Mengapa Kita Memilih Gereja Katolik

Pertanyaan berikutnya setelah kita percaya bahwa Yesus adalah Tuhan

Dalam tulisan terdahulu, kita telah membahas bahwa kepercayaan kepada satu Tuhan adalah sesuatu yang sangat logis/ masuk akal (lihat artikel: Bagaimana Membuktikan Bahwa Tuhan Itu Ada?). Setelah kita percaya kepada Tuhan yang satu, kita dapat menarik kesimpulan bahwa sudah selayaknya kita juga percaya kepada Yesus Kristus[1], Putera Allah yang menjelma menjadi manusia (lihat artikel: Mengapa Orang Kristen Percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan?). Tahap selanjutnya adalah: setelah kita percaya kepada Yesus, berarti kita menjadi pengikut Yesus dan menjadi seorang Kristen. Namun pertanyaannya sekarang, Kristen yang mana?

Pencarian kebenaran harus lebih tinggi daripada penghargaan dan perasaan pribadi

Pertanyaan di atas menjadi penting  di zaman sekarang ini, mengingat bahwa dewasa ini ada begitu banyak tipe kekristenan yang dilihat dari banyaknya macam gereja. Untuk begitu saja menerima kekristenan tanpa meneliti terlebih dahulu tentang Gereja mana yang sebenarnya didirikan oleh Yesus Kristus, adalah menempatkan diri sendiri dan perasaan diri sendiri lebih tinggi daripada kebenaran.[2] Maka, kerap kali kita mendengar pernyataan-pernyataan seperti berikut ini:

  • Saya senang ke gereja ini, karena gereja ini umatnya begitu ramah, musiknya juga bagus sekali.
  • Saya merasa bahwa gereja ini diberkati oleh Roh Kudus, karena saya merasakan bahwa kuasa Roh Kudus hadir di gereja tersebut.
  • Saya merasakan bahwa pembawa firmannya begitu penuh dengan Roh Kudus, sehingga dapat menyentuh hatiku.
  • Saya tidak dapat berkembang di gereja A, sehingga saya harus mencari gereja yang membuat saya berkembang.
  • Dan begitu banyak pernyataan-pernyataan yang lain.

Kalau kita meneliti pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas, bukankah semuanya berfokus kepada “saya?” Padahal, dalam pencarian kebenaran, seharusnya, fokus kita bukan kepada diri sendiri, tetapi kepada kebenaran, yang akhirnya mengarahkan kita kepada Sang Kebenaran itu sendiri,[3] yaitu Yesus Kristus. Dengan kata lain,  kita menempatkan kebenaran di atas kepentingan dan perasaan pribadi.

Gereja yang mana?

Pertanyaan untuk mencari kebenaran adalah: “Sebenarnya Tuhan ingin saya ke gereja yang mana? Atau Gereja manakah yang Yesus dirikan? Pertanyaan ini sangatlah mendasar, karena kalau Tuhan mendirikan sebuah Gereja dan kalau kita menempatkan kebenaran di atas segalanya, termasuk diri kita sendiri, maka kita seharusnya memberikan diri kita kepada Gereja tersebut. Dalam tulisan ini, kita akan meneliti, gereja manakah yang dirancang oleh Allah Bapa, didirikan oleh Yesus Kristus, dan dikuduskan oleh Roh Kudus sampai akhir zaman.

Gereja terpecah belah

Pada waktu saya kuliah di Bandung, saya didatangi oleh umat dari gereja tertentu. Kemudian mereka memperkenalkan diri, bahwa mereka datang dari gereja X. Dalam hati saya sungguh mengagumi keberanian mereka untuk menyebarkan kabar gembira dan dedikasi mereka terhadap Tuhan. Kemudian mereka menceritakan tentang pendiri gereja X tersebut, sebut saja Yesaya. Menurut mereka, pendiri gereja X adalah seseorang yang diurapi oleh Roh Kudus. Sebelumnya sang pendiri ini adalah salah seorang anggota jemaat gereja Y. Kemudian karena sesuatu hal, menurut Yesaya, pemimpin gereja Y tidak dipenuhi lagi oleh Roh Kudus. Kemudian Yesaya mendapatkan inspirasi dari Roh Kudus untuk mendirikan gereja baru, yang bernama gereja X. Dalam keterbatasan saya tentang teologi dan juga pengertian saya yang dangkal, saya bertanya kepada mereka, “Bagaimana bila suatu saat, karena sesuatu hal, ada umat di gereja X yang juga mendapat inspirasi dari Roh Kudus untuk mendirikan gereja baru, bukankah nanti dapat terjadi ada gereja X1, X2, dan seterusnya?”

Kalau kita meneliti dengan jujur, inilah yang terjadi  sekarang ini. Ada lebih dari 28,000 denominasi gereja di dunia. Data di Amerika menunjukkan bahwa setiap minggu ada satu gereja baru muncul, dan kemudian dalam dua generasi akan lenyap. Keberadaan gereja yang ‘timbul dan tenggelam’ sudah menjadi hal yang biasa pada saat ini. Pertanyaan-nya adalah, “Mengapa gereja terpecah-pecah, dan kalau memang ini semua dari Roh Kudus, mengapa tidak ada kesatuan? Padahal kita tahu bahwa Roh Kudus adalah Roh Pemersatu dan bukan roh pemecah.”

Perpecahan Gereja terjadi dari awal jemaat sampai sekarang

Catatan sejarah menunjukkan bahwa sejak jemaat awal, akibat dari dosa, benih-benih perpecahan sudah ada. St. Paulus mengingatkan jemaat di Roma dan di Korintus untuk menghindari perpecahan (Rom 16:17; 1 Kor 1:10; 11:18-19; 12:25). Namun, sayangnya perpecahan ini tetap terjadi, mulai dari Docetism (90-451), Gnosticism (100), Manichaeism (250) dan seterusnya. Di abad- abad berikutnya,   perpecahan gereja terus terjadi, contohnya:

  • Gereja Timur Orthodox (1054).
  • Gereja Anglikan di Inggris (abad ke 16), didirikan oleh Raja Henry VIII.
  • Lutheran dan Calvinis di Jerman (abad ke 16), didirikan oleh Luther dan Calvin.
  • Methodis di Inggis (1739), didirikan oleh John Wesley.
  • Kristen Baptis (1639), didirikan oleh Roger Williams.
  • Anabaptis (1521), didirikan oleh Nicolas Stork.
  • Presbyterian di Skotlandia (1560).
  • Mormon di Amerika (1830), didirikan oleh Joseph Smith.
  • Saksi Yehovah di Amerika (1852-1916), didirikan oleh Charles Taze Russell.
  • Unification Church di Korea (1954), didirikan oleh Rev. Sun Myung Moon.

Perpecahan ini terus bertambah setiap hari sampai saat ini, walaupun sesungguhnya, perpecahan bertentangan dengan pesan Yesus yang terakhir sebelum sengsara-Nya. Yesus berdoa untuk semua orang yang percaya kepada-Nya agar bersatu seperti Ia bersatu dengan Allah Bapa agar dunia bisa percaya kepada-Nya (lih. Yoh 17:21).

Mungkin ada orang yang berargumentasi, bahwa banyaknya gereja tidaklah berarti perpecahan, karena semua gereja percaya akan Trinitas, juga kepada Yesus. Namun, kalau kita teliti lebih lanjut, sebetulnya tidaklah demikian, karena ada gereja-gereja tertentu yang tidak percaya akan ke-Allahan Yesus. Juga gereja-gereja tersebut tidak mempunyai ajaran yang sama. Contohnya: baptisan bayi diperbolehkan atau tidak? Ada berapakah jumlah sakramen? Isu-isu tentang otoritas, dan lain sebagainya. Selanjutnya, kita juga mengetahui bahwa Martin Luther sendiri bertentangan dengan John Calvin dalam pengajaran tentang sakramen pengampunan dosa, dan hal perbedaan ajaran terjadi juga di antara sesama gereja-gereja non- Katolik.

Benarkah: yang penting Kristen, namun tidak penting gereja apa…?

Ada banyak orang beranggapan bahwa yang penting adalah seseorang percaya kepada Yesus, mendapatkan keselamatan, namun tidaklah penting dari gereja yang mana. Mungkin anggapan seperti ini sedikit banyak sejalan dengan tulisan C.S. Lewis, yang mengatakan bahwa menjadi Kristen seumpama seperti banyak orang yang tinggal di rumah yang besar. Maka yang terpenting adalah, pertama- tama masuk ke rumah tersebut terlebih dahulu, sedangkan hal masuk di ruangan mana tidaklah menjadi terlalu penting. Di sini, ruangan diartikan sebagai denominasi gereja-gereja.

Kalau kita merenungkan lebih jauh dan meneliti tentang hakekat gereja dengan menggunakan argumen dari C.S. Lewis, kita dapat mempertanyakan bahwa bagaimana mungkin banyak orang bisa tinggal dalam satu rumah, memilih ruangan masing-masing, namun tidak mempunyai aturan dan ajaran yang sama? Bahkan yang menyedihkan adalah ada kemungkinan orang-orang tersebut masih mempertanyakan tuan rumah dari rumah tersebut. Kita melihat bahwa di kehidupan rumah kita, masing-masing rumah tangga mempunyai peraturan yang harus ditaati, agar semuanya dapat hidup dengan baik. Yesus mengatakan kalau suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan (Mrk 3:25). Kalau sebuah rumah yang besar terpecah-pecah dalam berbagai ajaran dan aturan moral yang berlainan, maka rumah besar itu tidak akan bertahan. Santo Paulus sendiri memperingatkan jemaat di Roma dan Korintus untuk menghindari perpecahan (Rom 16:17, 1 Kor 1:10, 12:25). Jika pemahaman yang diajarkan oleh C.S Lewis ini benar, maka, seharusnya semakin lama semua orang yang sama-sama tinggal di rumah itu semakin bersatu, dan bukannya semakin terpecah.

Gereja Tuhan hanya ada satu dan tidak mungkin banyak

Namun kenyataanya tidaklah demikian, perpecahan demi perpecahan mewarnai gereja-gereja tersebut. Dari buah-buah perpecahan yang terjadi di gereja-gereja di dunia ini, maka timbul pertanyaan, apakah semuanya itu datang dari Tuhan. Kalau datang dari Tuhan, mengapa gereja- gereja itu mempunyai ajaran yang berbeda-beda? Pertanyaan ini dapat dijawab jika dipahami tentang hakekat Gereja itu sendiri.

Gereja, seperti yang dinyatakan oleh Santo Paulus, adalah Tubuh Mistik Kristus,[4] di mana Kristus adalah Kepala, dan Gereja adalah anggota-anggota tubuh-Nya (Ef 5:23-32). Sama seperti tubuh manusia, semua organ diatur oleh mekanisme tubuh yang bersumber pada otak manusia atau di kepala manusia. Demikian juga dengan Gereja. Gereja sebagai tubuh harus mengikuti keinginan Kepalanya, yaitu Kristus. Kalau Yesus sendiri menghendaki agar para anggota-Nya bersatu, maka mereka harus mengikuti. Persatuan ini dikehendaki oleh Kristus, sehingga Ia dapat mempersiapkan, menguduskan, dan mempersembahkan Gereja-Nya sebagai mempelai yang kudus (Ef 5:27). Sama seperti perkawinan yang kudus hanya terdiri dari satu mempelai pria dan satu mempelai wanita, maka Gereja Tuhan -sebagai Mempelai Kristus- juga harus hanya ada satu dan tidak mungkin banyak.

Kristus hanya mendirikan satu Gereja, yaitu Gereja yang didirikan di atas Rasul Petrus (Mat 16:18) , dan Kristus menghendaki Gereja-Nya tetap satu agar menjadi saksi hidup bagi kesatuan antara Diri-Nya dengan Allah Bapa (Yoh 17:20-23). Sama seperti Kristus tak mungkin menyangkal kesatuan antara Diri-Nya dengan Allah Bapa, maka Kristus-pun tak mungkin menyangkal kesatuan antara Diri-Nya dengan Gereja-Nya. Oleh karena kesatuan tersebut, kita tidak dapat memisahkan Kristus dengan Gereja-Nya; kita tidak dapat mengikuti Kristus, tetapi tidak mau bergabung dengan Gereja yang didirikan-Nya.

Manusia tidak dapat membuat Gereja, namun hanya bisa menerima dan berpartisipasi

Mungkin ada orang yang berpendapat bahwa kesatuan Gereja hanyalah bersifat spiritual, di mana para anggotanya mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan. Yesus sendiri mengatakan bahwa di mana dua atau tiga orang berkumpul, maka Ia hadir (Lih. Mat 18:20). Jadi di mana ada dua atau tiga orang jemaat berkumpul,  di situlah terbentuk Gereja. Namun di sinilah letak permasalahannya, sebab hakekat Gereja bukanlah hanya sekedar komunitas[5], melainkan lebih dari itu. Kalau orang membuat suatu komunitas dan menamakan komunitas itu gereja, berarti dia membuat gereja, bukan menerima gereja sebagai suatu pemberian dari Tuhan. Manusia tidak bisa membuat Gereja, dia hanya bisa menerima dan menjadi bagian dari Gereja.[6]

Menyadari bahwa Gereja adalah pemberian Tuhan, harus membuat setiap anggota Gereja semakin rendah hati. Dan juga setiap anggota harus menyadari peran masing-masing untuk melindungi dan membuat tanda kasih Allah ini agar semakin memancarkan cahaya kasih Allah. Oleh karena itu, Gereja yang sedang mengembara di dunia ini[7], yang terdiri dari para pendosa dan para kudus harus terus menerus mengalami pemurnian dan pertobatan agar sampai kepada tujuan akhirnya, yaitu persatuan kekal dengan Allah di surga.

Kalau begitu, Gereja mana yang didirikan oleh Yesus Kristus?

Akhirnya dari semua argumen di atas, kita menarik kesimpulan bahwa Gereja yang didirikan oleh Tuhan harus mempunyai tanda-tanda: satu, kudus, katolik, dan apostolik. Satu, karena kesatuan iman, pengajaran, sakramen, kepemimpinan; Kudus, karena bersumber pada Tuhan sendiri – yang hakekatnya adalah Kudus; katolik, karena Gereja Tuhan harus universal baik dari segi waktu maupun tempat; apostolik, karena berasal dari para rasul yang telah diberi mandat suci oleh Yesus. Keempat tanda inilah yang membedakan antara Gereja yang didirikan oleh Yesus Kristus sendiri dengan gereja-gereja yang lain. Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik ini berada dalam Gereja Katolik.[8] Hanya Gereja Katolik-lah yang mempunyai empat tanda ini atau yang disebut “the four marks of the Church.” (Lihat artikel: Gereja Tonggak Kebenaran dan Tanda Kasih Tuhan – bagian 1). Mengapa empat tanda ini begitu penting? Karena tanda itu adalah bukti bahwa Gereja bukan organisasi yang didirikan oleh manusia, namun didirikan oleh Yesus Kristus sendiri. Karena Gereja didirikan di atas Rasul Petrus, dan senantiasa dilindungi oleh Yesus sendiri, melalui karya Roh Kudus, maka tidak ada suatu apapun yang dapat meruntuhkan Gereja ini.[9]

Ketahanan Gereja Katolik meskipun menghadapi percobaan-percobaan sepanjang zaman membuktikan bahwa Yesus memegang janji-Nya untuk melindungi Gereja-Nya

Mungkin ada pula orang yang berpendapat, bahwa Gereja awal adalah Gereja yang didirikan oleh Yesus Kristus, namun kemudian menjadi tidak murni; dan baru sekitar abad 15, Gereja kemudian dimurnikan. Jadi, menurut anggapan ini, Gereja Katolik yang sekarang adalah Gereja yang tidak murni. Mari kita menelusuri keberatan dari argumen ini. Pertama, apakah mungkin bahwa Tuhan yang telah berjanji untuk melindungi Gereja-Nya (Mat 16:18) kemudian melupakan Gereja-Nya selama kurang lebih 15 abad? Kalau jawabannya mungkin, mari kita telusuri lebih jauh. Anggaplah hal tersebut benar, bahwa Gereja tidak murni lagi dan diperbaharui pada zaman reformasi. Seharusnya setelah diperbaharui, maka Gereja Tuhan akan bersatu. Namun apa yang terjadi? Sejarah membuktikan bahwa setelah zaman reformasi (atau lebih tepatnya revolusi) maka gereja justru semakin terpecah-belah, sehingga ada sekitar 28,000 denominasi sampai sekarang. Dengan demikian keberatan ini tidaklah mendasar.

Keberatan yang lain ialah anggapan yang mengatakan bahwa Gereja Katolik adalah Gereja yang tidak murni dan banyak korupsi di dalam Gereja. Memang, percobaan yang dialami oleh Gereja Katolik sudah begitu banyak. Sejak abad awal sudah ada begitu banyak tantangan, percobaan, dan juga serangan dari ajaran-ajaran sesat. Selanjutnya, banyak orang yang memisahkan diri dari Gereja Katolik, seperti yang telah dijelaskan di atas. Selain itu, terdapat pula percobaan yang terjadi di dalam tubuh Gereja Katolik sendiri, baik karena korupsi maupun penyalahgunaan kekuasaan di dalam Gereja, dan lain-lain. Gereja Katolik mengakui bahwa hal- hal ini terjadi karena adanya unsur manusia yang tidak sempurna[10]. Namun demikian, kenyataannya, Gereja Katolik tetap bertahan walaupun diterpa berbagai permasalahan Gereja, baik dari luar maupun dari dalam. Ini membuktikan bahwa Gereja Katolik adalah Gereja yang Yesus janjikan. Jika Gereja Katolik hanya buatan manusia, maka Gereja Katolik sudah runtuh dan lenyap tak berbekas.

Gereja Katolik adalah Gereja yang didirikan oleh Kristus

Sejarah mencatat bahwa Gereja Katolik adalah Gereja yang tetap mempunyai empat tanda, yaitu “satu, kudus, katolik, dan apostolik.” Gereja Katolik sampai sekarang mempunyai kesatuan pengajaran yang kalau ditelusuri berasal dari Yesus dan ajaran para murid dan bapa Gereja. Ajaran Gereja Katolik selalu mengambil sumber dari pengajaran Yesus dan para rasul, sebagaimana yang dilestarikan oleh para penerus mereka. Perumusan suatu ajaran yang diadakan di abad- abad kemudian bukan merupakan perubahan ataupun tambahan yang sama sekali baru terhadap suatu ajaran, namun merupakan penjelasan yang semakin menyempurnakan ajaran tersebut. Hal perkembangan ini dikenal dengan istilah “pertumbuhan organik” suatu ajaran.[11] Konsistensi ajaran Gereja dapat dibuktikan dari segi waktu maupun tempat. Gereja Katolik di semua negara dan juga di masa apapun juga mengajarkan hal yang sama.

Bagaimana dengan orang yang tidak mengenal Kristus atau umat yang sudah menjadi anggota gereja lain?

(pembahasan detail untuk topik ini akan dijelaskan dalam artikel yang lain).

Setelah kita mengetahui bahwa Gereja Katolik adalah Gereja Kristus, bagaimana dengan saudara kita yang tidak mengenal Yesus? Gereja Katolik mengajarkan bahwa orang-orang yang, karena bukan kesalahan mereka, tidak mengenal Kristus,[12] dapat juga diselamatkan, asalkan mereka mengikuti hati nurani mereka dan melaksanakan hukum kasih[13], di mana mereka juga digerakkan oleh rahmat Ilahi.[14] Namun keselamatan mereka tetap diperoleh dari Yesus Kristus.[15]

Bagaimana juga dengan saudara kita yang menjadi anggota gereja lain? Dokumen Konsili Vatikan II menjelaskan, bahwa ada unsur-unsur kekudusan dan kebenaran di dalam gereja yang lain, seperti misalnya memegang nilai-nilai suci yang terdapat di Alkitab, hidup di dalam kasih, dll. Bahkan Gereja Katolik mengakui pembaptisan mereka.[16] Jadi mereka mempunyai kesatuan dengan Gereja Katolik dalam hal baptisan. Konsili menegaskan bahwa “andaikata ada orang, yang benar-benar tahu, bahwa Gereja Katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan.” (Konsili Vatikan II, Konstitusi tentang Gereja, Lumen Gentium 14)

Bagaimana dengan umat Gereja Katolik?

Akhirnya, bagaimana dengan umat Katolik sendiri? Apakah mereka semua dapat diselamatkan? Konsili Vatikan II menegaskan akan pentingnya kita untuk terus berjuang hidup kudus, yaitu dengan mengasihi Tuhan dan sesama ((lih. Lumen Gentium 14)). Orang Katolik yang tidak mempraktekkan kasih, hanyalah menjadi anggota Gereja secara jasmani, namun bukan secara rohani, dan orang yang sedemikian tidak dapat diselamatkan.[17] Hal ini disebabkan karena mereka sudah mengetahui hal yang benar, namun mereka tidak melakukannya (Lih. Luk 12:47-48).

Mungkin ada dari kalangan non- Katolik yang mengatakan bahwa percuma saja menjadi Katolik kalau kehidupannya tidak sesuai dengan apa yang diajarkan Yesus. Pernyataan ini tentu menjadi tantangan bagi kita semua yang menjadi anggota Gereja Katolik – yang seharusnya telah mengetahui bahwa kepenuhan kebenaran ada pada Gereja ini – untuk senantiasa berjuang setiap hari untuk melaksanakan kasih dan hidup kudus. Hidup kudus merupakan cara untuk ” menjadi saksi Kristus dan membangun Gereja” yang paling efektif, seperti yang telah dilakukan oleh para orang kudus. Kita tidak bisa mengasihi Yesus, kalau kita tidak mengasihi Tubuh-Nya, yaitu Gereja. Dan Gereja-Nya berada di dalam Gereja Katolik. Mari kita renungkan, sudahkah kita semua mengasihi Yesus?


[1]Untuk dapat percaya kepada Yesus sebagai Tuhan diperlukan berkat dari Tuhan yang menggerakkan hati kita. St. Paulus berkata bahwa bahwa tidak ada seorangpun dapat mengaku bahwa Yesus Tuhan kecuali oleh kuasa Roh Kudus (1Kor 12:3). Dalam teologi, ini dikenal dengan “actual grace” atau rahmat pembantu (Lih KGK 2000, 2024). Actual grace ini membawa orang kepada pertobatan untuk akhirnya menerima pembaptisan.

[2] Rasul Yohanes mengatakan “..dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yoh 8:32). Menempatkan kebenaran di atas segalanya termasuk diri sendiri akan membawa manusia kepada kebenaran sejati, yaitu Tuhan sendiri. Pada saat manusia menempatkan diri sendiri lebih tinggi daripada kebenaran, maka manusia menempatkan diri sendiri lebih tinggi daripada Tuhan.

[3] (Lih. Yoh 14:6) “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”

[4] Pius XII, Encyclical Letter: Mystical Body of Christ and Our Union With Christ (Pauline Books & Media), para. 60-62.

[5] Menganggap gereja hanya sebagai komunitas, secara tidak langsung mengurangi bahkan menghilangkan dimensi Ilahi dari Gereja. Padahal, Gereja mempunyai dua dimensi: manusia – Ilahi, cara – tujuan (means – end), sebuah konstitusi – hubungan secara pribadi dengan Tuhan. Pembahasan lebih jauh tentang dua dimensi dari Gereja, dapat dilihat dalam artikel: Gereja Tonggak Kebenaran dan Tanda Kasih Allah – Bagian 2)

[6] Cardinal Joseph Ratzinger, “The Ecclesiology of Vatican II,” http://www.ewtn.com/library/curia/cdfeccv2.htm: Ch. 2. – Cardinal Ratzinger mengatakan bahwa sama seperti iman dan sakramen, manusia tidak bisa membuat Gereja, namun menerimanya dari Kristus. Kalau iman, gereja, dan sakramen adalah tanda kasih Allah, maka kasih tersebut hanya bisa diterima. Manusia tidak bisa membuatnya, namun manusia dapat turut berpartisipasi dalam kasih Allah.

[7] Gereja Tuhan adalah satu, yang terdiri dari Gereja yang mengembara di dunia ini, Gereja yang jaya di surga, dan gereja yang menderita atau dimurnikan di Api penyucian.

[8] Lihat Lumen Gentium 8, “Itulah satu-satunya Gereja Kristus yang dalam Syahadat iman kita akui sebagai Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik[12]. Sesudah kebangkitan-Nya Penebus kita menyerahkan Gereja kepada Petrus untuk digembalakan (lih. Yoh 21:17). Ia mempercayakan Gereja kepada Petrus dan para rasul lainnya, untuk diperluas dan dibimbing (lih. Mat 28:18 dsl), dan mendirikannya untuk selama-lamanya sebagai “tiang penopang dan dasar kebenaran” (lih. 1Tim 3:15). Gereja itu, yang di dunia ini disusun dan diatur sebagai serikat, berada dalam Gereja Katolik, yang dipimpin oleh pengganti Petrus dan para Uskup dalam persekutuan dengannya[13], walaupun diluar persekutuan itupun terdapat banyak unsur pengudusan dan kebenaran, yang merupakan karunia-karunia khas bagi Gereja Kristus dan mendorong ke arah kesatuan katolik.”

[9] (Lih Mat 16:16-19). Yesus berkata ” Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.” Catatan: Di dalam terjemahan Alkitab Bahasa Indonesia, dikatakan “jemaat-Ku”. Namun dalam bahasa aslinya adalah “ekklesia” yang berarti “gereja”. Yesus mengatakan bahwa Dia akan mendirikan Gereja-Ku. Ini sebabnya bahwa manusia tidak dapat mendirikan gereja, karena Yesus sendiri yang mendirikan Gereja-Nya, dan Yesus berkata Gereja bukan gereja-gereja. Jadi Gereja ini hanya ada “satu”.

[10] Pius XII, Encyclical Letter of Pius XII On The Mystical Body of Christ: Mystici Corporis (Boston: Pauline Books & Media), 66. Paus Pius XII menegaskan bahwa dosa dari anggota Gereja tidak bisa ditujukan kepada Gereja itu sendiri, karena Gereja itu pada dasarnya kudus. Ketidaksempurnaan ini ditujukan kepada anggota Gereja yang memang semuanya mempunyai kecenderungan untuk berbuat dosa (concupiscence). kecenderungan untuk berbuat dosa adalah sebagai akibat dari dosa dari manusia pertama.

[11] Cardinal Newman, dalam bukunya “An Essay of the Development of Christian Doctrines“, meneliti bahwa Gereja yang mempunyai pengajaran yang benar adalah Gereja yang mempunyai perkembangan ajaran yang dapat ditelusuri sampai kepada zaman awal kekristenan, yang bersumber pada Yesus sendiri. Ini berarti harus ada konsistensi dalam hal pengajaran, sama seperti perkembangan pohon kecil ke pohon yang besar. Yang dimaksudkan dari kecil ke besar adalah ajaran yang sama, namun perkembangannya hanya untuk karena ia menempatkan kebenaran di atas segalanya, ia berpindah dari gereja Anglikan ke Gereja Katolik.

[12] Sebagai contoh orang yang tinggal di pedalaman Kalimantan, Irian Jaya, atau pedalaman di China, dll. Ada sebagian dari mereka yang tidak pernah mendengar tentang Kristus. Dan hal ini bukan akibat kesalahan mereka. Tentu saja, kita tidak bisa mengatakan bahwa mereka pasti masuk neraka.

[13] (Lih Roma 2:14-16). St. Paulus mengatakan hukum Tuhan sudah ditulis di setiap hati nurani manusia. Karena manusia diciptakan menurut gambaran Allah dan juga diciptakan untuk mencapai tujuan akhir – yaitu persatuan dengan Allah – maka Tuhan memberikan hukum yang tertulis di dalam setiap hati nurani manusia.

[14] Vatican II, Dogmatic Constitution on the Church: Lumen Gentium (Pauline Books & Media, 1965), 16. ” ….. Penyelenggaraan ilahi juga tidak menolak memberi bantuan yang diperlukan untuk keselamatan kepada mereka, yang tanpa bersalah belum sampai kepada pengetahuan yang jelas tentang Allah, namun berkat rahmat ilahi berusaha menempuh hidup yang benar. Sebab apapun yang baik dan benar, yang terdapat pada mereka, oleh Gereja dipandang sebagai persiapan Injil, dan sebagai kurnia Dia, yang menerangi setiap orang, supaya akhirnya memperoleh kehidupan.”

[15] Seluruh keselamatan umat manusia datang dari misteri Paska Yesus (wafat, kebangkitan, dan kenaikan Tuhan Yesus).

[16] (Lih Ef 4:5) – St. Paulus menegaskan akan kesatuan umat beriman dalam “satu Tuhan, satu iman, dan satu baptisan “. Pengakuan baptisan yang diakui adalah baptisan dengan formula Trinitas.

[17] Vatican II, Dogmatic Constitution on the Church: Lumen Gentium, 14.

5 2 votes
Article Rating
169 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
antherus
antherus
15 years ago

Bro Stef & Sis Ingrid yang terkasih dalam Yesus Kristus, Saya sangat bersyukur sekali dapat mengenal situs ini, yang mengajarkan banyak tentang iman katolik. Saya di kantor setiap jumat ke dua dan keempat dalam setiap bulan ada ibadat oikumene. Yang ingin saya tanyakan : 1. Dalam ibadat tersebut ada pujian yang menggunakan kata-kata alleluya, apakah dalam masa prapaska saya boleh menyanyikan pujian tersebut? 2. Apakah saya boleh mengikuti ibadat oikumene ? Bagaimana kalau yang diberitakan tidak sesuai dengan iman katolik saya ? 3. Apa yang menjadi dasar pada masa prapaska tidak ada kemuliaan, alleluya ? Semoga Allah sumber pengharapan memenuhi… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  antherus
15 years ago

Shalom Antherus, Sebelum kita membahas mengapa  Gereja Katolik tidak menyanyikan "Alleluia" pada masa Prapaska, mari kita lihat dulu apa arti kata "Alleluia". Alleluia berasal dari bahasa Ibrani, yang artinya "Terpujilah Tuhan." Namun pujian ini bermakna sangat istimewa, yang merujuk kepada arti pemujaan kepada Tuhan dan kedatangan kerajaan-Nya di dunia ini dalam Gereja-Nya. Memang Gereja Katolik, kita yakini sebagai Kerajaan Allah yang hadir di dunia yang mengarungi jaman dan akan mencapai kesempurnaannya di surga nanti.  Pujian Alleluia  ini juga kita lihat di dalam Alkitab sebagai pujian kepada Allah yang dinyanyikan oleh para malaikat di surga (lihat Why 19). Maka pada saat… Read more »

komix
komix
15 years ago

[Dari admin: saya pindahkan komentar ini ke artikel: Mengapa Kita Memilih Gereja Katolik] saya seorang protestan. Dari kecil saya hidup di lingkup gereja protestan. Beranjak dewasa, tepatnya sejak saya mulai bekerja, saya membuka diri untuk bergaul dengan teman2 kerja yang beragama katholik. Hingga akhirnya, saya memiliki keyakinan yang kuat [tapi belum terlaksana] mengenal ajaran katholik. Salah satu hal yang membuat saya sangat ingin menjadi katholik adalah kehidupan sosial rekan2 kerja yang penuh dengan empati, simpati, dan wawasan luas terhadap problema dunia. Mereka tidak menjadi serupa namun tidak menutup diri. Saya berpikir, andai sejak kecil saya berada di atmosfer itu. Mungkin… Read more »

permata
permata
15 years ago

salam sejahtera, saya wanita 23thn anggota GKI hendak menikah dgn pria muslim,saya yakin pria ini bisa menjadi suami yang baik dan ayah yg baik utk anak2 kami kelak.saya bnr2 tdk tahu hrs mulai darimana untuk mengurus atau menemui siapa.sebenarnya dari pihak pria keberatan untuk menikah di katolik.tetapi saya bersikeras untuk bisa menikah di gereja katolik walaupun saya bukan katolik,smua semata mata untuk anak2 saya kelak,karena setahu sy di dalam katolik tidak ada perceraian,apakh bnr?ketakutan ini berasal dari masa lalu saya,hingga detik ini saya bahkan tidak tahu nama ibu yang melahirkan saya,hanya bbrp org sekitar blg,bahwa ibu saya(muslim menikah secara islam)… Read more »

permata
permata
Reply to  Stefanus Tay
15 years ago

salam sejahtera, saya baru saja menerima dan membaca pendapat,masukan,dan semua kebaikan2 atas pergumulan2 yang sedang kami hadapi.karena baru saya yg membaca,maka akn saya sampaikan terlebih dahulu kpd Arief untuk selanjutnya kami diskusikan,bicarakan dari hati ke hati.setelah kami memahami,mendiskusikan semuanya,maka kami baru akan kembali menuliskan hasil diskusi atau pertanyaan jika ada bbrp yg msh kurang kami mengerti (jika diperkenankan).saya sangat berterima kasih krn ada yang mau peduli kpd kami yang membuka diri dan masih mencari kebenaran…untuk permata sendiri sudah yakin ingin melangkah kedalam gereja katolik dan bisa menjadi seorang katolik yang baik di mata Tuhan Yesus,yang berat adalah meyakinkan Arief bahwa… Read more »

Romo Wanta, Pr.
Reply to  permata
15 years ago

Permata dan Arief Ikhwan Yth.

Perkawinan katolik terjadi kalau salah satu dari calon pengantin adalah katolik. Karena aturan Gereja Katolik untuk orang katolik. Maka anda yang beragama GKI tidak termasuk di dalam aturan Gereja Katolik kecuali menjadi katolik. Jadi jika anda mau diteguhkan perkawinan di Gereja Katolik maka harus menjadi katolik lebih dulu. Ketidakceraian itu bukan hanya karena ajaran Gereja tetapi juga tanggungjawab setiap pasangan suami isteri untuk setia pada janji perkawinan.
Tuhan memberkatimu.

salam
Rm Wanta Pr

Bernadus Wibowo
Bernadus Wibowo
15 years ago

Saya seorang Katolik dan sampai sekarang saya sangat bangga dan bersyukur dengan agama saya ini, namun beberapa waktu terakhir ini saya dbenturkan dengan permasalahan Karismatik. Apakah semua orang katolik wajib ikut karismatik agar benar-benar diselamatkan ? kemudian ada kelompok pelayanan kasih yang menamakan diri Kelompok Pelayanan Kasih Maria Ibu Yang Bahagia yang menyatakan bahwa pemimpin kelompok ini yaitu Ibu Agnes mendapat wahyu langsung dari Bunda Maria mengenai hari Pemurnian, bahkan ibu Agnes ini dapat bercakap2 langsung dengan Bunda Maria dan beberapa orang kudus lainnya, bagaimana saya harus menyikapi hal ini ? karena tidak semua dari gereja2 Katolik dapat menerima hal… Read more »

Bernadus
Bernadus
Reply to  Stefanus Tay
15 years ago

Terima kasih atas tanggapannya pak, mengenai kelompok yang saya ceritakan bisa dilihat di http://mariaibuyangbahagia.org
mohon tanggapan, masukan dan saran, terima kasih…..

Julius Santoso
Julius Santoso
15 years ago

Syalom Bpk. Stefanus Tay. Dalam kitab Wahyu dikatakan, bahwa :”Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu” (Why 20:15). 1. Gereja Katolik percaya bahwa Sakramen Baptis adalah mutlak untuk keselamatan, bahkan dikatakan bahwa Gereja tidak tahu ada cara lain selain Baptisan yang membuat orang dapat masuk ke kehidupan kekal di surga. Berarti bahwa agar tidak dilemparkan ke dalam lautan api, namanya harus tertulis dalam kitab kehidupan dan Gereja Katolik tidak mengetahui cara lain selain Baptisan agar dapat masuk ke kehidupan kekal. 2. Namun disisi lain seseorang, bukan kesengajaannya… Read more »

Saulus
Saulus
15 years ago

Senang sekali membaca tulisan-tulisan yang ada dalam website ini. Setelah lama mencari sumber-sumber penjelasan iman katolik yang bisa terjamin, saya mensyukuri hadirnya web ini. Ada yang ingin saya tanyakan berkaitan dengan Surat St.Petrus, yakni 1 Petrus 3 : 18 – 20 dan 1 Pet 4:6. Tepatkah ayat tersebut jika saya pergunakan untuk menjelaskan mengenai adanya Purgatory ? Sehubungan dengan iman saudara kristen lain, yang seringkali menggunakan ayat Luk 23:43, yang intinya hari ini juga Dia akan bersama-sama dengan-Nya di Firdaus. Untuk membuktikan bahwa orang yang meninggal langsung ke surga (Firdaus = Surga)atau ke neraka. Biasanya saya menunjukkan kepada mereka ayat… Read more »

Andi
15 years ago

Selamat siang, Bu Ingrid dan Pak Stef… Terima kasih atas tanggapan yang terdahulu tentang komentar saya. Dalam suatu diskusi singkat (tidak sampai 5 menit barangkali, :-)) dengan Pastor Pembantu di Paroki saya [Admin: menghapus nama paroki], beberapa waktu lalu, saya bertanya apakah Dogma Extra Ecclesia Nulla Sallus atau EENS masih dipegang oleh Gereja Katolik? Jawabannya sungguh mencengangkan saya, yaitu katanya bahwa Dogma EENS sudah lama ditinggalkan oleh Gereja Katolik, terutama pasca Konsili Vatikan II yang (katanya) mengakui adanya keselamatan di luar Gereja Katolik. Saya hanya mengelus dada waktu itu, dan ketika saya membaca beberapa artikel dari para Bapa Gereja, terbukti… Read more »

Agnus Dei
Agnus Dei
Reply to  Stefanus Tay
15 years ago

Tidakkah perlu dilakukan penyeragaman pendapat para imam ttg EENS ini?
Jika banyak imam tdk lagi memegang doktrin ini, bagaimana dgn umatnya?

Agnus Dei
Agnus Dei
Reply to  Stefanus Tay
15 years ago

Ini adalah keprihatinan saya.
Saya lihat banyak ajaran2 GK yg mulai dikikis secara halus dgn mengatasnamakan humanisme, sekularisme, toleransi dsb.

Agnus Dei
Agnus Dei
Reply to  Stefanus Tay
15 years ago

Amin,
saya dukung sepenuh hati.

andryhart
andryhart
15 years ago

Untuk meyakinkan pemeluk agama lain, kita tidak perlu berdebat dengan mereka atau menginjili mereka tetapi dapat menyatakan iman melalui ucapan dan perbuatan kita kepada mereka. Berikut ini contoh nyata yang benar-benar terjadi pada sebuah rumah sakit Katolik. Sebagaimana lazimnya, di rumah sakit Katolik digantungkan patung salib dengan korpus pada dinding setiap kamar perawatan. Seorang pasien yang beragama Islam tidak menyukai hal ini dan menganggap patung itu sebagai berhala. Patung tersebut diturunkan dan kemudian ditaruhnya secara diam-diam di dalam lemari. Ketika seorang biarawati mengetahuinya, dia tidak memarahi pasien tersebut. Tetapi dia hanya mengatakan, “Pak. Kami hanya bisa melayani Bapak dengan kasih… Read more »

Christopher
Christopher
15 years ago

Pak Stefanus, saya ingin meminta bantuan anda. Saya memiliki seorang sepupu. Sekarang ini dia beragama Buddha, namun ketika kecil (SD) dia pernah dibaptis menjadi Katolik. Saat pembaptisan itu, kedua orang tuanya beragama Buddha dan rumah tangga mereka sudah perada di “pinggir jurang”. Sepupu saya ini tinggal bersama ibunya yang lebih toleran dan tinggal di kota Bogor. Ia menjadi Katolik mungkin karena suasana bersekolah di sekolah Katolik. Beberapa tahun kemudian, orang tuanya resmi bercerai, dan ia tinggal bersama Bapaknya di Jakarta. Bapaknya ini berasal dari keluarga Cina totok dengan budaya Buddha yang kental. Anak ini dimasukan ke sekolah Buddha dan dilarang… Read more »

christ
christ
15 years ago

hallo aku mau tanya apa bedanya katolik latin dengan katolik timur?
aku juga mau tanya mengapa kita harus berdoa kepada orang kudus?

Andi
Andi
15 years ago

Pak Stefanus,saya sudah menikah sekitar 6 thn yg lalu dan istri saya kebetulan dari pantekosta,namun pada waktu menikah kami diberkati di gereja katolik.saya sangat berterimakasih thdp istri saya karena selama ini dialah yg membimbing saya dan selalu mengajak saya untuk pergi kegereja paroki saya,tanpa dia mungkin saya tidak akan mengenal Yesus dan bunda Maria spt skrg ini,ada ganjanlan serta keinginan dlm hati saya kapan istri saya dapat disatukan dlm gereja katolik,saya tidak dapat memaksakan keinginan saya thdp dia dlm masalah ini karena takut menyinggung hati dan perasaannya,dan saya tahu kalau iman istri saya cukup kuat untuk mempertahankan keyakinannya apalagi dalam… Read more »

andryhart
andryhart
Reply to  Stefanus Tay
15 years ago

Saya menjadi Katolik karena mengikuti teman-teman Katolik saat bersekolah di sekolah Katolik. Saya menjadi Katolik karena ingin seperti teman-teman Katolik yang boleh menerima hosti setelah dibaptis. Jadi, saya menjadi Katolik bukan karena tertarik kepada ajarannya atau pun karena dipanggil oleh Tuhan, tetapi karena ikut-ikutan untuk bisa menerima hosti. Sebagai remaja berusia belasan tahun, saya memiliki keingintahuan yang sangat besar tentang bagaimana rasanya hosti yang begitu dihormati umat Katolik sehingga saya mengikuti pelajaran agama Katolik dan bersedia dibaptis sekalipun tidak disetujui oleh orangtua saya (karena saya dianggap masih kecil sehingga orangtua saya yang tidak beragama saat itu memandang pembaptisan saya terlalu… Read more »

chandra christian
chandra christian
15 years ago

shalommmmm….. bagaimana cara untuk menumbuh iman katolik mereka ketika mereka mulai goyah? sebagai contohnya adalah ada seorang yang menjadi katolik padahal sebelumnya di8a berasal dari gereja yang lainnya. dengan satu alasan dia masuk ke gereja katolik. Dia suka membandingkan antara gerejanya dengan gerejanya sebelum dia masuk katolik. dia jadi malas untuk pergi ke gereja dan mengajak anaknya untuk masuk ke gerejanya dulu dan juga mengikuti peraYaan ekaristi. Bagaimana apakah mengganggu keimanan anak tersebut tentang katoliknya? apakah dia yang mengajak anaknya itu salah?/?????? satu Lagi tolong dong Kirimin Ke email ku kalau ngak salah…… Dulu aku punya ssurat wasiat dari kubur… Read more »

christ
christ
15 years ago

shalom…
aku mau tanya begini… kan Kristen itu banyak sekali…. bukan….
aku mau tanya secara jelas apa seeh geeja ortodoks dan anglikan itu. apa persamaan dan perbedaaannya. dan apakh mereka mempunyai dogma yang sama dengan geeja kita dan satu lagi… bagaimana cra untuk dapat membuat seorang anak kecil yang malas ke gereja untuk pergi ke gereja. apakah perlu unsur paksaan.

juga apakah kita boleh untuk membuat sebuah kapel kecil di rumah. apa saja syaratnya
thanks Tuhan membekati

Doughlas
Doughlas
15 years ago

bagaimana mengatasi kondisi dimana kalau dilingkungan kita berada banyak yang bilang kalau Katolik(khususnya kristen) adalah kafir? Saya bingung menjelaskan kepada teman yg beragama lain,soalnya mereka selalu ingin tahu tentang katolik.
tolong dibalas. makasih banyak. God Bless Us!

chandra christian
chandra christian
15 years ago

hallo salam dmai dari Tuhan kepada kita selalu
Memang banyak dari gereja lain yang beranggapan bahwa kita hanya menyembah patung? dan menganggap bahawa apakah maria tetaP perawan. menurut saya pribadi bahawa kita memakai patung bukan untuk susjud di hadapan patung itu tetapi kita mengenang dan melihat sosok dari patung tersebut dan membuat kita pasti dapat berbuat yang lebih dari pada itu
kepada tuhan ALLah. tuhan adalah gembala kita yang menuntun kita tapi menurut mereka begitu apak boleh buat

Felix
Felix
15 years ago

Saya ada pengalaman pribadi tentang artikel ini, mengapa kita memilih Gereja Katolik? yah, saya dari keluarga yang berlatarbelakang 3 agama (protestan, katolik dan buddha). Kedua orang tua saya itu Buddha, kakek moyang saya itu seorang penginjil Protestan. Kadang saya merasa aneh, napa hal ini bisa terjadi di keluarga besar saya. Walau saya sendiri belom dibaptis (akan dibaptis di bulan September 2008). Saya merasa bangga bisa memutuskan untuk memilih ke Katolik, padahal dari kecil sampe tamat SMU, saya sekolah di Methodist (Protestan). Nah yang menjadi pertanyaan, napa saya tidak terpengaruh memilih ke Protestan? Secara jujur saya mengatakan bahwa prinsip di Protestan… Read more »

Oelean
Oelean
15 years ago

Saya katolik, orangtua saya katolik (alm. mama) dan (papa) protestan. Suami saya protestan,kami menikah dan diberkati di gereja katolik. Menghindari perselisihan atas permintaan suami, saya merelakan kedua anak saya di baptis (bayi) di gereja protestan. Untuk ibadah minggu, kami sepakat di satu gereja yang beraliran kharismatik/injili (meski diluar gereja katolik & protestan). Karena lingkungan keluarga mayoritas protestan dgn denominasinya, saya jarang mengikuti aturan/perayaan gereja katolik lagi (hanya berpuasa pada Jumat Agung). Selama ini kami dan keluarga besar hampir tidak pernah mempertentangkan perbedaan gereja kami. Deep down inside saya sadar saya tetaplah katolik, saat2 tertentu saya masih berdoa Rosario sekaligus percaya… Read more »

Oelean
Oelean
Reply to  Stefanus Tay
15 years ago

Terima kasih untuk sarannya, kalau ada kesempatan yang baik saya akan bicara dengan pastor. Pada dasarnya suami tidak pernah melarang saya ke gereja katolik, tapi karna sudah berkeluarga memang saya “terpaksa” harus menyesuaikan diri dengan jadwal keluarga. Kebetulan di gereja yang saya dan suami hadiri tiap minggu, pemberian sakramen tubuh dan darah Kristus hanya di awal bulan saja, atau sekali sebulan. Kalau kebanyakan gereja protestan menganggap pembagian roti dan anggur hanya sebagai simbol atau peringatan belaka ; pada denominasi yang saya ikuti ini pendeta/ pemimpin ibadah selalu menekankan pada jemaat bahwa Roti yang diterima adalah benar2 tubuh Kristus dan Anggur… Read more »

Y Nicola
Y Nicola
15 years ago

Stef, Rindu mendoakan kondisi kantor yang dalam pemikiran saya memang harus banyak didoakan, maka saya mengajak teman2 non muslim/kristen untuk berdoa bersama. Istilah populer nya: PD -Persekutuan Doa- Ternyata peminat terbesar justru teman2 Kristen yang bukan Katolik. Tak terlintas pikiran apapun saat itu kecuali: rindu untuk menyembah dan memuliakan Tuhan, terlebih dalam kondisi pekerjaan yang terasa makin membebani. Bahagia sekali rasanya waktu itu, bisa kumpulkan teman2 dan adakan PD; apalagi itu adalah pertamakalinya setelah usia kantor yang lebih 10thn dan bahkan menabrak larangan Pimpinan untuk mengadakan PD. Semangat saya berkobar, kenapa juga musti takut PD? toh tujuannya bagus -mendoakan perusahaan… Read more »

Herdi
Herdi
15 years ago

Bpk Stefanus & Ibu Inggrid,

Syukur kepada Allah Bapa yg mengaruniakan hikmat & kasih karuniaNYA kepada anda yg telah bersusah payah mendirikan website ini. Semua artikel di sini sangat informatif & dalam dengan teologi Katolik berdasarkan Tradisi Suci, Alkitab, dan Magisterium Gereja. Hal ini sangat menyentuh hati saya, dan atas kehendak Tuhan akan membawa banyak jiwa-jiwa kembali ke pangkuan Gereja Katolik.
Kiranya Roh Kudus senantiasa menaungi hati saudara, melindungi saudara, dan memberkati anda dengan sinar IllahiNYA. Demi Kristus Yesus Tuhan & Pengantara kami. Amin.

Saya akan berdoa utk anda berdua dalam doa harian saya.

Teriring salam dalam kasih Tuhan,
Herdi

YOSEP
YOSEP
15 years ago

Dulu saya bangga dan selalu mempertahankan Katolik saya. Karena dulu saya merasakan dan menghayati bahwa hidup sebagai orang Katolik akan tampak berbeda, kita akan dilihat karena kita yang rendah hati, baik lagi tidak sombong. Sekarang setelah saya punya dua anak, saya bingung untuk menjelaskan bahwa sebagai KATOLIK harus bersikap baik, jujur dan benar. Karena apa yang dia alami dan nyatakan dalam pergaulan sekolah jauh berbeda dengan logo dan simbol sekolahnya yang katolik dengan VISI ” SOSIAL DAN CINTA KASIH “. Yang dia terima disekolah baik oleh sebagian besar an guru adalah DISKRIMINATIF DAN RASIALIS. Sehingga saya harus menekankan jika kamu… Read more »

1 2 3 4
Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
169
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x