Liturgi Sabda membosankan?

Pertanyaan:

Shalom Romo, Bpk Stefanus Tay & Bu Inggrid Listiati,

dari hati yang paling dalam Surya amat sangat bersyukur adanya website ini yang buanyak menggali pengetahuan, sharing, dan pandangan bijak dari teman-teman seiman, terlebih dipandu oleh pasutri Stefanus Tay & Inggrid Listiati.
Ada beberapa hal yang Surya mau ungkapkan disini, diantaranya adalah sebagai berikut :

Liturgi Sabda
seringkali homili yang disampaikan kurang persiapan bahkan banyak yang saya jumpai isi homili mengambil dari standard baku dari buku homili tahun A,B,C.
sepertinya kurang mendapat perhatian bahwa Sabda Tuhan yang disampaikan bertujuan membangun umat untuk lebih mengenal dan merenungkan serta dapat di implementasikan dalam hidupnya sehari-hari. (baca Roma 10:17).
Bu Inggrid, keseragaman dalam misa ekaristi dalam bagian liturgi sabda ini menurut saya “membatasi Roh Tuhan” bekerja. Saya pernah bertanya dan mendapat jawaban dari seorang Pastur bahwa ada aturan dalam penyampaian homili yaitu :
* 5 menit pertama = Pastur menceritakan ulang isi bacaan pertama,kedua,dan bacaan Injil
* 5 menit kedua = Pastur jelaskan maksud dari bacaan pertama,kedua,dan bacaan Injil
* 5 menit kedua = Pastur menyampaikan pesan-pesan sesuai korelasi dengan isi bacaan 1,2,bacaan Injil
sering didengungkan bahkan menjadi suatu ‘kebanggaan semu’ bahwa gereja katholik di seluruh dunia tema 3 bacaannya sama… oleh karena harus mengikuti aturan seperti ini sehingga kehilangan makna yang hendak disampaikan supaya umat yang mengikuti misa ekaristi mengalami sentuhan iman karena bobot homili yang disampaikan.
Beberapa Pastur tidak menyangkal bahwa tidak mungkin dapat menjelaskan Sabda Tuhan dalam waktu sangat singkat dan harus mencakup kebutuhan bagi umatnya dari segala kelompok umur. Saya pernah usulkan supaya diperpanjang waktu homili tetapi Pastur bersangkutan mengatakan “tidak bisa diubah” karena sudah demikian peraturannya.
mohon maaf para Pastur, saya sangat memaklumi bahwa tidak mudah memberitakan kabar Injil dikaitkan dengan keadaan hidup jaman sekarang. Namun tolonglah dicari solusinya supaya firman Tuhan ini harus disampaikan kepada umat…
di Paroki saya pernah dicoba oleh Pastur mengadakan pertemuan pendalaman alkitab setiap hari rabu namun kenyataannya tidak banyak yang hadir dan pada akhirnya sekarang “MUNTABER= mundur tanpa berita” alias tidak diadakan lagi… sungguh sangat memprihatinkan. bandingkan jika diselenggarakan doa rosario atau doa novena…. buanyaaakkk yang hadir. Setelah saya selidiki ternyata motivasinya adalah berkat. ketika memohon kepada perantaraan Bunda Maria lebih sering dikabulkan daripada
berdoa memohon kepada Tuhan Yesus (atau kepada BAPA).
Persekutuan Doa Kharismatik sering memanggil pewarta dari awam untuk mengisi renungan sebab seringkali Pastur kurang meresponi jika diminta membawakan renungan di PDKK karena sekali lagi mohon maaf … biasanya Pastur sangat tidak siap membawa renungan lebih dari 15 menit karena sudah terbiasa membawa homili hanya 15 menit.

Maksud saya mengangkat topik mengenai liturgi sabda ini supaya ada perbaikan atau bila mungkin ada perubahan baik dari sisi waktu homili maupun dari efektifitas materi yang disampaikan agar supaya umat banyak tergerak hatinya untuk mencintai firman Tuhan. memang sih ada bulan kitab suci yaitu setiap bulan september setiap tahunnya… tapi itu tidak cukup. Harus digalakkan setiap hari membaca dan merenungkan kitab suci.
Intisari perjalanan iman seseorang paling tidak mencakup :
– Doa
– Firman
– Persekutuan
– Pelayanan
harus mau bersaksi bagaimana Yesus hidup dalam dirinya…. dapat menjadi garam dan terang bagi keluarga, lingkungan sekitar dimana kita berada bahkan menjadi saksi Kristus bagi banyak orang.

Sudah terlalu banyak metoda-metoda yang disampaikan seperti misalnya 7 step, kontemplasi, meditasi dan sebagainya. yang dibutuhkan adalah bagaimana membangun kecintaan umat kepada kitab suci. setelah itu dibimbing untuk juga meng-implementasikan firman Tuhan dalam kehidupannya sehari-hari.
metoda dan peraturan, tata terbit dalam misa ekaristi tidak salah sih tetapi ada yang lebih penting yaitu memberikan waktu bagi Roh Tuhan bekerja seluas-luasnya dalam hidup kita.
Tidak terlalu kaku dan ketat dengan segala macam narasi doa-doa yang sudah di standarkan dalam teks-teks yang dibacakan tetapi alangkah indahnya jika doa-doa yang kita sampaikan itu adalah dari kata-kata hati kita sendiri yang keluar dari lubuk hati yang paling dalam…. jadi tidak hanya berupa aturan bacaan doa BAPA KAMI atau SALAM MARIA semata-mata…

sementara ini dulu kita diskusikan dan saya mohon bapak dan ibu memakai kata-kata sederhana saja supaya mudah dicerna oleh kami ini orang awam.
Terima kasih. Jesus Bless You.

Salam Sejahtera,
Surya Darma

Jawaban dari Romo Wanta:

Surya Yth
Keluhan anda sebagai kritik terhadap homilist/ orang yang membawakan homili dalam Misa adalah wajar dan saya pribadi bisa menerimanya. Tidak mudah membawakan homili yang bisa memenuhi kebutuhan rohani semua umat. Komisi Liturgi KWI baru saja selesai rapat para dosen untuk membahas hal yang serupa, bahkan kami di KWI sudah pernah membahas paling tidak lebih dari 3 kali bagaimana menyiapkan calon imam dan imam membawakan homili secara benar dan baik mewartakan sabda Tuhan untuk memenuhi kebutuhan umat beriman. Harus ditinjau dari pelbagai aspek antara lain: imam/awam yang membawakan, pendidikan bagi para homilist, pendengar komunikan yang menerima sabda Tuhan, dengan konteksnya, media/sarana penyampaian (sound system, audio) yang memadai hingga pesan sabda Tuhan terdengar secara baik.

Tentang Liturgi bacaan (Perayaan Sabda Hari Minggu) anda bisa baca di majalah Liturgi Vol 18 2007 dan vol 21 2010. Saya berharap anda mencarinya agar memahami secara utuh. Benar Gereja Katolik menetapkan tahun A B C secara teratur dengan mengambil lingkaran tahun keselamatan dari penginjil agar umat beriman memahami sejarah keselamatannya dengan ciri khasnya masing-masing dari tahun liturgi satu pindah ke yang lain. Itu memang baku dan sesuai dengan ajaran Gereja Sacrosanctum Concilium, Redemptionis Sacramentum, tidak bisa diubah. Kecuali anda memberikan homili/kotbah tematis silakan mencari teks yang kontekstual dan cocok dengan pendengar itu lain hal, tapi Perayaan Ekaristi tidaklah demikian. Semua teratur di situ; sebagai anggota Gereja Katolik saya pribadi patut bersyukur bahwa merayakan iman memiliki kesatuan dan keseragaman, bukan seenaknya sendiri.

Soal pastor yang membawakan homili tidak menarilk dan umat ‘muntaber’ tidak mau datang kalau ada pendalaman Kitab Suci, sudah menjadi keprihatian lama dan memang perlu bersama membenahi, dan tidak menyalahkan pihak tertentu. Mungkin kita kurang mengerakkan umat mencintai Kitab Suci, bahasa kita kurang pas dengan pendengar dll. Coba kita bersama membangun jemaat yang setia dan mencintai Kitab Suci. Doa dalam Misa baku karena harus mendapat approbasi konferensi Uskup dan recognisi dari Takhta Suci sesuai ritusnya kita di Indonesia ritus latin. Sekali lagi ini perayaan iman jadi penting.

Kalau mau berdoa spontan bisa dalam kelompok pendalaman Kitab Suci, PDKK dll tapi tidak di dalam Perayaan Ekaristi, termasuk memilih teks KS semaunya. Soal pastor yang tidak siap, saya mengakui tapi tidaklah semua pastor demikian dan jika anda mengundang saya, saya akan menyiapkannya dengan baik. Homili tidak bisa lebih dari 15 menit dalam perayaan Ekaristi, tapi kalau kotbah tematis bisa 30 menit, kalau sampai 1 jam namanya ceramah. Pendengar memiliki kemampuan terbatas dia bisa menerima dengan konsentrasi penuh pada 6 menit pertama setelah itu dia bisa lupa. Mohon baca dengan baik artikel yang akan saya sampaikan di katolisitas.

salam
Rm Wanta

Jawaban dari Ingrid:

Shalom Surya,

1. Tentang Liturgi Sabda

Keseragaman Liturgi Sabda dalam perayaan Ekaristi di gereja Katolik manapun, hendaknya tidak diartikan sebagai “membatasi Roh Tuhan bekerja” seperti yang anda katakan. Sebab jangan lupa bahwa Roh Kudus adalah Roh Kasih Allah yang mempersatukan, sehingga Roh Kudus itu akan lebih leluasa berkarya di dalam kesatuan. Roh Kudus yang satu itulah yang mempersatukan semua anggota Kristus menjadi satu tubuh, yang dipanggil kepada satu pengharapan (Ef 4:4). Nah bukti yang paling kuat akan adanya persatuan itu adalah kesatuan dalam ibadah dari seluruh Tubuh Kristus di seluruh dunia. Maka yang diperlukan adalah meningkatkan penghayatan akan karya Roh Kudus di dalam kesatuan liturgi tersebut, dan bukannya ingin merombaknya karena kurangnya penghayatan maknanya. Ibaratnya, yang perlu diperbaiki adalah antenanya dan bukan membuang TV-nya.

2. Tentang Homili dan pendalaman Kitab Suci

Soal Homili, Romo Wanta sudah menanggapinya. Memang menjadi tugas para imam untuk juga meningkatkan kualitas homili, dan mungkin ini dapat dicapai jika para imam teratur melakukan Lectio Divina dalam kehidupan rohaninya.

Tidak mudah untuk menyampaikan homili yang singkat, padat namun relevan dan menyentuh hati umat. Oleh karena itu para imam membutuhkan juga dukungan doa dari kita para umat. Pertanyaannya adalah, sudahkah kita mendoakan para imam paroki kita, agar mereka memperoleh bimbingan Roh Kudus supaya dapat menyampaikan homili dengan baik?

Lalu tentang pendalaman Kitab Suci. Adalah sesuatu yang baik jika diadakan pendalaman Kitab Suci. Namun perlu juga ditentukan topik dan pembicaranya yang baik, agar berguna dan membangun iman umat. Jika anda terpanggil untuk berkarya membantu imam di paroki anda, silakan anda mengambil tugas ini, mengkoordinasikannya bersama dengan seksi katekese/ Kitab Suci di paroki. Jadi sebaiknya janganlah terlalu cepat menyampaikan kritik, jika kita sendiri belum melakukan bagian kita, yaitu mendukung para imam dengan doa dan jika perlu membantu dengan mendukung karya- karya kerasulan di paroki.

3. Acara doa rosario dan novena lebih banyak yang hadir?

Doa rosario, jika didoakan dengan benar, itu merupakan permenungan akan peristiwa hidup Yesus sendiri yang tertulis dalam Injil. Jadi doa rosario sebenarnya merupakan pendalaman Kitab Suci juga, namun arahnya lebih kepada penghayatan pribadi, dan bukan kepada pembelajaran bagi kelompok. Demikian pula dengan novena, jika novena ini disertai dengan Perayaan Ekaristi Kudus, maka ini sungguh bermakna sangat dalam, dan sebenarnya bahkan lebih sempurna daripada pendalaman Kitab Suci [tentu jika dibarengi dengan penghayatan akan makna Ekaristi]. Sebab, dalam setiap Perayaan Ekaristi, tidak hanya ada Liturgi Sabda yang merenungkan Sabda Allah (bacaan dari PL/ PB, Mazmur dan Injil) tetapi juga Liturgi Ekaristi di mana umat dapat menyambut Kristus dan bersatu dengan Kristus sendiri dalam Komuni Kudus.

4. Pastur tidak bisa membawakan renungan di PDKK?

Saya rasa kita perlu melihat hal ini secara lebih obyektif. Pastur paroki mempunyai tugas yang sangat banyak dalam paroki, bukan saja hanya untuk berkhotbah. Ia juga harus menjalankan tugas penggembalaan umat, mempersiapkan umat menerima sakramen- sakramen lainnya, termasuk Ekaristi, Baptis, Pengakuan dosa, Penguatan, Pernikahan (dan persiapan pernikahan), dan Pengurapan Orang sakit; juga tugas pastoral lainnya, kunjungan, manajerial paroki. Maka bukannya Romo tidak bisa khotbah panjang, tetapi karena waktunya yang memang sangat terbatas. Tentu saja Romo bisa menyampaikan khotbah dalam PDKK, dan saya sudah sering mendengarkannya. Jadi masalahnya, saya rasa, lebih cenderung kepada apakah Romo tersebut mempunyai waktunya atau tidak.

5. Intisari perjalanan iman: Doa, Firman, Persekutuan, dan Pelayanan?

Ya, saya juga mengetahui tentang ke-empat hal ini yang sering diajarkan juga dalam SHBDR. Namun sebenarnya ada satu jari- jari “roda” pertumbuhan yang terlupakan di sini, yaitu SAKRAMEN. Pertumbuhan rohani akan menjadi lebih baik dan sempurna, jika mengandalkan rahmat Allah sendiri yang tercurah di dalam sakramen- sakramen, karena sakramen merupakan cara yang dipilih Allah untuk menyampaikan rahmat-Nya. Secara khusus di sini adalah Ekaristi dan Pengakuan Dosa. Dengan rahmat Allah inilah maka kita dapat menjadi saksi Kristus yang lebih baik, dan bertumbuh dalam iman, pengharapan dan kasih.

Maka sebagai umat Katolik kita tidak dapat meletakkan pertemuan apapun di atas Perayaan Ekaristi, yang menjadi puncak dan sumber kehidupan Kristiani. Persekutuan doa, pendalaman Kitab Suci, Rosario, atau apapun bentuk kegiatan rohani lainnya tidak ada yang nilainya lebih tinggi daripada Ekaristi, dimana Kristus hadir dan bersatu dengan umat-Nya. Umat Katolik yang lebih memilih persekutuan doa daripada Misa Kudus, sesungguhnya menunjukkan bahwa ia tidak sungguh- sungguh menghayati imannya. Silakan memeriksa diri sendiri, sejauh mana kita sudah mempersiapkan diri menyambut Ekaristi, seperti yang pernah dituliskan di sini, silakan klik. Atau jika anda belum membaca artikel Ekaristi, silakan juga membacanya di sini, silakan klik dan di sini, silakan klik

Maka komentar anda bahwa membangun kecintaan umat kepada Kitab Suci, itu memang penting, tetapi juga sebaiknya itu dibarengi juga dengan membangun kecintaan umat kepada Ekaristi dan sakramen- sakramen lainnya. Karena dengan demikian, kita dapat mempunyai pertumbuhan iman yang lebih baik.

6. Doa yang keluar dari lubuk hati lebih berarti daripada doa Bapa Kami dan Salam Maria?

Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang keliru. Kalau seandainya doa Bapa Kami dihayati dengan sungguh- sungguh dan menjadi doa yang keluar dari lubuk hati, maka doa Bapa Kami menjadi doa yang sempurna dan berkuasa, sebab itu adalah doa yang diajarkan oleh Kristus sendiri. Lagipula, semua doa spontan yang baik, sesungguhnya menyerupai doa Bapa Kami, hanya penyampaiannya saja yang berbeda. Silakan anda membaca di artikel ini, silakan klik, untuk merenungkan kebenaran ini. Jika Tuhan Yesus lebih memilih doa spontan daripada doa yang dirumuskan, tentu Dia tidak perlu mengajarkan doa Bapa kami. Fakta bahwa Ia mengajarkan doa ini, adalah karena Ia ingin mengajarkan kepada kita bagaimana sebenarnya kita harus berdoa. Jadi marilah kita berusaha meresapkan doa Bapa Kami ini di dalam hati kita dan menjadikannya doa yang keluar dari lubuk hati kita, di samping mengucapkan doa- doa yang spontan.

Demikian juga tentang doa Salam Maria, yang pernah dibahas di sini, silakan klik. Sudah saatnya kita yang telah diperbaharui oleh Roh Kudus, belajar bertumbuh di dalam kerendahan hati; dan ini termasuk juga dengan menghargai pengajaran Gereja tentang doa dan sakramen. Kalau kita yang mendapat pencurahan Roh Kudus hanya sekejap saja menjadi sangat bersemangat dan mempunyai kasih yang berkobar kepada Tuhan; apalagi Bunda Maria yang sejak awal dikandung tanpa noda, dipenuhi oleh Roh Kudus dengan sempurna, mengandung Kristus Sang Allah Putera di dalam rahim-Nya, hidup 30 tahun di bawah satu atap dengan-Nya! Semoga Roh Kudus semakin menjadikan kita rendah hati dan mengakui, bahwa kita masih perlu banyak belajar dari banyak orang yang lebih kudus dari kita; dan terutama di sini adalah Bunda Maria, yang memang telah dikuduskan oleh Allah.

Demikianlah Surya, yang dapat saya tuliskan untuk menjawab pertanyaan/ komentar anda. Semoga saya sudah memakai kata- kata yang sederhana dan mudah dicerna. Jika belum, mohon maaf, dan silakan bertanya kembali.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

5 1 vote
Article Rating
19/12/2018
12 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
John
John
10 years ago

Shalom bu… Menanggapi bhwa kta sering b’rsa bosan t’utama pd wktu Homili dpd father. Agaknya kbnyakan father2 kta k’kurangan karisma @ aura dlm b’bicara utk mnarik prhatian kta utk m’dngar pnjelasan2 ttg ssuatu p’bacaan. Wlupn kdang kta mmg awlnya b’minat utk m’dngar krn sikap ingn tahu akn firman2 Tuhan t’sbut, tp smpai 1 wktu skiranya father m’beri homili dlm tona @ rentak yg ‘slow’, kta mlah jd mlas utk trus m’dngar. Ini s’snguhnya brlaku kpd kbnyakan kita… Sya hrap smoga kta sntiasa b’doa utk para father kta spy dbimbing utk m’pnyai suatu bntuk upaya dlm b’suara, spy dpt mnarik p’hatian… Read more »

Fransiskus Edy
Fransiskus Edy
13 years ago

Met malam team pengasuh Katolisitas, Saya pribadi mengucap syukur bahwa masih ada orang-orang yang tergerak hatinya untuk berbagi ilmu dengan saudara seiman lainnya.
Memang kita menyadari banyak sekali tentang ajaran-ajaran gereja katolik yang masih awam buat kami. Mudahan-mudahan dengan adanya forum seperti ini, bisa membantu kami yang awam lebih memahami seperti apa ajaran gereja katolik lebih detail.
Terima kasih.
Tuhan memberkati kita semua……………………

niko
niko
13 years ago

shallom redaksi
kenapa dalam liturgi sabda ada 3 bacaan?
tkx

Romo Bernardus Boli Ujan SVD
Reply to  niko
13 years ago

Niko Yth, Tiga bacaan itu khusus untuk Hari Minggu dan Hari Raya. Pada hari-hari lain (pesta, peringatan, harian) hanya ada dua bacaan. Perubahan ini dibuat sesudah Konsili Vatikan II karena sebelumnya hanya ada dua bacaan baik pada hari Minggu dan Hari Raya maupun pada misa harian dalam lingkaran satu tahun saja. Itu berarti sebelum Vatikan II umat mendengar bacaan yang sama setiap tahun dalam liturgi Sabda maka hanya sebagian saja dari isi Kitab Suci yang dimaklumkan dalam liturgi. Tata bacaan Sabda dalam liturgi dan ibadat sesudah Konsili Vatikan II ditinjau kembali dengan tujuan menolong umat yang merayakan liturgi atau ibadat… Read more »

Machmud
Machmud
13 years ago

Salam damai sejahtera Saya tidak bermaksud untuk mencampuri pengajaran ataupun liturgi di dalam gereja Katolik, tetapi ada kalimat yang ditulis oleh Romo Wanta yang menurut saya kurang pas. Tetapi sebelumnya saya mohon maaf, sebab menanggapi tulisan Romo Wanta berikut ini : tapi kalau kotbah tematis bisa 30 menit, kalau sampai 1 jam namanya ceramah. Pendengar memiliki kemampuan terbatas dia bisa menerima dengan konsentrasi penuh pada 6 menit pertama setelah itu dia bisa lupa Dalam sesi pendalaman Alkitab waktu yang 30 menit (menurut saya) kurang dari cukup. Di gereja kami untuk kebaktian biasa uraian tentang Alkitab disampaikan minimal 1 jam dan… Read more »

Rm Gusti Kusumawanta
Reply to  Machmud
13 years ago

Machmud Yth Terimakasih untuk semangatmu merespons mengomentari apa yang ada di dalam web katolisitas. Saya memberikan apresiasi pada anda yang mencari dan berusaha hidup menjadi orang kristiani yang baik dalam katolisitas. Soal pendalaman Kitab Suci itu berbeda dengan Liturgi Ekaristi (Misa) coba sesekali datang ikut hadir merayakan ekaristi di Gereja Katolik agar jangan salah persepsi. Pendalaman Kitab Suci ada di dalam kelompok misalnya Komunitas Basis, Lingkungan di Paroki atau di Persekutuan Doa. Bagi saya, pendalaman Kitab Suci harus dimulai dengan berdoa, membuka hati untuk bimbingan Roh Kudus, membaca Sabda Allah, Meditasi dan Kontemplasi Sabda Allah. Selanjutnya, kemudian bisa seorang pemandu… Read more »

Budi Darmawan Kusumo
Budi Darmawan Kusumo
Reply to  Machmud
13 years ago

Syalom Machmud. Saya ingin menanggapi tentang pewartaan firman TUHAN yang mungkin 15 menit di Ekaristi. Saya seorang Katolik yang aktif di persekutuan doa kharismatik katolik. Pengalaman pribadi saya, bahwa justru masalah – masalah besar di dalam hidup saya itu dijawab dalam SABDA 15 menit itu. sedangkan permasalahan – permasalahan kecil dalam kehidupan sehari – hari itu dijawab dalam komunitas persekutuan doa Katolik yang ceramah sampai 2,5 jam. Saya anjurkan anda datang ke persekutuan doa Katolik Kharismatik ( kalo di Surabaya ada di WTC lantai 3 Jam 19:00 hari Jum’at ), anda akan melihat kebaktian PERSIS kayak Kristen ( tapi yang… Read more »

anthonius
anthonius
Reply to  Machmud
13 years ago

Shalom, Saya menyampaikan pertanyaan melalui fasilitas “reply” ini, karena tidak melihat ada fasilitas khusus. Semakin jelas visi seseorang melihat bahwa betapa berharganya, betapa bermanfaatnya atau betapa beruntungnya dia jika berhasil mencapai tujuannya, maka semakin bersemangat dan teguhlah dia memperjuangkan pencapaian tujuannya tersebut. Dalam kekristenan juga, seandainya umat dapat melihat betapa berharganya, betapa indahnya menjadi anggota kerajaan Allah, saya yakin, umat akan lebih teguh dalam memperjuangkannya. Bolehkah Bapak/Ibu, membantu saya dan mungkin banyak yang lain, untuk dapat memiliki visi yang lebih jelas mengenai betapa tidak ternilainya tujuan akhir itu ? Saya “iri” dengan santo/santa atau martir yang mampu bersukacita dalam penderitaannya… Read more »

Surya Darma
Surya Darma
13 years ago

Shalom Bpk Stefanus Tay & Bu Inggrid Listiati,

dari hati yang paling dalam Surya amat sangat bersyukur adanya website ini yang buanyak menggali pengetahuan, sharing, dan pandangan bijak dari teman-teman seiman, terlebih dipandu oleh pasutri Stefanus Tay & Inggrid Listiati.
Ada beberapa hal yang Surya mau ungkapkan disini, diantaranya adalah sebagai berikut :

. Liturgi Sabda
[dari Katolisitas: Diedit]
Salam Sejahtera,
Surya Darma

[Dari Katolisitas: Pertanyaan selengkapnya dan jawabannya sudah disampaikan di atas, silakan klik]

Lukas Cung
Lukas Cung
Reply to  Surya Darma
13 years ago

Shalom Sdr. Surya Darma, Sama seperti Anda, sayapun sangat menyukai doa-doa spontan. Karna dengan berdoa spontan, saya bisa berdoa sebebas mungkin tanpa terikat oleh aturan-aturan doa baku. Dengan berdoa spontan, saya bisa mengutarakan dengan berulang-ulang apa yang saya kehendaki, saya bisa mengutarakan dengan panjang lebar apa yang saya pintakan, saya bisa sebebas-bebasnya menghaturkan pujian-pujian kepada Tuhan, Juru Selamat saya secara pribadi. Saya bisa mengucapkan dengan lantang dan penuh semangat: “Yesus, aku mencintaiMu! Yesus, aku mencintaiMu! Yesus, aku mencintaiMu!” – sebagai pengakuan imanku yang besar kepada Yesus. Prinsip saya, semakin banyak saya mengucapkan kata-kata, maka semakin banyak sudah saya berdoa. Dan,… Read more »

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
12
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x