Mengapa imam harus seorang pria?

Pertanyaan:

Bu Ingrid & Bp. Stef….saya sangat bersyukur menemukan situs yang amat baik dan begitu apik serta memberi peneguhan serta pencerahan iman Katolik saya. Bravo! Selanjutnya, perkenankan saya bertanya: Ada teman Protestan yang mengatakan kepada saya bahwa orang Katolik itu tidak menghormati perempuan. Salah satu buktinya Katolik tidak mengizinkan wanita jadi pastor sementara gereja Protestan justru memberi tempat untuk wanita sehingga banyak wanita jadi pendeta. Jadi menurut dia, Katolik itu diskriminatif padahal Yesus saja tidak diskriminatif.
Salam – Barnabas

Jawaban

Shalom Barnabas,
Terima kasih atas pertanyaan dan dukungannya untuk katolisitas.org. Mari sekarang kita membahas keberatan dari teman Barnabas yang mengatakan bahwa Gereja Katolik adalah diskriminatif dengan tidak memperbolehkan wanita menjadi imam.
1) Sebelum saya membahas tentang apa yang dipercayai oleh Gereja Katolik mengapa imam harus seorang pria, maka saya ingin membahas tentang arti “diskriminatif” terlebih dahulu . Dalam kamus Oxford dikatakan bahwa diskriminatif (discriminative) adalah:

(1) recognize a distinction; differentiate: babies can discriminate between different facial expressions of emotion. n [with obj.] perceive or constitute the difference in or between: features that discriminate this species from other gastropods.

(2) make an unjust or prejudicial distinction in the treatment of different categories of people or things, especially on the grounds of race, sex, or age: existing employment policies discriminate against women. ORIGIN early 17th cent.: from Latin discriminat- ‘distinguished between’, from the verb discriminare, from discrimen ‘distinction’, from the verb discernere (see discern).

Dari definisi di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa diskriminatif adalah sikap membedakan sesuatu yang dianggap sama, dan memperlakukan keduanya secara berbeda; maka seolah-olah hal tersebut mempunyai konotasi yang negatif, seperti yang terlihat pada definisi ke-2, contohnya adalah: diskriminasi ras, dll. Namun, kalau sesuatu yang secara natural (kodrat) memang berbeda, maka tidak memberikan konotasi yang negatif, seperti yang terlihat pada definisi ke-1. Dari definisi yang pertama ini, kita melihat bahwa wanita dan pria diciptakan mempunyai derajat (dignity) yang sama sebagai anak Allah, namun dengan kodrat yang berbeda.

2) Banyak kaum feminis mengatakan bahwa harus ada persamaan hak dan kewajiban dalam Gereja Katolik, termasuk adalah untuk menjadi seorang imam. Mungkin kita harus menerima bahwa persamaan hak dan kewajiban tidak berarti menghilangkan perbedaan kodrat seorang pria dan wanita. Sebagai contoh, menjadi kodrat wanita untuk melahirkan. Kalaupun seorang pria ingin dan mau mempunyai persamaan hak untuk melahirkan seperti wanita, dia tetap tidak bisa, karena melahirkan bukan menjadi bagian dari kodratnya. Demikian juga dengan imam jabatan, seorang wanita tidak dapat menjadi imam, bukan karena Gereja Katolik memandang wanita lebih rendah dari pria, namun karena sudah menjadi kodrat seorang imam adalah pria.

3) Semua orang yang dibaptis sebetulnya, baik pria maupun wanita dipanggil untuk menjadi imam, nabi, dan raja (lihat artikel: sudahkah kita diselamatkan). Imam yang dimaksud disini adalah imam bersama bukan imam jabatan. Imam jabatan hanyalah untuk pria yang menerima tahbisan suci (lihat artikel: Kami mengasihimu, pastor).

4) Kalau kita melihat dari Perjanjian Lama, tidak ada imam wanita. Dan di Perjanjian Baru, menyempurnakan Perjanjian Lama juga tidak ada imam wanita. Dikatakan bahwa: Yesus memanggil 12 rasul, yang semuanya pria dan memberikan mereka misi untuk mengajar dan membaptis semua bangsa  (Mat 10:1; 7-7; Mat 28:16-20; Mk 3:13-16; 16:14-15). Dan para rasul juga memilih pria sebagai teman sekerja mereka (1 Tim 3:1-13; 2 Tim 1:6; Ti 1:5-9). Karya para rasul ini diteruskan oleh para uskup dan dibantu oleh para imam, dan diakon membantu para uskup dan imam dalam pelayanan. Kemudian Rasul Paulus dalam suratnya kepada Timotius mengatakan “Seharusnyalah perempuan berdiam diri dan menerima ajaran dengan patuh.Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri” (1 Tim 2:11-12). Tidak mengijinkan mengajar dapat diinterpretasikan untuk menduduki “teaching office“, seperti para imam yang ditahbiskan. Itulah sebabnya Tertullian dalam bukunya “On Veiling Virgins” 9.1, (206 AD) mengatakan “Tidaklah diijinkan bagi seorang wanita untuk berbicara di Gereja atau untuk mengajar, membaptis, mempersembahkan, atau menyatakan untuk dirinya sendiri segala fungsi yang diperuntukkan untuk pria, dan yang terkecil dari semuanya adalah the office of priest/imam tertahbis “. Dan begitu banyak komentar yang lain, seperti dari Origen, St. Epiphanius, St. John Chrysostom, St. Augustine, dll., dan lebih lanjut dinyatakan dalam konsili Nicea (325 AD), Council of Laodicea (372 AD), Konsili Tours II (795 AD), Konsili ke-6 Paris (829 AD), dan juga beberapa konsili berikutnya, yang melarang wanita sebagai imam. Dan akhirnya pada tahun 1994, Paus Yohanes Paulus II menyatakan dalam Apostolic Letter “Ordinatio Sacerdotalis” atau “mengkhususkan ordinasi imam hanya bagi pria”, tanggal 22 Mei 1994, yang mengatakan bahwa Gereja tidak mempunyai otoritas untuk memberikan ordinasi kepada wanita dan keputusan ini harus dipatuhi oleh seluruh umat beriman. Namun demikian, Gereja memperbolehkan wanita untuk aktif dalam peran kerasulan awam (seperti mengajar agama sebagai katekis, membentuk komunitas ibu-ibu untuk maksud evangelisasi, dst), namun terutama di dalam keluarga karena tugasnya sebagai ibu untuk mendidik anak-anak.

5) Mari kita sekarang melihat alasan teologisnya. Gereja dinyatakan sebagai seorang mempelai wanita, sedangkan Kristus adalah mempelai pria (lih Ef 5:22-32). Di dalam perayaan sakramen, terutama dalam sakramen Ekaristi dan Tobat, maka seorang imam bertindak sebagai Kristus (in persona Christi). Dan Kristus telah dinubuatkan sebagai pria (lih Yes 9:6), lahir sebagai seorang pria, menderita, wafat, dan bangkit sebagai seorang pria. Dan sebagai konsekuensi dari hal tersebut, seorang wanita tidak dapat menjadi seorang imam yang bertindak sebagai Kristus.

6) Dan kalau kita lihat, bukan berarti tidak menjadi seorang imam, maka seorang perempuan menjadi kurang kudus atau kurang berperan dalam kehidupan Gereja. Bunda Maria adalah satu-satunya manusia, setelah Kristus, yang tidak bernoda. Dan Bunda Maria, walaupun menjadi bunda Kristus, dia tidak menjadi salah satu dari rasul. Kita juga melihat yang terberkati bunda Teresa dari Kalkuta, wanita yang membangun Gereja secara luar biasa. Dan begitu banyak contoh dari para wanita yang menjadi orang-orang kudus, dimana mereka secara istimewa dipakai Tuhan untuk membangun Gereja dari dalam.

Semoga keterangan singkat ini dapat berguna.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – https://www.katolisitas.org

5 2 votes
Article Rating
19/12/2018
9 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Hendrik Tang
12 years ago

Pembina Katolisitas terkasih Shalom, Saya Hendrik Tang, sebagai orang yang beriman dalam Katholik yang datang dari background lain dan latar belakang hidup yang tidak bisa diterima Tuhan, saya ingin sekali banyak bertanya, akan tetapi saya urungkan karena mungkin sifatnya pribadi, namun pengalaman pribadi saya itu, sebenarnya dapat diperbuat sesuatu, karena saya melihat begitu banyak ayat-ayat, khususnya dari Yesus Kristus sendiri dan atau murid-muridNya. Akan tetapi saya lebih fokus kepada pertanyaan saya yang ini dahulu sbb. : 1. Mengapa gereja tidak mengijinkan perempuan untuk menjadi imam, mungkin dan atau pembicara dalam forum ibadah. 2. Kalau tidak boleh, seberapa luas area yang… Read more »

Monica
Monica
12 years ago

Shalom Pak Stef… Usia saya 18 tahun, dan ingin bertanya banyak hal mengenai ajaran Gereja Katolik. Mengenai Eksorsisme, mengapa hanya boleh dilakukan oleh seorang imam yang mendapat izin dari uskup? Apakah seorang murid Kristus (pria/wanita) tidak boleh atau tidak dapat melakukannya karena itu adalah tugas rohani yang berbahaya? Tetapi murid-murid Kristus diceritakan memiliki kuasa untuk mengusir setan-setan, apakah berbeda hakikatnya dengan jaman sekarang ini, yang boleh mengusir setan hanya imam yang diberi kuasa oleh uskup? Lalu, mengapa Katolik Ortodoks dan Protestan mengijinkan wanita menjadi imam (walaupun memang aneh rasanya membayangkan seorang wanita memimpin Misa, saya ingin tahu saja mengapa mereka… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  Monica
12 years ago

Shalom Monica, Berikut ini adalah jawaban dari Romo Santo tentang pertanyaan anda mengenai eksorsisme: 1. Awam dan imam boleh melakukan doa “pelepasan”. Acapkali hal ini berhasil. Jika doa pelepasan gagal, bolehlah diundang imam eksorsis. Alasannya, selain alasan yang Anda sebutkan, juga karena imam eksorsis berkonsentrasi khusus hanya untuk tugas itu sehingga lebih fokus; lagi pula, agar tidak terjadi obsesi terhadap setan. Kita tetap bisa fokus pada tugas pokok kita masing-masing dan dengan itu tetap memuji Allah tanpa terganggu lagi oleh setan, karena sudah diurusi eksorsis. Kita, imam non-eksorsis dan awam, terus saja bekerja lagi. SalamY. Dwi Harsnto, Pr Tambahan jawaban… Read more »

yuliana indah
yuliana indah
14 years ago

Dear Ibu Inggrid dan Bpk. Stef, Baru2 ini banyak berita tentang umat Yahudi/ bangsa Israel menyerang bangsa Arab terutama Palestina. didalam benak aku timbul banyak pertanyaan diantaranya: 1. Kenapa sejak dahulu bangsa israel dan bangsa Arab tidak pernah rukun?padahal sama2 mahluk ciptaan Allah 2. banyak sekali orang yg mengatakan bahwa bangsa israel adalah bangsa yg kejam yg selalu menginginkan perang, knp?dan banyak dari umat muslim yg mengatakan seperti itu. 3. Bangsa Israel adalah Bangsa pilihan Allah tetapi kenapa banyak perbuatan yg tidak terpuji telah dilakukan? 4. Aku merasa sebagai umat yahudi, aku sungguh sangat tidak terima jika dikatakan sebagai umat… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  yuliana indah
14 years ago

Shalom Yuliana, Sebenarnya, kita sebagai umat Kristiani tidak dapat dikatakan sebagai umat Yahudi dalam arti harafiah, sebab memang kita bukan orang Yahudi. Namun memang benar kita adalah umat pilihan Allah, atau dapat dikatakan sebagai Israel yang baru "the New Israel",  karena telah percaya kepada Kristus yang adalah Putera Allah yang dilahirkan sebagai orang Yahudi sekitar 2000 tahun yang lalu. Dan karena Pembaptisan kita diangkat menjadi saudara-saudari angkat Yesus, maka di sinilah kita tergabung dengan Yesus dan Gereja, yang menjadi bangsa pilihan Allah yang baru (the New People of God). Ini adalah tanggapan saya untuk pertanyaan anda: 1) Kita patut prihatin… Read more »

skywalker
skywalker
14 years ago

[quote] Karena di dalam Misa, para imam melakukan peran “in persona Christi” (sebagai Kristus), maka tentu ada ketentuan yang hanya dapat dilakukan oleh imam saja, dan bukan yang lain. [unquote]

apakah konsep ini yang menjadi dasar penolakan Vatikan atas pentahbisan wanita menjadi imam ? karena Yesus adalah laki-laki ? Apakah kelaki-lakian Yesus bagian sentral dari wahyu atau tidak ? Laki-laki dan Perempuan adalah gambaran ALLAH, tetapi cuma laki-laki yang boleh menjadi imam ? Begitu ?

Mohon koreksi

Chandra
Chandra
Reply to  Stefanus Tay
14 years ago

Shalom Pak Stef,
menyambung pertanyaan Skywalker dan penjelasan Pak Stef mengenai tidak ada imam perempuan baik di PL maupun PB. Bagaimana dengan Luk. 2:36 yang mengatakan bahwa ada Hana, seorang nabi perempuan? Nabi tidak sama dengan imam?
Mohon penjelasan. Terima kasih.

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
9
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x