Penggambaran Ekaristi dalam Perjanjian Lama

Kebanyakan orang menganggap bahwa Ekaristi adalah ajaran yang baru diajarkan oleh Tuhan Yesus dalam Perjanjian Baru. Ya, memang secara eksplisit, Yesus menetapkan Ekaristi, yang merupakan peringatan kurban Tubuh dan Darah-Nya, dalam Perjamuan Terakhir bersama para murid-Nya.  Yesus menggenapi Perjanjian Lama, dengan memberikan Tubuh dan Darah-Nya, yang merupakan Darah Perjanjian Baru (lih. Luk 22:20). Sebagai penggenapan, Yesus tidak membatalkan Perjanjian Lama, namun Ia menyempurnakannya. Demikianlah Ekaristi disebut kurban Kristus, dan karena itu, pusatnya adalah Kristus, dan bukan siapapun atau apapun yang lain.

Namun sesungguhnya penggambaran akan kurban Kristus itu sudah terjadi berabad-abad sebelumnya. Kristus adalah Sang Anak Domba Allah, yang menggenapi dan menyempurnakan semua kurban yang disyaratkan Allah dalam Perjanjian Lama itu. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan kepada kita bahwa dalam kitab-kitab Perjanjian Lama telah tercantum “ajaran-ajaran yang luhur tentang Allah serta kebijaksanaan yang menyelamatkan tentang peri hidup manusia, pun juga perbendaharaan doa-doa yang menakjubkan, akhirnya secara terselubung [mereka] mengemban rahasia keselamatan kita.” ((KGK 122, Konsili Vatikan II, Dei Verbum 15)).

Beberapa penggambarkan tentang Ekaristi di Perjanjian Lama adalah:

1. Persembahan roti dan anggur dari Imam Melkisedek

Imam Melkisedek, raja Salem, membawa roti dan anggur (Kej 14:19-20), dan memberkati Abraham, setelah Abraham menang mengalahkan raja-raja di Timur. Melkisedek dari Salem adalah raja dan imam (lih. Kej 14:18), yang menggambarkan Kristus (lih. Ibr 7:17; Mzm 110:4). “Melkisedek” berarti Raja yang adil. Sedangkan kota “Salem” berarti “damai”, yang kemudian menjadi Yerusalem. Kristus adalah Sang Raja Keadilan dan Damai yang memasuki Yerusalem sebagai Raja (lih. Mat 21:5,6; 27:29).

Saat Perjamuan Terakhir, Kristus sebagai Raja dan Imam, mempersembahkan roti dan anggur dan mengkonsekrasikannya menjadi Tubuh dan Darah-Nya (lih. Mat 26:26-29; Mrk 14:22-25; Luk 22:15-20). Kurban ini digenapi ketika esok harinya Kristus mempersembahkan nyawa-Nya, dan dengan demikian Ia memberkati seluruh umat manusia, dan keturunan Abraham, seperti yang telah digambarkan secara samar-samar oleh Imam Melkisedek.

2. Perjamuan Paskah Perjanjian Lama (Passover)

Pertama, Kurban anak domba Paska yang disyaratkan harus tak bercela(lih. Kel 12). Kristuslah penggenapan kurban Paska ini, sebab Ia adalah “Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia” (lih. Yoh 1:29). Kristus lah Sang Kurban yang tidak bernoda, sebagaimana dikatakan oleh Pilatus yang mengadiliNya (lih. Luk 23:4,14; Yoh 18:38; Ibr 9:14).

Kedua, seperti kurban anak domba Paska membebaskan bangsa Yahudi dari penjajahan bangsa Mesir, demikianlah kurban Kristus, Sang Anak Domba Allah, membebaskan umat manusia dari penjajahan dosa. Darah kurban anak domba dioleskan ke ambang pintu (Kel 12:22-23); Darah Kristus Sang Anak Domba Allah dicurahkan di tiang salib. Anak domba Paska dimakan oleh orang-orang Yahudi, agar Allah menyelamatkan anak-anak sulung mereka. Demikianlah, Kristus Sang Anak Domba Allah menjadi santapan bagi orang-orang percaya untuk menyelamatkan mereka. Tulang anak domba Paska yang tidak dipatahkan (lih. Kel 12:47, Bil 9:12), tergenapi dalam kurban Kristus (lih. Yoh 19:33). Perjamuan Paska di zaman Nabi Musa dimakan di dalam hadirat Tuhan (lih. Kel 24:9-11); Perjamuan Paska di Perjanjian Baru dan kekal, pun demikian. Tubuh dan Darah Kristus dalam rupa roti dan anggur pun dimakan di dalam perayaan Ekaristi.

Ketiga, Kristus menentukan Perjamuan Terakhir-Nya pada hari dimana kurban Paska Yahudi dirayakan sebagai perayaan selamanya: “Hari ini akan menjadi hari peringatan bagimu. Kamu harus merayakannya sebagai hari raya bagi TUHAN turun-temurun. Kamu harus merayakannya sebagai ketetapan untuk selamanya… (Kel 12:14). Kristus pun menghendaki demikian, “… perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku” (Luk 22:19). “… Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum dari cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang” (1Kor 11:26).

3. Roti Manna di padang gurun

Setelah pembebasan dari bangsa Mesir, Allah menuntun mereka ke Tanah Terjanji. Namun di perjalanan di padang gurun, bangsa Israel bersungut-sungut karena haus dan lapar. Allah menyediakan roti manna di padang gurun kepada bangsa Israel. Allah bersabda kepada Musa, “Sesungguhnya Aku akan menurunkan dari langit hujan roti bagimu; maka bangsa itu akan keluar dan memungut tiap-tiap hari sebanyak yang perlu untuk sehari…” (Kel 16:4). Demikianlah sabda Yesus, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga… Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.” (Yoh 6:32,35)

Bukan suatu kebetulan bahwa orang-orang Yahudi itu juga bersungut-sungut, seperti ketika di zaman Nabi Musa (lih. Yoh 6:41). Banyak orang zaman ini-pun bersungut-sungut, tidak dengan hati terbuka menerima pengajaran tentang Kristus sebagai Roti Hidup ini. Sebagaimana bangsa Israel memakan roti itu, demikianlah pula Kristus menghendaki kita untuk memakan roti yang diubah-Nya menjadi Tubuh-Nya sendiri, “Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan adalah daging-Ku yang akan Kuberikan untuk hidup dunia… Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman” (Yoh 6:51, 54). Tubuh dan Darah-Nya menjadi bekal bagi orang percaya untuk sampai kepada Tanah Terjanji yang sesungguhnya yaitu Surga (lih. Kel 16:4-36; Neh 9:15).

Jadi manna, roti dari langit, roti para malaikat (lih. Mzm 78:24-25, 105:40, Keb 16:20), itu adalah gambaran samar-samar akan Roti Hidup yang turun dari Surga, yaitu Yesus Kristus (lih. Yoh 6:35,48,51,58). Roti Hidup ini adalah juga Sang Firman Allah yang menjelma menjadi manusia, yang menggenapkan sabda Allah kepada Nabi Yehezkiel, agar ia memakan gulungan kitab yang diberikan Allah kepadanya (lih. Yeh 2:8-10, 3:1-3).

4. Allah memerintahkan bangsa Israel untuk mempersembahkan kurban anak domba di atas altar

Di Perjanjian Lama, Allah memerintahkan bangsa Israel untuk mempersembahkan kepada-Nya kurban bakaran (yaitu dari lembu atau dari domba) di bait Allah setiap hari, yaitu di pagi hari dan di senja hari (2Taw 2:4). Korban di senja hari dilakukan pada waktu jam tiga petang (lih. Kis 3:1). Kurban ini digenapi di dalam Kristus yang menyerahkan nyawa-Nya juga jam tiga petang (lih. Mat 27:46; Mrk 15:34; Luk 23:44-46). Kini korban Kristus dalam Ekaristi menggenapi pelaksanaan perintah Tuhan ini, sebab setiap hari kurban Ekaristi dipersembahkan kepada Allah, oleh Gereja Katolik, dalam kesatuan dengan Kristus Kepala-nya.

Selanjutnya tentang Kristus sebagai Kurban yang berkenan kepada Allah, silakan klik di sini.

5. Suatu sumber yang membasuh dosa kecemaran akan muncul dari kurban di Yerusalem

Demikian nubuat Zakaria:

“Aku [Tuhan] akan mencurahkan roh pengasihan dan roh permohonan atas keluarga Daud dan atas penduduk Yerusalem, dan mereka akan memandang kepada dia yang telah mereka tikam, dan akan meratapi dia seperti orang meratapi anak tunggal, dan akan menangisi dia dengan pedih seperti orang menangisi anak sulung….. Pada waktu itu akan terbuka suatu sumber bagi keluarga Daud dan bagi penduduk Yerusalem untuk membasuh dosa dan kecemaran.” (Zak 12:10, 13:1)

Kristus menggenapi ayat-ayat ini, dengan menjadi kurban penghapus dosa yang, telah ditikam oleh karena pemberontakan kita (Yes 53:5). Ia pun tidak ditikam, “tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya, tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air… Sebab hal itu terjadi, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci: “Tidak ada tulang-Nya yang akan dipatahkan. “Dan ada pula nas yang mengatakan: “Mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam.” (Yoh 19:33-37)

Gereja Katolik mengajarkan bahwa darah dan air yang keluar dari lambung Kristus melambangkan sakramen Baptis dan Ekaristi (lih. KGK 1225) yang memberikan kepada kita kehidupan baru di dalam Kristus. Larangan untuk meminum darah dalam Perjanjian Lama (Im 17:11,14; Kej 9:4-5; Ul 12:16,23-24) merupakan persiapan bagi bangsa Israel untuk memahami penggenapannya dalam Perjanjian Baru, yaitu bahwa Allah menghendaki umat-Nya untuk meminum darah Sang Anak Domba Allah, yaitu darah Yesus Kristus Putera-Nya, yang menjadi sumber kehidupan sejati, sebab Kristus adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup (Yoh 14:6).

6. Kurban tak bercela yang akan dipersembahkan di seluruh bumi

Nabi Maleakhi telah menubuatkan bahwa akan ada saatnya bahwa di semua tempat di bumi akan dipersembahkan korban yang tak bercela, sebagai ganti dari persembahan para imam Yahudi. Sebab sabda Allah:

“Aku [Allah] tidak suka kepada kamu [para imam Yahudi], firman TUHAN semesta alam, dan Aku tidak berkenan menerima persembahan dari tanganmu. Sebab dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari nama-Ku besar di antara bangsa-bangsa, dan di setiap tempat dibakar dan dipersembahkan korban bagi nama-Ku dan juga korban sajian yang tahir; sebab nama-Ku besar di antara bangsa-bangsa, firman TUHAN semesta alam.” (Mal 1:10-11)

For from the rising of the sun even to the going down, my name is great among the Gentiles, and in every place there is sacrifice, and there is offered to my name a clean oblation: for my name is great among the Gentiles, saith the Lord of hosts. (Mal 1:11, Douay Rheims)

Kurban yang tahir itu adalah kurban Kristus sendiri, yang dipersembahkan dalam rupa roti dan anggur. Kurban tersebut dipersembahkan di antara bangsa- bangsa di seluruh dunia. Dalam Ekaristi, selain sebagai Kurban, Kristus juga bertindak sebagai Imam yang mempersembahkan Kurban. Dalam Perayaan Ekaristi, para imam/ pastor menjadi “in persona Christi“, bertindak sebagai Kristus, untuk mempersembahkan kurban tersebut.

7. Hanya imam yang tertahbis dapat mempersembahkan kurban kepada Tuhan

Di Perjanjian Lama, kurban kepada Allah hanya dapat dipersembahkan oleh para imam yang tertahbis (lih. Yer 33:18; Zak 9:15-16; 1 Taw 26:18). Demikianlah dalam Perjanjian Baru dan kekal, dalam Gereja Katolik, hanya imam tertahbis yang dapat mempersembahkan kurban Ekaristi. Sebab oleh kuasa tahbisan, para imam terhubung dengan para Rasul, yang telah diberi kuasa oleh Kristus untuk mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah-Nya, melalui perkataan Sabda-Nya, dalam konsekrasi.

Demikianlah beberapa penggambaran Ekaristi dalam Perjanjian Lama. Penggambaran yang samar-samar ini, digenapi di dalam Kristus dalam kurban Ekaristi. Penggambaran ini telah berakar lama dalam sejarah umat Israel, yang kemudian digenapi oleh Kristus, dilestarikan oleh Gereja. Apa yang telah ditentukan oleh Allah tidak dihapuskan begitu saja (lih. Mat 5:18), tetapi digenapi dan disempurnakan di dalam Yesus Kristus. Apa yang telah digenapi di dalam Kristus inilah yang terus dilestarikan oleh Gereja Katolik sampai sekarang dan seterusnya, sampai akhir zaman.

5 1 vote
Article Rating
6 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
arnold
arnold
10 years ago

tim katolisitas, bila memang memiliki waktu, saya ingin renungan-renungan alkitab dan tafsiran-tafsirannya menurut gereja Katolik seperti ini terus di update karena sangat mencerahkan . Terima kasih dan GBU!

Yosep Yendra Afriza
Yosep Yendra Afriza
10 years ago

Salam damai Kristus

Saya ingin penjelasan tentang “…Roti Hidup ini adalah juga Sang Firman Allah yang menjelma menjadi manusia, yang menggenapkan sabda Allah kepada Nabi Yehezkiel, agar ia memakan gulungan kitab yang diberikan Allah kepadanya (lih. Yeh 2:8-10, 3:1-3)”.

Terima Kasih.

Nico
Nico
10 years ago

Syalom bu Ingrid

Apakah Ekaristi juga digambarkan di dalam kitab deuterokanonika?

Terima kasih

Nico

agapetus kristiandana
agapetus kristiandana
10 years ago

Di sini saya hanya melihat sejarah ekaristi dari sumber perjanjian baru dan era setelahnya. Tentu ada benang merah antara ekaristi dengan perjanjian lama, mengingat Yesus sendiri ke sinagoge & menjalankan tradisi2 Yahudi pada masanya. Jika tidak salah “perjamuan terakhir” itu sendiri dilakukan dalam rangka peringatan tahunan paskah Yahudi. Mungkin mulai dari kurban Abraham atas Ishak yg digantikan oleh Domba yang agung, kemudian darah domba pada pintu rumah orang2 Yahudi di Mesir, dan roti tak beragi. Bolehkah saya mohon penjelasan mengenai masalah ini? Terimakasih GBU !

[Dari Katolisitas: silakan membaca artikel di atas, silakan klik]

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
6
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x