Perjalanan Hidup Panggilanku

Pengantar dari Katolisitas :

Terima kasih kepada Fr. Yudi yang telah berkenan membagikan kisah pengalaman hidupnya tentang liku- liku perjalanan imannya yang membawanya ke seminari Karmelit di Malang, Jawa Timur. Tuhan memang mempunyai rencana yang indah dalam kehidupan setiap anak- anak-Nya, teristimewa dalam kehidupan Fr.Yudi yang telah berani menanggapi panggilan Tuhan untuk hidup membiara untuk menjadi seorang imam. Memang ada banyak tantangan yang harus dihadapi, namun kita percaya bahwa Allah yang telah memulai karya-Nya dalam kehidupan Fr. Yudi, akan juga membimbing Frater untuk selanjutnya, dan selamanya.

Mari bersama sebagai sesama anggota Tubuh Kristus, kita mendoakan Fr. Robertus Yudi Kristianto, agar niatannya untuk menjadi seorang imam dapat terpenuhi. Semoga melalui kesaksian hidupnya ini, banyak orang muda dapat terdorong untuk menanggapi panggilan Tuhan yang istimewa ini: yaitu untuk memberikan kasih yang total kepada Allah dan kepada sesama.

Kehidupan awal

Sebelum memulai cerita mengenai perjalanan hidup panggilan saya, perkenankan saya memperkenalkan diri saya terlebih dulu. Nama saya Robertus Yudi Kristianto. Saya anak pertama dari dua bersaudara, dilahirkan di Jakarta 24 tahun yang lalu. Saat ini saya berada di Malang, Jawa Timur, untuk menempuh pendidikan sebagai seorang Karmelit (frater Ordo Karmel). Cerita perjalanan hidup panggilan saya akan saya kisahkan sejak masa kecil hingga sekarang.

Saya dilahirkan di dalam sebuah keluarga yang cukup sederhana. Kedua orang tua saya adalah orang Katolik, khususnya ibu saya adalah orang yang sangat saleh dan taat beragama. Sejak kecil saya sudah dibimbingnya untuk juga taat beragama, pergi ke gereja, dan ikut kegiatan kegerejaan. Namun, sayang semua itu hanyalah harapan dari ibu saya saja. Sebagai seorang anak yang hidup di lingkungan Jakarta, tentu saja Yudi kecil juga terpengaruh oleh gaya hidup yang “semau gue”.

Awalnya karena masih kecil saya hanya ikut saja dengan kemauan orang tua, misalnya jika diminta pergi ke gereja bersama, saya mau tidak mau ikut saja dengan keinginan orang tua ini. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, ketika usia saya semakin bertambah dan saya semakin besar, saya mulai berani untuk mengambil keputusan untuk tidak ikut ke gereja bersama dengan orang tua, dengan alasan akan pergi ke gereja sendiri saja. Saya menyebut ini sebagai “masa kegelapan hidup saya”.

Saya menyebutnya sebagai “masa kegelapan” karena memang hidup saya cukup “kacau” dengan melakukan banyak kenakalan remaja. Saya dapat menceritakannya demikian, karena sebagai seorang anak kecil saya sudah berani memberontak atau melawan kehendak orang tua. Saya juga sudah berani mencuri uang orang tua hanya demi untuk bermain playstation. Saya pernah juga terlambat pulang dan tanpa izin main ke rumah teman sepulang sekolah sampai malam hari, hingga membuat ibu saya khawatir. Sudah tak terkira banyaknya air mata yang dikeluarkan ibu saya karena kenakalan-kenakalan dan keras kepala saya dengan tidak mengikuti perintahnya. Dan yang paling parah, saya tidak pernah pergi ke gereja semenjak saya mengatakan akan pergi ke gereja sendiri. Saya memang pamit pada orang tua untuk pergi ke gereja, namun kenyataanya saya bukan ke gereja tetapi main ke tempat persewaan playstation.

Selama beberapa tahun demikianlah perjalanan hidup saya, tidak ada orang lain yang tahu tentang semua ini kecuali saya sendiri dan Tuhan. Namun, saat itu saya tidak pernah berpikir bahwa ada Tuhan yang memperhatikan gerak-gerik saya. Saya tumbuh menjadi anak yang tidak pernah menghayati imannya sebagai pengikut Kristus. Maka dari itu saya menyebut masa kecil saya sebagai “masa kegelapan”. Saya sering menganalogikan hidup panggilan saya sebagai suatu peristiwa “pertobatan”, yang saya identikkan dengan peristiwa pertobatan Rasul Paulus. Walaupun ini terkesan tak pantas karena menyamakan diri dengan Rasul Paulus, namun paling tidak demikianlah dapat sedikit saya gambarkan perjalanan hidup saya yang memang merupakan suatu bentuk perjalanan dari seseorang yang bertobat.

“Pertobatan”: awal perjalanan panggilan saya

Permulaan masa pertobatan ini terjadi menjelang saya lulus dari SMP. Waktu itu saya hendak menentukan untuk melanjutkan ke suatu SMA biasa. Namun tanpa saya minta, ibu saya menawarkan kepada saya untuk masuk ke sekolah seminari. Tentu saja saat itu saya tidak tahu apa itu seminari, yang nota bene merupakan sekolah untuk para calon imam. Pergi ke gereja bertemu dengan para romo atau ikut kegiatan gereja saja jarang, apa lagi mengenal yang namanya sekolah seminari. Setelah mendapat penjelasan dari ibu, saya mulai mempertimbangkan pilihan saya tersebut. Entah kapan persisnya, namun setelah saya mendapat tawaran tersebut saya mulai membawa kedua pilihan tersebut dalam doa-doa pribadi saya. Karena bagi saya apa yang akan saya pilih itulah yang akan menentukan masa depan saya selanjutnya. Menurut ibu saya, jika saya sekolah di SMA biasa, saya berpotensi untuk menjadi anak yang lebih “rusak”, namun jika masuk seminari, hidup saya akan lebih teratur dan saya akan menjadi anak yang lebih baik.

Peristiwa ini memang menjadi awal dari pertobatan saya, namun sesungguhnya ini bukanlah menjadi awal dari panggilan saya. Akhirnya, saya memang memutuskan untuk masuk ke seminari. Awalnya saya mendaftar dan ikut tes seleksi di seminari menengah “Wacana Bakti” di Jakarta, namun saya tidak lulus ujian seleksi. Menerima keputusan tersebut sebenarnya saya dan ibu merasa kecewa dan sempat putus asa, namun tanpa diminta seorang teman ibu saya datang ke rumah dan memberikan informasi bahwa di Bogor ada seminari menengah yang membuka pendaftaran. Singkat cerita, saya akhirnya mendaftar di seminari ini dan diterima. Saya pun menjalani pendidikan seminari menengah saya di seminari Stella Maris, Bogor, selama 4 tahun.

Hidup di seminari saya jalani sebagaimana layaknya anak SMA biasa. Teman-teman saya sejak kelas 1 sudah mulai menentukan akan masuk ke ordo, kongregasi, atau diosesan yang mereka minati kelak. Sedangkan saya tidak tahu apa-apa tentang semua istilah itu. Istilah seminari saja baru saya ketahui dari ibu saya. Selama 3 tahun kehidupan saya di seminari saya hayati sebagai layaknya anak muda biasa dengan tidak memiliki pikiran akan melanjutkan ke seminari tinggi manapun. Namun yang menarik adalah bahwa selama saya di seminari menengah ini, kehidupan rohani saya berubah sangat drastis. Saya menjadi sangat haus akan waktu doa, dan memang setiap kali ada waktu kosong atau saya sedang menghadapi suatu masalah, saya selalu membawa persoalan saya tersebut dalam doa. Dalam doa-doa saya, saya selalu memohon dukungan doa dari Bunda Maria, ibu Yesus Kristus. Karena itu pulalah saya memiliki devosi yang kuat terhadap Bunda Maria. Bagaimana pertama kali devosi ini muncul bagi saya saat itu rasanya tidak terlalu jelas. Ketika itu saya hanya merasakan bahwa saya ingin sekali berdoa dengan perantaraan Bunda Maria. Saya merasa hati saya menuntun saya untuk mohon didoakan oleh Bunda Maria, dan yang terjadi memang luar biasa bahwa saya mengalami banyak sekali kelegaan dan mendapat kekuatan setelah berdoa dengan perantaraan Bunda. Inilah yang saya rasakan waktu itu ketika di seminari menengah, saya merasakan gerakan hati untuk berdoa bersama Bunda Maria di hati saya. Namun, setelah saya menjadi lebih dewasa semua itu menjadi jelas bagi saya, mengapa saya memiliki devosi yang kuat kepada Bunda Maria. Semua itu juga karena saya memiliki kedekatan yang mendalam dengan ibu saya, maka saya menjadi lebih mudah untuk dekat dengan Bunda Maria karena figur keibuannya itu. Dengan berdevosi kepada Bunda Maria, saya merasa dibawa lebih dekat kepada Yesus, Puteranya, untuk menghadapi tantangan dan kesulitan hidup ini.

Semua peristiwa ini menjadi awal dari perjalanan pertobatan saya. Sebelum masuk seminari saya merupakan anak yang sangat tidak rohani karena tidak pernah merayakan misa di gereja dan berdoa pribadi. Namun, setelah masuk seminari seolah-olah batin saya mulai memunculkan kerinduannya yang terdalam untuk dekat dengan Tuhan dan berdialog dengan-Nya. Kerinduan batin saya yang selama ini terpendam, karena saya tidak pernah mencoba untuk mendengarkan jeritan batin saya tersebut.

Ketika saya merasa sungguh terpanggil

Pengalaman saat saya mulai merasa sungguh terpanggil terjadi ketika saya mendapat kesempatan untuk mengikuti acara Minggu Panggilan di Paroki Herkulanus, Depok. Ketika itu kami mendapat tugas untuk koor di paroki dan membuka stan di sana. Hal ini sudah merupakan suatu “mukjizat” karena jika dipikir secara nalar, saya tidak mungkin dipilih sebagai anggota koor saat itu, karena saya tidak bisa menyanyi dan memang selama 3 tahun kehidupan saya di seminari, saya tidak pernah terpilih sebagai anggota koor. Singkat cerita saya mengikuti setiap proses persiapan koor itu dengan segala keterbatasan saya, yang sebenarnya bahkan saya nilai cenderung “merusak” koor, namun Tuhan sudah memilih saya untuk ikut dalam rombongan koor tersebut.

Saat itu saya sudah berada di kelas 3 SMA dan akan lulus. Sebenarnya dalam hati saya sudah sempat memutuskan untuk tidak akan melanjutkan ke seminari tinggi. Setelah lulus saya akan kuliah di luar saja. Namun, Tuhan berkehendak lain. Oleh karena itu saya menyebut saat itu sebagai saat awal dari “keterpanggilan” saya. Itu adalah saat ketika saya berada di Paroki Herkulanus, pada misa Sabtu sore dimana kami mengisi koor di gereja tersebut dalam rangka Minggu Panggilan. Saat itu ada seorang suster yang mensharingkan cerita panggilannya. Menyimak sharing suster tersebut, hati saya seakan tergerak. Saya merasa bahwa hidup saya tidak berarti apa pun, kok sampai dengan berani saya menolak panggilan Tuhan. Melalui peristiwa ini saya memikirkan kembali keputusan awal saya, hingga akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan ke seminari tinggi. Pesan Rasul Paulus kepada umat di Filipi terasa seiring dengan langkah yang saya ambil saat itu, “…. aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada yang ada di hadapanku, dan berlari- lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.” (Filipi 3: 13-14)

Dengan keputusan tersebut, maka konsekuensinya setelah saya lulus kelas 3 SMA, saya harus menjalani masa pendidikan untuk 1 tahun lagi sebagai masa persiapan sebelum masuk ke seminari tinggi. Masa ini saya sebut sebagai masa “pencarian”, yaitu pencarian akan ordo atau kongregasi yang akan saya pilih untuk bergabung. Tentu saja dengan memutuskan untuk tetap melanjutkan ke seminari tinggi tidak melepaskan saya dari satu persoalan mendasar yaitu saya tetap tidak tahu akan memilih ordo atau kongregasi yang mana. Jadi sekali lagi, saya membawa persoalan saya ini dalam doa-doa saya dengan perantaraan Bunda Maria. Waktu itu saya hanya berpegang pada satu prinsip bahwa saya ingin masuk ke ordo atau kongregasi yang bersifat pendoa dan memiliki devosi kepada Bunda Maria. Saya tidak ingin masuk ke diosesan manapun. Saya bawa ujud pribadi ini di dalam setiap doa-doa pribadi saya, dan akhirnya Tuhan menjawab kegelisahan saya tersebut.

Pada suatu hari, seorang kakak kelas saya yang sudah lulus jauh sebelum saya, bergabung ke dalam Ordo Karmel di Malang, dan ia mengirimkan sebuah brosur Karmel ke seminari kami di Bogor. Ketika saya membacanya, saya langsung merasakan adanya gerakan batin yang mengatakan bahwa inilah ordo yang dipilih Tuhan buat saya, dan Tuhan ingin saya masuk dalam ordo Karmel ini sebagai jawaban atas doa-doa saya. Hal ini juga merupakan sebuah mukjizat kecil buat saya, karena seumur hidup saya belum pernah mengenal ordo Karmel, belum pernah bertemu dengan imam Karmelit seorang pun, tetapi saya langsung tertarik hanya karena membaca brosur tersebut. Ordo Karmel adalah ordo pendoa dan memiliki devosi yang kuat kepada Bunda Maria. Bahkan setelah beberapa waktu kemudian baru saya ketahui bahwa Maria merupakan dasar spiritual dari ordo ini, dan Maria sungguh menganugerahi ordo ini dengan berkatnya secara khusus melalui pemberian Sekapulir Coklat / Sekapulir Karmel oleh Bunda Maria melalui suatu penampakan, kepada pemimpin Karmelit yang kudus, St. Simon Stock. Mungkin karena dasar inilah saya langsung tertarik kepada Ordo Karmel, karena sesuai dengan gerakan hati dan prinsip saya selama ini.

Awal hidup baru di Karmel

Masuk ke Karmel bagi saya sudah merupakan perjuangan tersendiri karena itu berarti saya harus pergi dari Jakarta menuju ke Malang untuk orientasi. Saat datang ke sana, saya bersama dengan teman satu seminari, sehingga pada saat diadakan orientasi dan tes, kami berdua adalah peserta yang sama-sama datang dari Seminari Menengah Stella Maris, Bogor. Namun kini teman saya itu sudah menjadi awam. Saat hendak orientasi itu, kami sempat mendapat sedikit kendala dimana kami mengalami penundaan karena satu dua hal, namun entah kenapa saya pribadi tetap merasakan semangat yang berkobar untuk paling tidak datang ke Karmel dan ikut merasakan kehidupan para Karmelit di sana. Akhirnya, kami berdua pun mendapat kesempatan untuk melakukan orientasi ke Malang, tepatnya kami menjalani masa orientasi kami di Biara Novisiat Karmel di Batu, Malang.

Setelah beberapa hari menjalani masa orientasi ini, secara pribadi saya telah mantap untuk memilih Ordo Karmel sebagai ordo yang akan saya masuki kelak. Kehidupan di seminari pun berjalan seperti biasa dan setelah saya lulus dari seminari menengah, saya langsung menjalani tes penyaringan masuk ke Ordo Karmel di novisiat Batu tadi. Semua proses seleksi saya jalani dengan sebaik-baiknya, dan memang membuahkan hasil. Saya diterima masuk dalam Ordo Karmel. Namun masa novisiat 2 tahun saya jalani dengan cukup sulit, karena saya memiliki banyak keragu-raguan dalam menanggapi panggilan ini. Saya cukup sering bertanya dalam hati apakah ini sungguh panggilan saya? Keraguan semakin menebal saat saya menghadapi kenyataan bahwa dari 13 orang yang masuk ke novisiat bersama-sama dengan saya, satu persatu dari mereka mulai meninggalkan biara.

Tantangan demi tantangan

Masa novisiat 2 tahun itu ternyata masih dapat saya lalui dengan cukup baik walau harus menghadapi masa krisis doa yang cukup berat, sehingga akhirnya saya diizinkan untuk mengikrarkan kaul perdana saya. Pengikraran kaul perdana ini menjadi tanda bahwa saya telah resmi diterima sebagai anggota sementara Ordo Karmel Indonesia dan sekarang saya menyandang status sebagai frater profesi dan bukan lagi sebagai frater novis. Setelah itu kehidupan saya berganti, saya dan teman-teman yang lain harus pindah dari biara novisiat di Batu ke biara “Beato Titus Brandsma” di Malang. Di sini adalah tempat para frater menjalani masa pendidikan strata 1. Untuk itu kami harus tinggal di tempat ini selama 4 tahun untuk menyelesaikan kuliah filsafat teologi kami di STFT Widya Sasana, Malang.

Kehidupan saya di biara Titus Brandsma ini ternyata juga tidak membaik, satu persatu masalah datang silih berganti. Masalah yang satu belum selesai, yang baru sudah datang lagi. Kehidupan saya terasa semakin berat. Belum lagi saya harus menghadapi persoalan dalam bidang studi. Saya harus mengakui bahwa saya bukanlah anak yang cerdas dan saya memang mengalami sedikit kesulitan dalam menempuh studi di STFT ini. Persoalan-persoalan yang saya hadapi lebih banyak berkaitan dengan kehidupan pribadi saya sendiri, seperti kekeringan dalam hidup doa yang berkepanjangan, masalah sakit yang sampai membuat setiap segi kehidupan saya menjadi kacau, dan masih banyak lagi. Sedangkan persoalan kehidupan membiara seperti berelasi dengan sesama frater, romo, dan umat sekitar saya tidak terlalu mengalami persoalan yang berat.

Persoalan-persoalan pribadi yang harus saya hadapi ini memang merupakan penghalang terbesar dalam hidup panggilan saya ini. Banyak sekali saya mengalami jatuh bangun yang hampir selalu membuat saya putus asa. Apalagi sekarang saya harus menghadapi kenyataan bahwa sakit saya sudah cukup menganggu hidup panggilan saya, dan saya diharuskan segera memperbaiki segalanya, jika tidak, maka hidup panggilan saya tidak dapat diteruskan dan saya tidak akan diizinkan untuk menjadi imam Karmelit. Mengapa ini menjadi persoalan yang amat memberatkan buat saya, karena sakit ini membuat kehidupan saya kacau. Studi saya menjadi terhambat karena saya sempat mendapat nilai “E” untuk satu mata pelajaran, dan itu berarti saya harus menunda satu tahun untuk selesai S1; juga dalam relasi dengan orang lain saya menjadi canggung dan terhambat; dan masih banyak lagi sebenarnya yang menyulitkan hidup saya di biara.

Namun saya ingin tetap bertahan, seraya memegang erat janji Tuhan yang selalu dapat saya temukan di dalam 1 Kor 10:13, “Pencobaan- pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan- pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai, Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar sehingga kamu dapat menanggungnya.” Dan saya tahu bahwa dengan berpegang erat kepada Tuhan saya akan selalu mengalami pertolonganNya.

Misteri panggilan Tuhan bagi saya

Kehidupan di biara memang kelihatan “berat”, namun kita dapat bersama-sama melihat ke dalam kehidupan kita masing-masing adakah hidup kita saat ini selalu terasa enak dan tidak memberatkan? Apapun pilihan hidup kita, kita selalu mengalami konsekuensi bebasnya, konsekuensi yang muncul karena pilihan bebas kita. Setiap pilihan hidup kita akan selalu memiliki sisi menyenangkan maupun sisi yang kurang menyenangkan. Inilah yang dinamakan kehidupan.

Banyak orang berkata bahwa pilihan untuk menjalani hidup selibat itu berat dan tidak menyenangkan, apakah Anda setuju dengan pernyataan ini? Selama manusia hidup di dunia akan selalu mengalami dua hal, yaitu yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan. Saya mengalami bahwa hidup panggilan sebagai seorang selibat haruslah sungguh-sungguh didasarkan pada panggilan Tuhan sendiri. Inilah prinsip utama yang menurut saya harus dipegang oleh setiap orang yang tertarik dengan panggilan hidup selibat, untuk melayani dan bekerja di kebun anggurNya.

Saya akan menggambarkan maksud dari “panggilan Tuhan” tersebut. Panggilan Tuhan ini saya sering menganalogikannya dengan suara batin atau suara hati. Panggilan hidup sebagai seorang selibat haruslah merupakan suatu gerakan hati, dan itulah sebabnya mengapa panggilan itu disebut suatu misteri karena memang “tidak jelas” bahkan bagi diri si terpanggil sekalipun. Saya mengambil contoh dari kisah hidup saya sendiri. Saya merasa terpanggil ketika saya akan lulus SMA. Pada kisah panggilan hidup saya di atas, saya merasa terpanggil setelah saya mendengarkan sharing dari seorang suster. Saya merasakan adanya suatu gerakan hati untuk terus melangkah melanjutkan panggilan saya. Saya merasa bahwa Tuhan masih menginginkan saya untuk lanjut, dan ini jugalah yang menjadi pegangan saya sampai hari ini bahwa saya “MERASA” Tuhan masih memanggil saya. Maka walaupun saya harus mengalami banyak sekali kesulitan dalam menjalani hidup panggilan saya ini, saya masih dapat bertahan sampai hari ini karena saya “merasa” Tuhan masih memanggil saya. Pengalaman merasa ini adalah sangat individu bagi setiap pribadi dan mungkin akan dialami atau dirasakan secara berbeda-beda oleh setiap orang. Sebab Tuhan sering bekerja secara sangat personal dalam kehidupan kita. Walau kadang Tuhan juga bekerja di dalam dan melalui komunitas. Hanya kita masing-masing yang mampu mengenali rasa “merasa” itu dan perasaan itu tidak selalu mudah untuk dibagikan kepada orang lain yang tidak merasakannya atau mengalaminya dalam bentuk yang berbeda.

Saya mengatakan bahwa panggilan itu misteri bahkan bagi diri si terpanggil sekalipun, maksudnya bagi diri orang-orang yang sudah menjalani hidup membiara atau sebagai rohaniwan (bukan yang baru tertarik dengan hidup selibat). Ini karena saya sendiri dapat mengatakan bahwa saya pun belum sepenuhnya yakin bahwa saya sungguh-sungguh terpanggil, juga semua orang yang hidup selibat pasti akan mengalami pergulatan ini setiap hari. “Panggilan itu sekuat jawabannya”. Kalimat ini sungguh menginspirasi saya, bahwa kesungguhan panggilan Tuhan ini dipengaruhi oleh jawaban kita. Kami memang belum yakin sepenuhnya apakah Tuhan sungguh-sungguh memanggil kami, maka dari itu kami harus membarui jawaban “YA” kami setiap hari.

Lalu adakah indikasi-indikasi yang mampu membuat para kaum selibater ini masih merasa yakin bahwa Tuhan masih memanggil mereka? Jawabannya: ya ada! Kita ambil contoh kasus hidup saya sendiri saja, walaupun saya harus mengalami banyak sekali kesulitan dalam belajar, bersosialisasi, berdamai dengan diri saya sendiri, relasi dengan Tuhan, dan sebagainya. Namun, saya masih dapat bertahan hingga sekarang walaupun saya mengalami bahwa hidup sebagai seorang selibat itu berat, saya masih merasakan bahwa Tuhan sungguh memberkati hidup saya di tempat yang saat ini saya pilih. Tuhan masih memberi saya KEBAHAGIAAN dan sekian banyak RAHMAT serta ANUGERAH kehidupan. Inilah dua kunci atau indikator yang dapat dijadikan patokan bagi seseorang bahwa memang jalan hidup yang dialaminya saat ini sungguh merupakan pilihan hidup yang tepat bagi dirinya. Saya merasakan kebahagiaan karena selama ini saya mengalami banyak sekali perubahan dalam hidup saya. Saya kini tumbuh menjadi pribadi yang lebih dewasa dan mandiri. Menjadi pribadi yang percaya diri dan berani. Semua hal ini belum tentu akan saya dapatkan jika saya tidak berada di biara. Saya juga dapat mengenal dan bertemu dengan banyak orang, mencintai banyak orang dengan tidak eksklusif. Inilah anugerah-anugerah dan kebahagiaan yang saya rasakan selama saya menjalani hidup panggilan saya di biara ini.

Jadi, apapun pilihan hidup kita saat ini, satu hal yang harus selalu kita pegang sebagai prinsip hidup kita bahwa kita harus selalu bertanya setiap hari kepada diri kita sendiri: Apakah aku bahagia dengan hidupku saat ini? Tidak ada bentuk kehidupan di dunia ini yang sepenuhnya hanya berisi hal-hal yang menyenangkan, bahwa selama manusia hidup di dunia ini haruslah berjuang dan perjuangan ini menandakan bahwa kehidupan ini memang sungguh berat! Tuhan sendiri mengundang kita untuk selalu datang kepadaNya, seperti yang Ia ungkapkan dalam Matius 11:28, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu”. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di depan kita nanti, apa yang Tuhan rencanakan bagi hidup kita kelak. Satu hal dapat kita lakukan sebagai manusia adalah selalu ikut kehendak Tuhan, caranya dengan berpasrah. Inilah yang menjadi pegangan hidup saya saat ini, bahwa menjadi apa saya kelak semua saya serahkan kepada rencana dan kehendak Tuhan sendiri. Bagaimana cara supaya kita dapat sedikit “tahu” terhadap rencana Tuhan ini dalam hidup kita? Yaitu dengan berdoa, menjalin relasi yang mendalam dengan Tuhan. Sebagaimana diteladankan oleh banyak nabi-nabi di perjanjian lama, salah satunya nabi Elia.

Terus bergantung kepada Tuhan sepanjang sisa perjalanan yang menentukan

Kini, kami satu angkatan hanya tinggal 4 orang (sebelumnya 13 orang) dan kami semua harus berjuang dengan persoalan diri kami masing-masing. Khususnya saya yang memang sudah mendapat ultimatum bahwa saya harus segera melakukan perubahan dalam waktu 1 tahun ke depan ini, jika tidak ingin dikeluarkan. Bagi saya kenyataan ini memang sangat berat, namun dalam keyakinan saya yang terdalam saya masih mau berharap pada Tuhan. Dalam suatu retret akhir tahun, saya menggunakan kesempatan tersebut untuk memperbaharui niat dan motivasi saya untuk ke depan. Saya ingin kembali memperbaiki relasi doa saya dengan Tuhan yang selama ini terhambat karena krisis yang berkepanjangan. Setelah retret tersebut saya mulai mendapat semangat baru dalam hidup doa saya. Saya sadar bahwa tidak banyak yang dapat saya buat untuk sembuh dari sakit ini, maka dari itu saya hanya dapat berbuat semampu saya dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan lewat doa-doa saya. Saya mau percaya bahwa jika memang Tuhan menginginkan saya untuk menjadi imam-Nya, maka IA pasti akan membantu saya untuk dapat keluar dari setiap persoalan yang harus saya hadapi saat ini dan kelak. Saya hanya dapat berpasrah dan membuka diri dan hati saya untuk menerima urapan rahmat kasih-Nya. Saya meyakini satu hal dari Tuhan yang saya ikuti ini, bahwa IA adalah Allah dan Tuhan yang bertanggung jawab. Jika IA memberikan sesuatu hal bagi manusia, maka IA akan menyelesaikannya pula. Jika Tuhan telah memulai sesuatu pekerjaan yang baik di dalam kita, Dia akan meneruskannya sampai pada kesudahannya (Filipi 1:6

“Ia yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus”).

Jika Tuhan memberikan saya “sedikit” cobaan ini, maka saya percaya bahwa Tuhan akan membantu saya. Saya percaya dan bahkan saat ini saya mulai merasakan bahwa Tuhan mempunyai maksud di balik semua ini, saya merasakan bahwa sepertinya Tuhan sedang menyiapkan saya untuk sesuatu yang lebih besar di depan saya nanti. Tuhan punya rencana atas hidup setiap manusia di dunia ini, dan saya (serta kita semua) hanya diminta untuk pasrah dan mengikuti saja akan apa yang diminta oleh Tuhan. Apa pun yang terjadi saat ini dalam diri saya dan masing-masing dari kita, biarlah semua itu terjadi, karena Allah peduli! Bahwa semua yang terjadi dalam hidup kita merupakan HADIAH BESAR pemberian Tuhan kepada kita anak-anak-Nya yang terkasih.

Oleh Fr Robertus Yudi, O Carm

3.2 9 votes
Article Rating
19/12/2018
80 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
sherly nurali
sherly nurali
12 years ago

dear fr.Yudi nama saya sherly, mungkin saya yang paling tua saat nulis e-mail ini. sekarang ini saya berusia 35 tahun. dari mulai kandungan ibu saya, saya diingini untuk menjadi seorang biarawati. saya menjalani masa kecl saya dengan sangat sederhana, dan perasaan ingin menjadi seorang biarawati sangat besar. hidup saya mulai didisi dengan ke Gereja, ikut organisasi dan yang berhubungan dengan segala macam kegerejaan. saat saya duduk di bangku SMP saya mencoba datang ke salah satu kesusteran terdekat untuk bis bergabung, karena dianggap masih terlalu muda saya di anjurkan untuk menunggu sampai SMA. setelah lulus SMA, keinginan tersebut semakin tumbuh subur,… Read more »

Romo Wanta, Pr.
Reply to  sherly nurali
12 years ago

Sherly yth Panggilan memang misterius namun kalau benar bahwa Allah memanggil dan kita menjawab maka akan terwujud. Membaca cerita anda maka nampaknya jalan masih panjang untuk dapat mewujudkan impian anda menjadi suster kontemplatif misalnya carmelit. Dengan status menikah perlu banyak hal dibicarakan, karena anda akan meninggalkan suami dan berpisah/ putus hubungan. Apakah ini baik, karena anda telah memilih hidup keluarga. Jalan panjang karena harus bicarakan dengan sungguh mendalam dengan suami. Pada umumnya yang berkeluarga lalu menjadi rubiah atau pertapa adalah telah menjanda atau menduda tidak ada ikatan apapun dengan keluarga baru bisa. Berbeda dengan keadaan anda. Kedua tidak semua bisa… Read more »

Fanny
Fanny
13 years ago

Salam Damai Kristus.. Saya post reply ini, dgn harapan ada yang bisa membantu mencerahkan saya.. Saat ini saya sdg mengalami pergumulan hidup yang sangat kuat. Di satu sisi saya merasa ada panggilan untuk hidup mebiara sbg biarawati. Di satu sisi saya mengalami ketakutan yang amat sangat, ketika saya tau bahwa hidup membiara jg tidak lah mudah. Selain itu, saya sangat takut kalau saya nantinya memutuskan menjadi biarawati, tapi kenyataan Tuhan tidak memanggil saya sbg biarawati. Dan lagi saya takut untuk menceritakan hal keinginan saya ini kpd orang tua saya. Sekedar informasi, saya sedang study di luar negeri, tp entah kenapa… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  Fanny
12 years ago

Shalom Fanny, Pertama- tama, mungkin perlu disadari terlebih dahulu bahwa panggilan Tuhan untuk hidup membiara merupakan suatu rahmat yang istimewa yang perlu disyukuri dan perlu ditanggapi. Jadi jika anda merasakan dorongan di hati yang semakin kuat, mungkin ada baiknya anda memohon arahan dari pembimbing rohani. Untuk itu, jika memungkinkan, silakan anda menyediakan waktu untuk mengikuti retret pribadi, atau carilah seorang pembimbing rohani, sebaiknya imam. Atau anda dapat pula mengkonsultasikan pergumulan anda kepada seorang biarawati sehingga anda dapat pula mendengarkan pengalaman hidupnya, yang mungkin juga pernah mengalami pergumulan yang mirip dengan pergumulan anda. Saya mengenal seorang biarawati yang juga mengalami pengalaman… Read more »

Fanny
Fanny
Reply to  Ingrid Listiati
12 years ago

Terima kasih untuk reply post saya,sangat cepat, dan post dr sdr. Ingrid, sangat mencerahkan saya. Bahkan melalui sharing sdr Ingrid mengenai seorang biarawati yg bersekolah di luar negeri, sya makin dikuatakan dan diberi keberanian untuk menerima segala yang Dia berikan pada saya. Saat ini saya sedang berusaha mencari pembimbing rohani,tapi kelihatannya agak sulit untuk mencari romo paroki setempat, karena di sini saya berpindah2 paroki dr satu paroki ke paroki lain. terlebih lagi dikarenakan di sini saya kalau berkonsultasi pun haris menggunakan bahasa Inggris dengan romo setempat, yang notabene saya merasa tidak nyaman untuk ‘curhat’ dgn bahasa inggris(takut salah ngomong, haha)… Read more »

Rm Gusti Kusumawanta
Reply to  Fanny
12 years ago

Fanny Yth

Retret panggilan untuk tarekat OSC dan MSF sudah berlangsung namun anda bisa menghubungi Rana Agung OSC Hp. 081332840428 atau tarekat MSF ke Rm Yuwono MSF Hp.081227198872 silakan telpon kapan ada retret panggilan. Anda juga bisa live in (tinggal selama beberapa waktu dibiara) untuk mengenal mereka. Kalau imam diosesan silakan hubungi keuskupan di mana anda tinggal atau seminari di keuskupan anda. Kalau mau serius lagi datang ke KWI bertemu saya jika anda di Jakarta.

salam
Rm Wanta

Aris
Aris
13 years ago

To. Fr Yudi yang terkasih, Salut buat anda dan saya merasa tersentuh mendengar kabar terbaru anda dalam sharing di katolisitas. secara tidak sengaja saya menemukan tulisan ini dan saya yakin Tuhan sendiri yang meminta saya..he…he.. untuk membacanya. Ada banyak hal yang sudah anda alami dan itulah pejalanan panggilan yang harus anda lewati. Proses yang tidak sederhana membantu kita untuk pelan-pelan menyadari bahwa panggilan Tuhan sungguh luar biasa. semoga apa yang sudah anda alami selama hidup membiara menjadi bekal untuk perjalanan anda selanjutnya. sebentar lagi di tempat pastoral akan ada banyak hal yang sama sekali berbeda dan saya yakin Tuhan sudah… Read more »

fr. yudi
fr. yudi
Reply to  Aris
13 years ago

thank bro…^_^…
segera kembali dari medan pastoral dengan selamat yah heheheheheee……

in carmelo,

boy refra
boy refra
13 years ago

Frater semoga masihh ingat saya di STFT, tetap semangat tidak ada yang mustahil bagi Tuhan

fr. yudi
fr. yudi
Reply to  boy refra
13 years ago

dear boy refra,

waduh maaf saya lupa, kamu maen ke STFT ato sekolah di STFT hehehehee maap dah mo tua jadi pikunan. ok makasih yah buat dukunganmu, doakan saya yah…..

salam kasih dan doaku,
fr. yudi, o. carm

Damasus,cmm
Damasus,cmm
13 years ago

Saudara Yudi yang terkasih, Malam ini saya berniat mencari informasi-informasi atau koment-koment umat katolik Indonesia tentang kehidupan kaum religius atau kehidupan biarawan/wati Indonesia di abad ke-21. Saya temukan tulisan Romo Martin Suhartono,SJ, yakni ” MASIH ADAKAH BIARAWAN/WATI DE ABAD KE-21″ Saya pikir tulisan Romo ini luar biasa menarik. Tulisannya membuka wawasan saya sekaligus mengajak saya untuk merefleksikan panggilan saya sebagai religius di abad ke-21 ini. Kemudian saya mencari info atau koment yang lain lagi dan kutumuilah tulisanmu tentang pengalaman perjalanan panggilan hidupmu (Perjalanan Hidup Panggilanku). Saya kira, pengalaman perjalanan hidup anda luar biasa. Ya memang begitulah kita harus berjuang. Pengalaman… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  Damasus,cmm
13 years ago

Shalom Rm. Damasus CMM dan Fr. Yudi, Sebagai umat Katolik, kami sungguh berterima kasih atas kesediaan Romo dan Frater untuk menjawab panggilan hidup religius di abad ke 21 ini. Sungguh, di tengah dunia yang serba materialistik dan hedonistik ini, menjalani panggilan hidup religius merupakan suatu kesaksian hidup yang amat mulia; yang menyatakan kasih yang total kepada Allah. Teriring doa dari kami semua di Katolisitas, semoga Rm. Damasus dan Fr. Yudi dapat melaksanakan panggilan hidup yang istimewa ini dengan ketaatan, kesetiaan, dan kekudusan, sehingga dapat menjadi teladan bagi kami umat Katolik di manapun berada. Salam kasih dalam Kristus Tuhan, Ingrid &… Read more »

Frater Damsus, CMM
Frater Damsus, CMM
Reply to  Damasus,cmm
13 years ago

Saudari Inggrid yang terkasih,
saya hanya ingin memberikan info tentang identitas saya bahwa saya bukan Romo/Pastor, tapi saya Religius Awam (biarawan) yang biasa juga disebut Bruder. Namun dalam kongregasi kami (Kongregasi Frater CMM), kami tidak disebut/dipanggil BRUDER melainkan di sebut/dipanggil FRATER alias sama dengan sebutan/panggilan yang disandang oleh frater-frater di seminari tinggi atau frater-frater calon iman.
Demikian sekilas info dari saya.

[Dari Katolisitas: Terima kasih atas informasinya, Frater/ Bruder. Maaf kami salah sangka, sebab kami pikir Fr di sana maksudnya Father/ Romo. Salam kasih dari kami semua di Katolisitas.]

robertus yudi
robertus yudi
Reply to  Damasus,cmm
13 years ago

dear frater Damasus, pertama-tama frater saya minta maaf karena saya lama membalas komentar anda, saya juga minta maaf pada pihak katolisitas mba inggird dan mas stefanus saya pikir sharing saya ini sudah cukup lama dan tidak akan ada lagi yang akan membaca dan mengomentarinya sehingga saya tidak sempat mengeceknya dan baru skrg saya bisa membacanya lagi karena sesuatu hal. untuk frater Damasus terima kasih frater atas apresiasinya terhadap sharing saya ini dan juga sharing frater yang juga memerkaya saya. wah klo bisa kita sharing pengalaman akan lebih menarik saya kira, frater bisa menghubungi saya lewat email saya di spacegrafity@yahoo.co.uk. terima… Read more »

Frater Damsus, CMM
Frater Damsus, CMM
Reply to  robertus yudi
13 years ago

ok,Saudara Yudi. Mudah-mudahan pada kesempatan lain kita bisa saling share pengalaman hidup kita. Mari kita tetap berjuang terus agar semua harapan kita tercapai dan sungguh membawa kebahagian hidup bagi kita dan bagi orang lain yang kita jumpai dan layani.

Salam kasih persaudaraan

fr.Damasus, cmm

erna.Valentina
erna.Valentina
13 years ago

Syalom, saya mau bertanya tentang panggilan hidup. Saya berkeinginan menjadi seorang suster sewaktu SMP hingga saya menjalani kuliah sekarang ini. Saya ingin mengetahui halangan, rintangn, dan hambatan yang dihadapi selama menjalani kehidupan seorang suster. Tapi saya masih ada halangan karena orang tua saya tidak setuju dan keluarga saya yang bermasalah. Saya pernah mengatakan hal ini kepada 2 orang pastor, mereka hanya mengatakan untuk saya menyelesaikan study saya dulu, tapi saya tidak mengerti artinya?? Saya pernah sekali ke tumpang mengikuti acara retret tahunan untuk SMA. Hari pertama dan kedua memang saya tidak betah, karena saya tidak dapat menyukai makanan yang disediakan.… Read more »

Rm Gusti Kusumawanta
Reply to  erna.Valentina
13 years ago

Erna Yth

silakan hubungi Sr Sesilia P Karmel di sms saja dulu di nomor 085253484050. Coba konsultasi terlebih dahulu sebelum memutuskan masuk biara. Suster Sesilia ada di Tumpang.

salam
Rm Wanta

robertus yudi
robertus yudi
Reply to  erna.Valentina
13 years ago

Dear sdri. Erna,

maafkan saya utk sangat lama membalas komentar anda, selama ini saya memang jarang membuka internet krn saya sedang konsen untuk membuat skripsi, tetapi skrg sudah lumayan ringan. oh iya semoga saja sdri. Erna masih sempat membaca tanggapan saya ini, jika memang ingin mengenal tarekat lain dan ingin bertanya2 dengan suster saya bisa menghubungkannya kepada anda ato anda ingin bertanya2 tentang panggilan dapat menghubungi email saya di spacegrafity@yahoo.co.uk karena email anda saya tidak mengetahuinya di tulisan anda tidak tertera. terima kasih

salah kasih dan doaku,
fr. yudi, o. carm

ibu septi
ibu septi
13 years ago

syalom utk Fr Yudi……. selamat dan salut kpd anda dan org tua tg telah membimbing anda semoga sukses . hebat anak muda zaman sekarang dapat mengalahkan dunia tg penuh dengan luka, selamat seamat sukses selalu

robertus yudi
robertus yudi
Reply to  ibu septi
13 years ago

maaf baru bisa membalas, terima kasih banyak untuk dukungan dan doa ibu septi. doakan saya ibu dan teman-teman saya yang lain yang juga masih berjuang. semoga kehendak Tuhanlah yang terjadi pada diri saya dan kami semua. Tuhan memberkati kita semua.

salam kasih dan doaku,
fr. yudi. o. carm

sigrid, PRR
sigrid, PRR
13 years ago

pengalaman panggilan fr. sangat menarik dan kiranya ini dapat dibaca banyak orang yang akhirnya bisa menggungah hati semakin banyak orang untuk bekerja di ladang Tuhan.

Fr.yudi
Fr.yudi
Reply to  sigrid, PRR
13 years ago

Dear Sdr. sigrid,
terima kasih banyak atas komentarnya, saya memang selalu berharap dan berdoa pada Tuhan semoga Ia berkenan menggerakkan hati banyak orang khususnya kaum muda utk mau memersembahkan dirinya pada Tuhan secara total dan radikal. saya secara khusus juga mendoakan mereka yang memang sudah memiliki “gerakkan” hati utk masuk sebagai religius namun masih terhalang oleh berbagai persoalan. semoga mereka semua diberi jalan yang terang oleh Tuhan sendiri karena Ia yang memanggil mereka. mari kita juga bantu mendoakan mereka agar hati mereka teguh dan berani melangkah walau banyak rintangan di depan mereka.

salam kasih,
Fr. yudi, O.Carm

Daniel
Daniel
13 years ago

Shalom Frater Yudi,
Kesaksian yang luar biasa. Saya berdoa bagi Frater.
Pak Stef/Bu Inggrid, minta tolong diberikan link dimana saya bisa baca kesaksian anda berdua sampai menjalani karya kerasulan yang luar biasa ini. Pasti kesaksian yang seru dan memacu semangat rohani para pembaca.

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Daniel
13 years ago

Shalom Daniel,

Terima kasih atas tanggapannya. Kami belum menuliskan kesaksian kami. Tapi nanti suatu saat, kami akan munuliskannya dan menampilkannya di katolisitas.org. Mohon kesabarannya ya. Mari kita bersama-sama membangun Gereja Katolik yang kita kasihi.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef & ingrid – katolisitas.org

Fr.yudi
Fr.yudi
Reply to  Daniel
13 years ago

Dear Sdr. Daniel, terima kasih atas tanggapannya dan doanya, saya memang sungguh membutuhkan bantuan doa dari saudara-saudara sekalian supaya saya dapat tetap menjalani panggilan saya ini dengan setia dan Tuhan memberi saya jalan yang terang. saya juga mau memberikan apresiasi kepada Pak Stef dan bu Inggrid atas usahanya utk berevangelisasi melalui media ini. tidak banyak orang2 katolik yang mempunyai ketertarikan dan kemampuan utk berkarya demi pewartaan sabda Tuhan lewat media internet ini. panggilan utk berevangelisasi utk zaman ini memang sudah harus mulai merambah dunia maya, karena inilah sarana yang paling efektif. saya juga berharap smoga makin banyak para imam, atau… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Fr.yudi
13 years ago

Shalom Fr. Yudi,

Terima kasih juga untuk Fr. Yudi yang telah mengirimkan kesaksian panggilan hidupnya ke katolisitas.org. Kami yakin bahwa kesaksian ini dapat memberikan inspirasi kepada banyak orang. Kalau frater punya teman-teman yang mau memberikan kesaksian, silakan menghubungi kami, sehingga pembaca katolisitas juga dapat melihat bahwa Allah berkarya dalam setiap individu secara istimewa dengan cara yang berbeda-beda. Mohon doa juga dari frater agar kami dapat terus berkarya lewat katolisitas.org. Mari dalam kapasitas dan panggilan kita masing-masing, kita dapat membangun Gereja Katolik yang kita kasihi. Doa kami menyertai frater.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org

stefanus arbi
stefanus arbi
13 years ago

halo frater
syallom old brother, masih ingatkah dengan saya, Arbi (angkatan natet,kumis,udhay,dll) di seminari stella maris.
ok saya pribadi hanya ingin mendukung panggilanmu dan berdoa untuk perjalanan rohanimu.
Saya bangga terhadap teman-teman saya khususnya dari almamater saya(stella maris) untuk memperjuangkan panggilan di tengah gejolak keduniawian yang banyak meruntuhkan panggilan imam/biarawan. rasa kebanggaan saya berangkat dari ketidakberlanjutan kehidupan membiara. maka dari itu,teman2 yang sekarang masih berjuang banggalah karena Tuhan memilihmu dari sekian banyak orang di dunia ini.

semoga selalu bertumbuh dalam panggilan. doa kami para awam selalu menyyertai.

CRESCAT ET FLOREAT!!

fr. yudi
fr. yudi
Reply to  stefanus arbi
13 years ago

thanks bro gua butuh doa dari kalian semua. gua akan jalani hidup gua sebaik2nya masalah nanti jadi ato tidak biar Tuhan yang atur. gua cuma mo pasrah ma tuntunan Tuhan. kalian juga baik selalu yah

Citra
13 years ago

Hallo Frater, Terima kasih untuk kesaksian hidup panggilang Frater yang luar biasa. Tetap mau setia dalam panggilan Tuhan walaupun tdk mudah tapi Frater dpt menemukan kebahagiaan dlm kesetiaan Frater. Frater, krn kesaksain hdp Frater yg telah memberkati saya pribadi, boleh ga saya ambil bbrp point dari kesaksian Frater untuk dituliskan ulang di artikel koran di komunitas kami? Krn pas banget tema koran untuk bulan ini adalah “Hidup Sesuai Panggilan”. Komunitas kami bernama PDMKK Sydney (Persekutuan Doa Muda Mudi Karismatik Katolik Sydney). Thn ini kami lagi belajar untuk mengerti ttg panggilang hidup kami kaum muda. Sebenarnya saya sudah coba menuliskan artikelnya.… Read more »

Robertus Yudi
Robertus Yudi
Reply to  Citra
13 years ago

boleh banget kalau kamu mau tanya2 sesuatu pada saya bisa menghubungi saya lewat email saya saja di spacegrafity@yahoo.co.uk

saya tunggu kabarnya, salam kasih dan doaku,
Fr. Yudi, O. Carm

catharine
catharine
13 years ago

Hallo Frater….sy mw curhat sebenarnya sy benar2 tersiksa dengan apa yg ada di dlm hati sy…Sy merasa terpanggil utk menjadi biarawati kira2 9 thn yg lalu dan selama ini sy sll bergelut apakah benar ini panggilan kenapa jika benar ini panggilan sy ditolak di biara yg sy tuju bahkan sy pny pengalaman yg kurang mengenakan pd saat sy meninjau di biara tsb. Dan krn hal ini sy sll mematikan panggilan sy itu dengan tdk ke gereja lg dan memutuskan hubungan sy dgn Tuhan yg selama ini boleh dikatakan hubungan sy dgn Tuhan cukup mesra….Dulu setiap ada masalah sy selalu curhat… Read more »

Robertus Yudi
Robertus Yudi
Reply to  catharine
13 years ago

Ytk, Sdri, Catharine, Pertama-tama saya ingin meminta maaf karena terlalu lama membalasnya, akhir2 ini saya banyak disibukkan dengan tugas-tugas paper kuliah dan ujian. Saya juga tidak dapat membuka internet setiap hari, semoga anda masih cukup bersabar. Saya akan mencoba untuk memberikan pandangan saya tentang masalah anda ini. Menurut saya yang menjadi pokok persoalan adalah pengalaman penolakkan yang dialami oleh sdri. Catharine. Menurut saya pengalaman ini memiliki 3 makna: pertama, mungkin Tuhan saat itu sedang menguji anda, apakah anda sungguh mau menjadi seorang biarawati. Karena kadang-kadang Tuhan memang menguji manusia utk melihat kesungguhan dan ketegaran hatinya. Kedua, mungkin tempat anda bukan… Read more »

Mery Christina Gultom
Mery Christina Gultom
13 years ago

Trimakasi Frater buat cerita pribadinya,sungguh sangat menyejukkan hati saya yg lg hampir putus asa dlm menanti panggilan pekerjaan di perusahaan tempat saya melamar(jenis pekerjaan ini mrupakan cita2 saya dari kecil).Sudah hampir setahun saya menunggu,belum ada kejelasan yg kongkrit.Dr cerita Frater tsb,saya ingin belajar utk lebih lg berpasrah,berserah pd kehendak&rencana Tuhan yg sungguh misteri dlm penantian pekerjaan saya ini.Banyak sekali kesulitan,rintangan yg saya hadapi.Saya mohon doa dr Frater.Tks

Robertus Yudi
Robertus Yudi
Reply to  Mery Christina Gultom
13 years ago

Dear Mery,

wah…wah…makasih banyak buat komentarnya, saya juga senang klo sharing saya juga bisa membantu sdr. Mery. saya akan berdoa buat Mery supaya keinginannya sungguh tercapai dan hidup Mery di berkati oleh Tuhan.

salam kasih dan doaku,
Fr. Yudi, O. Carm

Tuah Talino
Tuah Talino
13 years ago

Maju terus frater, jangan menyerah, kalau itu benar2 panggilan Tuhan pasti frater akan langeng selamanya. tapi jika itu bukan Tuhan sendiri yg menghendaki pasti akan berhenti ditengah jalan.
Lakukanlah semua dengan tulus dan iklas pasti Tuhan akan berkenan.

Robertus Yudi
Robertus Yudi
Reply to  Tuah Talino
13 years ago

dear sdr. Tuah Talino, makasih banyak tuk komentarnya. iya itu juga yang memang menjadi prinsip atau pegangan hidup saya sekarang ini, selama ini saya memang masih ragu-ragu dan selalu bertanya pada Tuhan akan kejelasan panggilan saya. sekarang saya sudah sadar dan sudah memutuskan klo memang ini panggilan saya atau Tuhan yang mau saya mau menjadi imam klo memang bukan Tuhan pasti bertanggung jawab dan akan menuntun saya ke jalan yang benar sesuai kehendakNya. sekarang saya hanya harus berjuang utk serius dengan panggilan dan senantiasa mendengarkan kehendakNya. sapa tau suatu hari nanti Tuhan sungguh2 memberi saya kejelasan akan panggilan saya, barangkali… Read more »

Anggha
Anggha
13 years ago

Selamat siang..
Saya ingin sharing saja dan meminta saran.
Saya sudah lama bercita-cita ingin menjadi seorang Imam. Namun, saya masih bingung apakah ini kehendak Tuhan atau bukan. Bagaimana ya untuk mengetahuinya??

Sampai saat ini, keinginan saya itu masih mendapat penentangan dari orangtua saya. Saya sangat bingung apa yang harus saya lakukan. Saya tidak ingin membuat orang tua saya sedih dan kecewa dengan keputusan saya menjadi seorang imam, tapi saya juga tidak bisa melepaskan keinginan untuk menjadi seorang imam dalam hati saya. Keinginan saya tersebut selalu saja bergaung dalam hati saya…

Mohon bantuannya ya. Gbu.

Fr. Yudi
Fr. Yudi
Reply to  Anggha
13 years ago

Yang terkasih sdr. Anggha, Wah…wah…sungguh luar biasa pengalaman hidup anda ! saya sendiri saja yang sudah menjadi frater tidak pernah mengalami pengalaman seperti yang dialami oleh saudara Anggha ini. Puji Tuhan itu berarti Tuhan memanggil anda saat ini. Yang saya maksud di sini adalah bahwa saya sendiri saja tidak pernah mengalami suatu pengalaman dorongan hati untuk memersembahkan diri kepada Tuhan yang sebegitu kuat seperti yang saudara Anggha rasakan saat ini. Saya juga merasakan dorongan hati seperti saudara namun tidak sekuat yang saudara rasakan. Anggha, panggilan Tuhan adalah suatu misteri yang tidak akan pernah dapat kita ketahui, kita tidak bisa mengerti… Read more »

clare carolyn taunek
clare carolyn taunek
13 years ago

shallom, saya dari sabah,malaysia….saya amat tertarik dengan kesaksian panggilan ini…memang ramai sangat lagi yang tidak tahu apa itu panggilan yang sebenarnya…saya sendiri pernah berkata pada ibu saya semasa saya masih kecil, dan ibu mengatakan untuk menjadi Sister harus ada panggilan…jadi saya mengharapkan kalau-kalau bila dan apa itu panggilan di dalam mimpi atau kalau ada suara-suara yang kedengaran yang mau memanggil saya…tapi memang tiada.jadi saya merasa untuk dipanggil itu harus seorang yang mungkin istimewa…tapi tahun ini, saya tidak tahu apa yang telah membuat saya merasa sangat rindu,sehingga saya boleh mengatakan kalau saya telah menemukan satu pertobatan kerana belum pernah saya merasa… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  clare carolyn taunek
13 years ago

Shalom Clare Carolyn Taunek, Terima kasih atas sharingnya. Bersyukurlah kepada Tuhan yang telah memberikan kepada anda kerinduan untuk berdoa, berpuasa dan memuji Tuhan. Namun, di satu sisi, kita harus mempunyai keyakinan bahwa keinginan Tuhan adalah “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.” (Ef 1.4). Dan kekudusan ini dapat dicapai dalam setiap jalan atau panggilan hidup (state of life), baik sebagai biarawan-biarawati maupun sebagai awam dan berkeluarga. Jadi, dalam kasus anda, kalau anda telah menjadi istri, maka kekudusan harus dicapai lewat jalan ini dan tidak perlu untuk berfikir ke… Read more »

Fr. Yudi
Fr. Yudi
Reply to  clare carolyn taunek
13 years ago

Yang terkasih ibu clare, Pertama-tama saya mau memohon maaf dan pengampunan karena terlalu lama membalas sharing ibu. 2 minggu belakangan ini saya memang tidak membuka internet karena banyak hal. Saya juga hendak mengucapkan terima kasih karena ibu menyukai cerita saya ini. Di sini saya berbicara sebagai orang yang sebenarnya belum berpengalaman apa-apa karena masih sangat muda, saya bukannya hendak menggurui namun saya hanya mencoba untuk sekadar sharing saja ya ibu clare. Ibu, panggilan Tuhan itu memang suatu misteri yang sangat-sangat tidak jelas wujudnya, seperti yang saya katakan di cerita saya di atas bahkan bagi kami yang sudah menjadi religius atau… Read more »

fxe
fxe
Reply to  Fr. Yudi
13 years ago

Dear Fr Yudi O.Carm;

Saya pernah mendengar (kalau tidak salah) namanya “Ordo Carmel Ketiga”… semacam komunitas religius untuk awam. Mohon kalau Frater ada waktu, menjelaskan lebih lanjut tentang Ordo Ketiga ini… Rasanya banyak orang yg mengalami kerinduan religius di masa mudanya, tetapi karena kurang keberanian dan hal-hal lain, maka belum berani menjawab kerinduan itu dalam hidup komunitas, dan sekarang berkeluarga. Apakah Ordo Ketiga ini bisa menjadi saluran kerinduan para awam ini? Mohon juga contact person atau alamat Ordo Ketiga ini kalau Frater punya. Terima kasih banyak .

Semoga Tuhan memberkati Frater di jalan panggilan yg penuh tantangan dan kesempatan ini.

Fr. Yudi
Fr. Yudi
Reply to  fxe
13 years ago

Kepada fxe, Saya akan mencoba untuk memberi penjelasan singkat mengenai ordo ketiga ini. Jadi dalam Ordo Karmel ada istilahnya ordo pertama, kedua dan ketiga, urutan angka ini menunjukkan mana yang berdiri lebih dahulu. Mudahnya, ordo pertama itu adalah kami para imam dan biarawan ordo Karmel, sedangkan ordo kedua adalah para biarawati atau rubiah Karmel (ini untuk suster-suster Karmel), dan ordo ketiga adalah diperuntukkan bagi setiap orang awam atau bahkan religius sekalipun yang ingin menghayati semangat Karmel dalam hidupnya. Ordo ketiga ini biasa disebut “TOC”, TOC ini dibentuk untuk mengakomodasikan keinginan dari orang-orang yang pertama-tama secara umum ingin menghayati hidup yang… Read more »

andrie
13 years ago

Maju terus Frater Cho-Q
seperti kita ingat Crescat et Floreat
dan saya dan teman2 berharap anda terus tumbuh dan berkembang dalam panggilan
syalam…
:D

Fr. Yudi
Fr. Yudi
13 years ago

dear sdr. krisma, waduh saya agak lupa syarat2 lengkapnya apa saja, karena itu sudah 4 tahun yang lalu. yang jelas minimal sudah lulus SMA atau sederajat. trus ada kelengkapan lainnya juga sich. kamu bisa langsung komunikasi saja dengan kami melalui alamat dan email yang kami miliki. silakan buka: http://www.indocarm.org atau khususnya yang bagian blog : http://www.indocarm.org/blog/users di situ kamu akan menemukan alamat kami yang bisa dihubungi, bahkan berinteraksi secara langsung dgn romo2 karmel yang kalau memang kebetulan sedang on line di situs kami tersebut. di situ kamu dapat bertanya2 lebih jauh. kalau saya tinggal di : biara karmel beato titus… Read more »

Benedictus Widi Handoyo
Benedictus Widi Handoyo
13 years ago

Syaloom Frater,

Kira-kira apa pertanda kalau kita benar-benar dipanggil menjadi pekerja diladangNya? Saya masih ragu juga dengan pilihan kedepan hidup saya..hingga sampai saat ini.. apakah harus dengan semacam retreat atau bisa dari pengalaman pribadi atau bagaimana???

Terima kasih.

Tuhan berkati.

Fr. Yudi
Fr. Yudi
Reply to  Benedictus Widi Handoyo
13 years ago

syaloom juga ^_^, wah….wah…jujur kita semua juga masih mencari panggilan Tuhan yang sebenarnya toh? kita tdk akan pernah tau kehendak dan rencana Tuhan atas diri kita kelak, kita hanya diminta untuk peka akan tuntunanNya dan ikuti itu ! kalau menurut pengalaman saya sendiri sich, saya merasa terpanggil karena saya merasakan adanya “gerakkan” batin (suara hati), mungkin ini akan sangat abstrak penjelasannya apa boleh buat iman adl sesuatu yg memang abstrak, tdk bisa dimengerti hanya dengan menggunakan pikiran tapi lebih kepada hati. ok saya lanjutkan…jadi waktu itu saya memang mendapat tawaran dari ibu saya apakah saya mau masuk ke seminari menengah?… Read more »

krisma
krisma
13 years ago

Shalom Frater, kira kira apa saja ya persyaratan seseorang yang ingin masuk Ordo Karmel?

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
80
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x