketika manusia jatuh ke dalam dosa, sebab sejak dari awal mula Allah yang Maha Tahu sudah mengetahui bahwa dengan menciptakan manusia se-citra dengan-Nya maka manusia dapat menggunakan kehendak bebasnya untuk mengasihi Dia kembali atau menolak-Nya. Dan bahwa ternyata manusia pertama jatuh dalam dosa dan menolak Dia, Tuhan juga sudah mengetahui dari sejak awal mula, sehingga rencana keselamatan-Nya dengan mengutus Kristus Putera-Nya… Read more »
[quote] Menurut St. Thomas Aquinas, dalam bukunya Summa contra gentiles, book 4, ch. 55, no.12, mengatakan bahwa kedatangan Yesus harus dipersiapkan terlebih dahulu oleh para nabi sehingga bisa dikenali [unquote] coba bandingkan dengan tulisan anda ditempat lain [quote] saya pikir itu merupakan suatu bentuk ‘penolakan’ yang memang sudah dinubuatkan jauh hari oleh Nabi Yesaya, yaitu bahwa lembu saja mengenal pemiliknya, namun Israel tidak mengenal Pemilik-Nya (yaitu Kristus),…. umat Allah tidak mengenal Penyelamat-Nya (lih. Yes 1:3). [unquote] https://katolisitas.org/adakah-tempat-bagi-nya-di-hatimu-pada-hari-natal/#comment-3610 [quote] bisa dikenali [unquote] versus [quote] namun Israel tidak mengenal Pemilik-Nya (yaitu Kristus),…. umat Allah tidak mengenal Penyelamat-Nya (lih. Yes 1:3). [unquote] St… Read more »
Shalom Skywalker, Terima kasih atas tanggapannya. Anda mengatakan bahwa St. Thomas tidak akurat dalam pernyataannya – bahwa kedatangan Kristus perlu dipersiapkan terlebih dahulu oleh para nabi sehingga bisa dikenali – karena ternyata orang-orang pilihan-Nya tidak mengenali-Nya. Kita dapat melihatnya dari sisi yang berbeda, bahwa Tuhan telah menjalankan bagian-Nya, namun manusia yang tidak menjalankan bagiannya. Bayangkan kalau Tuhan tidak mempersiapkan kedatangan Kristus dengan baik, melalui nubuat para nabi, maka orang-orang yang menolak Kristus mempunyai alasan untuk tidak mengenali kedatangan Kristus. Namun, karena kedatangan Kristus telah dipersiapkan dengan baik, maka mereka yang menolak kedatangan Kristus tidak mempunyai alasan lagi. Jadi, kalau umat… Read more »
Yth Katolisitas Ketika disalib, Yesus berteriak Eli Eli Lama Sabakhtani (Allahku, Allahku mengapa Engkau meninggalkan Aku), sebenarnya apa maksud dari perkataan Yesus ini? Kalau menurut saya, “Allahku, Allahku mengapa Engkau meninggalkan Aku” menunjukkan berat dan mulianya pemenuhan tugas pengutusan Yesus. Ketika Ia disiksa, didera dan harus memikul salib yang berat sambil diejek dan dihina, tidak ada satupun sahabat-sahabat-Nya yang menyertai. Mereka ketakutan dan meninggalkan Yesus sendirian. Kiranya sebagai seorang manusia hal itu sungguh menyakitkan, apalagi ketika Ia tergantung di kayu salib, berada di puncak penderitaan sendirian. Namun karena kesetiaan dan ketaatan kepada Yang Mengutus , Ia merasa masih didampingi oleh… Read more »
Shalom Chris,
Terima kasih atas pertanyaan tentang mengapa kalau Yesus adalah Tuhan, Dia berkata "Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku" pada waktu disalib.
Pertanyaan ini pernah saya jawab disini (silakan klik). Kalau masih kurang menjawab pertanyaan, silakan untuk bertanya lagi bagian mana yang kurang. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan.
stef – https://www.katolisitas.org
Shalom.. saya seorang mahasiswa sebuah universitas protestan yang lumayan bisa mengguncangkan iman saya (karena doktrinnya, matakuliah teologi, dan ibadah yang rutin harus diikuti, dsb)..namun saya bersyukur sekali, karena melalui tekanan ini, saya tidak meninggalkan iman saya begitu saja namun justru mencari tahu apa yang yang saya imani selama ini dan sangat rindu saling menguatkan teman-teman saya yang seiman Katolik,,karena saya sangat prihatin sudah begitu banyak teman yang meninggalkan iman Katolik ataupun bersikap pasrah, tak peduli dan tak mau tahu.. Saya bersyukur sekali bisa tahu mengenai email ini melalui seorang Romo,, hampir saya setiap hari saya membuka web ini dan membca… Read more »
Shalom Lopre, Terus terang, pertanyaan anda bukan pertanyaan yang sederhana, karena sesungguhnya menyangkut ke doktrin tentang Keselamatan/ Justification. Silakan juga membaca beberapa karangan tentang hal ini yang sudah ada di website ini seperti Sudahkah kita diselamatkan (silakan klik), dan Kesempurnaan Rancangan Keselamatan Allah (silakan klik). Saya merencanakan akan menuliskan lagi artikel tentang hal keselamatan ini menurut pengajaran St. Agustinus, dengan harapan agar hal ini bisa dijelaskan dengan lebih rinci. Namun sebelum saya dapat menuliskannya, inilah yang dapat saya tuliskan untuk menjawab pertanyaanmu: 1). Roma 5:20 “Tetapi hukum taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak, dan dimana dosa bertambah banyak, di… Read more »
ibu Ingrid salam damai.. tolong doakan saya kerana salip yg saya tnggung sangat berat..saya sudah bebas dari perkahwinan lama dengan seorang lelaki muslim. Tapi kebelakangan ini semakin saya cuba menjauhkan diri dari mau hidup berpasangan saya makin digoda oleh kuasa kegelapan..saya rasa saya jatuh cinta pada lelaki yang berbeda agama sekali lagi padahal kami x penah bertemu..hanya melalui chating..saya tau saya merasa sunyi kerana baru berpisah dengan pasangan dulu tapi x pernah terintas di pikiran saya mau berteman atau berumahtangga lagi..mengapa semakin kita mau menidakan pa yang kita tidak mau tetapi itu yang akan datang dalam hidup kita..tolong berilah saya… Read more »
Shalom Earlyn, Memang untuk menolak godaan itu bukan sesuatu yang mudah, dan setiap orang pasti akan mengalami hal itu walaupun dengan kadar yang berbeda-beda. Saya turut bersyukur bahwa Earlyn telah kembali ke pangkuan Gereja Katolik, dan telah berusaha dengan sungguh untuk setia mengikuti ajaran Gereja. Saya percaya segala usaha Earlyn untuk tetap taat pada Tuhan, adalah sangat berkenan di hadapan Tuhan. Dan usaha ini memang harus dengan tekun dan setia dilakukan, sehingga Earlyn tidak mudah jatuh dalam kesalahan yang sama. Walaupun dapat dimengerti bahwa sekarang Earlyn merasa sepi, tetapi baiklah Earlyn memakai waktu yang sepi ini untuk mendekatkan diri kepada… Read more »
Ibu Ingrid..salam damai dan semoga kasih Yesus menyertai anda senentiasa..sungguh saya berasa syukur setelah balasan ini diterima saya menangis dan menyesali dangan apa yang saya alami..memang betul yang Ibu katakan bahawa saya telah bersusah payah kembali ke gereja namun kenapa harus saya mau melakukan lagi kesilapan yang sama..nasihat anda sangat2 membuatkan mata hati saya tersedar atas kesilapan saya selama ini.Dan saya percaya nasihat Ibu bukan sekadar pada web ini tetapi pesanan dari Yesus buat saya melalui Ibu…Terima kasih atas smuanya ini dan doakan saya selalu..Sekalipun saya lemah saya percaya Yesus tetap mau setia untuk menguatkan saya yang lemah ini dan… Read more »
Salam Damai,
aku bangga menjadi seorang katholik,krn aku yakin TUHAN yg memilihku sendiri.tp kdng aku mesara sedih krn tdk berjalan di jln NYA,cnth sj setiap mau mkn sy kdng2 tdk brdoa terlebih dulu.skrng sy senang telah menemukan website ini.menjadikan pengetahuan yg lebih banyak tentang katholik sendiri, jg tntng TUHAN.sy berharap situs ini semakin berkembang.khususnya utk pr kaum muda, yg jaman sekarang semakin berkuramg keimanannya.dgn situs ini pr muda katholik dpt lebih kuat dlm menjalani kehidupan.dan tdk perlu takut dengan godaan2 yg ada.TUHAN MEMBERKATI.
Salam Damai juga,
Sama seperti anda mengasihi Yesus dan bangga akan Nya , begitu pula saya. Banyak mujizat yang telah saya terima dari Yesus di sepanjang hidupku. Penderitaan yang kita alami selama berziarah di dunia ini haruslah dihadapi dengan lapang dada sampai waktu Yesus menyertai kita kehidupan yang kekal.
Tuhan Memberkati kita semua umatnya.