Memperbarui persembahan diri kita kepada Allah

[Pesta Yesus dipersembahkan di kenisah: Mal 3:1-4:3; Mzm 24:7-10; Ibr 2:14-18; Luk 2:22-40]

Hari ini kita memperingati hari Yesus dipersembahkan di kenisah di Yerusalem, tepat empat puluh hari setelah kelahiran-Nya, yang juga bertepatan dengan waktu pentahiran. St. Yusuf dan Bunda Maria membawa Yesus untuk dipersembahkan kepada Allah, agar memenuhi hukum Taurat Musa, bahwa semua anak sulung, yaitu semua yang lahir terdahulu dari kandungan, baik manusia maupun hewan, adalah milik Allah (lih. Kel 13:2,12-13). Persembahan ini menjadi kenangan yang hidup, akan bagaimana Allah membebaskan bangsa Israel dari penjajahan Mesir. Yaitu saat Allah membinasakan semua anak sulung dari bangsa Mesir, baik manusia maupun hewan, sedangkan anak- anak sulung dari bangsa Israel diselamatkan-Nya karena tanda darah kurban anak domba, yang dibubuhkan di ambang pintu-pintu rumah mereka. Setelah peristiwa ini, bangsa Israel selalu mempersembahkan anak binatang yang sulung sebagai kurban kepada Allah.  Sedangkan anak sulung mereka, mereka tebus dengan kurban, sebagai tanda bahwa anak itu adalah milik Tuhan (Kel 13:15). Untuk maksud inilah St. Yusuf dan Bunda Maria mempersembahkan sepasang burung tekukur dan dua ekor anak merpati, yaitu ketentuan kurban tebusan bagi umat yang miskin.

Di kenisah itulah, St. Yusuf dan Bunda Maria bertemu dengan Simeon dan Hana. Mereka menerima pernyataan dari Roh Kudus, sehingga mereka mengenali bahwa Anak yang dalam pelukan Bunda Maria itu adalah Mesias: keselamatan dari Allah, terang bagi bangsa-bangsa dan kemuliaan bagi umat Israel (lih. Luk 2:29-32). St. Bernardus mengatakan dalam salah satu khotbahnya tentang perayaan hari ini, yang sering ditandai dengan prosesi, demikian, “Hari ini Perawan Maria membawa ke kenisah, Sang Tuhan-nya kenisah….” St. Bernardus kemudian menyebutkan bahwa St. Yusuf, Bunda Maria, Simeon dan Hana, adalah empat orang pertama yang memulai prosesi sukacita, yang akan terus diperingati sampai ke ujung bumi. Prosesi ini kemudian dilanjutkan oleh Gereja dengan tradisi prosesi lilin yang melambangkan Kristus Sang Terang dunia. Kita membawa lilin-lilin untuk diberkati dan digunakan pada saat berdoa, lambang yang mengingatkan bahwa kitapun dipanggil untuk menjadi seperti Kristus yang mempersembahkan diri-Nya kepada Allah Bapa. Gereja mengajak kita untuk membawa Terang Kristus kepada dunia dan orang-orang di sekitar kita.

Hari ini, kita juga memperingati saat Bunda Maria mempersembahkan Puteranya, dan mempersembahkan dirinya sendiri kepada Allah. Bunda Maria memperbarui ketaatannya kepada Allah, “Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu” (Luk 1:38), sebagaimana dikatakannya kepada malaikat yang menyampaikan Kabar Gembira dari Allah kepadanya. Maka, hari ini kitapun diundang untuk memperbarui ketaatan kita kepada Allah.  Yaitu, agar kita dapat mengikuti teladan Bunda Maria, mau mempersembahkan seluruh diri kita, pikiran dan karya kita, kepada Allah.  Sejujurnya, betapa sedikitlah yang dapat kita persembahkan kepada Allah, sebab segala sesuatu yang ada pada kita, toh sebenarnya juga dari Allah dan milik Allah. Persembahan sederhana Bunda Maria- sepasang tekukur dan merpati- menjadi sungguh istimewa, sebab disatukan dengan persembahan Kristus. Maka, mari kita juga mempersembahkan persembahan kita, dan kita satukan dengan persembahan Kristus, agar berkenan bagi Allah Bapa. Doa-doa, karya, bakat dan sejumlah berkat Allah yang kita terima dari Allah, kita persembahkan kembali kepada Allah, dan kita persatukan dengan kurban Kristus dalam Ekaristi kudus. Maka apa yang nampaknya tidak berarti menjadi begitu bernilai, sebab telah disatukan dengan kurban Kristus yang nilainya tiada terkira. Semoga Allah Bapa berkenan menerima persembahan kita sebagaimana Ia menerima persembahan St. Yusuf dan Bunda Maria.

Hari ini, mari kita berdoa bersama St. Alfonsus Liguori, “Hari ini, O Bundaku, aku juga mengikuti teladanmu, hendak mempersembahkan hatiku yang miskin kepada Allah… Persembahkanlah aku sebagai milikmu juga kepada Allah Bapa dan kepada Yesus, dan berdoalah kepada Bapa, supaya melalui jasa Kristus Putera-Nya, dan oleh doa-doamu, Ia dapat menerimaku dan menjadikan aku sebagai milik-Nya sendiri….”

3 2 votes
Article Rating
19/12/2018
1 Comment
Inline Feedbacks
View all comments
pardohar
10 years ago

syalom,
apakah persembahan kita perlu diberkati juga?

GBU,
Pardohar

[dari katolisitas: Segala sesuatu yang kita persembahkan kepada Allah dapat kita satukan dalam kurban Ekaristi bersama dengan Kurban Kristus.]

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
1
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x