Sharing Pelayanan Oleh Pst Felix Supranto, SS.CC
Ketika mengajar KEP (Kursus Evangelisasi Pribadi) Paroki Stella Maris – Pluit pada tanggal 15 Maret 2016, aku bertemu dengan pasutri, Indra dan Alicia, seorang warga Malaysia. Mereka menikah pada tahun 1999 dan menjadi Katolik pada bulan Desember 2009. Mereka mengalami kasih Allah secara pribadi. Walaupun banyak liku-liku kehidupan, mereka merasakan bahwa berkat-Nya melimpah tanpa pernah berakhir. Ketika mereka berpikir bahwa mukjizat-Nya tidak mungkin terjadi, Tuhan membuktikan bahwa mukjizat-Nya itu nyata.
Sejak pernikahan, Alicia sudah lima kali mengandung dan semuanya keguguran. Ia telah berusaha mempertahankan bayinya sampai ia rela bedrest selama berbulan-bulan demi keselamatan bayi-bayi dalam kandungannya. Ketika mengandung kelima kalinya, ia bahkan sampai dirawat di rumah sakit selama satu setengah bulan dan harus diinjeksi obat anti kontraksi setiap hari. Ia sempat kehilangan nafas dan pandangan. Keluarga dan teman-temannya mengira bahwa ia akan meninggal dunia. Akan tetapi, ia tidak meninggal dunia. Setelah mendapatkan transfusi darah, ia diperbolehkan pulang, namun tanpa bayi.
Keguguran yang bertubi-tubi itu telah membuatnya menjadi seorang pribadi yang berbeda. Ia mencoba menghilangkan kesedihannya dengan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bekerja. Keadaannya ini juga mempengaruhi suaminya. Perkawinannya mulai tergoncang sehingga mereka memutuskan untuk bercerai.
Tuhan tidak diam terhadap persoalan mereka walaupun mereka bukan orang Katolik. Tuhan mengirimkan kepada mereka seorang anak perempuan yang ibunya tidak menginginkan kelahirannya. Kehadirannya menyembuhkan kesedihan mereka dan menyatukan mereka kembali. Mereka mengapdosinya dan memperlakukannya sebagai anaknya sendiri.
Setelah anak perempuannya itu berusia satu tahun, suaminya ingin pergi ke Gereja. Mereka kemudian mengikuti kelas katekumen untuk mempelajari iman Katolik. Mereka kemudian dibaptis pada tahun 2009. Setelah menjadi Katolik, hidup mereka semakin bersandar kepada Tuhan.
Setelah bertahun-tahun berlalu, mereka sudah dapat menerima kenyataan bahwa Alicia tidak akan bisa mengandung lagi. Jadi, anak mereka satu-satunya adalah putri mereka itu. Apa yang mereka pikirkan ternyata bukan apa yang Allah rencanakan. Kasih Allah begitu besar sehingga Ia mempunyai rencana yang indah bagi Alicia. Satu bulan setelah Paskah tahun 2014, ia mendapatkan dirinya mengandung ketika ia berusia empat puluh satu tahun. Ia sangat bahagia, sekaligus takut dan bingung. Ia bahagia karena ini adalah bayi pertama yang ia kandung setelah mengikuti Tuhan Yesus Kristus. Ia takut karena mengandung dalam usia demikian adalah high risk/resiko tinggi. Ia takut menjalaninya, tetapi juga takut dosa kalau mengaborsinya. Mereka telah mencari nasihat dari seorang ahli dan ia menyarakan agar ia melupakan kandungannya. Akan tetapi, mereka tidak setuju. Pada akhirnya, Allah menuntunnya kepada seorang dokter. Ia tidak menyarankan untuk aborsi. Ia mengajak mereka bekerjasama sehinga kandungan Alicia dapat berjalan baik sampai pada kelahiran. Dokter tersebut mengatakan kepada Alicia untuk tidak usah khawatir.
Ketika kandungannya berusia empat bulan, ia mengalami kontraksi lebih awal. Ia dirawat di rumah sakit selama satu setengah minggu. Dokter mengijinkannya pulang dan menjalani bedrest selama dua bulan dengan tetap kontrol setiap minggunya. Seminggu kemudian, ia datang ke dokter. Ia mengatakan kepada dokter bahwa bayi di dalam kandungannya tidak bergerak banyak. Detak jantung bayi itu ternyata telah menurun. Ia diminta untuk berpuasa karena akan menjalani operasi darurat untuk melahirkan bayinya. Ia tidak mampu berbicara satu patah kata pun. Ia meminta seorang perawat untuk memanggil suaminya yang menjaga puterinya di rumah. Pada pukul 06.50, suaminya datang pada saat ia sedang dibawa ke kamar operasi. Ia meminta suaminya memberikan nama bagi bayinya dari Kitab Suci. Suaminya memberikan nama kepada bayinya itu Elnathan Ezekiel. Satu jam kemudian bayi Elnathan Ezekiel dilahirkan dengan berat 765 gram. Bayi Elnathan Ezekiel kecil sekali, sebesar botol aqua. Dokter yang menanganinya menggendong Elnathan Ezekiel itu. Alcia kemudian mencium bayinya itu dan memintanya untuk kuat. Ia bersyukur kepada Tuhan atas bayinya itu. Dokter itu mengatakan kepadanya: “Alicia, engkau harus bersyukur kepada Tuhan karena engkau telah berada dalam tahap yang sangat bahaya dan bisa meninggal dunia. Engkau selamat karena kasih Tuhan yang luar biasa kepadamu”.
Ia kemudian diperbolehkan pulang setelah mendapatkan transfusi darah. Namun, bayinya harus berada di inkubator. Dua minggu kemudian, bayinya mengalami muntah-muntah dan diare sehingga beratnya menjadi 650 gram. Setiap hari, suaminya membawa susu untuk bayinya. Kemudian, berat banyinya itu bertambah 2-10 gram setiap harinya. Setelah perawatan selama hampir tiga bulan, bayinya itu pulang dari rumah sakit dengan berat 2,35 kilogram. Sekarang usia Elnathan Ezekiel adalah 1 tahun enam bulan dengan berat 8 kilogram. Ia aktif dan sehat. “Puji Tuhan karena semuanya ini adalah mukjizat dari Tuhan”, serunya.
Pesan yang disampakan Alicia kepada kita semua: Jangan pernah berhenti berharap. Ketika Tuhan mengulurkan tangan-Nya, tidak ada sesuatu pun yang dapat menghentikanNya. Kita harus beriman kepadaNya dalam keadaan apapun. Tuhan kita jauh lebih besar dari apapun. Dia akan menolong kita tepat pada waktunya: “Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku” (Mazmur 34:4).
Tuhan Memberkati