Menjadi Peka, Bukan Kepo

[Hari Minggu Biasa XXIII: Yeh 33:7-9; Mzm 95:1-9; Rm 13:8-10; Mat 18:15-20]

Sekali waktu aku menonton sebuah siaran ulang talkshow dari Mother Angelica di channel TV Katolik EWTN. Aku tak ingat persis topiknya apa, tetapi aku ingat seloroh dari sang pembicara.  Katanya, untunglah bahwa para imam itu laki-laki, sebab jika perempuan, maka begitu ada seorang mengaku dosa di pagi hari, lalu di sore hari seluruh penduduk kampung akan mengetahui semua dosa orang itu! Ha… walau sepertinya ini bercanda, dan sedikit menyindir, namun sejujurnya ada elemen kebenaran di sini. Bukan bahwa wanita dapat menjadi imam, dan bukan bahwa seorang imam dapat membocorkan isi Pengakuan Dosa, sebab nyatanya imam malah terkena sangsi ekskomunikasi jika membeberkannya. Namun yang mungkin benar adalah bahwa para wanita cenderung lebih suka berbicara, jika dibandingkan dengan laki-laki, dan sayangnya sering kali topik pembicaraannya adalah membicarakan orang lain. Atau, istilah umumnya, nggosip, atau kepo, membicarakan banyak hal termasuk kelemahan orang lain, dan menjadi lebih buruk, jika pembicaraan itu dilakukan di belakang orang yang bersangkutan.

Bacaan Kitab Suci hari ini mengajarkan kepada kita untuk peka terhadap hal keselamatan sesama kita. Kita diajak untuk tidak menjadi kepo dan membicarakan kesalahan sesama tanpa sepengetahuannya, namun untuk menegur sesama kita yang berbuat salah, dengan motivasi kasih. Sungguh, ini tidak mudah, dan bahkan membawa resiko. Kita dapat menjadi tidak disukai, karena umumnya memang tidak ada orang yang senang ditegur orang lain.  Namun memang perhatian Allah bukanlah pertama-tama untuk membuat nabinya disukai semua orang, tetapi agar nabinya peka terhadap keselamatan sesamanya. Allah menyuruh Yehezkiel menegur sesamanya yang berbuat dosa agar bertobat. Jika ia tidak mau melakukannya, ia juga harus bertanggung jawab atas nyawa orang itu (lih. Yeh 33:8-9). Demikian juga, Injil hari ini mengingatkan tugas kita untuk menegur sesama yang berbuat dosa. Pertama-tama di bawah empat mata, lalu kalau tidak membawa hasil, libatkan satu atau dua orang saksi, dan jika masih tidak didengarkan, perkara dibawa ke jemaat (lih. Mat 18:15-20). Sejujurnya, firman Tuhan hari ini terdengar ‘keras’ dan cukup sulit, dan aku bertanya-tanya dalam hati dan ingin menawar kepada Tuhan, apakah bisa jika firman ini dipermudah sedikit. Bolehkah jika hanya didoakan saja, tapi tidak usah ditegur, Tuhan? Sebab nanti kalau kutegur lalu sesamaku marah, aku akan merasa sedih dan kecewa. Lagipula belum tentu akupun hidup lebih baik daripada orang itu

Namun usaha menawar dengan Tuhan ini kuhentikan, setelah kurenungkan sabda-Nya di bacaan yang kedua, yang ditulis oleh Rasul Paulus, dan yang juga sudah ditulis di banyak ayat lainnya dalam Kitab Suci, “Hendaklah kamu saling mengasihi…. Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri! (Rm 13:8,9). Bukankah kasih selalu menginginkan yang terbaik bagi orang yang dikasihi? Bukankah kasih yang paling tinggi kepada orang lain adalah kasih yang menginginkan keselamatan kekal baginya? Maka perintah Allah agar kita mengasihi sesama menjadi benang merah yang membuat aku melihat maksud Allah, mengapa Ia menghendaki agar kita menegur sesama kita yang berbuat salah; dan pada saat yang sama, juga agar kita tidak lekas marah, jika orang lainpun menegur kita, kalau kita yang berbuat salah.  Sebab Allah menghendaki kita semua diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran (1Tim 2:4). Jika kita melihat bahwa ada motivasi kasih yang tulus, yang menghendaki keselamatan kekal di balik tindakan ‘menegur dan ditegur’ ini, maka kita akan dapat melihat teguran tersebut dengan kacamata yang positif. O, betapa kita semua perlu untuk melihat hal ini! Sebab dalam kehidupan sehari-hari, kita semua tak luput dari kesalahan, dan sering kali orang lain lebih mudah melihat kesalahan kita daripada diri kita sendiri. Maka kita membutuhkan sesama untuk membangun diri kita, dan demikian pula, kitapun dapat turut membangun sesama kita. St. Agustinus memberikan tips dalam hal menegur sesama ini, yaitu, “cintailah pendosa, namun bencilah dosa- love the sinner, but hate the sin”. Saat kita melihat saudara kita jatuh ke dalam dosa, mari pertama-tama kita melihatnya dengan mata kasih, dan semoga dengan kasih itulah kita dapat mengulurkan tangan untuk membantunya bangkit dan meninggalkan kesalahannya.

Pengalaman membantu saudara kita yang jatuh selayaknya tidak membuat kita menjadi tinggi hati, tetapi justru membuat kita semakin merunduk, dan semakin menyadari akan kelemahan diri kita sendiri, sebab mungkin saja, ada saatnya kita-lah yang jatuh dan membutuhkan uluran tangan dari saudara dan saudari kita. Pada saat yang sama, sabda Tuhan Minggu ini mendorong kita untuk semakin mengenali dan melaksanakan kehendak-Nya dalam hidup kita, supaya kita tidak hanya bicara ataupun menegur orang lain, namun gagal melaksanakan sendiri apa yang kita katakan itu. Semoga di Minggu Kitab Suci Nasional ini, kita semakin didorong dan diingatkan untuk semakin mencintai Sabda Tuhan dalam Kitab Suci yang menuntun hidup kita. Semoga dengan demikian, kita tidak menjadi orang yang kepo, melainkan orang yang peka, untuk mengerjakan keselamatan kita dan sesama (lih. Flp 2:12).

19/12/2018
Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus.