Kebenaran Sejarah dalam Kitab Kejadian

Paus Benediktus XVI mengajarkan, “…Harus diingat bahwa pertama-tama dan yang utama, bahwa wahyu Kitab Suci berakar dalam sejarah….”[1] Artinya,   pada dasarnya Kitab Suci adalah kitab yang menyampaikan kebenaran yang sungguh terjadi dalam sejarah manusia. Karena itu, secara umum kita menerima bahwa apa yang disampaikan dalam Kitab Suci adalah fakta yang sungguh terjadi secara historis, kecuali jika didukung oleh bukti-bukti kuat yang menunjukkan bahwa para penulis kitab bermaksud menyampaikan perumpamaan atau alegori, ataupun arti lain yang berlainan dengan arti literal/ arti historis.

Menjadi menarik, ketika dewasa ini berkembang pemahaman yang mempertanyakan kebenaran sejarah yang tertulis dalam Kitab Kejadian, khususnya bab 1 sampai 3. Memang kitab tersebut tidak untuk disejajarkan dengan kitab sejarah dan dipahami seperti kita membaca buku sejarah, atau segala yang tertulis di sana harus diartikan secara literal. Sebab memang Kitab Suci ditulis pertama-tama untuk menyampaikan kebenaran ajaran iman. Namun demikian, tidak berarti bahwa sebagai kitab iman, maka apa yang tertulis di sana tidak mengandung kebenaran sejarah sama sekali. Untuk memahaminya mari kita mengacu kepada penjelasan Pontifical Biblical Commission, yang walaupun tidak mempunyai kuasa otoritatif seperti Magisterium, namun toh menyampaikan dasar yang perlu diperhatikan untuk memahami bagaimana menginterpretasikan Kitab Kejadian tersebut. Pontifical Biblical Commission di tahun 1909 mengajarkan bahwa ketiga bab pertama dalam Kitab Kejadian juga mempunyai nilai historis. Artinya, sungguh terjadi sehingga bukan hanya dongeng.  Berikut ini terjemahannya:[2]

Concerning the Historical Character of the First Three Chapters of Genesis

Pontifical Biblical Commission, June 30, 1909 (AAS 1 [1909] 567ff; EB 332ff; Dz 2121ff)
translated by E.F. Sutcliffe SJ

Tentang Sifat Historis dari ketiga Bab Pertama di Kitab Kejadian

Komisi Kitab Suci Pontifikal, 30 Juni, 1909, (AAS 1 [1909] 567ff; EB 332ff; Dz 2121ff)
diterjemahkan oleh Ingrid Listiati- katolisitas.org

I: Do the various exegetical systems excogitated and defended under the guise of science to exclude the literal historical sense of the first three chapters of Genesis rest on a solid foundation?

Answer: In the negative.

I. Apakah bermacam sistem eksegesis/ telaah tekstual Kitab Suci yang dikembangkan dan dipertahankan di bawah kedok ilmu pengetahuan untuk mengabaikan arti literal historis dalam tiga bab pertama Kitab Kejadian, mempunyai dasar yang kuat?

Jawab: Tidak.

II: Notwithstanding the historical character and form of Genesis, the special connection of the first three chapters with one another and with the following chapters, the manifold testimonies of the Scriptures both of the Old and of the New Testaments, the almost unanimous opinion of the holy Fathers and the traditional view which the people of Israel also has handed on and the Church has always held, may it be taught that: the aforesaid three chapters of Genesis Contain not accounts of actual events, accounts, that is, which correspond to objective reality and historical truth, but, either fables derived from the mythologies and cosmogonies of ancient peoples and accommodated by the sacred writer to monotheistic doctrine after the expurgation of any polytheistic error; or allegories and symbols without any foundation in objective reality proposed under the form of history to inculcate religious and philosophical truths; or finally legends in part historical and in part fictitious freely composed with a view to instruction and edification?

Answer: In the negative to both parts.
II. Meskipun adanya sifat dan bentuk historis dari Kitab Kejadian, hubungan khusus di antara ketiga bab pertama, antara satu bab dengan bab lainnya dan dengan bab-bab berikutnya, banyaknya kesaksian dalam Kitab Suci baik Perjanjian Lama maupun Baru, pendapat para Bapa Gereja yang hampir sepakat dan pandangan tradisional yang telah dilestarikan oleh bangsa Israel dan yang selalu diyakini oleh Gereja, bolehkah diajarkan bahwa: ketiga bab pertama Kitab Kejadian memuat (1) bukan kejadian-kejadian nyata, yang sesuai dengan kenyataan obyektif dan kebenaran sejarah, tetapi (2) entah dongeng-dongeng yang diperoleh dari mitos dan kosmogoni dari bangsa- bangsa kuno dan diakomodasikan oleh pengarang suci menjadi ajaran monotheistik setelah dibersihkan dari kesalahan politheisme; atau bermacam perumpamaan/ alegoris dan simbol-simbol tanpa dasar apapun dalam realita obyektif, yang disampaikan dalam bentuk sejarah untuk menanamkan kebenaran- kebenaran religius dan filosofis; atau akhirnya [merupakan] legenda- legenda yang separuh historis dan separuh lagi fiksi yang disusun dengan bebas dengan pandangan untuk pengajaran dan pendidikan?


Jawab: Tidak untuk keduanya [(1) Tidak; (2) Tidak)]
III: In particular may the literal historical sense be called in doubt in the case of facts narrated in the same chapters which touch the foundations of the Christian religion: as are, among others, the creation of all things by God in the beginning of time; the special creation of man; the formation of the first woman from the first man; the unity of the human race; the original felicity of our first parents in the state of justice, integrity, and immortality; the command given by God to man to test his obedience; the transgression of the divine command at the instigation of the devil under the form of a serpent; the degradation of our first parents from that primeval state of innocence; and the promise of a future Redeemer?

Answer: In the negative.

III: Secara khusus, bolehkah meragukan arti historis literal dalam kasus kejadian-kejadian yang dikisahkan di bab- bab yang sama yang berkenaan dengan pondasi agama Kristiani: seperti antara lain, penciptaan segala sesuatu oleh Tuhan pada awal mula; penciptaan manusia secara khusus; pembentukan wanita pertama dari pria pertama; kesatuan seluruh umat manusia; kebaikan asal mula dari orangtua pertama (Adam dan Hawa) dalam tingkat keadilan, integritas, dan tidak dapat mati; perintah Tuhan diberikan untuk menguji ketaatannya; pelanggaran terhadap perintah ilahi karena bujukan setan dalam rupa ular, penurunan tingkat orangtua pertama (Adam dan Hawa) dari keadaan awalnya yang tidak berdosa; dan janji akan Sang Penebus di masa mendatang?

Jawab: Tidak.

IV: In the interpretation of those passages in these chapters which the Fathers and Doctors understood in different manners without proposing anything certain and definite, is it lawful, without prejudice to the judgement of the Church and with attention to the analogy of faith, to follow and defend the opinion that commends itself to each one?

Answer: In the affirmative.

IV. Di dalam interpretasi perikop-perikop itu di dalam bab-bab ini dimana para Bapa Gereja dan Doktor Gereja memahaminya dengan cara yang berbeda-beda tanpa merumuskan sesuatu yang tertentu dan definitif, apakah diperbolehkan, tanpa merendahkan pandangan Gereja dan dengan perhatian kepada analogi iman, untuk mengikuti dan mempertahankan pendapat yang mempercayakan diri sendiri kepada masing- masing [interpretasi tersebut]?

Jawab: Ya.

V: Must each and every word and phrase occurring in the aforesaid chapters always and necessarily be understood in its literal sense, so that it is never lawful to deviate from it, even when it appears obvious that the diction is employed in an applied sense, either metaphorical or anthropomorphical, and either reason forbids the retention or necessity imposes the abandonment of the literal sense?

Answer: In the negative.

V. Apakah setiap kata dan frasa yang ada di bab-bab tersebut selalu dan harus dimengerti dalam arti literal, sehingga tidak pernah boleh  bergeser sedikitpun darinya, bahkan ketika itu nampak jelas bahwa gaya bahasa digunakan di dalam artian yang berkenaan dengan, entah metaforik (perumpamaan) ataupun antropomorfis (pembandingan dengan keadaan manusiawi) dan entah akal sehat melarang pengingatan atau kebutuhan menekankan pengabaian arti literal?

Jawaban: Tidak

VI: Provided that the literal and historical sense is presupposed, may certain passages in the same chapters, in the light of the example of the holy Fathers and of the Church itself, be wisely and profitably interpreted in an allegorical and prophetic sense?

Answer: In the affirmative.

VI. Asalkan arti literal dan historis diasumsikan terlebih dahulu, bolehkah perikop- perikop tertentu di dalam bab- bab yang sama, dengan terang contoh dari para Bapa Gereja yang suci dan dari Gereja sendiri, diinterpretasikan dengan bijak dan berguna, sebagai arti alegoris (perumpamaan) dan profetis (nubuat)?

Jawab: Ya, boleh.

VII: As it was not the mind of the sacred author in the composition of the first chapter of Genesis to give scientific teaching about the internal Constitution of visible things and the entire order of creation, but rather to communicate to his people a popular notion in accord with the current speech of the time and suited to the understanding and capacity of men, must the exactness of scientific language be always meticulously sought for in the interpretation of these matters?Answer: In the negative. VII. Oleh karena bukan maksud dari para pengarang suci dalam penyusunan bab pertama Kitab Kejadian untuk memberikan pengajaran ilmiah tentang Konsititusi/ penciptaan internal benda-benda yang kelihatan dan seluruh keteraturan penciptaan, tetapi lebih kepada untuk menyampaikan kepada bangsanya gambaran populer sesuai dengan gaya bahasa pada saat itu dan yang disesuaikan dengan pemahaman dan kemampuan manusia, haruskah ketepatan bahasa ilmu pengetahuan selalu dengan teliti dicari di dalam interpretasi hal- hal ini?

Jawab: Tidak.

VIII : In the designation and distinction of the six days mentioned in the first chapter of Genesis may the word Yom (day) be taken either in the literal sense for the natural day or in an applied sense for a certain space of time, and may this question be the subject of free discussion among exegetes?

Answer: In the affirmative.

VIII. Dalam penentuan dan pembedaan enam hari yang disebutkan di dalam bab pertama kitab Kejadian, bolehkah kata Yom (hari) diartikan entah dalam arti literal sebagai hari yang natural atau di dalam arti untuk dikenakan kepada sejumlah rentang waktu, dan bolehkah pertanyaan ini menjadi subyek diskusi bebas di antara para ahli Kitab Suci?

Jawab: Ya, boleh.

Sedangkan tentang gaya bahasa/sastra (literary genre) kesebelas bab pertama dalam Kitab Kejadian, menurut surat dari Sekretaris Komisi Kitab Suci kepada Kardinal Suhard. Uskup Agung Paris, tanggal 16 Januari, 1948, mengatakan:[3]

“…Masalah tentang bentuk-bentuk sastra dari kesebelas bab kitab Kejadian adalah lebih samar dan rumit. Bentuk gaya bahasa/ sastra ini tidak persis sesuai dengan katagori klasik, dan tidak dapat dinilai menurut sastra Yunani-Latin ataupun sastra modern. Maka historisitas (nilai sejarah) dari bab-bab ini tidak dapat disangkal ataupun dengan mudah diafirmasi, tanpa penerapan norma-norma sastra yang tidak cocok dengan klasifikasi sastra dimana mereka digolongkan. Maka, jika diterima bahwa dalam bab-bab ini sejarah dalam pengertian klasik dan mnodern tidak ditemukan, maka juga perlu diakui bahwa ilmu pengetahuan modern juga tidak memberikan solusi positif kepada semua masalah di bab-bab ini…. Jika seseorang menentang dengan sikap apriori bahwa penjabaran di bab-bab tersebut tidak mengandung sejarah dalam pengertian modern, ia akan dengan mudahnya beranggapan bahwa bab-bab ini sama sekali tidak benar secara historis, meskipun kenyataannya bab-bab ini menghubungkan dengan cara yang sederhana dan figuratif, yang sesuai dengan kemampuan orang-orang yang kurang berpendidikan/ mempunyai pengetahuan, kebenaran-kebenaran fundamental yang mengacu kepada urusan keadaan jiwa dan tubuh, dan menggambarkan dengan cara populer tentang asal usul umat manusia dan asal usul sebuah bangsa terpilih ….”

Umat Kristiani mengimani bahwa Kitab Suci ditulis oleh pengarang kitab atas ilham Roh Kudus; artinya tidak harus ia sendiri mengalami atau menjadi saksi kejadian tersebut, sebab Roh Kudus-lah yang mengilhami dia untuk mencatat segala sesuatu yang terjadi sesuai dengan faktanya, seperti yang dikehendaki oleh Allah. Dengan prinsip ini tidak harus Adam dan Hawa atau para saksinya (sekitar 4000-an SM) yang mengarang Kitab Kejadian; dan Tradisi Gereja mengajarkan kepada kita bahwa kelima kitab Musa yaitu Kitab Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan dikarang oleh Nabi Musa, yang hidup sampai sekitar 1400-an SM; namun pengeditan naskah Pentateukh dilakukan oleh para penerusnya sampai sekitar tahun 550 SM.


[1]Paus Benediktus XVI, Verbum Domini, 42.

[2]Dom Orchard, OSB, A Catholic Commentary on Holy Scripture, (London, New York: Thomas Nelson & Sons, 1953), p. 68-69.

[3]Dom Orchard, OSB, A Catholic Commentary on Holy Scripture, (London, New York: Thomas Nelson & Sons, 1953), p. 74-75.

3 2 votes
Article Rating
17 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Lidwina Irene
9 years ago

Salam kasih, Pak Stef dan Bu Ingrid, Terima kasih atas penjelasannya. Saya ingin bertanya: 1. Kej 4:16 Lalu Kain pergi dari hadapan TUHAN dan ia menetap di tanah Nod, di sebelah timur Eden. Kej 4:17 Kain bersetubuh dengan isterinya …. Pertanyaan saya: Setelah membunuh Habel, adiknya, Kain dihukum dan diusir pergi. Tidakkah itu berarti ia pergi meninggalkan ayah dan ibunya ke tempat yang jauh? Tidakkah di tempat lain itu ia bertemu dengan perempuan yang kemudian menjadi istrinya? Sebab baru pada Kej 4:25 dikisahkan tentang adanya keturunan Adam dan Hawa yang lain, yakni Set dan yang lainnya (Kej 4:25 “Adam bersetubuh… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  Lidwina Irene
9 years ago

Salam Lidwina, 1.Tentang Kain Yang kita ketahui dari Kitab Suci adalah, setelah berdosa membunuh adiknya Habel, Allah menyuruh Kain pergi keluar dari Eden dan menjadi seorang pelarian/ pengembara (lih Kej 4:11-16). Kita tidak mengetahui secara persis berapa jarak antara Eden dan Nod, karena tidak disebut dalam Kitab Suci. Nah, tentang wanita yang menjadi isteri Kain, itu adalah saudaranya perempuannya sendiri, sebab dikatakan dalam ayat lainnya: “Setelah Adam hidup seratus tiga puluh tahun, ia memperanakkan seorang laki-laki …, lalu memberi nama Set kepadanya. Umur Adam, setelah memperanakkan Set, delapan ratus tahun, dan ia memperanakkan anak-anak lelaki dan perempuan. Jadi Adam mencapai… Read more »

Joppi
Joppi
10 years ago

Thanks Katolisitas…. saya mau bertanya sebentar manusia pertama yang diciptakan Allah adalah Adam dan Hawa. Mereka mempunyai tiga anak laki-laki, yakni kain, habel dan zet. pertanyaan saya: mengapa dunia ini dipenuhi dengan manusia? apakah selain Allah menciptakan Adam dan Hawa, Allah juga menciptakan yang lain (bangsa lain) sehingga anak-anak adam dan hawa kawin dengan mereka? ataukah selain kain, habel dan zet, ada juga anak-anak lain (perempuan) dari adam dan hawa, sehingga mungkin saja mereka kawin bersaudara yang menghasilkan banyak keturunan sehingga memenuhi bumi ini? terima kasih sebelumnya.. [dari katolisitas: Silakan membaca Kej 5:4 “Umur Adam, setelah memperanakkan Set, delapan ratus… Read more »

Cornelius Sigit S
Cornelius Sigit S
10 years ago

Bagaimana setelah air bah memenuhi bumi adakah manusia lain selain keluarga nabi Nuh…

Ingrid Listiati
Reply to  Cornelius Sigit S
10 years ago

Shalom Cornelius Sigit, Katekismus Gereja Katolik mengajarkan bahwa bahtera Nabi Nuh merupakan penggambaran akan Gereja. Melalui Gereja Kristus inilah seluruh umat manusia diselamatkan. KGK 845    Supaya mengumpulkan kembali semua anak-anak-Nya, yang tercerai-berai, disesatkan oleh dosa, Bapa hendak memanggil seluruh umat manusia ke dalam Gereja Putera-Nya. Gereja adalah tempat, di mana umat manusia harus menemukan kembali kesatuan dan keselamatannya. Ia adalah “dunia, yang dipulihkan” (Agustinus, serm. 96,7,9). Ia adalah kapal, “yang berlayar aman di laut yang luas, dengan layar terpasang pada tiang agung salib, yang membabar dalam badai Roh Kudus” (Ambrosius, virg. 18,118). Menurut satu gambaran lain yang sangat digemari oleh… Read more »

yusup sumarno
yusup sumarno
11 years ago

Menggunakan logika manusia (yang dilepaskan dari iman), awalnya aku berpikir bahwa tidaklah masuk akal kisah-kisah awal dalam kejadian. Setelah menggunakan “logika” iman ternyata semua masuk akal. Jika Roh Kudus yang sama menyatakan kebenaran dari Kejadian bab 11 sampai dengan bab terakhir Kitab Wahyu (potongan sangat besar dari keseluruhan Alkitab), maka sangatlah masuk akal bila 11 bab pertama Kejadian (yang hanya potongan sangat kecil dari keseluruhan Alkitab) adalah benar. Itu lebih masuk akal lagi karena Yesus sendiri yang adalah Allah tidak pernah meralat/mengoreksi 11 bab pertama kitab Kejadian. Jika Ia yang mengatasi ruang dan waktu tidak mengoreksi, maka bagiku itu adalah… Read more »

yohan
yohan
11 years ago

Syalom, Memang semuanya kembali lagi pada yang namanya iman, sebab Katolik/Kekristenan merupakan sebuah agama/kepercayaan. Yang jadi permasalahan (saya) disini adalah bagaimana hubungan antara ajaran Kekristenan/Katolik dalam kitab suci dengan ajaran-ajaran dari pihak Hinduism/Meditator/Tibet/Osho/Tao/orang yang tercerahkan/agama universal (maaf, saya tidak bisa menemukan kata yang pas)?? Ada yang mengatakan bahwa dalam kitab kejadian kisah adam dan hawa dan pohon kehidupan, merupakan gambaran dari teori Tree of Life yang ada di ajaran2 kuno… yang intinya tentang pencerahan. Ada yang bilang Yesus mengalami pencerahan, lanjutan dari teori Yesus yang mengunjungi Tibet/India. Ada lagi yang masih saya pertanyakan, tentang kejadian2 tidak logis yang berbau keagamaan,… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  yohan
11 years ago

Shalom Yohan, Terima kasih atas pertanyaan Anda yang menarik. Sesungguhnya, kita dapat melihat pertanyaan Anda dari sisi agama kodrati (natural religion) dan agama wahyu / adi kodrati (supernatural religion). Kita mempercayai bahwa karena manusia diciptakan menurut gambar Allah (lih. Kej 1:27), maka manusia dapat mengetahui dan mengasihi Sang Pencipta. Oleh karena itu, tidaklah heran, kalau manusia juga dapat menciptakan satu sistem agama. Namun, pengetahuan kita berdasarkan kodrat kita adalah terbatas. Untuk itu, Tuhan, yang ingin mengkomunikasikan diri-Nya, mewahyukan diri-Nya kepada manusia. Ada tiga agama yang mengklaim bahwa Tuhan mewahyukan diri-Nya, yaitu: Yahudi, Kristen dan Islam. Bagi agama Kristen, Perjanjian Lama… Read more »

Paul
Paul
12 years ago

Sallo….

Ibu saya mohon penjelasan: Dalam kitab suci dijelaskan ada dua tokoh utama tentang kelahiran TUHAN YESUS, yaitu Santa Maria dan Santu Yosef. Yang ingin saya ketahui adalah ..Tidak ada satupun kitab yang menceritakan bagaimana kehidupan St. Yosef setelah Tuhan Yesus wafat bahkan sampai Naik ke surga. Bagaimana selanjutnya Hubungan Dia DGN St Maria, matinya kpn…Mhn penjelasan dan kmn sy bisa mendapatkan petujuk2 lain…Tuhan Memberkati

[Dari Katolisitas: Silakan membaca terlebih dahulu di artikel ini, silakan klik, dan tanya jawab di bawahnya]

Paulus Sutikno Panuwun
Paulus Sutikno Panuwun
12 years ago

Saya pikir, mendiskusikan topik ini akan sangat sulit, masalahnya tinggal percaya atau tidak. Jelas dunia barat (yang dulunya Kristen) sekarang sudah meninggalkan agama dengan kitab kejadiannya dan sebagian besar akan ikut teori evolusi. Sekarang dunia barat juga lebih suka dengan spiritualitas universal atau Taoism, semuanya diberi nama Tao of Physics, Tao of … dst . Saya sendiri juga tidak tahu apa pendapat Paus Yohannes Paulus II waktu menerima Stephen Hawkings. Tampaknya Paus bisa mengerti. Bahkan figur Teilhard de Cardin SJ sangat dihormati Gereja dengan synthesa antara Kitab Kejadian dan Evolusi. Nah , kalau saya lebih senang membaca kitab kejadian dengan… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  Paulus Sutikno Panuwun
12 years ago

Shalom Paulus, Nampaknya anda keliru jika menyangka bahwa Gereja Katolik dapat menerima ajaran dari Stephen Hawking ataupun ajaran Teilhard de Chardin SJ. Stephen Hawking adalah orang ilmuwan, yang hanya mau berpegang kepada pembuktian empiris sehingga ia sampai pada kesimpulan yang keliru, yaitu bahwa tidak ada Tuhan, dan segala sesuatu di jagad raya itu tercipta dengan sendirinya. Sesungguhnya prinsip ini selain bertentang dengan ajaran iman Kristiani, juga prinsip ini bertentangan dengan self-evident principle (prinsip yang sudah pasti benar/ tidak perlu dibuktikan), bahwa ’seseorang tidak dapat memberi jika ia sendiri tidak memilikinya terlebih dahulu’, atau bahwa ’sesuatu hanya dapat diciptakan oleh sesuatu… Read more »

Marasudi
Marasudi
12 years ago

Salam damai,

Melanjutkan topik ini, bagaimana halnya dengan penulisan Injil oleh para murid, apakah bab-bab awal kisah kelahiran sampai dengan sebelum Yesus memanggil para murid, diceritakan langsung oleh Yesus kepada para murid yang kemudian dituliskan dalam Kitab Injil atau bagaimana persisnya ? Terima kasih, semoga Tuhan memberkati.

Salam,

Marasudi

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Marasudi
12 years ago

Shalom Marasudi,

Terima kasih atas pertanyaannya tentang penulisan masa kecil Yesus oleh para penulis Injil. Para penulis Injil menuliskan masa kecil Yesus adalah dengan inspirasi dari Roh Kudus. Sumber penulisan dapat saja membandingkan informasi dari cerita Yesus, cerita Bunda Maria, atau penampakan, atau cara yang lain. Namun yang jelas penulis Injil menuliskan masa kecil Yesus, yang juga menjadi bagian dari Injil, sesuai dengan inspirasi Roh Kudus, sehingga tidak mungkin salah. Semoga jawaban singkat ini dapat membantu.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org

Stefanus
Stefanus
12 years ago

Bu saya mau tanya, Di kejadian ada tertulis : Laki2 dan perempuan diciptakan bersamaan Kejadian 1 (26) Kemudian Allah berkata, “Sekarang Kita akan membuat manusia yang akan menjadi seperti Kita dan menyerupai Kita. Mereka akan berkuasa atas ikan-ikan, burung-burung, dan segala binatang lain, baik jinak maupun liar, baik besar maupun kecil.” (27) Demikianlah Allah menciptakan manusia, dan dijadikannya mereka seperti diri-Nya sendiri. Diciptakan-Nya mereka laki-laki dan perempuan. Diciptakan nabi Adam dahulu Kejadian 2 (7) Kemudian TUHAN Allah mengambil sedikit tanah, membentuknya menjadi seorang manusia, lalu menghembuskan napas yang memberi hidup ke dalam lubang hidungnya; maka hiduplah manusia itu. jadian tolong… Read more »

Vian
12 years ago

Dari penjelasan di atas dikatakan bahwa Set memperanakkan anak laki-laki dan perempuan. Lantas Set ini berhubungan intim dengan siapa?

terima kasih

Ingrid Listiati
Reply to  Vian
12 years ago

Shalom Vian, Kitab Suci mengatakan bahwa Adam dan Hawa tidak hanya mempunyai anak Kain dan Habel, tetapi juga Set, dan anak- anak laki- laki dan perempuan lainnya (lih. Kej 5:4) namun tidak disebutkan nama- namanya. Gereja Katolik mengajarkan, berdasarkan Kitab Suci, bahwa seluruh umat manusia berasal dari sepasang manusia pertama, yaitu Adam dan Hawa. Oleh karena itu, memang pada masa awal, terjadi ‘intermarry‘/ perkawinan sesama saudara atau incest. Walaupun memang kemudian, setelah jumlah manusia sudah mulai banyak, perkawinan sesama saudara tersebut dilarang oleh Tuhan (Im 18:6-18), demi kebaikan manusia itu sendiri. Ilmu pengetahuan pada saat ini menyatakan alasannya mengapa hal… Read more »

Johanus Adwijan Lebert
Johanus Adwijan Lebert
12 years ago

Salam damai,

Berkaitan dengan kitab Kejadian 1 (sampai dengan 11), saya ingin bertanya apakah ini kisah sejarah, jika ya siapa saksi matanya? Apakah Adam dan Hawa benar-benar manusia pertama, karena akan sangat janggal menurut logika, karena mereka hanya punya 2 anak laki-laki itupun yang satu mati, yang lain pergi jauh, lantas apa bagaimana mereka melanjutkan keturunan? Beberapa pihak meyakini Adam dan Hawa itu kisah sejarah, tapi ada pula penjelasan yang menyatakan itu bukan peristiwa sejarah. Terima kasih atas perhatiannya

Tuhan memberkati
J A Lebert (Jan Lebert)

[Dari Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
17
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x