Kutemukan Cinta-Nya Membebaskanku Dari Kenikmatan Semu

Pengantar dari editor:

Di masa muda yang penuh dengan gejolak perubahan, Gerard Martin Thema terseret dalam pergaulan anak muda pengguna narkotika dan obat terlarang. Terima kasih Gerard untuk keberanian, kasih, dan keterbukaan Gerard menceritakan pengalaman masa lalu yang mencekam ini, supaya orang lain dapat belajar dari kesalahan Gerard dan dengan rasa percaya diri yang sama, terdorong untuk mengandalkan Tuhan semata dan menemukan kekuatan sejati di dalam Dia yang Maha Memelihara. Supaya akhirnya kita dimampukan untuk memilih apa yang membawa kepada kehidupan yang berkelimpahan yang Dia rancang sejak semula untuk anak-anak-Nya. Kini Gerard merasa rindu dan siap untuk membantu sesama yang mengalami masalah yang sama, syukur kepada Tuhan. Semoga kisahnya ini menjadi suluh yang menerangi kaum muda untuk menyadari konsekuensi penggunaan narkoba dan mampu memilih yang benar demi masa depan yang penuh harapan dan kebaikan di dalam Tuhan.

Nama saya Gerard, umur saya saat ini 32 tahun dan sekarang saya bekerja sebagai seorang Konsultan Rekrutmen di perusahaan yang saya dirikan bersama rekan kerja.

Saya seorang mantan pecandu narkoba. Suatu pernyataan yang selama 10 tahun terakhir saya sembunyikan dari lingkungan dan keluarga saya sendiri. Tetapi saat ini berkaca pada hidup saya, saya memutuskan untuk tidak malu menyatakan hal tersebut kembali.

Lebih spesifik, saya adalah mantan pengguna dan pecandu narkoba jenis ekstasi dan ganja. Saya juga beberapa kali menggunakan shabu tetapi memang tidak sampai pada tahap pecandu. Berkenalan dengan ekstasi dimulai pada tahun 1996 ketika saya memasuki masa SMA di salah satu SMA Katolik di Jakarta. Saat itu saya merupakan lulusan SMP yang minder dan tertutup. Saya juga tidak mempunyai banyak teman karena saya senantiasa merasa minder. Saat itu selepas SMP saya sangat ingin mempunyai banyak teman dan sangat ingin masuk ke dalam suatu “geng” untuk merasa dapat “dihargai” oleh lingkungan saya. Saat itu saya sedang mencari jati diri saya.

Saat saya mencari lingkungan pergaulan baru, saya berkenalan dengan beberapa teman yang merupakan pengguna. Melihat teman-teman saya yang merupakan “tokoh” yang disegani di lingkungan sekolah, maka saya sangat tertarik untuk masuk ke dalam “geng” mereka dengan konsekuensi saya harus menjadi pemakai “Inex” atau “Ekstasi”.

Teman-teman baru saya merupakan anak “diskotik” di mana setiap malam Minggu kami selalu pergi ke salah satu diskotik di bilangan Mangga Dua. Di sanalah saya berkenalan dengan dunia narkoba.

Dosis mulai dari seperempat, lanjut ke setengah, sampai dua pil untuk “on” menjadikan saya menjadi pengguna reguler ekstasi. Mulai dari jenis Pink Lady, Blue Ocean, atau jenis lainnya dalam ekstasi membuat kehidupan saya berantakan. Setiap Senin pada hari pertama sekolah setiap minggunya saya sudah memikirkan “on” di hari selain hari Sabtu malam. Setiap Sabtu malam/malam Minggu saya selalu menghabiskan sekitar 8-10 jam di diskotik dengan mengkonsumsi ekstasi. Pernah beberapa kali saya sampai keluar diskotik pada jam 9 pagi yang kalau ditotal saya menghabiskan waktu 14 jam di diskotik tersebut. Es batu, menthol, dan minuman berenergi menjadi teman saya dalam mengkonsumsi ekstasi untuk memaksimalkan “on”. Biasa satu dosis ekstasi akan bertahan sekitar 3-4 jam yang berarti saya bisa menghabiskan 5 pil ekstasi dalam satu malam.

Hidup saya berantakan, saya mulai banyak membolos sekolah, saya mulai banyak mencuri barang milik orangtua di rumah. Saya sampai menggadaikan perhiasan ibu saya untuk mendapatkan uang yang saya habiskan di diskotik. Berat badan saya turun drastis dan selama dua tahun yang saya pikirkan adalah ekstasi dan ekstasi.

Situasi puncak dari kondisi saya adalah saat saya membolos sekolah selama 30 hari berturut-turut tanpa pemberitahuan. Saat itu orang tua saya ditelpon oleh pihak sekolah menanyakan diri saya dan mereka dipanggil ke sekolah untuk mempertanggungjawabkan perbuatan saya. Saya masih ingat saat itu saya diwajibkan untuk melakukan pengecekan urine tetapi saya berhasil lolos tes urine tersebut karena saya menukar urine saya dengan urine teman yang bukan pengguna.

Meskipun lolos dari tes urine, sekolah tetap memutuskan untuk menskors saya selama satu tahun ajaran. Suatu pukulan untuk saya dan keluarga. Saya masih ingat keluarga saya dikucilkan oleh keluarga besar. Orang tua saya dianggap tidak bisa membesarkan anaknya dengan baik. Saya masih ingat saat itu papa mama saya hampir setiap minggu bertengkar mengenai saya. Sesuatu yang mendorong tumbuhnya kesadaran dalam diri saya.

Saya sangat bersyukur memiliki orangtua yang menyayangi saya. Saat itu mereka dengan sabar mendampingi saya dan menanyakan apa yang saya inginkan untuk masa depan. Tetapi mereka tidak mau kalau saya pindah sekolah. Menurut orang tua saya, apa yang sudah saya mulai harus saya selesaikan juga. Bagi mereka, kalau saya keluar dari SMU tersebut atas kehendak saya maka saya tidak bisa bersekolah di tempat lain. Beruntung pihak sekolah mau menerima saya kembali setelah 9 bulan tidak bersekolah dengan konsekuensi saya harus mengulang kelas 2 SMU saya lagi.

Saat itu saya rasakan dukungan orangtua yang besar yang membuat saya berubah. Selain itu ketidakhadiran teman-teman pengguna karena saya diskors membuat saya punya banyak waktu merenung. Ditambah ayah saya yang melarang saya keluar rumah di malam hari karena saya tidak bersekolah membuat suatu perubahan positif di dalam kehidupan saya.

Saya berhasil lulus SMU dengan 4 tahun masa belajar. Sesuatu yang saya syukuri karena saya bisa menyelesaikan sekolah menengah saya. Dukungan dan cinta kasih yang saya rasakan dari orangtua merupakan anugerah terindah untuk memotivasi saya keluar dari masa kelam saya.

Selepas masa SMU saya memutuskan untuk mencari lingkungan baru dan aktif dalam berbagai kegiatan di universitas dan juga Gereja. Kalau banyak orang beranggapan bahwa masa-masa di SMU merupakan masa terindah mereka, bagi saya masa di universitaslah yang merupakan masa terindah saya karena di universitas saya dapat mengaktualisasikan diri tanpa narkoba.

Saya berhasil keluar dari jeratan narkoba tidak dengan rehab. Saya berhasil keluar karena adanya cinta kasih yang besar dari kedua orangtua. Mereka pun tidak tahu bahwa saya adalah pengguna narkoba. Tetapi di saat saya mulai jatuh lebih dalam ke dalam dunia narkoba, Tuhan menyelamatkan saya dengan cara yang sakit di awal yaitu skors dan hukuman sosial yang menyadarkan saya bahwa Cinta Kasih Tuhan lebih besar dari segalanya.

Saya merasa bersyukur bahwa saya bisa keluar dari jeratan narkoba karena saya mendengar ada dua orang teman yang meninggal akibat over dosis. Teman “geng” yang tidak bisa menyelamatkan dirinya.

Saat ini sudah kurang lebih 15 tahun saya tidak mengkonsumsi narkoba. Sesuatu hal yang baru saya dapatkan yaitu Tuhan sangat sayang kepada saya. Selepas universitas saya berkenalan dengan World Youth Day di mana saya aktif di acara tersebut sampai sekarang.

Narkoba sangat menyesatkan. Enak di awal mengkonsumsi, tetapi menjadi setan bagi masa depan. Saya sangat percaya dukungan cinta kasih dan perhatian menjadi obat paling manjur untuk pengguna. Dukungan doa dan juga komunitas mantan pengguna juga sangat bermanfaat bagi mereka. Oleh karena itu saya siap untuk membantu mereka dan semoga kisah ini menjadi makna positif bagi para pengguna.

Oleh Gerard Martin Thema
Kisah ini juga telah dimuat dalam buletin KELUARGA, terbitan Komisi Keluarga KWI, edisi I / Januari 2014, hlm 27-31.

DOA
Tuhan Bapa di Surga, sepanjang jalan hidupku Engkau telah selalu mengawalku dengan kasih setia-Mu. Sekalipun aku sudah memilih jalanku sendiri dan terjatuh dalam kegelapan, Engkau tidak pernah melepaskan tanganku, Engkau tetap bersamaku. Di saat aku memutuskan untuk menggapai kembali cahaya hidupku, tangan-tanganMu yang kuat segera menopangku dan memulihkan hidupku. Terima kasih Bapa atas kasih setia-Mu. Bimbinglah aku dalam Roh Kudus-Mu bersama teladan pengorbanan Tuhan Yesus Kristus Putera-Mu dan doa Bunda Maria, untuk meneguhkan saudara-saudaraku kaum muda dan khususnya mereka yang mengalami pergumulan yang sama, supaya mereka pun menemukan cahaya mereka lagi dan hidup dalam kelimpahan sebagaimana Engkau rancang bagi kami sejak semula. Amin.

5 1 vote
Article Rating
19/12/2018
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x