Mendoakan Firman Tuhan: Mohon Kerendahan Hati dalam Menghadapi Istri yang Suka Mengatur Segalanya

(Hati-Hati .. Istri Terlalu Mengekang, Suami Bisa Hengkang)
Refleksi Iman Oleh Pst Felix Supranto, SS.CC

1. Ayat Kitab Suci

Ketika suami menghadapi istri yang terlalu suka mengatur dirinya, ia bisa mendoakan Firman Tuhan dari Filipi 2:3b-5): “Hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.”

2. Maksud Ayat-Ayat Tersebut

Filipi 2:3b-5 merupakan penangkal terhadap ancaman yang akan menghancurkan sukacita kehidupan. Ciri-ciri kehidupan yang dipenuhi dengan sukacita yang sempurna adalah sehati-sepikiran, satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dalam kebersamaan: “karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan,” (Filipi 2:2). Sukacita kehidupan itu dapat dikoyakkan dengan sikap yang mementingkan diri sendiri sehingga menganggap orang lain tidak penting. Sikap yang mementingkan diri sendiri merupakan wujud kesombongan karena menganggap diri lebih baik dan lebih hebat daripada orang lain. Sikap sombong ini dapat menghancurkan hubungan antar pribadi. Orang-orang yang meninggikan diri juga akan menghambat kemajuan dalam kehidupan bersama karena orang-orang akan disibukkan dengan membereskan perpecahan. Membereskan perpecahan yang sering terjadi sangat menguras energi sehingga sangat melelahkan. Perpecahan yang terus terjadi akan membuat frustasi orang-orang dalam kehidupan bersama itu. Kehidupan bersama itu akhirnya asal jalan, tanpa roh.

Sikap meninggikan diri dalam kehidupan kebersamaan itu dapat ditangkal dengan kerendahan hati. Kerendahan hati ditunjukkan dengan sikap saling mengalah dan tidak menonjolkan diri. Kerendahan hati akan menjadikan kehidupan bersama diwarnai dengan saling menghargai dan saling memberi kesempatan untuk maju. Kehidupan bersama yang ditopang dengan kerendahan hati menjadi tempat yang indah untuk mencapai tujuan hidup.

Kerendahan hati akan terjadi jika kita mau meneladani kerendahan hati Tuhan Yesus. Belajar dari kerendahan hati Tuhan Yesus berarti mau menempatkan pikiran dan perasaan-Nya di dalam pikiran dan perasaan kita: “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,” (Filipi 2:5). Kerendahan hati Tuhan Yesus nampak dalam kerelaan-Nya untuk merendahkan diri. Yesus sendiri rela melepaskan identitas dengan segala hak-Nya walaupun Ia adalah Allah. Ia rela mengosongkan diri-Nya supaya orang berdosa dapat diselamatkan. Ia mengabaikan kemuliaan diri-Nya dengan membiarkan diri dihina, direndahkan, disiksa, bahkan dibunuh: “yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (Filipi 2:6-8).

Dalam kehidupan rumah tangga, kerendahan hati penting bagi para suami yang mungkin menghadapi istrinya yang terlalu suka mengatur dirinya. Suami pasti akan kesal dan bahkan akan marah terhadap istrinya yang suka mengatur segalanya: “Papa harus pulang sebelum jam 8 malam, ya. Enggak boleh lewat. Apalagi kumpul-kumpul dulu sama teman-teman! Papa, ntar pulang kerja langsung pulang ke rumah ya? Papa gak boleh kemana-mana. Jangan dibiasakan kelayapan?” Suami pasti kesal dan marah terhadap istrinya yang mempunyai hobi mengatur dirinya secara keterlaluan karena ia merasa dibatasi ruang geraknya. Ia merasa bahwa istrinnya tidak menghargainya karena memperlakukannya seperti kuda kekang. Ia tidak bahagia karena telah kehilangan kasih dan hati pada istrinya akibat dari istrinya itu yang mau mengatur dirinya. Suami itu mungkin ingin meninggalkan istrinya itu, tetapi takut dengan Tuhan yang melarang perceraian. Ia tetap bertahan dalam perkawinan itu hanya demi anak-anak.

Meratapi sikap istrinya itu adalah sebuah kesia-siaan. Daripada terus mengeluh tentang sifat istrinya itu, ia bisa mengalahkan sifat istrinya yang hobi mengatur tersebut dengan kerendahan hati. Kerendahan hati suami terungkap dengan sikap mengalah terhadap istrinya. Sikap mengalah akan terjadi ketika suami memahami motivasi mengapa istrinya suka mengatur dirinya. Ia mengatur dirinya karena ia sangat mencintai suaminya. Ia takut kehilangan suaminya itu. Ia menjaga suaminya agar tetap sebagai pria yang sempurna seperti yang ia kenal pada waktu pacaran dulu. Istri suka mengatur segalanya pada diri suaminya karena ia telah melihat banyak kejadian, yaitu banyak suami mengalami kehancuran dari hal kecil dan sepele. Awalnya hanya kumpul-kumpul dengan kawan-kawan untuk sekedar minum kopi, tetapi akhirnya pada kumpul kebo. Mengalah bukan kalah, tetapi berjiwa besar. Kerendahan hati bukan murahan, tetapi berkemurahan hati. Mengampuni bukan lembek, tetapi mulia. Sikap mengalah suami, pelan tetapi pasti, akan menyentuh hati terdalam istrinya. Istri semakin mengasihi suaminya itu. Ketika sang istri semakin mengasihi suaminya, ia akan mengerti perasaan suaminya yang terluka karena hobinya yang suka mengatur dirinya secara keterlaluan. Sang istri pasti akan berubah dalam memperlakukan suaminya karena ia tidak mau suaminya menderita. Pendek kata, sikap mengalah akan mengubah segalanya. Hidup suami dan istri pasti akan bahagia lagi karena telah menemukan kembali kasih dan jiwa yang hilang ditelan keegoisan.

3. Doa

Mendoakan Firman Tuhan: Mohon Kerendahan Hati Dalam Menghadapi Istri Yang Suka Mengatur Segalanya

“Hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,” (Filipi 2:3b-5).

Bapa,

Hatiku sedang resah.

Hatiku resah karena istriku terlalu mengatur atas diriku.

Aku juga marah karena istriku tidak menghargai diriku.

Gerakan hidupku dibatasinya, seperti kuda kekang.

Hidupku hanya mengikuti keegoisannya.

Bapa,

Tiada gunanya menyalahkah nasib.

Berikanlah pada diriku kerendahan hati untuk mengalahkan sifat istriku.

Kerendahan hati akan menghentikan diriku berkeluh kesah dan mencaci maki keadaan.

Keluh kesah tidak akan menolong jiwaku yang resah.

Keluhan justru semakin menghimpit hatiku dengan kemarahan.

Keluh kesah adalah sampah.

Ratapan adalah sia-sia.

Bapa,

Kerendahan hati memampukan diriku menyalakan pelita jiwa.

Pelita jiwa yang menyala membuatku bisa melihat dengan gamblang motivasi dari istriku,

yang mau mengatur segalanya atas diriku.

Ternyata motivasinya adalah terlalu cinta padaku.

Ia takut kehilangan diriku.

Ia ingin menjagaku dari pengaruh pengaulan yang merusak.

Melihat motivasi istriku itu, aku rela mengalah terhadapnya.

Bapa,

Berilah aku ketekunan untuk terus belajar kerendahan hati.

Kerendahan hati pasti mengubah segalanya.

Kerendahan hatiku pasti menusuk hatinya yang terdalam,

sehingga sifatnya pasti berubah.

Istriku pasti akan menjaga perbuatannya karena tidak mau membuat hatiku terluka lagi.

Aku pun semakin mencintai istriku karena ia mau berubah.

Keredahan hati memampukan kami menemukan kembali kasih dan jiwa yang sempat hilang.

Kebahagiaan terukir lagi dalam kehidupan pernikahan kami.

19/12/2018
Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus.