Keluhan-keluhan
Dengan segala hormat pada seorang ibu yang menuliskan keluhan melalui e-mail kepada saya, surat beliau saya tampilkan sebagai awal tulisan ini:
(Friday, February 13, 2009 6:46 AM): Romo bisa beri advis ke kami tentang anak saya. Anak saya saat ini usianya 17 tahun, laki-laki, berwatak keras, tapi perasaannya sangat halus, yang berakibat saya jadi sangat hati – hati kalau bicara dengan dia kawatir tersinggung. Sebab kerap kali jika berbicara dengan ayahnya, sering beda pendapat dan berakibat perang mulut, akhirnya marah2 , pernah jadi anaknya kabur, sementara saya dan adiknya pendiam. Jadi kalau ribut begini kami berdua sedih dan tidak suka. Anak pertama saya ini, pintar omong dan sangat setia kawan, jadi jika sudah kumpul sama teman-temannya suka lupa waktu, meskipun tempat di mana dia ngumpul / nongkrong, kami orangtua tahu, termasuk No. HP teman-temannya . Tentang ke gereja, menurut dia itu hanya setor muka saja. Kerap kali dia tidak komuni. Sepertinya dia mengalami kehampaan. Pernah suatu kali dia bilang Tuhan tidak pernah dengar doa saya, jadi percuma saja saya berdoa (saya sedih sekali dengarnya) Saya ingin giring dia untuk mau mengaku dosa tapi kog susah banget ya? Semoga ada Bapak Rohani yang bisa nasehati dia. Sementara ini dulu. Semoga ada advis dari Romo, terima kasih sudah mau membaca uneg2 saya.
Keluhan para orangtua mengenai dinamika anak-anaknya pada saat mereka beranjak remaja dan menjadi pemuda-pemudi kerap terdengar. Surat di atas ialah salah satu dari sekian banyak surat yang mampir ke in-box saya. Keluhan mengenai soal psikologis dan bagaimana mendampingi perkembangan Orang Muda Katolik (OMK) biasanya juga bersamaan dengan keluhan mengenai perkembangan iman Katolik-nya, seperti surat ibu di atas yang mengeluhkan iman anaknya yang sedang mengalami kehampaan. Dari pihak OMK sendiri pun keluhan soal pengetahuan iman sering muncul. Di in-box saya sepanjang tahun 2008 telah mampir 23 keluhan kebingungan mengenai pengetahuan iman. Salah satunya ini:
(Wednesday, January 14, 2009, 15.47 PM): Romo, saya telah 3 bulan kerja di kawasan Kelapa Gading. Syukurlah lumayan baik, walau sering banjir. Tapi yg saya gelisah. Teman saya cowok beragama bukan Katolik. Tampaknya ia naksir saya. Ia baik, tapi suka bertanya-tanya ttg iman Katolik. Yang bikin saya gelisah, ia memberi buku-buku dan mempertanyakan iman Katolik saya. Saya bingung nih Romo. Saya pun tak tahu mesti ngejawab apa. Misalnya ia bilang bahwa Katolik salah karena percaya paus yang hanya manusia, itupun dikatakan bahwa paus kebal salah. Juga soal katolik menyembah Bunda Maria dan bikin patung itu salah besar. Juga salah jika kita misa karena itu berarti kejam karena menyalibkan Tuhan Yesus lagi. Saya jujur saja kini sedang goyah. Tak pernah lagi ikut misa. Bagaimana Romo, saya bingung.
Menimbang Perkara
Dari dua pucuk surat elektronik di atas, saya menemukan ada sebuah fakta yang sukar dibantah, yaitu bahwa pengetahuan dan penghayatan iman saling berhubungan. Pengetahuan iman yang minim akan membuat semangat OMK dalam menghayati iman gampang padam. Sebaliknya, penghayatan iman yang suam-suam kuku, tidak akan menyemangati OMK untuk menambah pengetahuan imannya. Surat yang pertama di atas ialah mengenai seorang anak berusia 17 tahun yang bersemangat suam-suam kuku dan bolehlah ditebak berpengetahuan iman rendah. Surat yang kedua dari seorang gadis
Katolik berusia 34 tahun, dengan penghayatan iman yang pada mulanya semangat, namun oleh karena pengetahuan imannya rendah, maka penghayatannya menjadi goyah. Pada kedua surat tersebut, baik OMK berusia 17 tahun maupun OMK berusia 33 tahun ternyata pengalaman dan pengetahuan imannya relatif sama.
Pedoman Karya Pastoral Kaum Muda yang dikeluarkan Komisi Kepemudaan KWI, membatasi usia OMK sejak 13 hingga 35 tahun sejauh masih lajang. Dari pengalaman menerima keluhan sekitar iman OMK itu, saya memberanikan diri menarik fakta bahwa sejak usia 13 tahun hingga 35 tahun, pengetahuan iman OMK mengalami stagnasi. Pengetahuan iman mereka begitu-begitu saja sejak ia komuni pertama, krisma, hingga menjelang masuk jenjang perkawinan. Saya menduga hal ini mungkin karena katekese kita yang “tradisional” (persiapan komuni I, persiapan krisma) masih berupa formalitas alias sebagai syarat saja untuk menerima komuni I dan krisma. Metode Katekese yang tidak menyentuh hati dan merangsang daya pikir itulah yang bisa jadi membuat iman Katolik kurang bergema di hati dan pemikiran OMK.
Kita bisa pula menimbang dari sisi pewarisan pengetahuan dan penghayatan iman dari keluarga. Ketika mengucapkan janji pernikahan dahulu di depan altar, suami-isteri berjanji akan mendidik anak-anak secara Katolik. Pendidikan itu mestinya pertama-tama merupakan kesaksian cinta kasih, kebenaran, doa dan iman serta pendidikan hati nurani. Seruan apostolik Paus Yohanes Paulus II “Familiaris Consortio” serta surat-surat beliau kepada keluarga ( 2 Februari 1994) jelas-jelas menunjuk betapa agung dan indahnya tugas ini. Keluarga merupakan sekolah iman yang pertama, sebuah “Gereja keluarga”.
Dari sisi OMK sendiri, kita tahu, mereka kini mengalami tekanan berat dari sistem ekonomi dan politik serta budaya yang kurang mempercayai mereka. Sistem pendidikan nasional di Indonesia makin menekan mereka dengan berbagai kesulitan pribadi yang tidak mudah dipecahkan. Jika mereka mengelompok dalam kelompok se-lingkungan, separoki, sebaya, seminat, seprofesi sekalipun, maka tak ayal, tekanan itu bisa ditahan, namun tetap diragukan kehandalannya tanpa dukungan nyata dari pembimbing yang mereka percayai. Sebenarnya, tetap ada harapan bahwa situasi kualitas iman OMK ini bisa diubah menjadi lebih tangguh, ulet dan militan. Marilah kita menelaah dari kekayaan ajaran Katolik sendiri yang memberikan inspirasi bagi peningkatan iman OMK. Saya mengusulkan hal-hal di bawah ini, dengan mensyaratkan peran pembimbing, entah orangtua, pastor paroki, maupun para pendamping lainnya.
Kedalaman Mistik
Pasca Konsili Vatikan II (1965), paham akan Allah Tritunggal Mahakudus dan Gereja Kudus bukan saja menjadi sebuah pengetahuan melainkan juga sebuah misteri pengalaman hidup konkrit umat beriman baik secara pribadi maupun bersama di tengah dunia yang sedang dan selalu berubah. Iman itu lebih dari sekedar pengetahuan, melainkan relasi personal dengan Allah yang telah mewahyukan diri dalam Kristus. Karya itu terjadi dalam diri manusia berkat jasa Roh Kudus (bdk. Dei Verbum, 5). Iman sejati menyentuh pada tataran mistik, batin, kerohanian, ketika manusia beriman termasuk OMK secara pribadi bertemu Allah. Iman tidak sekedar ajaran yang di’ketahui’ saja melainkan juga sebuah sikap dan cara hidup yang di’hayati’. Maka, doa dalam keluarga mesti dibiasakan oleh orangtua sejak anak-anak mereka masih kecil, agar misteri kedalaman penghayatan iman itu dikenal. Doa-doa dalam pertemuan OMK mesti dibuat tanpa bosan-bosan. Di samping itu, mesti dibuat liturgi sedemikian rupa sehingga OMK merasakan sentuhan pada lapisan kedalaman hatinya yang terdalam. Liturgi haruslah dirancang dan dipersiapkan serta dilaksanakan oleh imam dengan melibatkan OMK sedemikian rupa sehingga membantu OMK untuk menghayati iman tersebut. Liturgi perlu dikerjakan sesuai dengan bahasa OMK yang merayakannya, agar dapat dipahami dan dihayati. Sungguh, jika OMK diberi kepercayaan dan didampingi dengan serius oleh pendamping yang tekun, maka mereka akan melakukan perkara-perkara baik yang tidak kita duga sebelumnya. Lebih dari itu, mereka akan mennghayati iman secara hidup dan cool.
Berkomunitas
Pentingnya berkomunitas bagi OMK mesti didasarkan pula oleh paham teologis yang tepat mengenai Gereja. Sampai dengan Konsili Vatikan II, banyak orang memahami Gereja sebagai sebuah ‘fenomena sosial/keagamaan’ yakni kelompok orang kristiani yang dipimpin oleh hirarki. Konsili menegaskan bahwa paham seperti itu tidak cukup! Gereja harus dimengerti bukan sebagai fenomena sosial, yang kelihatan, yang jasmani belaka. Ia adalah komunitas iman, harapan dan kasih dalam Kristus (bdk. Lumen Gentium, 8) Gereja ada bukan karena prakarsa manusia melainkan atas prakarsa Allah (bdk. Lumen Gentium 2,3,4). Pembimbing OMK mesti menyadari bahwa komunitas-komunitas OMK perlu berjejaring dan bergerak dalam misteri ini. Perlu dibatinkan oleh pembimbing, bahwa OMK ada karena panggilan Allah sendiri melalui Kristus dalam Roh Kudus. Mereka tak sekedar berkumpul karena sama-sama berminat akan hobi tertentu, namun pertama-tama karena inisiatif Yesus yang memanggil mereka menjadi satu kawanan. Jika hal ini dibuat, tentu keluhan bahwa OMK lari ke komunitas lain tak akan terjadi, atau yang lari akan kembali, karena merasakan kehangatan rohani dalam misteri panggilan Kristus dalam gerejaNya. Seorang muda yang menulis surat kedua di atas akan tertolong jika memiliki dan dimiliki oleh sebuah komunitas OMK yang hangat, yang berpusat pada misteri kehadiran Kristus.
Katekese yang Menggerakkan
Pengajaran iman yang animatif, menggerakkan olah pikir pasti akan menggairahkan OMK. Para katekis dan pastor, bahkan orangtua, perlu mempelajari cara-cara baru untuk mengajarkan bagian-bagian pengajaran iman Katolik. Yang menarik adalah, sumber-sumber itu sekarang bisa didapatkan secara berlimpah ruah oleh para pendamping dan katekis manakala mereka mengunduh bahan-bahan itu dari internet. Lebih dari itu, muncul prakarsa-prakarsa dari para pendamping yang melibatkan OMK sendiri untuk membangun situs web dengan memanfaatkan media internet.
Metode katekese calon komuni I dan krisma mestinya tak hanya klasikal dan tradisional. Katekis bisa saja membuka kesempatan OMK mempelajari pokok-pokok iman dari internet, dengan melibatkan orangtua untuk mendampingi dan memeriksanya. Mmetode ini mensyaratkan adanya website-website Katolik yang baik. Dalam penelusuran saya, telah ada web-web mengenai pengajaran iman Katolik dalam bahasa Indonesia. Kita bisa mencoba mencari dengan googgle dengan kata kunci misalnya “katolisitas”, “gereja katolik”, “iman katolik”, “ekaristi”, dan semacamnya. Cara ini akan jauh menggairahkan dan menggerakkan jika pembimbing OMK terampil membuat tantangan bagi OMK agar memanfaatkan teknologi terkini yang mulai nereka digemari ini. Selain itu, OMK perlu dirangsang agar kritis dan tertantang untuk menanyakan segala hal yang menjadi ganjalan hatinya manakala mendengar aspek katekese tertentu.
Pembimbing yang Berkarakter Kuat
Pembimbing yang berkarakter kuat ialah pendamping OMK yang sabar dan tekun, ada (available) untuk dan bersama komunitas OMK. Ia merupakan pengejawantahan Gembala yang Baik, yang mengenal domba-dombanya, dan domba-dombanya mengenalnya. Ia mendengar perkembangan OMK yang dinamik. Bagaikan menerbangkan layang-layang, ia tahu kapan saat menarik benang dan kapan saat untuk mengulurnya, mencermati arah angin. OMK percaya kepadanya, sebagaimana ia percaya kepada OMK yang ia dampingi, bahwa mereka memiliki daya kekuatan ilahi dari dalam diri mereka untuk berkembang. Pembimbing yang demikian itu ialah para orangtua dalam keluarga, para pastor, para animator dan pengurus bidang kepemudaan paroki, para penggiat OMK di komunitas-komunitas ketegorial seperti komunitas pelajar, mahasiswa dan karyawan muda Katolik, dan semacamnya. Maka, organisasi pengelola pastoral OMK semestinya selalu mengkader pembimbing-pembimbing yang handal. Perlu dibuat secara rutin oleh Komisi Kepemudaan dalam kerjasama dengan komisi lain dalam Gereja, untuk membentuk pendidikan para pembina, agar ada out put ketersediaan pembina yang berkarakter gembala yang baik. Kata lainnya ialah pembimbing yang berusaha menjadikan diri mereka teladan, yang menghayati iman dalam perkara harian. OMK akan menghargai dan mengikuti arah keteladanan pembimbing yang mengakui kelemahannya, namun tidak berkompromi untuk dibelokkan ke arah budaya sekularistik.
Catatan: Artikel ini dibuat untuk acara “Temu Darat Katolisitas 1″, yang diselenggarakan pada tanggal 7 Desember 2010 di Jakarta Utara. Artikel ini pernah dimuat di buletin KommKel KWI tahun 2009.
Pagi Tim Katolisitas.org, saya ada pengalaman yang ingin saya tanyakan dengan Tim Katolisitas.org ; Setiap Jumat seperti biasa mahasiswa Katolik punya kebiasaan untuk kumpul bersama, entah diisi dengan sharing, nonton, diskusi, mengadakan Misa (Ekaristi),dll. Pernah di saat bersamaan, di kampus X dan kampus Y mengadakan perayaan Ekaristi di hari dan jam yang sama. Yang mengusik hatinya saya adalah di kedua perayaan Ekaristi di kampus tersebut sama2 melakukan kesalahan yang sama, yaitu tidak memasang lilin dan salib di altar. Sungguh sebuah pertanyaan besar, mahasiswa sekarang sampai melupakan hal yang sangat kecil namun mempunyai arti lebih. Bukankah setiap simbol di Katolik mempunyai… Read more »
Salam Vitong, Saya setuju dengan Anda bahwa sebaiknya para mahasiswa mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai liturgi dan simbol-simbolnya. Kesalahan satu dua hal mesti menjadi refleksi agar belajar lebih lanjut dan tidak berbuat salah lagi. Katekese mengenai liturgi harus dibuat oleh pastor pendamping mahasiswa terhadap tim liturgi kelompok mahasiswa Katolik. Para mahasiswa Katolik sendiri harus serius belajar mengenai agamanya sendiri, termasuk belajar liturgi. Ada banyak buku mengenai liturgi dan mengenai simbolisasi dalam liturgi. Anda bisa membeli buku-buku itu di toko-toko buku. Diskusikanlah dengan teman-teman Anda topik mengenai ajaran Gereja termasuk Liturgi. Istilah “misa” berasal dari kata-kata terakhir imam setelah berkat penutup… Read more »
selamat pagi romo,,, romo saya ingin bertanya ?? bagaiman cara memelihara diri kita dengan baik,,dalam artian mid set, pikiran positif dan negatif.. romo,saya sudah aktif di mudika atau omk,, terkadang saya berfikir dengan gabung akan menguatkan iman saya dan memiliki byk pengalaman dari teman2 yang lain.. tapi nyatanya apa romo, tahun ke tahun,, omk baru berdatangan,, tapi ini sangat berbeda dengan tahun tahun sebelumnya.. saat ini begitu banyak omk tapi mereka selalu memilih teman2,, saya tau omk itu juga ajang untuk mencari pacar sekalipun jodoh,, saya memang tidak cantik,tidak pintar seperti yang lain, saya hanya lulusan sma sdgkna mereka sarjana,,… Read more »
Salam Devi Ayu. Ingatlah hukum “tabur tuai” dalam Kitab Suci. Yang menabur kebaikan akan akan menuai kebaikan, dan sebaliknya. Tuaian itu bisa datang segera setelah ia berbuat, bisa pula lama waktu setelahnya. Bentuk tuaiannya pun beraneka ragam, ada yang bisa diduga, ada poula pula yg tak terduga. Orang yang menabur kasih dalam wujud perkataan, perbuatan baik, pasti menuai kebaikan. Energi positif dari kasih, tentulah menghasilkan kasih. Juga sebaliknya yang terjadi. Jika orang melontarkan kata-kata dan perbuatan negatif maka ia akan menerima reaksi negatif dalam dirinya. Secara psikologis hal itu jelas. Juga secara sosial dan teologis. Karena Tuhan adil dan membalas… Read more »
salam kasih..
terima kasih romo,, saran romo sangat membantu saya..
devi akan terus berjuang,,
Salam kasih devi ayu,
Saya yakin kamu amat cantik dan ayu bagi Yesus, apalagi kalau kamu terus aktiv dalam pelayanan OMK dengan tulus hanya karena ingin membalas kasih Yesus. Percaya deh… sebab saya juga pernah mengalamai hal atau perasaan yang kurang lebih sama . Awalnya juga membuat hati sedih dan sulit menerima. Namun karena Roh Kudus tak henti-hentinya menghibur hati, membuat segalanya menjadi lebih indah dan berarti. Sabar dan buka lebar-lebar mata hati devi ayu untuk menemukan kekasih sejati yang benar-benar Tuhan kasih untuk kamu. Ingat, Yesus amat sangat peduli dengan kita semua, termasuk kamu.
salam kasih,,
salam kenal,,,
terima kasih ya buat dukungannya,,sekarang devi juga akan terus berjuang,, devi gak mau jadi orang lemah apalagi menjadi pecundang..
AMIN,,semoga Tuhan selalu mendengarkan doa doa kita..
salam kasih
mau tanya mo, banyak sekali saya perhatikan kaum muda menggunakan TATTOO (menggambar bagian tubuh secara pernanen), berdalih seni atau apa pun itu saya sejak beberapa tahun yg lalu juga mulai tertarik dengan tattoo, lama sudah saya fikirkan untuk memasang tattoo di tubuh saya dan tattoo itu bergambar malaikat, dalam ajaran katolik apakah men-tattoo itu salah..??? mohon pencerahan nya mo, terimakasih.
berkah dalem…
[dari katolisitas: silakan melihat jawaban di link ini – silakan klik.]
Bagi saya OMK itu suatu bentuk otak-atik nama saja, sayangnya hirarki gereja saat ini lebih suka otak-atik nama tanpa pernah menyentuh akar masalahnya. Misdinar mana sih yang tidak merasa kalau dia itu juga Mudika?, Legio Maria mana sih yang kalau dia tergolong junior dia juga tidak merasa kalau dirinya Mudika, dll. Dulu ada Pemuda Katolik, lalu muncul mudika sekarang OMK…baju baru tapi masalah tetap sama. Saya pernah jadi Ketua Mudika wilayah, Ketua Mudika Paroki dan sekarang menjabat Pegurus Pemuda Katolik Komcab Surabaya. Saya sungguh sedih melihat perkembangan Mudika saat ini. Sudah Hedonnya minta ampun ditambah tidak adanya pembina-pembina Mudika yang… Read more »
Salam Yusak. Terima kasih bahwa Anda masih setia mendampingi OMK dan tetap mau berprihatin untuk OMK. Istilah “OMK”, sebagaimana istilah “Mudika” bukan hasil otak-atik hirarki. Tak ada uskup atau imam Indonesia apalagi KWI yang menginstruksikan hal itu. Lihat penjelasan saya pada kolom tanya jawab ini mengenai istilah OMK. Para peserta pertemuan nasional OMK tahun 2005 telah menyepakatinya dan prosesnya telah bermula sejak tahun 1990 an mengenai keprihatinan OMK ke depan. Harapannya satu saja, agar semua yang merasa orang, berusia muda dan beragama Katolik makin tersapa dan mau peduli pada iman Katoliknya dalam kebersamaan Gereja dan masyarakat. Saya tetap menilai orang… Read more »
Sekedar mau sharing di sini tentang metode katekese yang dibahas oleh Rm. Santo di artikel ini… Saya dan beberapa teman di komunitas saya (bisa dibilang mayoritas)…. sangat mengalami apa yang dibahas di atas mengenai metode katekese yang tidak menyentuh. Kami mayoritas baptis dewasa dan melalui proses katekisasi di sekolah atau di paroki di daerah. Boro-boro mau menyentuh, katekese dibuat sebagai program singkat semacam paket kilat yang penting bentar lagi dibaptis dan bisa merasakan roti putih itu yang katanya Tubuh dan Darah Kristus. Tapi tanpa pengetahuan yang memadai dan cuma sebatas norma-norma umum yang tidak menggigit dan tidak nyantol di otak.… Read more »
Shalom Benedictus, Terima kasih atas sharingnya untuk proses katekese. Memang, kita harus benar-benar memikirkan, bagaimana untuk memperbaiki sistem katekese, baik dari segi materi maupun cara penyajiannya, sehingga dapat benar-benar memberikan pondasi iman Katolik yang baik bagi para katekumen. Saya mengundang anda dan seluruh pembaca katolisitas untuk hadir dalam sarasehan “Pendidikan anak sejak usia dini di dalam keluarga, paroki dan sekolah.” Dalam sarasehan ini, kita akan diskusikan bersama, bagaimana untuk mendidik anak, termasuk dalam proses katekese. Silakan melihat informasi tentang acara ini di sini – silakan klik. Kami tunggu kedatangan anda dan teman-teman yang lain. Salam kasih dalam Kristus Tuhan,stef –… Read more »
Terima kasih atas undangannya. Mungkin untuk sekedar masukan, proses katekisasi dapat dibuat seperti jaman dulu, dengan model tanya jawab. Dengan pertanyaan yang bisa muncul dari para katekumenat. Kalau jaman saya sekolah dulu, Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) gitu kali yah…. Dengan metode 8w + 1h. Seperti Siapakah itu Yesus? Apakah itu transubstansiasi? Apa itu dosa berat? Apa itu neraka? Pertanyaan simple tapi mendasar. Benar-benar informasi dasar mengenai iman katolik. Sehingga dari pertanyaan ringkas, muncul jawaban tepat dan ringkas, sehingga bisa dijiwai sepenuhnya. Jadi dengan metode simple tapi informasi yang didapat nyantol di otak… Itu kan inti dari katekese? Mendapatkan informasi… Read more »
Shalom Benedictus,
Memang metode katekese ada bermacam-macam. Metode yang anda ceritakan dipakai di Amerika, terutama untuk anak-anak, yaitu Baltimore Catechism. Buku tersebut memuat tanya jawab seperti yang anda ceritakan, yang memberikan definisi yang baik dalam setiap jawabannya. Semoga saja sarasehan ini dapat memberikan hasil yang berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Saya ke gereja St Perawan Maria Ratu di daerah Santa, jakarta. Duh, anak mudanya, ke gereja pakai celana pendek, ada lagi yang BB-an. Dan rasanya saya pernah melihat ada anak2 muda yang mengajak temannya yang non-katolik maju terima komuni (saya bisa menduga dia bukan katolik karena mukanya celingukan dan tidak tau harus diapakan komuni itu, tidak langsung dia makan…). Waktu ada ‘operet kecil’ dalam misa Jumat agung (padahal itu serius), orang-orang malah melihatnya sebagai lawakan. Saya sampai malu (pada Tuhan) dan tidak berani melihat ke altar. Saya rasa, sekarang makin banyak orang muda katolik yang tidak menghargai keimanannya sendiri sebagai… Read more »
Dini yang baik, Komentar anda ada benarnya sebagai kasus. Komentar anda itu mengingatkan saya pada ungkapan bahwa Gereja tanpa pembinaan orang muda hanyalah calon museum. Usia muda merupakan usia terminal. Masa itu akan berlalu cepat namun sekaligus menentukan masa dewasa. Tidak mudah menyelami gejolak keinginan orang muda. Namun saya yakin, Tuhan tidak pernah melepaskan rencana keselamatanNya melalui dan dalam diri orang muda. Saya mencoba menempatkan komentar Anda dalam konteks Pelayanan Dewan Paroki,karena komentar Anda mengenai pelayanan untuk OMK di Paroki. Semua Dewan Paroki yang dikepalai Pastor Paroki memiliki satu tujuan pokok, yaitu membawa orang Katolik di paroki makin beriman mendalam… Read more »
Biarlah Allah berkarya dalam OMK, sebab sungguh Dia sang maha Bijaksana, dalam pikiran saya muncul banyak pertanyaan tentang omk, salah satunya adalah : apakah kita pernah tahu berapa , bagaimana OMK dengan sadar menjauh dari Allah / bergabung menjadi keluarga Allah ? padahal disadari atau tidak bahwa OMK akan menjadi bagian pemegang kesetiaan iman gereja kepada Allah, maka biarlah kalau wadah OMK berjalan dinamis , dan berikanlah waktu, ruang, harapan serta pendampingan yang seluas-luasnya kepada mereka. Dengan demikian kita juga boleh berpengharapan kepada mereka suatu saat nanti kitapun akan digantikannya ( OMK -red )
Artikel yang mambuat saya makin mantap dalam mengikut Kristus serta berperanserta aktif dalam manjaga api yang ada dalam tubuh OMK sendiri.
Tuhan memberkati
Ikutan urun rembug. Menurut pendapat saya, dari sekian banyak OMK, sebenarnya ada 2 golongan utama: 1. Golongan yang memang ingin / sudah terlibat dalam kegiatan para OMK, terlepas dari apapun motivasinya. (pendalaman iman atau cari jodoh atau biar kelihatan sibuk, atau dll). 2. Golongan yang Apriori atau Apatis terhadap organisasi maupun kegiatan OMK. Golongan yang kedua ini, jumlahnya barangkali, safe to say, 70% lebih dari total OMK. Jadi, untuk menyemarakkan OMK, serta meningkatkan KUALITAS INDIVIDU para OMK, prioritas utama adalah strategi (IMHO): 1. Meng-embrace golongan apriori atau apatis (yg jmlnya sangat banyak), dengan cara: a. Menempatkan diri dalam “sepatu” mereka,… Read more »
Salam Paulus Prana. Terimakasih atas pemetaannya. Komisi Kepemudaan KWI dan Komisi-Komisi Kepemudaan Keuskupan-Keuskupan se Indonesia serta paroki-paroki di bawahnya telah sepakat bahwa pembinaan OMK merupakan langkah dinamik, tidak bisa dipatok harus begini atau harus begitu. Dalam setiap zaman, Pembina OMK harus peka pada perubahan pola dan strategi pembinaan, karena sifat OMK yang dinamik mengikuti perkembangan zaman. Semua metode sebenarnya berprinsip satu saja, yaitu “masuk melalui pintu mereka dan keluar melalui pintu kita”. Banyak cara dan metode telah pernah dibuat, termasuk dengan pemetaan minat serta perilaku OMK. Ada yang mengupayakan pemetaan seperti yang dibuat Paulus Prana tersebut, metode MSF (Musik, Sport,… Read more »
Yth Rm Santo, Saya sangat setuju dengan tanggapan Romo tersebut. Yang seringkali menyedihkan, akibat dari “ketidaktahuan”nya atau timbulnya rasa apriori karena first impression yang tidak sejalan dengan psikologi usia muda, OMK secara bawah-sadar “mensia-siakan” kesempatan untuk mempelajari Panduan Hidup Mulia yang bernama Iman Kristiani, yang sejatinya merupakan kontributor yang signifikan dalam proses “never-ending improvement” dari kualitas individu seseorang. Mudah-mudahan pada tataran praksis di lapangan, akan semakin banyak Kegiatan Pembinaan OMK yang Semakin Tidak Memandang OMK sebagai Objek Belaka. Sehingga nantinya semakin banyak OMK yang Self-Motivated (atau tersentuh hatinya oleh Kristus – dalam bahasa religiusnya) untuk berusaha (secara never-ending) mencaritahu ESENSI… Read more »
Luar biasa. Saya semakin bangga dan bersyukur terlahir di keluarga Katolik, dan lebih bersyukur lagi ternyata selalu ada jawaban atas semua ketidaktahuan saya tentang Katolik, yang saya dapatkan dari katolisitas.org ini. Di lingkungan tempat tinggal saya, saya selalu merekomendasikan situs ini kepada teman-teman Mudika (di lingkungan kami Mudika lebih familiar daripada Orang Muda Katolik) sebagai sebuah referensi tentang keKatolikan. Yang membuat saya prihatin adalah nasib Mudika ke depan, terutama di lingkungan saya. Menurut pengamatan saya (semoga saya salah), teman-teman yang tergabung dalam Mudika (di lingkungan saya) sangat kurang tertarik dalam pendalaman iman Katolik. Keseharian sebagai Orang Muda Katolik hanya dinikmati… Read more »
Salam Bintara.
Benarlah bahwa Orang Muda Katolik wajib mengetahui rahasia imannya dan mengalami kasih Kristus dalam Gereja Katolik yang setia sejak para rasul. Dalam mempertanggungjawabkan iman Katolik, OMK hendaknya menghayati ungkapan dari Santo Petrus dalam 1 Petrus 3:15:” Tetapi kuduskanlah KRISTUS di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat.”
Salam.
Rm Santo
Syalom..
selamat pagi romo…
Romo, saya mau cerita..
di Paroki Kristus Raja Karawag..
itu banyak sekali anak mudanya,,
sampe2 kita di bagi menjadi..KSK,OMK&MUDIKA,Bina Iman Anak,,
tapi setiap ada yang baru gabung disambut dengan hangat,,tapi setelah lama2 di cuekin..
nah yang buat saya mengganjal pantes gak seh kalau pembimbing Mudika or OMK itu memilih anak2 yang berbakat aja dan yang terlihat cantik…??
selama ini OMK itu di buat sebagai ajang cari jodoh..
makasih
Salam Devi Ayu. Istilah “OMK” dibuat pasca Pertemuan Nasional OMK Oktober 2005 di Cibubur yang diselenggarakan oleh Komisi Kepemudaan KWI. OMK ialah setiap orang yang muda dan beragama Katolik. Muda di sini menurut ketentuan Pedoman Karya Pastoral Orang Muda yang diterbitkan oleh Komkep KWI ialah lajang usia 13-35 tahun. Karena itu, OMK lebih luas daripada Mudika. OMK meliputi Mudika, BIR, Misdinar, Legio Mariae muda, PDKK Muda, Karyawan muda Katolik, Pemuda Katolik (ormas) dll, pokoknya asal orang, muda dan katolik, mereka ialah OMK. Sedangkan Mudika ialah istilah bagi OMK yang tidak gabung di kelompok-kelompok kategorial. Istilah OMK justru untuk mengatasi pengkotak-kotakan… Read more »
terima kasih romo atas sarannya…
Saya pernah mencoba mengungkapkannya kepada pembimbing,,tapi tetap saja seperti itu seolah2 saya yang selalu salah…
sehingga trkadang saya tidak pernah di tegur,,,apalagi kalo ada acara yang bersangkutan dengan OMK,tidak pernah di beritakan..
jadi saya terkadang juga tidak pernah mengikutinya lagi,,padahal saya terilbat dalam kepengurusan…
Ya semoga saja semuanya akan berjalan dengan baik..
terima kasih romo
Syalom katolisitas.org, Saya ingin mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan penghayatan OMK terhadap panggilan hidupnya masing-masing.Karena masalah-masalah seperti ini biasanya banyak dialami oleh orang-orang muda yang belum berhasil mengetahui rencana Tuhan dalam hidupnya. a. Bagaimana cara gereja Katolik menanggapi masa pertumbuhan kedewasaan seseorang, terutama yang sedang mencari jati dirinya berhubungan dengan kesadarannya untuk mengenal tujuan hidup pribadi dan rencana Tuhan? b. Seringkali OMK terlibat didalam kondisi yang lingkungan pertumbuhannya penuh dengan kompetisi yang membutuhkan keterampilan dan proses belajar tingkat tinggi. Jika ternyata, ada banyak kegagalan disekitarnya terutama yang berhubungan dengan faktor luar, bagaimana cara supaya OMK terdorong dan terbantu untuk melewati… Read more »
Yosh yang baik. Orang Muda Katolik yaitu orang Katolik lajang usia 13 – 35 tahun berjumlah dua per tiga dari seluruh populasi umat Katolik. Perhatian Gereja Katolik sangatlah besar terhadap OMK. Secara struktural hirarkis, Kepausan membentuk Youth Section di bawah Dewan Kepausan untuk Kaum Awam. Di tingkat Federasi Konferensi-Konferensi Uskup se Asia dibentuk Youth Desk di bawah kantor urusan Kerawam dan Keluarga, dan Para Uskup Indonesia yang tergabung dalam Konferensi Waligereja Indonesia membentuk Komisi Kepemudaan. Setiap Keuskupan memiliki Komisi Kepemudaan serta di paroki-paroki pun ada Tim Kepemudaan sampai stasi dan lingkugan atau komunitas basis. Jadi secara kelembagaan, Gereja Katolik mewujudkan… Read more »
Syalom Romo Santo,
Terimakasih banyak atas penjelasannya tentang OMK dan peran gereja Katolik. Saya sebagai OMK juga jadi merasa sangat penting dan perlu artinya untuk meningkatkan peran generasi muda di dunia modern ini, terutama berhubungan dengan 5 bidang yang romo sebutkan.
Terima Kasih,
Yosh
Mo Santo…
Sharing njenengan menyemangati-meneguhkan saya dalam menemani kawan muda katolik…khususnya mahasiswa katolik….
Matur nuwun…
Berkah Dalem
R Y Agung Setijono
Syalom, –saya memberanikan diri menarik fakta bahwa sejak usia 13 tahun hingga 35 tahun, pengetahuan iman OMK mengalami stagnasi. Saya baru mulai ke gereja lagi setelah menggali pemahaman iman katolik dr situs2 katolik, terutama katolisitas. Untuk meningkatkan pemahaman dibutuhkan niat mempelajari, niat mempelajari dipicu oleh rasa ingin tahu, rasa ingin tahu biasanya muncul karena tertarik, rasa tertarik muncul bisa karena sesuatu itu menyenangkan, mengagumkan, berharga, berguna dll. Dan disinilah tantangannya..bagaimana caranya agar orang tertarik utk memahami dan kemudian menghayati iman tersebut dalam gegap gempita dan gemerlapnya daya tarik duniawi ? Dan disaat bersamaan juga, rasa tertarik itu (kalaupun ada sedikit)… Read more »
OMK itu sama juga dengan Mudika ya Romo?
Di mana saya bisa mencari pendamping atau pembimbing OMK?
David Richardo
Sesuai namanya, OMK meliputi Orang Muda Katolik seluruhnya yaitu Orang Muda usia 13-35 tahun lajang/ belum pernah menikah dan beragama Katolik. Mudika dalam perkembangan sejarahnya menyempit menjadi kelompok teritorial paroki, wilayah, lingkungan. Dengan demikian, OMK lebih luas daripada Mudika, sesuai namanya, meliputi kelompok kategorial selain Mudika seperti PDKK, Legio Mariae, Misdinar, Bina Iman Remaja, Karyawan Muda dan sebagainya. Seharusnya pelayanan pendampingan OMK sudah ada di setiap paroki dan dimasukkan dalam pelayanan Dewan Paroki. Silahkan menghubungi pastor paroki setempat.
Salam
YDHpr
Romo, sy saran apa tidak sebaiknya kaum muda Katolik dilibatkan dalam pengembangan IPTEK, seperti mengadakan kursus, tutorial atau workshop gratis ?
contoh : mereka2 yg kuliah mengkader adik2nya yg masih SMU utk membangun pondasi IPTEK, sehingga muda-mudi Katolik punya sumbangsih terhadap bangsa dan negara.
Mohon maaf romo, selama ini setahu saya OMK hanya aktif acara2 olaharaga dan seni saja. Citra pendidikan dan IPTEK jauh dari OMK.
Selain IPTEK mungkin juga bisa dibidang sosial dan sastra, seperti mentoring akuntansi, bisnis, psikologi.
Jadi anak2 SMU maupun SMK yg Katolik punya mentor2 yg membantu memberikan pandangan2 utk masa depan mereka.
Salam Fransiskus Wijayanto. Lontaran ide yang bagus. Dari pihak hirarki, kami bersikap terbuka terhadap usulan dan ide apapun demi pengembangan kualitas OMK serta umat Katolik pada umumnya. Hirarki sendiri memiliki beberapa tenaga dan lembaga yang mengurusi aplikasi IPTEK untuk pendidikan formal dan pelayanan langsung kemasyarakatan seperti Kursus Pertanian-Peternakan (misalnya KPPT Salatiga), serta Pendidikan Industri (Misalnya ATMI di Surakarta, PIKA di Semarang). Sedangkan kursus sosial kebudayaan serta susastra dan musik secara formal selama ini ada di universitas-universitas Katolik serta elemen pendidikan Katolik lainnya. Namun untuk gerakan yang bersifat pembinaan informal untuk OMK, tampaknya tiada waktu dan tenaga lagi. Maka diharapkan dari… Read more »
kunjungan perdana…
terima kasih Rm Santo cs yang berjuang untuk katekese di kalangan OMK…
Berkah dalem
MoEd
Thanks atas artikel ini Romo Santo. Julia juga ikut di Temu Darat Katolisitas 7 Dec kemarin.
Sangat menarik, sangat menggugah hati.
Jadi kepengen bantuin….jadi pembimbing OMK or Bina Iman.
Jika tertarik, jika tertarik, bisa beritahu kami daftar di mana?
Thanks and cheers in Christ,
Julia
Sumbang saran ttg bagi cewek yg bermasalah dgn calon pacarnya bukan katolik. 1. Mencntai seseorg yg beda agama sdh bermasalah. karena beda keyakinan adlh awal krisis keluraga. 2. kawin campur hancurkan masa depan dan pendidikan anak ( Pater Dr. Herman Embuiru, SVD ). 3. Mempermasalahkan iman anda adalah awal diskrimasi iman anda dan pribadi anda secara utuh. 4. Sering ke gereja dan bergabung dgn OMK dan minta nasihat dr pastor. 5. Hindari pertemuan khusus secara tersendiri, Jauhi pergulan dgn cowok itu. 6. Berdoa selalu contoh novena kepada Bunda maria, karena pertolongannya nyata bagi jutaan umat yg meminta dan dikabulakan. Bunda… Read more »
Syalom Ambros,
Saran – saran anda luar biasa, namun cuman 1 hal yang tertinggal dan AMAT SANGAT PENTING dan seharusnya diletakkan di bagian awal, yaitu Doakan cowok itu agar TUHAN bisa menuntun apakah memang cowok itu yang TUHAN inginkan dan dibawa ke Gereja Katolik.
TUHAN YESUS MEMBERKATI & Bunda maria selalu menuntun anda pada putraNYA
Kepada Ytk : Tim Katolisitas, Saya mengucap syukur dan berterimakasih atas Web Katolisitas,perkenalkan, nama saya Bernard,berasal dari Surabaya,paroki Roh Kudus,ada pertanyaan yg saya ajukan dimana saya dan teman-teman paroki tidak dapat menjawab beberapa hal dalam paroki kami,yaitu permainan Katu Tarot yg menurut orang-orang yang kami temui hal ini adalah hal Psikologi bukan magis atau perdukunan dan digemari oleh OMK,kami memberi nasihat pada OMK ttp tidak dihiraukan. Kami secara pribadi tidak menyetujui krn kami melihat hal ini spt ramalan dimana tertulis dalam KS ( bdk.Ul 18 :10-12 ) dan seperti tiruan dari Karunia Roh Kudus yang “mirip” dengan Sabda Pengetahuan /Word… Read more »
Salam Bernard, Bunda Gereja dengan hati-hati memperingatkan putra-putrinya, agar dengan bijaksana menempuh kehidupan hanya berpegang pada akal sehat sebagai perwujudan iman, dengan berkomunitas, mempergunakan sarana-sarana yang secara ilmiah bisa dipertanggungjawabkan, secara akal sehat, serta mengindahkan keadilan, kepantasan pergaulan dan budaya. Hendaknya dengan wajar mengacu pada nasihat Santo Paulus dalam menilai gerak kecenderungan suatu hal agar dipimpin oleh Roh yang baik yang akan menghasilkan buah-buah roh yang baik pula ( Galatia 5:16-26). Pandangan pribadi saya sebagai berikut. Menurut ilmu psikologi yang saya terima, alam bawah sadar hanya bisa diangkat ke alam sadar dengan cara menyadarinya secara jernih, menelitinya dengan refleksi diri… Read more »
Romo Yohanes…. refleksi untuk pengenalan diri di hadapan Allah dan sesama itu seperti apa? bagaimana?
Salam Alexander Ada dua macam. Yang pertama refleksi besar dalam retret pengenalan diri. Tujuannya ialah untuk mengenal diri, siapakah diriku ini, siapakah sesamaku, siapakah Tuhan, bagaimana relasi Tuhan dengan diriku, bagaimana aku memandang diriku sendiri, bagaimana Tuhan menganggap diriku, dan ke mana aku menuju. Yang kedua, setiap tengah hari dan akhir hari kita hening untuk membuat refleksi dalam doa. Dalam retret untuk pengenalan diri, hal ini penting, namun juga di luar retret yaitu dalam hidup sehari-hari Langkahnya: 1. Bersikap hormat, berdoa, misalnya “Tuhan, curahkan rahmatmu agar saya bisa meneliti diri dan makin mengenal diri di hadapanMu”. Jika dekat Gereja, Anda… Read more »
tolong masukan yang ini saja. baru saja saya tambahi @bernard : mnrt saya… jika tarot terbukti (atau ada penelitian yang benar) ilmiah… seperti apa sih pembuktiaannya? jika terbukti secara ilmiah. mnrt saya itu bagus sekali. sehingga kita punya media untuk membantu kita sendiri berkomunikasi dengan diri kita. tetapi… sebaiknya kita tidak lupa bahwa tarot itu hanya sebatas diri kita sendiri. berbeda dengan hal di dalam agama. (misal) berdoa… dimana kita berkomunikasi langsung dengan Tuhan, bukan dengan bawah sadar maupun nir sadar kita :D (bisa lihat perbedaannya?) * diri kita terbatas. sedangkan Tuhan tidak terbatas. Maha segalanya. mnrt saya… jika tarot… Read more »
Shalom Alexander, Nampaknya, jalan pemikiran anda secara prinsip sudah benar, yaitu sepanjang sesuatu dapat dibuktikan secara ilmiah sebagai sesuatu yang berguna untuk meningkatkan kebaikan martabat manusia, maka penggunaannya dapat dibenarkan secara moral. Sebab pada dasarnya Gereja Katolik tidak anti ilmu pengetahuan, dan anti penggunaan ratio, sebab ratio bersama- sama dengan iman, dapat menghantar manusia kepada kontemplasi akan Allah (lihat pengantar surat ensiklik Paus Yohanes Paulus II, Fides et Ratio). Nah masalahnya, sekarang dapatkah tarot itu dibuktikan secara ilmiah? Apakah tolok ukurnya, dan bagaimana nilai objektivitas tolok ukur tersebut? Apakah ada keterlibatan faktor- faktor lain yang mengagungkan manusia di luar batas… Read more »