Mengapa Reinkarnasi dan Karma tidak Sesuai dengan Ajaran Iman Kristiani?

Konsep karma dan reinkarnasi (bedakan dengan Inkarnasi), secara sekilas terlihat logis dan adil. Namun, kalau kita telusuri, sebenarnya justru bertentangan dengan prinsip keadilan dan bahkan dapat dikatakan bertentangan dengan akal budi, serta bertentangan dengan iman Katolik. Karma mengajarkan bahwa apa yang dialami sekarang adalah merupakan akibat dari baik atau buruk kehidupan di masa sebelumnya, dan karena itu, ada suatu rangkaian reinkarnasi, yaitu penjelmaan kembali, baik sebagai manusia, ataupun sebagai mahluk hidup lainnya. Proses rangkaian kehidupan ini dilihat sebagai suatu penderitaan, dan penderitaan ini hanya dapat dilepaskan ketika seseorang melepaskan semuanya dari dunia ini dan mencapai pencerahan (enlightment).

Dari pengertian di atas, maka kita dapat melihat beberapa hal dalam konsep karma dan reinkarnasi: (1) Apa yang terjadi pada diri kita adalah suatu bentuk perbuatan masa lalu kita, yang mungkin terjadi di satu generasi, ataupun beberapa generasi atau bahkan ratusan generasi sebelumnya. Yang menjadi masalah di sini adalah apapun yang kita lakukan tidak mengubah keadaan kita, karena semua itu adalah sebagai akibat dari masa lalu kita. Jadi yang perlu dipertanyakan adalah sampai seberapa jauh manusia mempunyai kebebasan (free will) kalau semuanya telah ditentukan oleh kehidupan sebelumnya; (2) Penjelmaan dari satu makhluk hidup yang satu ke makhluk hidup yang lain dalam bentuk reinkarnasi menyebabkan tidak adanya perbedaan antara manusia dan makhluk hidup yang lain, seperti binatang; (3) Ajaran tentang karma dan reinkarnasi mengajarkan manusia untuk mencapai kebahagiaan sejati atau surga tanpa campur tangan Tuhan, karena semuanya adalah melalui perbuatan baik yang diusahakan diri sendiri.

Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci mengajarkan bahwa tidak ada reinkarnasi setelah kematian. Katekismus Gereja Katolik menuliskan sebagai berikut:

KGK 1013 Kematian adalah titik akhir penziarahan manusia di dunia, titik akhir dari masa rahmat dan belas kasihan, yang Allah berikan kepadanya, supaya melewati kehidupan dunia ini sesuai dengan rencana Allah dan dengan demikian menentukan nasibnya yang terakhir. “Apabila jalan hidup duniawi kita yang satu-satunya sudah berakhir” (Lumen Gentium 48), kita tidak kembali lagi, untuk hidup beberapa kali lagi di dunia. “Manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja dan sesudah itu dihakimi” (Ibr 9:27) Sesudah kematian tidak ada “reinkarnasi”.

Iman Kristiani yang percaya akan kebangkitan badan di akhir zaman, menolak adanya kemungkinan kelahiran kembali seorang manusia menjadi manusia lain atau bahkan binatang. Sebab dengan tubuh yang mana, jika seseorang itu kelak dibangkitkan? Prinsip ajaran reinkarnasi bertentangan dengan prinsip keseriusan rahmat Allah yang diberikan kepada seseorang dalam kehidupannya di dunia yang terjadi hanya satu kali saja.

Pada tahun 1991 Komisi Teologi Internasional Tahta Suci mengeluarkan dokumen Aspek-aspek tertentu tentang Eskatologi, yang antara lain mengatakan:

“Kristianitas mempertahankan dualitas [yaitu adanya tubuh dan jiwa], reinkarnasi mempertahankan dualisme, di mana tubuh hanya dilihat sebagai alat jiwa dan disingkirkan keberadaannya dengan keberadaan berturut-turut, sebagai tubuh yang seluruhnya berbeda, di saat tubuh itu diambil setiap kalinya…. Menurut pertimbangan eskatologis, ajaran reinkarnasi menyangkal kemungkinan penghukuman kekal dan kebangkitan badan. Tetapi kesalahan fundamentalnya adalah di dalam hal penolakan akan ajaran Kristiani tentang keselamatan. Sebab bagi mereka yang percaya akan reinkarnasi, jiwa adalah merupakan penyelamatnya sendiri dengan usaha- usahanya sendiri.” (Section 9.3)

Selain itu, paham reinkarnasi dan karma juga menyangkal perlunya seseorang untuk bertobat, padahal pertobatan merupakan salah satu ajaran yang penting yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Sebab jika jiwa-jiwa itu terus berdaur ulang, maka bukankah jiwa-jiwa itu akan menuju suatu tempat, tapi tanpa tempat definitif? Jika demikian, mengapa harus dibuat keputusan pertobatan di dalam hidup sekarang ini? Sebab -menurut paham reinkarnasi- pertobatan ini toh tidak menghantar kepada suatu tempat yang kekal. Jika dilihat dari sisi ini, malah prinsip reinkarnasi tidak adil, sebab orang yang sudah bertobat dengan tuluspun tidak ada efek/ akibatnya, sebab kelahiran kembali ‘sebagai orang lain’ itu juga tidak menjamin pasti kondisinya lebih baik daripada kondisi sebelumnya, sampai pada akhir hidupnya.

Maka reinkarnasi tidak kompatibel dengan ajaran Kristiani, pertama-tama karena ajaran itu menolak perlunya rencana keselamatan Allah yang dinyatakan di dalam Kristus. Ajaran reinkarnasi itu juga tidak sesuai dengan akal sehat, sebab bahkan binatang yang lebih rendah dari manusia dapat lahir kembali menjadi manusia dan ini merupakan asumsi yang tidak sesuai dengan prinsip self- evident principle (prinsip yang tidak perlu dibuktikan lagi kebenarannya), yaitu bahwa segala sesuatu tidak dapat memberikan apapun yang tidak dimilikinya sebelumnya. Dengan prinsip ini kita mengetahui bahwa jiwa hewan yang derajatnya lebih rendah ataupun kemampuannya jauh di bawah jiwa manusia, tidak dapat berubah dengan sendirinya menjadi jiwa manusia.

Di sisi yang lain, reinkarnasi dan karma mensyaratkan bahwa jiwa manusia telah ada terlebih dahulu sebelum menempati tubuh atau bentuk yang ada sekarang (sebelumnya telah hidup di zaman/ generasi yang lalu). Memang jiwa kita memungkinkan kita mengetahui bahwa kita ada, yang dibuktikan dengan pengetahuan kita akan masa lalu kita (namun dalam kehidupan yang sama), misalkan: apa yang terjadi satu tahun atau beberapa yang lalu, ataupun masa kecil kita. Namun akan sangat sulit bagi kita untuk menjumpai orang yang tahu dan sadar akan kehidupannya beberapa generasi sebelumnya, dan kalaupun ada, maka sangat sulit untuk membuktikan kebenarannya.

Reinkarnasi bertujuan untuk mencapai suatu “enlightment“, di mana menurut kepercayaan ini dibutuhkan ribuan tahun untuk mencapainya. Kalau memang demikian, maka roh manusia yang telah menjelma dalam ratusan kehidupan, seharusnya menjadi lebih baik, karena mereka belajar dari masa lalu. Namun kenyataannya tidaklah demikian, karena kejahatan manusia jaman dulu dan sekarang adalah sama, bahkan di beberapa sisi kehidupan, manusia saat ini menjadi lebih kejam daripada manusia masa lalu.

Mungkin ada orang yang mengatakan bahwa reinkarnasi dan karma memberikan keadilan, namun sesungguhnya, ajaran Kristiani yang menolak reinkarnasi, justru lebih adil, karena memberikan prinsip keadilan yang sejati. Sebab setiap orang, pada akhirnya akan diadili menurut perbuatannya (lih. Mat 16:27;1Pet 1:17; 2Tim 4:14; Ams 24:12; Mzm 62:12; Why 2:23;20:13;22:12) dan ini tidak mungkin terjadi jika jiwa itu pernah berkali-kali hidup dengan tubuh yang berbeda-beda yang melakukan perbuatan yang berbeda- beda juga.

Kehidupan yang hanya sekali dan sesudah itu diadili oleh pengadilan Kristus merupakan sesuatu yang pasti adil, karena setiap orang pasti menerima sesuai dengan apa yang diperbuatnya di dunia selama hidupnya, dan ini tidak dicampurkan ataupun dikacaukan dengan perbuatan orang lain. Sesungguhnya klaim keadilan yang umumnya dipegang oleh mereka yang meyakini reinkarnasi, justru malah tidak dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi logika maupun dari segi kebenaran yang diwahyukan Allah sendiri, sebagaimana tertulis dalam Kitab Suci.

4.6 9 votes
Article Rating
32 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
32
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x