Kesucian Hati Imam Diosesan dan Perutusannya

Kehidupan seorang imam

Kehidupan seorang imam di zaman ini selalu penuh tantangan, baik yang besar maupun kecil. Di manapun, kapanpun, dalam hal apapun, tantangan menghiasi setiap jalan seorang imam bagaikan berjalan menemui kerikil-kerikil tajam. Jatuh bangunnya kehidupan seorang imam itulah sebuah dinamika perjalanan menuju kesucian para imam. Suci atau kudus dalam konteks Kitab Suci Perjanjian Lama (KS PL) senantiasa diartikan “yang dikhususkan bagi Allah”. Imam yang disucikan dalam KS PL berarti orang yang terpilih dan dikhususkan bagi Allah. Maka kehidupan seorang imam dikuduskan oleh Allah dalam melayani umat-Nya. Meskipun demikian seorang imam adalah manusia biasa yang kadang pernah jatuh karena dosa. Pertanyaan berikutnya adalah, apakah imam mampu bangun kembali dan meneruskan perjalanan imamatnya atau tetap di situ?

Kesucian menurut Kitab Suci

Dalam konteks Kitab Suci Perjanjian Baru dan dunia millenium saat ini, kesucian seorang imam tidaklah hanya dilihat dari sisi kerohanian karena dia adalah seorang yang dipilih Allah menjadi imam-Nya, melainkan karena seorang imam adalah manusia biasa yang setia dalam panggilannya. Maka kesucian mesti dilihat dari kemampuan dan daya tahan seorang imam dalam menjalankan kehidupan imamatnya. Ketika jatuh, seorang imam sadar dan mengakui kesalahannya dan bangkit untuk bangun kembali, berjalan tegak menapaki jalan imamat sehari-hari. Untuk itu ada beberapa hal pokok yang perlu mendapat perhatian bagi seorang imam yang berusaha hidup suci dalam panggilan imamatnya. Seorang imam adalah seorang yang dipilih oleh Allah untuk berdoa bersama dengan umat-Nya. Konsili Vatikan II dalam Dekrit Presbyterorum Ordinis, 5 menyatakan: Allah satu-satunya yang kudus menguduskan, berkenan mengikutsertakan manusia sebagai rekan serta pembantu-Nya untuk dengan rendah hati melayani karya pengudusan. Imam mengambil bagian dalam kekudusan Allah dan menyalurkan kekudusan itu kepada umat beriman. Pengudusan itu berpusat pada misteri wafat dan kebangkitan Kristus dari alam maut. Dalam pengudusan itu, imam berperan sebagai pendoa yang terus menerus melatih diri. Maka seorang imam selain berdoa pribadi wajib mendoakan Ibadat Harian atau Ofisi. Doa menjadi senjata utama dalam menghadapi kerikil dan batu besar yang menghadang perjalanan seorang imam.

Tantangan kesucian imam

Tantangan terbesar bagi seorang imam di zaman ini adalah kemampuan imam untuk berdialog dengan umat. Kemampuan berdialog bagi seorang imam dituntut dalam rangka pastoral kegembalaan bagi umat. Apalagi jika seorang imam yang berkarya di Keuskupan Agung Jakarta, tentu “tuntutan” kemampuan berdialog menjadi lebih tinggi. Umat Keuskupan Agung Jakarta cenderung lebih kompleks, maka persoalan yang ada juga lebih variatif. Mencari jalan keluar lewat dialog dengan umat mungkin juga lebih sulit. Dialog juga tidak hanya melulu untuk mencari jalan keluar atas suatu masalah. Dialog diperlukan juga untuk menjadi dekat dengan umat, apapun latar belakangnya, tanpa pandang bulu. Seorang imam adalah pemimpin pastoral sebagai gembala yang baik (bdk. Yoh 10:11). Yesus mengikutsertakan para murid-Nya untuk mencari domba yang hilang. Tugas penggembalaan itu terkait dengan kuasa yang diterima dari Yesus. Kuasa itu diberi untuk menyalurkan kekuatan ilahi demi kesejahteraan rohani dan merangkul semua domba dalam kawanan yang sama. Maka untuk itu dibutuhkan hidup kerohanian seorang gembala yang melayani dan rela berkorban demi umatnya. Untuk itu pula dibutuhkan kemampuan pendampingan seorang imam kepada umatnya. Dengan persoalan yang kompleks, kemampuan para imam untuk bisa mengimbangi dalam pendampingan juga menjadi tantangan. Bagaimana membantu umatnya melewati masa sulit sebagai wakil sosok Kristus yang hadir di dunia. Bagaimanapun, umat yang mengalami masalah tentu butuh sahabat yang bisa dijadikan tempat bersandar selain imam yang mampu memberikan penguatan spiritual.

Jakarta dan sekitarnya menawarkan kehidupan yang metropolis. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi para imam untuk tetap setia dengan kaul kekalnya. Berbagai fasilitas yang bersifat hiburan mulai dari internet sampai model ponsel terbaru, sungguh menggoda sebagai “pelarian” dari kejenuhan dan stres. Para imam bisa saja terpeleset dan terlena ke dalam kondisi yang nyaman, manja, mapan, merasa tidak cukup, bahkan sampai mencari ketenaran, kuasa, dan harta. Ini sangat bertolak belakang dengan kesucian hidup imam. Maka tantangan ini menjadi unik karena berbeda satu dengan lainnya. Di tengah gaya hidup metropolis seperti ini, muncul dilema antara melayani dan ingin dilayani. Tidak dapat dipungkiri bahwa tingkat ekonomi umat Keuskupan Agung Jakarta sangat banyak yang di atas rata-rata. Maka “fasilitas” yang diberikan kepada imamnya sebagai tanda kasih bisa menjadi bumerang. Maka baik kalau umat jangan memberikan hadiah yang mewah kepada imam, karena dapat menimbulkan akibat yang kurang baik. Yesus sendiri membasuh kaki para rasul-Nya pada Malam Perjamuan Terakhir. Semangat ini seyogyanya juga dimiliki oleh para imam. Melayani dengan rendah hati, bukan dilayani.

Menjadi seorang imam tentu menyangkal diri, meninggalkan hal-hal duniawi dan mengorbankan kepentingan pribadinya, termasuk ego. Seperti halnya Kristus yang mengorbankan diri-Nya di kayu salib, begitu juga para imam mengorbankan dirinya untuk gereja. Pada prakteknya, pengorbanan yang dilakukan memang terlihat sepele, seperti hobi. Hobi pada umumnya dilakukan pada waktu senggang, bukan menjadi prioritas hidup. Maka ketika pelayanan berhadapan dengan kebutuhan pribadi duniawi, para imam diharapkan untuk mengutamakan pelayanan. Imam bukan hanya untuk Gereja atau hanya untuk umat. Imam menjadi pelayan keduanya. Kedekatan dengan umat bisa dijadikan tolok ukur bagaimana imam melayani umatnya tanpa pilih kasih. Imam diharapkan menjadi gembala di tengah kawanannya, bukan di luar. Gembala yang baik tentu berada di antara dombanya, menjaga agar kawanannya tetap teguh, bersatu, dan tidak hilang seekor pun. Imam juga diharapkan untuk memiliki komitmen untuk bekerja sama tidak hanya dengan umat tapi juga gereja lokal berdasarkan kebijakan gereja lokal. Imam-imam misionaris dan diosesan harus dapat bekerja sama dengan baik. Dengan kolaborasi yang baik di antara para imam ini, tentu membuat umat juga semakin gembira menjalani hidupnya.

Yang perlu dilakukan seorang imam

Ada beberapa hal yang diharapkan untuk dilaksanakan para imam untuk mencapai kesucian:

  • Bertumbuh dalam kematangan hidup rohani. Doa pribadi dan offisi harian dan meditasi merupakan jalan kematangan hidup rohani
  • Mengembangkan kepribadian yang utuh dan matang. Dengan rohani dan kepribadian yang matang, umat akan merasa lebih aman dan damai hidup bersama gembalanya.
  • Belajar setia pada Kristus dengan merayakan Ekaristi Kudus setiap hari. Menjadi imam adalah panggilan untuk menjadi sosok Kristus di dunia. Kesetiaan pada panggilan dan hidup imamat tidak akan habis dikikis oleh tantangan dan waktu, melainkan akan semakin dinamis dan dewasa.
  • Melakukan aksi cinta kasih pastoral yang total pada Kristus, Sang Gembala Agung.
  • Menghidupi kesucian hidup imam dengan latihan rohani: rekoleksi dan retret, meditasi harian, dan adorasi pada Sakramen Maha Kudus. Menjadi seorang imam adalah menjalani pola hidup yang suci. Sebagai manusia, imam juga bisa sesekali jatuh. Dengan kesadaran hidup suci itu, tentu pertobatan yang sungguh bisa mengembalikan kesucian hidup imam.

Hidup menjadi imam tentu tidak dapat dijalani oleh sembarang orang. Hanya yang terpanggil dan terpilih yang berjalan berdampingan dengan Kristus. Menjadi sangat indah di tengah kehidupan duniawi yang semakin tidak jelas arahnya, ada seorang yang memberikan hidupnya sebagai persembahan pada Kristus di altar-Nya yang suci. Dan itulah imam kita. Maka dukung dan kasihi imam-imam Anda dan terima apa adanya sebagai manusia yang biasa, namun memiliki anugerah kuasa ilahi untuk Gereja.

Imam diosesan dan perutusannya

Paus Yohanes Paulus II dalam Ensikliknya Redemptoris Missio mengatakan bahwa “tugas perutusan Kristus Sang Penebus, yang dipercayakan kepada Gereja, masih sangat jauh dari penyelesaiannya, bahkan masih di tahap awal. (bdk. RM. 1). Maka Ia  mengundang peran aktif seluruh umat Kristiani untuk terlibat dalam karya misioner. Hampir seluruh pewartaaan Gereja  diwarnai perutusan misioner, khususnya di zaman sekarang ini. Jadi kata misioner tidak asing lagi bagi mereka yang bergerak dalam pewartaan. Bahkan untuk anak-anak SEKAMI (Serikat Kepausan Anak Misioner)  dikenal istilah Misionaris Cilik.   Pada imam diosesan dikenal satu istilah “Misionaris Fidei Donum”. Istilah Misionaris Fidei Donum ini muncul ketika dikeluarkannya Ensiklik Fidei Donum oleh Paus Pius XII, 21 April 1957. Ensiklik Fidei Donum ditulis pra konsili Vatikan II. Pada masa itu pandangan tentang seorang misionaris adalah seseorang yang diutus keluar negara / tanah misi. Ensiklik ini berisikan himbauan kepada para uskup (sedunia) untuk mengijinkan para imam diosesan (dalam kurun tertentu) menjadi misionaris di Afrika. Karena pada waktu itu negara Afrika baru terbebas dari penjajahan (mendapatkan kemerdekaannya).

Para imam inilah dikenal dengan sebutan “Misionaris Fidei Donum”. Dan  sampai saat ini, istilah “Misionaris Fidei Donum” masih tetap dipakai. Bahkan untuk negara Eropa (Italia) adanya satu komisi untuk menangani secara khusus bagi “Misionaris Fidei Donum”.  Namun di zaman millennium III, hampir seluruhnya himbauan/surat Paus mengarahkan pada seluruh umat Kristiani (kita) untuk menjadi seorang misionaris. Berjiwa misioner bagi setiap orang yang telah dibaptis. Menjadi misionaris dengan ikut ambil bagian dalam karya perutusan misioner Gereja. Namun, bagi para imam, mereka mempunyai kekhususan sendiri dalam tugas perutusan. Terlebih di daerah-daerah di mana orang-orang Kristen merupakan minoritas, para imam mendapatkan tugas secara khusus (bdk. RM. 67).

Walaupun demikian, setiap imam mempunyai tugas yang sama, yakni untuk membangun umat Allah. Hal ini ditegaskan dalam dokumen Pastoral davo Vobis sebagai berikut: Kenyataannya semua imam, entah diosesan atau religius, berpartisipasi dalam satu-satunya imamat Kristus, Kepala dan Gembala. Mereka mengerjakan satu hal yang sama, yakni: “membangun Tubuh Kristus, yang memerlukan bermacam-macam fungsi serta penyesuaian baru, khususnya dewasa ini”, lagi pula dari abad ke-abad diperkaya dengan karisma-karisma yang setiap kali baru (PdV, 17).

Para imam mendapatkan perutusan misioner berdasarkan Sakramen Tahbisan Imamat yang diterimanya. Jadi dalam hal ini, semua imam tergolong misionaris. Dalam Ensiklik Redemptoris Missio, 67 dijelaskan demikian:  “Sebagai rekan-rekan para uskup, para imam dipanggil berdasarkan pada Sakramen Tahbisan Imamat untuk ikut ambil bagian di dalam kepedulian akan tugas perutusan Gereja, “anugerah rohani, yang diterima para imam dalam tahbisan, tidak mempersiapkan mereka untuk satu perutusan yang terbatas dan sempit, melainkan untuk perutusan keselamatan, yang sangat luas dan universal sampai ke ujung bumi” dalam cakupan universal perutusan yang diserahkan Kristus kepada para Rasul”. Karena alasan ini maka pendidikan untuk para calon imam mesti diarahkan pada usaha memberikan mereka “jiwa yang benar-benar Katolik. Yang membiasakan mereka melampau batas-batas dioses, negara, atau ritusnya, dan membantu kebutuhan seluruh gereja dengan hati yang siap untuk mewartakan Injil di mana saja”. (bdk. RM. 67, PvD 18, PO.20).  (Tulisan ini diolah dari berbagai sumber)

RD. D. Gst Bgs Kusumawanta

(Ketua Unio Indonesia 2011-2014)

3 2 votes
Article Rating
27 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
maria
maria
12 years ago

salam

Terima kasih romo Santo atas penjelasannya. Benar2 mencerahkan saya. Saya kadang juga ingin menyepi, menghindar dari ketidakpastian dunia ini. Kadang saya ingin tutup telinga ato mengistirahatkan batin saya dari segala masalah2 ato dari hingar bingar dunia ini dan mencari kedamaian ato setidaknya hening,melepaskan segalanya dan menyerahkan semua beban kepada Tuhan tapi saya takut saya hanya mementingkan diri sendiri dan tdk menjadi orang kristen yang baik , ternyata apa yang saya pikirkan salah. Terima kasih romo

maria
maria
12 years ago

salam bagaimana pandangan GK ttg hidup membiara ato bertapa krn bnyk kisah hidup orang kudus yg sy baca sebagian besar dr mereka lbh sk hidup membiara dn bertapa, misal Suster Lucia Santos dr Fatima ato seorg uskup (lp namanya) yg mengundurkan diri krn terlalu bnyk konflik dn lbh memilih hidup membiara dn bertapa, bahkan smp ada yg hidup menyendiri hidup di hutan ato gua smp ajal mrk. Saya salut terhdp cr hidup mrk yg totalitas hanya utk Tuhan tp sy kmd bingung bgmn dg berkarya ato mewartakan iman ato dg hidup bermasyrkt? Kalau mrk memilih hdp spti tsb bukankah mrk… Read more »

Yohanes Dwi Harsanto Pr
Yohanes Dwi Harsanto Pr
Reply to  maria
12 years ago

Salam Maria, Kita bisa mencari informasi mengenai hidup kerahiban atau pertapaan ini di berbagai sumber dari baiara-biara mereka seperti http://www.ocso.org, http://www.trappistabbey.org/ Mengenai sejarah pertapaan umumnya dan khususnya di Rawaseneng bisa dilihat di http://sites.google.com/site/rawaseneng/sejarah. Mereka mempunyai aturan pertapaan dengan visi mendoakan dunia. Tidak mudah menjalani hidup doa dan karya yang utuh, namun hal itu mungkin. Mereka pun bekerja tangan dengan hasil kabun, hasil ternak hasil pertanian yang nyata. Anda bisa mengunjungi pertapaan OCSO Rawaseneng di kabupaten Temanggung dan Pertapaan OCSO Bunda Pemersatu Gedono kabupaten Salatiga untuk mengetahui lebih dalam akan hidup kerahiban. Kesaksian mereka ada di http://sites.google.com/site/rawaseneng/kesaksian Gereja Katolik sangat mendukung… Read more »

maria
maria
12 years ago

salam

syarat-syarat apa saja utk jadi imam? Terus ada syarat-syarat tertentu juga nggak yang membuat seseorang tidak bisa jadi imam? Misal seseorang dengan kelainan sex seperti homosexual, transgender, bisex, kepribadian ganda dll. Apabila seorang imam di kemudian hari diketahui imam tsb tidak layak atau tidak memenuhi syarat utk jadi imam, misal diketahui imam tsb telah ganti identitas karena telah operasi dari wanita ke pria dll, apakah imam tsb kena sangsi? Kalau iya sangsi apa yg dikenakan?
terima kasih

Yohanes Dwi Harsanto Pr
Yohanes Dwi Harsanto Pr
Reply to  maria
12 years ago

Salam, Maria Halangan tahbisan tercantum dalam KHK kanon 1041: Yang telah menderita kegilaan atau penyakit psikis lain, yang sesudah dikonsultasikan dengan para ahli dinilai tidak mampu melaksanakan pelayanan dengan baik. Yang telah melakukan tindakan pidana, murtad atau skisma. Yang telah mencoba menikah, walaupun secara sipil saja. Yang telah menggugurkan kandungan atau bekerja sama secara positif untuk keberhasilan pengguguran kandungan. Yang mencoba bunuh diri, membuat mutilasi berat untuk kejahatan diri sendiri dan orang lain. Yang pernah mempraktekkan tahbisan yang tidak pernah diterimanya. Kesehatan psikis tersebut termasuk segala bentuk anomalia seksual seperti yang Anda sebut. Jika Gereja “kecolongan” menahbiskan orang dengan kelainan… Read more »

Handry Marcellinus Augustinus Suteja (Handry)
Handry Marcellinus Augustinus Suteja (Handry)
13 years ago

Romo Mardi saya mau tanya boleh tidak ? Saya dulu pernah masuk di seminari menengah di kelas KPA (Kelas Persiapan Atas) dan saya juga mempunyai seorang adik kelas di seminari menengah di kelas KPP (Kelas Persiapan Pertama) dan dia dulu sangat bersemangat sekali menjadi Frater OFM, dan sekarang dia malahan menjadi umat Katolik Orthodoks. Padahal dia baru saja pindah agama dari Islam ke Katolik Roma. Pertanyaan saya adalah apakah berdosa tidak kalau kita pindah agama Katolik Roma ke Katolik Orthodoks ? Juga apa perbedaan Katolik Roma dengan Katolik Orthodoks ? Juga pemimpin agama disebut apa sih ? Atas perhatiannya saya… Read more »

Ingrid Listiati

Shalom Handry, Nampaknya istilah yang anda gunakan agak rancu. Sebab yang kita kenal sekarang dengan sebutan gereja Orthodoks tidak mengakui kepemimpinan Bapa Paus, sehingga mereka tidak dapat dikatakan sebagai Gereja Katolik ataupun gereja Katolik Orthodoks. Usaha dari para pemimpin kedua belah pihak sudah ada (Paus dari Gereja Katolik, dan patriarkh dari gereja Orthodoks) namun mungkin masih memerlukan waktu dan jalan yang panjang untuk merealisasikannya. Tentang hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik, dan tentang perbedaan secara garis besar antara gereja Orthodox denagn Gereja Katolik, silakan klik di sini. Namun demikian, ada beberapa Gereja Timur yang berada dalam kesatuan… Read more »

Maria
Maria
13 years ago

Salam Terima kasih Romo Wanta atas dijawabnya pertanyaan saya. Saya mohon maaf Romo kalau pertanyaan saya tidak menghargai atau melecehkan imam. Bukan maksud saya, terlebih di bagian mengemis, karena dari yang saya baca dari kisah hidup santo semisal St.John of Vianney atau St.Ignatius Loyola, beliau2 dalam perjalanan mencari Yesus, mereka hidup dalam kemiskinan hingga mereka mengemis walaupun akhirnya uang dari mengemis disumbangkan atau diberikan kepada org2 miskin atau Gereja. Pertanyaan saya: kenapa mereka mengemis dan tidak bekerja saja semisal jadi pembantu dan bukankah hal tersebut bertentangan dengan 2Tes 3:7-10 dan apakah hal tsb masih berlaku? Saya pernah dengar sharing seorang… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  Maria
13 years ago

Shalom Maria, 1. Tentang St. Ignatius Loyola dan St. Yohanes Vianney Nampaknya anda salah paham dalam memaknai kesaksian hidup St. Ignatius Loyola dan St. Yohanes Vianney maupun santa-santo lainnya, jika mereka memilih hidup miskin. Kisah hidup St. Ignatius Loyola (1491-1556) yang selengkapnya dapat Anda baca di link ini, silakan klik. Memang di sana dikatakan bahwa St. Ignatius hidup miskin dan dalam kaul kemiskinan itu, mengemis seperti halnya berpuasa dan berjalan tanpa alas kaki. Itu merupakan salah satu bentuk matiraga, yang melaluinya ia semakin menghayati kehidupan seperti Kristus, yang sewaktu penjelmaan-Nya menjadi manusia juga hidup sebagai orang miskin. Namun demikian, kisah… Read more »

maria
maria
Reply to  Ingrid Listiati
13 years ago

Salam terima kasih bu Ingrid atas jawabannya. Ya memang mengemis yang saya ketahui mengemis seperti kondisi sekarang yang kadang disalahgunakan ato kadang malah jadi profesi. Tentang imam yang menikah adalah berdosa, apakah itu termasuk dosa berat seperti seseorang yang selingkuh dan melakukan zinah (hub intim) atau dosa ringan? Saya pernah menonton tayangan Oprah tentang pastor menikah dengan umatnya janda anak 1, di situ si pastor mengalami pergulatan selama 10thn tentang perasaannya walau pada akhirnya beliau keluar dari Gereja Katolik ke Gereja Evangelist dan menikah. Di salah satu situs Katolik juga dibahas tentang salah satu pastor host di salah satu acara… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  maria
13 years ago

Shalom Maria, Pada prinsipnya, tahbisan imamat itu, seperti halnya ikatan perkawinan Katolik, sifatnya mengikat seumur hidup. Dengan demikian jika seorang imam melanggar janji tahbisannya dengan melakukan hubungan intim dengan seorang wanita, itu merupakan pelanggaran/ dosa berat, seperti halnya seorang suami yang melanggar janji perkawinan dengan melakukan hubungan intim dengan seorang wanita yang bukan istrinya. Pelanggaran ini adalah dosa berat, karena umumnya dilakukan dengan pengetahuan penuh bahwa perbuatan itu adalah dosa, namun tetap dilakukan juga. Silakan anda membaca di sini tentang prinsip pengertian apakah itu dosa berat dan apakah itu dosa ringan, silakan klik. Terus terang, saya tidak pernah menyimak kisah… Read more »

maria
maria
13 years ago

salam di artikel di atas dikatakan kalau imam jg manusia biasa yg berbuat dosa. Kalau begitu imam mengakukan dosanya kepada siapa? Demikian jg dg uskup atau bahkan Paus sendiri? Tentang godaan jaman skrg (internet,tlp dll) kepada imam, saya pernah saat homili seorang romo bercerita kalau beliau pernah punya hp keluaran terbaru dg segala fasilitas2 canggihnya, beliau begitu senangnya dg hpnya bahkan sampai smsan sampai pagi kemudian hp tsb tidak sengaja kerendam saat beliau nyuci pakaian, beliau sempat kecewa dan sedih, beliau jg sempat curhat ke umatnya dan ada umatnya yg mau patungan utk ngganti hpnya. Mendengar tsb saya sadar, beliau2… Read more »

Romo Wanta, Pr.
Reply to  maria
13 years ago

Maria Yth Kehidupan imam tidak lebih dan kurang sama dengan awam. Mereka manusia biasa yang dapat tergoda oleh bujukan duniawi ini. Maka sebaiknya jangan memberi barang yang mahal kepada rama kalau itu tidak untuk kepentingan yang penting dan mendesak untuk Gereja. Soal pengakuan dosa, baik imam, uskup, bahkan Paus mengaku dosa kepada imam. Istilah magang menjadi rama tidak ada. Apa yang anda maksudkan saya tidak mengerti. Calon imam tidak perlu mengemis, bahkan sudah disediakan semuanya untuk kepentingan pembinaan calon imam menjadi imam. Gereja sangat concern dalam pendidikan calon imam dengan biaya yang mahal. Karena itu mohon didukung para calon imam… Read more »

dela
dela
13 years ago

Salam Romo Wanta, saya sering kesal, jika banyak pihak yang sering menjelek2an gereja Katolik akibat skandal2 pelecehan yang ada dalam gereja. Yang ingin saya tanyakan, berapa prosentasenya dibanding jumlah seluruh imam dalam Gereja Katolik? Berapa jumlah imam yang tercatat dalam Gereja katolik dan dari seluruh imam berapa banyak imam yang melakukan pelecehan tersebut? Apakah gereja lain tidak melakukan penyimpangan2 seperti itu? Bisakah dikasih link2 nya? Bagaimana kita bisa menjawab ini, jika kita mengatakan dalam syahadat bahwa Gereja Katolik itu kudus? Semoga Tuhan selalu menjaga Gereja Katolik dari para pengejek2 yang tidak bosan2nya menghina GKR GBU [dari katolisitas: silakan membaca diskusi… Read more »

adrian
adrian
13 years ago

Sakramen Perkawinan vs Sakramen Imamat Saya melihat bahwa dua sakramen ini “bertentangan” sekaligus sama. Sakramen perkawinan diterimakan oleh orang yang tidak menerima sakramen imamat; demikian pula sebaliknya. Tuntutan-tuntutannya rada-rada mirip: sekali seumur hidup. Akan tetapi, saya melihat ada perbedaan dalam perlakuannya. Tuntutan terhadap sakramen perkawinan lebih “berat” ketimbang sakramen imamat. Misalnya, dalam sakramen perkawinan ada tuntutan pengumuman di gereja sampai tiga kali tentang status bebas kedua calon pasutri. Tujuannya agar nanti tidak ada masalah yang menggagalkan perkawinan itu. Nah, kenapa dalam sakramen imamat tidak ada pengumuman? Seharusnya dan menurut saya sebaiknya ada pengumuman akan rencana penerimaan sakramen imamat. Diumumkan di… Read more »

Romo Wanta, Pr.
Reply to  adrian
13 years ago

Adrian Yth

Tidak ada pertentangan antara kedua Sakramen Perkawinan dan Imamat. Keduanya sakramen relasional yang sakramental. Dalam pentahbisan seorang calon imam yang akan ditahbiskan juga harus diumumkan tiga kali, sudah lama cara itu dilakukan. Heran saja di mana anda tinggal, keuskupan mana? Mengapa tidak ada pengumuman bagi calon imam yang akan tertahbis. Jadi tidak ada pertentangan.

salam
Rm Wanta

adrian
adrian
Reply to  Romo Wanta, Pr.
13 years ago

Oya??? Waktu saya di keuskupan Pangkalpinang, saya tidak pernah mendengar adanya pengumuman bahwa seorang diakon akan menerima tahbisan imam. Demikian pula saat saya di keuskupan Jayapura. Atau ketika saya berada di Pematang Siantar (keuskupan agung Medan), saya belum pernah mendengarnya. Pengumuman yang saya maksud adalah mirip kayak pengumuman perkawinan: “Akan menerima sakramen perkawinan …….. dengan ……. Bagi yang mengetahui adanya halangan, mohon melapor ke pastor paroki.” Kalau hanya sekedar pengumuman, seperti “akan menerima tahbisan imamat, sdr…….” memang ada dan saya pernah mendengarkannya. Tapi kalau sampai mengajak umat untuk “melacak” halangan, seperti pengumuman perkawinan, saya belum pernah mendengar. Saya menulis kata… Read more »

Romo Wanta, Pr.
Reply to  adrian
13 years ago

Adrian Yth Pengumuman yang disampaikan oleh keuskupan tentang calon imam yang akan ditahbiskan bertujuan untuk diketahui oleh umat dan jika ada halangan atas pentahbisan itu maka dapat disampaikan kepada pihak keuskupan. Itu maksudnya, jadi bukan hanya sekedar pengumuman. Sejauh yang saya tahu Keuskupan Pangkalpinang dimana Uskupnya dulu ketua komisi seminari akan sangat tahu hal itu, demikian juga Keuskupan Agung Medan, dimana rektornya bersama saya dalam kepengurusan komisi seminari, akan sangat tahu hal itu. Jadi pengumuman tahbisan bukan sekedar penyampaian mohon doa tapi juga semua orang hendaknya menyampaikan halangan itu kepada pihak yang berwenang yakni keuskupan. Tahbisan imam adalah perayaan iman… Read more »

adrian
adrian
Reply to  Romo Wanta, Pr.
13 years ago

Nah, yang terjadi adalah seperti itu, Romo. Tidak ada bunyi klausul “Bagi yang menemukan adanya halangan…….” seperti dalam pengumuman orang yang mau menerima Sakramen Perkawinan. Di antara umat juga sempat terlontar pertanyaan seperti itu. Kalau saya membaca jawaban Romo di atas, tampak jelas kalau pihak keuskupan MENGANDAIKAN umat tahu akan maksud dari pengumuman itu. Lalu berharap umat melapor jika menemukan halangan. Yang umat pahami selama ini adalah bahwa pengumuman itu hanya sekedar mohon doa restu. Tapi saya sudah puas dengan info dari Romo. Akan saya beritahu ke pastor paroki saya kalau nanti frater yang TOP di tempat kami, suatu saat… Read more »

bernadus labhu
bernadus labhu
13 years ago

Shalom Rm Wanta…
aku terlalu sering membaca tulisan Stef…yang akhirnya tulisan oleh Romo….eee pertanyaan saya ditujukan ke Stef….mohon maaf atas hal itu…Proficiat untuk Rm. Wanta atas terpilih menjadi ketua Unio imam-imam Projo Indonesia…

Simon
Simon
13 years ago

Shalom Romo Wanta yang terkasih,
Selamat atas tugas yang baru sebagai Ketua Unio Imam-Imam Projo Indonesia periode 2011-2014.
Doa dan dukungan menyertai tugas baru yang diemban Romo sekarang. Semoga Tuhan Memberikan Kesehatan dan Kekuatan untuk Romo Wanta.

Salam Dalam Kasih Kristus,

Simon Welly

Antonius H
Antonius H
13 years ago

Yang terkasih Rm Wanta,
Selamat dan doa kami sekeluarga bagi Romo, semoga makin mengalir buah2 karya Roh Kudus melalui pekerjaan dan tugas yang Romo emban sekarang. Allah memberkati dan menguatkan.
Hormat dan salam saya, Antonius H

phiner
phiner
13 years ago

Proficiat untuk Rm. Wanta atas terpilih menjadi ketua unio imam-imam Projo Indonesia

edelbertus
edelbertus
13 years ago

Trims atas penjelasan yg turut menjadi pengetahuan sy tentang tantangan imam diosesan.

bernadus labhu
bernadus labhu
13 years ago

shalom Stef
di stasi kami biasa dilayani Misa tiap bulan 1 kali, lalu karena masalah pada pekan mudika akhirnya kami sudah 2 bulan tidak di layani, saya sudah cros cek pada anak mudika dan pada pastor paroki meminta saya untuk mediasi. Ketika saya membawa koordinator mudika ke paroki untuk menyelesaikan masalah itu, pastor paroki mau supaya pastor kapelan juga hadir, sekarang koordinar mudika sudah tak mau ke paroki lagi karena ia menganggap tak bersalah, apa yang harus umat lakukan, kesalahan anak mudika menjadi semua kesalahan umat satu stasi…

Yohanes Dwi Harsanto Pr
Yohanes Dwi Harsanto Pr
Reply to  bernadus labhu
13 years ago

Salam Bernardus, Saran saya, Anda tetap menjalin dialog terus menerus, karena di situlah fungsi mediasi yang dipercayakan kepada Anda. Kita yakin bahwa dengan dialog akan terbentuk pemahaman. Untuk itu saya mendoakan Anda agar memiliki daya tahan untuk bertekun mengupayakan dialog tersebut. Anda pun tetap berdoa. Allah sendiri pasti akan membuka pintu pemahaman itu. Menurut pengalaman di paroki, terjadinya kesepahaman dan rekonsiliasi itu hanya soal waktu, asalkan ada yang terus bertekun mendoakannya dan mengusahakan dialog dengan tulus. Peristiwa ini menjadi ajang belajar bagi Anda, untuk lebih menghayati dan memperjuangkan hakikat Gereja sebagai kesatuan kasih, di tengah salah paham dan aneka motivasi… Read more »

Anton
Anton
Reply to  bernadus labhu
13 years ago

Salah atau tidak salah tetapi sebagai umat kita harus dengan rendah hati memberanikan diri untuk berdialog demi penyelesaian masalah. Kami doakan agar permasalahan ini cepat selesai. Amin.

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
27
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x