Refleksi Kerahiman Allah: Pembawa Berkat

Banyak manusia sekarang ini dikenal “cuek” terhadap sesamanya. Kata-kata “terserah kita lah, suka-suka gua lah…, itu bukan urusan loe ….” sering terdengar di telinga kita. Kecuekan manusia ini membuat Paus Fransiskus mempunyai niat. Niat Bapa Suci itu adalah memiliki waktu bagi sesama. Niat Paus Fransiskus ini dapat kita terjemahkan sebagai pembawa berkat bagi sesama. Menjadi berkat bagi sesama merupakan salah satu pancaran wajah Kerahiman Allah.

Menjadi berkat bagi sesama terwujud dalam perbuatan baik. Perbuatan baik satu terhadap yang lain akan membuat dunia kita menjadi indah. Rumah, sekolah, dan tempat kerja kita akan menjadi tempat yang nyaman.

Perbuatan baik itu diajarkan oleh Kitab Suci: “Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman”, (Galatia 6:10). Untuk dapat berbuat baik, kita tidak hanya menunggu orang datang kepada kita untuk meminta bantuan. Banyak orang yang perlu bantuan kita sering malu datang kepada kita. Mereka ini berprinsip lebih baik mati daripada menanggung malu. Untuk dapat berbuat baik, kita harus proaktif. Artinya adalah kita setiap hari harus bertanya: “Siapa yang dapat saya “berkati” hari ini?” Untuk dapat proaktif dalam perbuatan baik, kita harus peka dengan keadaan sesama kita. Orang yang menerima pertolongan kita secara tak terduga ini pasti sangat bahagia. Kebahagiaan mereka ini akan menjadi kebahagiaan kita juga karena hidup kita terasa lebih bermakna.

Kepekaan terhadap keadaan sesama ini semakin lama semakin berkurang karena manusia sekarang terjebak dalam kesibukannya sendiri. Banyak di antara kita sibuk pada kebutuhannya sendiri. Kita terperangkap dalam dunia kita sendiri: “Maaf saya tidak bisa membantu Anda karena sudah terlanjur ada acara lain”. Kita mempunyai banyak alasan untuk tidak membantu orang lain.

Kehendak untuk berbuat baik bagi sesama ini dapat dibangun kembali dengan kesadaran bahwa kita diciptakan bukan untuk hidup egois. John Bunyan mengatakan: “Anda belum hidup hari ini sampai Anda telah melakukan sesuatu untuk seseorang yang ia tidak dapat membayar kembali”. Artinya, kita belum hidup kalau kita belum berbuat baik kepada sesama. Dengan berbuat baik kepada sesama, kita disadarkan bahwa kita diciptakan bukan untuk hidup yang memikirkan diri kita sendiri.

Ketika kita memberikan pertolongan kepada sesama yang membutuhkan, kita sesungguhnya melakukannya bagi Tuhan: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Matius 25:40). Tuhan akan membalas kebaikan kita itu: “Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu” (Amsal 19:17).

Kita tidak harus melakukan hal-hal yang besar untuk dapat menjadi berkat bagi sesama. Perbuatan baik seperti berikut ini bisa menjadi insprasi bagi kita. Ketika kita membayar karcis parkir, jangan terima kembalinya dengan mengatakan: “Untuk Anda ya”. Demikian juga, dengan pelayan restoran yang membawa uang kembalinya kepada kita. Kita memberi waktu satu hari “off” dalam seminggu untuk pembantu kita dan mengerjakan pekerjaan mereka. Kita sekali-kali memberi nasi kotak kepada para penjaga karcis di gardu tol. Mereka pasti sangat gembira menerimanya. Kalau tidak ada uang atau barang lain sebagai ungkapan kebaikan kita, kita bisa mengucapkan terimakasih atas pelayanan mereka. Kasih terlihat dalam tindakan kita. Tindakan kasih adalah kotbah yang sejati dan dapat dimengerti oleh setiap orang.

Ketika kita menunjukkan kasih, kita menunjukkan Allah kepada dunia. Tindakan kasih merupakan kesaksian yang terbaik. Mereka tidak akan tahu bahwa kita ini adalah Katolik hanya dengan menenteng Kitab Suci ke sana ke mari. Mereka tidak akan paham bahwa kita ini adalah Katolik dengan sekedar memakai kalung salib di leher. Mereka tidak akan mengenal kita sebagai orang Katolik dengan sekedar rosario yang dipasang di mobil. Tanpa tindakan kasih, perbuatan-perbuatan itu hanya sebagai sebuah gaya/aksi, dan bukannya Katolik sejati. Orang-orang akan benar-benar tahu bahwa kita adalah murid Tuhan Yesus ketika kita menjadi pembawa berkat: “Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi” (Yohanes 13:35). Orang akan tahu kita adalah Katolik sejati dengan melihat buah kita: “Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri?” ( Matius 7:16).

Ketika kita setiap hari berpikir bagaimana menjadi berkat dan tidak hanya berpikir bagaimana mendapatkan berkat, Tuhan pasti akan memenuhi hidup kita dengan banyak berkat pula. Tuhan memenuhi kita dengan banyak berkat karena Ia ingin berkat-Nya itu terus mengalir kepada banyak orang melalui kita.

Kesimpulan dari pembahasan ini terangkum dalam doa di bawah ini. Doa ini merupakan tawaran inspirasi:

Tuhan,

Engkau telah mengajarkan kepada kami tentang kasih.

Kasih yang bukan sekedar kata,

tetapi pengorbanan.

Maafkan kami, ya Tuhan,

karena wajah-Mu kami sayat dengan kecuekan.

Rasa peduli dikebiri dengan sikap egois.

Persaudaran ditikam dengan arogansi.

Tiada teman dan saudara lagi.

Hidup sebatang kara dijalani sendiri.

Derita kehidupan menjadi sekedar cerita,

yang mengundang air mata.

Tobatkan kami sebelum terlambat,

dengan mengingat surga,

yang disediakan bagi pembawa berkat.

Dengan menjadi pembawa berkat, Allah dihadirkan.

Itulah kesaksian yang terindah bagi dunia

Tuhan Memberkati

Oleh Pst Felix Supranto, SS.CC

19/12/2018
Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus.Â