Katolik mengubah hari Sabat ke hari Minggu?

Dikatakan dalam Kitab Keluaran “Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat” (lih. Kel 20:8; bdk Ul 5:12; Yeh 20:20). Yesus sendiri menyatakan “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” (Mat 5:17). Nah timbul pertanyaan, jika dalam PL dikatakan perintah untuk menguduskan hari Sabat dan Yesus tidak datang untuk meniadakan hukum Taurat,  mengapa sekarang umat Kristen secara umum beribadah pada hari Minggu?

Sabat DALAM PERJANJIAN LAMA

Pertama, mari kita lihat apa itu Sabat. Sabat (Ibrani: shabbath)  dimulai dari hari Jumat sore (matahari terbenam) sampai Sabtu sore (matahari terbenam). Prinsipnya, Allah menginginkan manusia menyembah-Nya secara khusus, karena Allah adalah Pencipta dan Pemelihara kehidupan. Sabat, hari ke tujuh dalam penciptaan, adalah hari yang dikuduskan Allah dan Ia berhenti dari segala pekerjaan ciptaan yang telah dibuat-Nya (lih. Kej 2:2-3; Kel 20:11). Karena itu, Allah pun melarang umat-Nya bekerja pada hari Sabat (Kel 20:9-11). Sabat merupakan tanda peringatan antara manusia dengan Allah, sebagai perjanjian kekal (lih. Kel 31:13; Kel 31:16; Kel 31:17).  Allah  memerintahkan manusia agar memelihara hari Sabat (Im 19:3, 30) dan menghukum mati yang melanggarnya (lih. Kel 31:14; Kel 31:15; Bil 15:32-36).

Perjanjian Baru menggenapi dan menyempurnakan Perjanjian Lama

Namun demikian, Yesus sendiri menunjukkan bahwa Ia mengatasi hari Sabat. Beberapa kali Ia menolak pandangan kaum Farisi  dan  menyatakan bahwa hari Sabat dibuat untuk manusia, bukan sebaliknya (Mrk 2:27). Yesus sendiri menyembuhkan orang pada hari Sabat dan membela murid-Nya ketika mereka mengambil makanan di ladang, dengan mengacu kepada apa yang dilakukan oleh Daud (Mat 12:3; Mrk 2:25; Luk 6:3; Luk 14:5). Selanjutnya Rasul Paulus menegaskan bahwa hari Sabat tidak mengikat umat Kristen (Kol 2:16; Gal 4:9-10; Rom 14:5-6). Demikian pula Rasul Yohanes menuliskan wahyu yang diterimanya pada hari Tuhan (Why 1:10).

Maka, Gereja merayakan liturgi khususnya pada hari Minggu karena hari Minggu (hari pertama dalam minggu) adalah hari Kebangkitan Yesus yang menjadi pusat dan inti Misteri iman Kristiani. Maka tak mengherankan jika liturgi berpusat pada hari Minggu. dan memuncak pada Masa Paska, yaitu perayaan Misteri sengsara dan wafat Kristus, yang menghantar kepada kemenangan atas maut dalam kebangkitan dan kenaikan-Nya ke Surga. Sebab dikatakan: “Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu. Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu” (1Kor 15:14,17).

Nah, bagaimana dengan hari Sabat?  Memang dalam PL, dituliskan perintah untuk menguduskan hari Sabat (lih. Kel 20:8), yaitu hari dimana Tuhan beristirahat setelah penciptaan (lih. Kej 2:3). Namun Kitab Suci sendiri menyatakan bahwa apa yang ditulis dalam Perjanjian Lama adalah gambaran yang akan digenapi dalam Perjanjian Baru. Demikian kata Rasul Paulus, “Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus” (Kol 2:16-17). Juga, “Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakikat dari keselamatan itu sendiri…” (Ibr 10:1). “Sebelum iman itu datang kita berada di bawah pengawalan hukum Taurat, dan dikurung sampai iman itu telah dinyatakan. Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman. Sekarang iman itu telah datang, karena itu kita tidak berada lagi di bawah pengawasan penuntun.” (Gal 3:23-25)

Maka aturan Sabat maupun sunat jasmani yang menjadi salah satu pusat hukum Taurat di Perjanjian Lama merupakan bayangan akan keselamatan sesungguhnya yang dikaruniakan Allah melalui sengsara, wafat, kebangkitan Kristus [Misteri Paska Kristus], yang menjadi dasar dan inti iman Kristiani. Setelah itu digenapi di dalam Kristus, hukum Taurat tentang Sabat dan sunat itu tidak lagi mengikat umat beriman.

1) Baptisan ~ Sunat Rohani

Karunia iman Kristen ini diberikan/ dinyatakan dalam Baptisan yang merupakan “sunat Kristus yang terdiri dari penanggalan tubuh yang berdosa” (Kol 2:11). Baptisan menggenapi makna sunat jasmani [yang diwujudkan dengan penanggalan kulit khatan] dalam Perjanjian Lama. Di PB, penanggalan seluruh tubuh yang berdosa itu adalah pertobatan: mati terhadap dosa. Kita dikuburkan dalam Baptisan agar dibangkitkan oleh iman akan kuasa Allah yang membangkitkan Yesus dari mati (lih. Kol 2:12).

2) Hari Minggu sebagai Hari Tuhan menggenapi makna Sabat

Demikian pula tentang Sabat. Hari Sabat—hari ke tujuh dalam minggu mengacu kepada hari istirahat di akhir Penciptaan. Sedangkan hari Minggu adalah hari ke-delapan/ hari pertama dalam minggu, mengacu kepada Penciptaan. Karena oleh misteri Paskah Kristus, kita menjadi ciptaan yang baru: “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” (2Kor 5:17). Makna istirahat dari pekerjaan tetap ada, tetapi bukan itu saja, melainkan mengarah kepada puncak dari maksud Allah menciptakan segala sesuatu: yaitu untuk dijadikan semuanya menjadi ciptaan baru di dalam Kristus.

Peringatan puncak Misteri Paska yaitu Kebangkitan pada hari Minggu, juga ditunjukkan oleh Kristus sendiri. Ia bangkit dari mati pada hari pertama Minggu (Mat 28:1; Mrk 16:2; Luk 24:1; Yoh 20:1), menampakkan diri kepada para rasul dan memecah roti juga pada hari yang sama (Luk 24:13-36; Yoh 20:19), dan kemudian pada kesempatan berikutnya (Yoh 20:26). Tak mengherankan bahwa para rasul melestarikan perayaan kenangan akan Kristus pada hari pertama minggu dan bukannya pada hari ketujuh.  Di Kisah Para Rasul, tertulis: “Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul (synaxis) untuk memecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ, karena ia bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya….” (Kis 20:7, bdk 1 Kor 16:2).

Selanjutnya, perayaan Hari Tuhan bagi umat Kristen adalah hari Minggu yang dikatakan sebagai hari pertama di dalam minggu, dan bukan Sabat (hari terakhir dalam minggu). Sebab kita tidak dapat kembali kepada gambaran atau bayang-bayang yang bukan hakikat keselamatan (lih. Ibr 10:1), setelah hakikat keselamatan itu sendiri sudah digenapi di dalam Kristus.

Dasar dari Kitab Suci tentang perayaan Hari Minggu sebagai Hari Tuhan

Berikut ini adalah ayat-ayat Kitab Suci yang menjadi dasar ajaran  Gereja untuk merayakan Hari Tuhan pada hari Minggu, sebagaimana dipaparkan oleh St. Paus Yohanes Paulus II dalam Surat Apostoliknya, Dies Domini:

“20. …. Kebangkitan Yesus Kristus dari kematian terjadi pada “hari pertama setelah hari Sabat” (Mrk 16:2, 9; Luk 24:1; Yoh 20:1). Pada hari yang sama, Tuhan yang bangkit menampakkan diri kepada dua orang murid ke Emaus (lih. Luk 24:13-35) dan kepada kesebelas Rasul yang berkumpul bersama (cf. Luk 24:36; Yoh 20:19). Seminggu kemudian -seperti yang dihitung oleh Injil Yohanes (lih. Yoh 20:26)-  para murid berkumpul kembali sekali lagi, ketika Yesus menampakkan diri kepada mereka dan membuat-Nya dikenali oleh Tomas, dengan memperlihatkan kepadanya tanda-tanda dari Sengsara-Nya. Hari Pentakosta -hari pertama dari delapan minggu setelah Paska Yahudi (lih. Kis 2:1), ketika janji yang dibuat oleh Yesus kepada para Rasul setelah Kebangkitan-Nya digenapi dengan pencurahan Roh Kudus (lih. Luk 24:49; Kis1:4-5)- juga terjadi pada hari Minggu. Ini adalah hari proklamasi yang pertama dan Baptisan yang pertama: Petrus mengumumkan kepada orang-orang yang berkerumun bahwa Kristus telah bangkit dan “mereka yang menerima sabda-Nya dibaptis” (Kis 2:41). Ini adalah hari epifani Gereja, dinyatakan sebagai bangsa yang di dalamnya anak-anak Allah yang terpencar dikumpulkan dalam kesatuan, melampaui semua perbedaan mereka.

21. Adalah untuk alasan ini maka sejak dari zaman para Rasul, “hari pertama setelah hari Sabat”, hari pertama minggu, mulai membentuk ritme kehidupan bagi para rasul Kristus (lih. 1Kor 16:2). “Hari pertama setelah hari Sabat” adalah juga hari di mana jemaat di Troas berkumpul “untuk memecahkan roti”, ketika Paulus mengucapkan perpisahan dan secara mukjizat menghidupkan Eutikhus kembali (lih. Kis 20:7-12). Kitab Wahyu memberikan bukti praktek untuk menyebut hari pertama minggu sebagai “Hari Tuhan” (Why 1:10). Ini kini menjadi sebuah ciri yang membedakan umat Kristen dari dunia di sekitar mereka… Dan ketika umat Kristen menyebut “Hari Tuhan”, mereka memberikan kepada istilah ini arti yang penuh dari pemberitaan Paskah: “Yesus Kristus adalah Tuhan” (Flp 2:11; lih. Kis 2:36; 1Kor 12:3). Maka Kristus diberi gelar yang sama, yang oleh kitab Septuaginta biasanya digunakan untuk menerjemahkan apa yang dalam wahyu Perjanjian Lama adalah nama Tuhan yang melampaui segala ucapan: YHWH.

22. Di masa Kristen awal, ritme mingguan dari hari-hari, umumnya tidak menjadi bagian kehidupan di kawasan di mana Injil tersebar, dan hari-hari perayaan kalender Yunani dan Romawi tidak bertepatan dengan hari Minggu-nya umat Kristen. Maka, untuk umat Kristen, adalah sangat sulit untuk melaksanakan/ menerapkan Hari Tuhan pada suatu hari tertentu dalam setiap minggu. Hal ini menjelaskan mengapa umat beriman harus berkumpul sebelum matahari terbit. Namun demikian kesetiaan terhadap ritme mingguan kemudian menjadi norma, sebab hal itu berdasarkan atas Perjanjian Baru dan berkaitan dengan wahyu Perjanjian Lama. Ini sungguh digarisbawahi oleh para Apologist dan para Bapa Gereja dalam tulisan-tulisan dan khotbah mereka, di mana dalam mengatakan Misteri Paska, mereka menggunakan teks Kitab Suci yang sama, yang menurut kesaksian St. Lukas (lih. Luk 24:27, 44-47), Kristus yang bangkit sendiri telah menjelaskan kepada para murid. Menurut terang teks-teks ini, perayaan hari Kebangkitan tersebut memperoleh nilai doktrinal dan simbolis yang mampu menyatakan keseluruhan misteri Kristiani dalam segalanya yang baru.

23. Adalah ke-baru-annya [Misteri Kristiani] ini yang dalam katekese abad-abad pertama ditekankan sebagaimana diarahkan untuk menunjukkan keutamaan hari Minggu dibandingkan dengan Sabat Yahudi. Adalah di hari Sabat bangsa Yahudi harus berkumpul di sinagoga dan untuk beristirahat dengan cara yang ditentukan oleh hukum Taurat. Para Rasul, secara khusus St. Paulus, pada awalnya terus hadir di sinagoga sehingga di sana mereka dapat mewartakan Yesus Kristus, menjelaskan “perkataan nabi-yang dibacakan setiap hari Sabat” (Kis 13:27). Sejumlah komunitas [jemaat] melaksanakan Sabat sementara juga merayakan hari Minggu. Namun demikian, segera, kedua hari mulai dibedakan dengan lebih jelas, utamanya sebagai reaksi terhadap tuntutan sejumlah orang Kristen yang berasal dari kaum Yahudi, yang membuat mereka cenderung untuk mempertahankan kewajiban hukum Taurat yang lama …. Pembedaan hari Minggu dari Sabat Yahudi bahkan bertumbuh lebih kuat dalam pemahaman Gereja, meskipun terdapat masa dalam sejarah, ketika, karena kewajiban istirahat Minggu begitu ditekankan, sehingga Hari Tuhan cenderung menjadi mirip dengan hari Sabat. Tambahan lagi, terdapat kelompok-kelompok dalam kalangan Kristen yang melakukan baik Sabat maupun Minggu sebagai “dua hari yang bersaudara.”

24. Perbandingan hari Minggu Kristen dengan hari Sabat menurut visi Perjanjian Lama mendorong besarnya perhatian pandangan-pandangan teologis. Secara khusus, di sana timbul kaitan yang unik antara Kebangkitan dan Penciptaan. Pandangan Kristen secara spontan menghubungkan Kebangkitan Kristus, yang terjadi “di hari pertama minggu itu”, dengan hari pertama dari hari kosmik (lih. Kej 1:1-24) yang membentuk kisah Penciptaan di Kitab Kejadian: hari penciptaan terang (lih. Kej 1:3-5). Kaitan ini mengundang sebuah pemahaman Kebangkitan sebagai awal dari ciptaan yang baru, buah-buah sulung yang tentangnya Kristus yang mulia adalah, “yang sulung dari segala ciptaan” (Kol 1:15) dan “yang sulung dari antara orang mati” (Kol 1:18).

25. Akibatnya, hari Minggu adalah hari di atas semua hari yang lain, yang memanggil umat Kristen untuk mengingat keselamatan yang diberikan kepada mereka dalam Baptisan dan yang telah membuat mereka baru di dalam Kristus. “…Dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati… (Kol 2:12; lih. Rom 6:4-6). Liturgi menggarisbawahi dimensi baptis dari hari Minggu, baik dengan menyebutnya sebagai perayaan baptisan- sebagaimana pada Malam Paska- pada suatu hari dalam minggu “ketika Gereja memperingati Kebangkitan Tuhan”, dan dengan menganjurkan pemercikan air suci sebagai ritus tobat yang layak di awal Misa, yang mengingatkan akan saat Baptisan yang melaluinya lahirlah semua kehidupan Kristiani.” ( St. Paus Yohanes Paulus II, Dies Domini, 20-25)

Dasar dari Tradisi Suci: Ajaran para Bapa Gereja

Memang pada awalnya, sejumlah para murid merayakan ibadah pada hari Sabat dan hari Minggu, namun segera di zaman Gereja awal jemaat telah beribadah pada hari Minggu untuk memperingati dan merayakan hari Kebangkitan Kristus, sebagai penggenapan makna hari Sabat Perjanjian Lama. Demikianlah, para Bapa Gereja membandingkan hukum Sabat dengan hukum sunat; dan  seperti halnya para Rasul tidak lagi memberlakukan sunat (Kis 15, Gal 5:1-6) demikian pula halnya dengan Sabat.

Ibadah pada hari Minggu  telah dilakukan oleh jemaat perdana, sebagaimana diketahui dari tulisan-tulisan para Bapa Gereja:

1. Didache (70)

“Tetapi setiap hari Tuhan…. berkumpullah kamu bersama dan pecahkanlah roti, dan mengucap syukurlah setelah mengakukan dosa-dosamu, supaya kurbanmu menjadi murni. Tetapi jangan ada seorang yang berselisih dengan sesama saudara yang datang bersama denganmu, sebelum mereka berdamai, supaya kurbanmu tidak menjadi profan.” (Didache 14)

2. St. Barnabas (74)

“Kami merayakan hari kedelapan (Minggu) dengan sukacita, yaitu hari di mana Yesus bangkit dari kematian.” (Letter of Barnabas 15:6–8)

3. St. Ignatius dari Antiokhia (35-107)

Dalam suratnya kepada jemaat di Magnesia, St. Ignatius mengatakan: “Jika mereka yang hidup di keadaan terdahulu harus datang menuju pengharapan yang baru, dengan tidak lagi menerapkan hari Sabat tetapi melestarikan Hari Tuhan, [yaitu] pada hari hidup kita telah muncul melalui Dia dan kematian-Nya …., rahasia/ misteri itu, yang darinya kita menerima iman kita, dan di dalamnya kita berteguh agar dapat dinilai sebagai para murid Kristus, Pemilik kita satu-satunya, bagaimana mungkin kita lalu dapat hidup tanpa-Nya, sedangkan faktanya, para nabi juga, sebagai para murid-Nya di dalam Roh Tuhan, menantikan Dia sebagai Pemilik [mereka]?” (St. Ignatius, To the Magnesians 9, 1-2: SC 10, 88-89.)

4. St. Yustinus Martir (150-160)

Dan pada hari yang disebut Minggu, semua yang hidup di kota maupun di desa berkumpul bersama di satu tempat, dan ajaran-ajaran para rasul atau tulisan- tulisan dari para nabi dibacakan, sepanjang waktu mengijinkan; lalu ketika pembaca telah berhenti, pemimpin ibadah mengucapkan kata- kata pengajaran dan mendorong agar dilakukannya hal- hal yang baik tersebut. Lalu kami semua berdiri dan berdoa, dan seperti dikatakan sebelumnya, ketika doa selesai, roti dan anggur dan air dibawa, dan pemimpin selanjutnya mempersembahkan doa- doa dan ucapan syukur… dan umat menyetujuinya, dengan mengatakan Amin, dan lalu diadakan pembagian kepada masing- masing umat, dan partisipasi atas apa yang tadi telah diberkati, dan kepada mereka yang tidak hadir, bagiannya akan diberikan oleh diakon. Dan mereka yang mampu dan berkehendak, memberikan (persembahan) yang dianggap layak menurut kemampuan mereka, dan apa yang dikumpulkan oleh pemimpin, ditujukan untuk menolong para yatim piatu dan para janda dan mereka yang, karena sakit maupun sebab lainnya, hidup berkekurangan, dan mereka yang ada dalam penjara dan orang asing di antara kami, pendeknya, ia (pemimpin) mengatur [pertolongan bagi] semua yang berkekurangan. Tetapi hari Minggu adalah hari di mana kami mengadakan ibadah bersama, sebab hari itu adalah hari yang pertama, yaitu pada saat Tuhan, …. telah menciptakan dunia; dan Yesus Kristus Penyelamat kita pada hari yang sama telah bangkit dari mati. Sebab Ia telah disalibkan pada hari sebelum hari Saturnus (Sabtu); dan pada hari setelah hari Saturnus itu, yaitu hari Minggu, setelah menampakkan diri kepada para rasul dan murid-Nya, Ia mengajarkan kepada mereka hal- hal ini…..” (St. Justin, First Apology, ch. 67)

5. Tertullian (203)

“… Sebab jika sunat memurnikan seseorang, karena Tuhan menciptakan Adam tak disunat, mengapa Ia tidak menyunatkan Adam setelah ia berdosa, jika sunat memurnikan?… Maka karena Tuhan menciptakan Adam tak disunat dan tak menerapkan Sabat, demikian juga Habel, yang mempersembahkan kurban, juga tak disunat dan tak menerapkan Sabat, namun dipuji oleh Tuhan (lih. Kej 4:1-7, Ibr 11:4)… juga Nuh, tak disunat, dan tak menerapkan Sabat, Tuhan membebaskannya dari air bah. Sebab Henokh juga, orang yang paling benar, tidak disunat dan tak menerapkan Sabat, diangkat dari dunia, yang tidak mengalami kematian, menjadi kandidat bagi kehidupan kekal, ia menunjukkan kepada kita bahwa kita juga dapat, tanpa beban hukum Musa, berkenan kepada Tuhan” (Tertullian, An Answer to the Jews 2)

6.Teks Didascalia (abad ke-3)

“Para Rasul selanjutnya menentukan: Pada hari pertama dalam minggu, biarlah diadakan ibadah, dan pembacaan Kitab Suci, dan kurban (kurban Misa), sebab pada hari pertama minggu [hari Minggu] Tuhan kita bangkit dari tempat orang mati, dan di hari pertama minggu Ia bangkit ke atas dunia, dan di hari pertama minggu, Ia naik ke Surga, dan di hari pertama minggu Ia akan datang kembali di akhir nanti dengan para malaikat surgawi.” (Didascalia, II)

“Tinggalkan segala sesuatu pada Hari Tuhan…, dan berlarilah dengan rajin kepada Ibadahmu, sebab itu adalah pujian bagi Tuhan. Jika tidak, dalih apakah yang mereka buat di hadapan Tuhan, mereka yang tidak bersekutu pada Hari Tuhan untuk mendengarkan sabda kehidupan dan makan santapan rohani yang bertahan selamanya?” (Didascalia, II, 59, 2-3: ed. F. X. Funk, 1905, pp. 170-171.)

7. Pernyataan para martir di zaman Diocletian (sekitar tahun 303)

Di zaman penganiayaan Diocletian di sekitar tahun 303, perkumpulan jemaat dilarang dengan keras, namun banyak di antara mereka dengan berani menentang dekrit kerajaan Roma, dan menerima kematian daripada kehilangan kesempatan mengikuti perayaan Ekaristi pada hari Minggu, sebagaimana disebutkan oleh St. Yustinus sebagai “Ibadah Minggu/ the Sunday Assembly“. Inilah yang terjadi pada para martir di Abitinam di Prokonsular Afrika, yang menjawab demikian kepada para penganiaya mereka: “Tanpa takut apapun kami merayakan Perjamuan Tuhan, sebab hal itu tak dapat dilewati, itu adalah hukum kami; Kami tak dapat hidup tanpa Perjamuan Tuhan.” Salah satu dari para martir itu mengatakan, “Ya, saya pergi ke Ibadah, dan merayakan Perjamuan Tuhan, dengan saudara-saudariku, sebab aku seorang Kristen.” (Acta SS. Saturnini, Dativi et aliorum plurimorum Martyrum in Africa, 7, 9, 10: PL 8, 707, 709-710.)

8. Eusebius dari Kaisarea (312)

“Mereka [para orang kudus di zaman awal Perjanjian Lama] tidak melakukan sunat tubuh, demikian pula kita [umat Kristen]. Mereka tidak menerapkan Sabat, demikian juga kita. Mereka tidak pantang jenis-jenis makanan tertentu, juga mereka tidak membedakan hal-hal lain yang disampaikan oleh Musa untuk diturunkan sebagai simbol-simbol; demikian pula, umat Kristen di masa sekarang tidak melakukan hal-hal itu.” (Eusebius, Church History 1:4:8)

“Hari terang-Nya (Kristus) … adalah hari kebangkitan-Nya dari mati, yang… adalah satu-satunya dan hari yang sungguh  kudus dan hari Tuhan, lebih baik daripada hari apapun yang umumnya kita pahami, dan lebih baik dari hari-hari yang dikhususkan oleh hukum Musa untuk perayaan-perayaan, bulan baru, dan Sabat, yang dikatakan oleh Rasul Paulus sebagai bayangan dari hari-hari … [bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus (Kol 2:17)] (Proof of the Gospel 4:16:186)

9. St. Athanasius (345)

“Hari Sabat adalah akhir dari penciptaan yang pertama, sedangkan hari Tuhan adalah awal dari penciptaan yang kedua, di mana Ia memperbaharui dan memperbaiki yang lama, dengan cara yang sama seperti Ia menentukan bahwa mereka harus menerapkan Sabat sebagai peringatan akan akhir dari penciptaan pertama, maka kita menghormati hari Tuhan sebagai peringatan akan penciptaan yang baru.” (St. Athanasius, On Sabbath and Circumcision 3)

10. St. Sirilus dari Yerusalem (Catechetical Lectures 4:37)

“Jangan kamu jatuh ke sekte Samaria atau  sekte Judaisme, sebab Yesus Kristus telah menebus kamu. Hindarilah pelaksanaan Sabat dan menyebut daging apapun sebagai halal atau haram” (Catechetical Lectures 4:37)

11. St. Basil (329-379)

St. Basilus menjelaskan bahwa hari Minggu melambangkan hari yang sungguh-sungguh satu-satunya yang akan sesuai dengan saat ini, suatu hari tanpa akhir yang tidak mengenal senja maupun pagi, suatu masa yang tak akan punah, yang tak akan menjadi tua; Minggu adalah nubuat kehidupan tanpa akhir yang memperbarui pengharapan umat Kristen dan menguatkan mereka di sepanjang jalan mereka. (St. Basil, Cf. On the Holy Spirit, 27, 66: SC 17, 484-485)

12. Konsili Laodikia (360)

“Orang-orang Kristen jangan menjadi kaum Yahudi dan tidak melakukan apa-apa pada hari Sabat, tetapi harus bekerja pada hari itu; namun demikian, mereka harus, secara khusus menghormati hari Tuhan, dan jika mungkin, tidak bekerja pada waktu itu, sebab mereka adalah orang-orang Kristen.” (Canon 29)

13. St. Hieronimus (347-420)

Sunday is the day of the Resurrection, it is the day of Christians, it is our day, Hari Minggu adalah hari Kebangkitan [Kristus], hari itu adalah hari umat Kristen, itu adalah hari kita.” (St. Jerome, In Die Dominica Paschae II, 52: CCL 78, 550.)

14. St. Yohanes Krisostomus (387)

“Ketika Ia [Tuhan] bersabda, “Jangan membunuh…” Ia tidak menambahkan, “sebab pembunuhan adalah sesuatu yang jahat.” Alasannya adalah bahwa hati nurani telah mengajarkan ini sebelumnya, dan maka Ia berkata, seperti kepada mereka yang tahu dan mengerti hal ini. Maka ketika Ia bersabda tentang perintah yang lain, yang tidak diketahui oleh kita melalui hati nurani, Ia tidak hanya melarang tetapi memberikan alasannya. Ketika, contohnya, Ia memberi perintah tentang Sabat, “Pada hari ketujuh, janganlah kamu bekerja”- Ia menerangkan pula alasannya mengapa demikian. Apakah ini? “Sebab pada hari ketujuh Tuhan beristirahat dari semua pekerjaan-Nya yang telah Ia lakukan” (lih. Kej 20:10-11) … Sebab untuk maksud apa, aku bertanya, Ia menambahkan alasan untuk menghormati Sabat, tetapi tidak melakukannya ketika melarang pembunuhan? Sebab perintah ini bukanlah merupakan perintah-perintah yang terpenting. Itu tidak termasuk perintah yang secara akurat ditentukan oleh hati nurani kita, tetapi sesuatu yang partial dan sementara, dan karena itu tidak diberlakukan kemudian. Tetapi perintah-perintah yang penting dan mendukung kehidupan kita adalah berikut ini: “Jangan membunuh… jangan berbuat zinah…. jangan mencuri.” Pada hal ini, Ia tidak menambahkan alasan, atau memberikan instruksi apapun tentang hal itu, tetapi sudah cukup dengan larangan yang apa adanya (bare).” (St. John Chrysostom, Homilies on the Statutes 12:9)

“Kamu telah mengenakan Kristus, kamu telah menjadi anggota Tuhan dan telah termasuk dalam kota surgawi, dan kamu masih tunduk takut dalam hukum itu [hukum Musa]?  Bagaimana mungkin kamu mencapai Kerajaan Allah? Dengarkanlah perkataan Rasul Paulus, bahwa pelaksanaan hukum Musa mengabaikan Injil, dan pelajarilah, jika kamu mau, bagaimana hal ini dapat terjadi, dan gemetarlah dan hindarilah jebakan ini. Mengapa kamu menerapkan Sabat dan berpuasa dengan orang- orang Yahudi?” (St. John Chrysostom, Homilies on Galatians 2:17)

“Ritus sunat dihormati dalam ketentuan Yahudi, …. dan Sabat lebih rendah tingkatannya dari sunat… Ini [sunat] dianggap lebih agung daripada Sabat, sebab tidak dihapuskan pada waktu-waktu tertentu. Maka ketika sunat tidak dilakukan lagi, terlebih lagi Sabat.” (St. John Chrysostom, Homilies on Philippians 10)

15. Konstitusi Apostolik (400)

“Dan pada hari kebangkitan Tuhan yaitu Hari Tuhan, berkumpullah dengan rajin, memuji Tuhan yang oleh Kristus menciptakan alam semesta, dan mengutus-Nya kepada kita, dan dengan rela membiarkan Ia menderita, dan membangkitkan-Nya dari kematian. Kalau tidak,  pembelaan apa yang akan Ia buat kepada Allah, bagi mereka yang tidak bersekutu pada hari itu [hari Tuhan]… yang di dalamnya dibacakan bacaan dari para nabi, pewartaan Injil dan kurban penebusan, karunia makanan yang kudus…” (Apostolic Constitutions 2:7:60)

16. St. Agustinus (354-430)

St. Agustinus, juga mengajarkan tentang hari Minggu sebagai Hari Tuhan, sebagai berikut: “Oleh karena itu, Tuhan juga telah menempatkan meterai-Nya pada hari-Nya, yang adalah hari ke-tiga setelah Sengsara-Nya. Namun demikian, dalam siklus mingguan, hari itu [Minggu] adalah hari ke-delapan setelah hari ke-tujuh, yaitu hari setelah hari Sabat, dan hari yang pertama dalam minggu.” (St. Augustine, Sermon 8 in the Octave of Easter 4: PL 46, 841.)

“Sekarang, …  manakah di antara kesepuluh perintah ini, kecuali pelaksanaan Sabat, yang harus tidak dilakukan oleh seorang Kristen… Manakah dari perintah-perintah ini yang orang katakan umat Kristen harus tidak melaksanakannya? … Bukanlah hukum yang ditulis di atas kedua loh batu itu yang dijabarkan oleh Rasul Paulus sebagai ‘hukum tertulis yang mematikan’ (2Kor 3:16), tetapi hukum sunat dan ritus-ritus lainnya yang kini tidak berlaku.” (St. Agustinus, The Spirit and the Letter 24)

Dalam pengajarannya tentang akhir zaman, yang menggenapi simbolisme akhir dari hari Sabat, St. Agustinus menyimpulkan hari akhir itu sebagai, “kedamaian dari ketenangan, kedamaian Sabat, sebuah kedamaian tanpa senja.” (St. Augustine, Confession, 13, 50: CCL 27, 272.) Dengan merayakan hari Minggu, baik sebagai hari pertama dan hari kedelapan, umat Kristiani diarahkan kepada tujuan akhir kehidupan kekal. (cf. St. Augustine, Epistle. 55, 17: CSEL 34, 188)

17. St. Gregorius Agung (597)

“Telah sampai ke telingaku bahwa orang- orang tertentu dengan roh yang menyimpang telah menebarkan di antara kamu sesuatu yang salah dan berlawanan dengan iman yang kudus, dengan melarang pekerjaan apapun untuk dilakukan pada hari Sabat. Dengan apakah aku akan menyebut orang-orang ini selain pengkhotbah antikristus, yang ketika datang akan menyebabkan hari Sabat seperti hari Tuhan, harus dibebaskan dari semua pekerjaan. Sebab ia [sang Antikristus] berpura-pura mati dan bangkit lagi, ia menghendaki agar hari Tuhan dihormati; dan karena ia mengharuskan orang-orang untuk menjadi Yahudi, supaya ia mengembalikan lagi ritus hukum Musa, dan untuk menundukkan pengkhianatan kaum Yahudi, ia menghendaki hari Sabat untuk diterapkan. Sebab ini yang dikatakan nabi, “Janganlah membawa barang-barang melalui pintu-pintu gerbang kota ini pada hari Sabat (Yer 17:24) dapat dipegang sepanjang itu diperbolehkan oleh hukum untuk dilakukan sesuai dengan apa yang tertulis. Tetapi setelah itu, rahmat Allah yang mahabesar, Tuhan kita Yesus Kristus, telah muncul, perintah-perintah hukum yang dikatakan secara figuratif tidak dapat dilakukan sesuai dengan apa yang tertulis. Sebab jika barangsiapa mengatakan bahwa ini tentang Sabat adalah harus dilakukan, ia harus juga mengatakan bahwa kurban-kurban binatang juga harus dilakukan. Ia juga harus berkata juga, bahwa perintah tentang sunat tubuh harus juga dipertahankan. Tetapi biarlah ia mendengar Rasul Paulus berkata menentang dia: “Jika kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu (Gal 5:2)” (St. Gregory the Great, Letters 13:1)

Maka menurut Paus Yohanes Paulus II,  mengutip pengajaran para Bapa Gereja di atas: “Maka, lebih dari “penggantian” bagi hari Sabat, hari Minggu adalah penggenapannya, dan dalam arti tertentu adalah kelanjutannya dan ekspresi yang penuh dalam pengungkapan sejarah keselamatan menurut ketentuan, yang mencapai puncaknya di dalam Kristus.” (Paus Yohanes Paulus II, Surat Apostolik, Dies Domini, 59). Tak mengherankan jika Konsili-konsili para Uskup pun menetapkan bahwa hari Minggu adalah hari Ibadah bagi umat Kristen, dimulai dari Konsili Elvira (300), Konsili Laodikia (abad ke-4), Konsili Orleans (538).

Dasar dari ajaran Magisterium Gereja Katolik

Berikut ini adalah apa yang diajarkan oleh Katekismus Gereja Katolik tentang hari Sabat dan Hari Tuhan:

KGK 2168  Perintah ketiga dari dekalog menekankan kekudusan Sabat. “Hari yang ketujuh haruslah ada sabat, hari perhentian penuh, hari kudus bagi Tuhan” (Kel 31:15).

KGK 2169  Dalam hubungan ini, Kitab Suci mengenangkan perbuatan penciptaan: “Sebab enam hari lamanya Tuhan menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya Tuhan memberkati hari Sabat dan menguduskannya” (Kel 20:11).

KGK 2170 Alkitab melihat dalam hari Tuhan juga satu peringatan akan pembebasan Israel dari perbudakan di Mesir: “Sebab haruslah kau ingat, bahwa engkau pun dahulu budak di tanah Mesir dan engkau dibawa keluar dari sana oleh Tuhan, Allahmu, dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung; itulah sebabnya Tuhan, Allahmu, memerintahkan engkau merayakan hari Sabat” (Ul 5:15).

KGK 2171  Allah telah percayakan Sabat kepada Israel supaya ia mematuhinya sebagai tanda perjanjian yang tidak dapat diputuskan (Bdk. Kel 31:16). Sabat itu untuk Tuhan; ia telah dikhususkan dan ditahbiskan untuk memuja Allah, karya penciptaan-Nya dan karya-karya penyelamatan-Nya untuk Israel.

KGK 2172  Perbuatan Allah adalah contoh untuk perbuatan manusia. Allah berhenti pada hari ketujuh dan “beristirahat” (Kel 31:17). karena itu, manusia harus berhenti pada hari ketujuh dan orang lain, terutama orang miskin dapat “melepaskan lelah” (Kel 23:12). Sabat menghentikan sebentar pekerjaan sehari-hari dan memberi istirahat. Itulah hari protes terhadap kerja paksa dan pendewaan uang (Bdk. Neh 13:15-22; 2 Taw 36:21).

KGK 2173      Injil memberitakan kejadian-kejadian, di mana Yesus dipersalahkan karena Ia melanggar perintah Sabat. Tetapi Yesus tidak pernah melanggar kekudusan hari ini (Bdk. Mrk 1:21; Yoh 9:16). Dengan wewenang penuh Ia menyatakan artinya yang benar: “Hari Sabat diadakan untuk manusia, bukan manusia untuk hari Sabat” (Mrk 2:2). Dengan penuh belas kasihan Kristus menuntut hak, supaya melakukan yang baik daripada yang jahat dan menyelamatkan kehidupan daripada merusakkannya pada hari Sabat (Bdk. Mrk 3:4).. Hari Sabat adalah hari Tuhan yang penuh kasih dan penghormatan Allah (Bdk. Mat 12:5; Yoh 7:23). “Jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat” (Mrk 2:28).

KGK 2174  Yesus telah bangkit dari antara oang mati pada “hari pertama minggu itu” (Mat 28:1; Mrk 16:2; Luk 24:1; Yoh 20:1). Sebagai “hari pertama”, hari kebangkitan Kristus mengingatkan kita akan penciptaan pertama. Sebagai “hari kedelapan” sesudah hari Sabat Bdk. Mrk 16:1; Mat 28:1, ia menunjuk kepada ciptaan baru yang datang dengan kebangkitan Kristus. Bagi warga Kristen, ia telah menjadi hari segala hari, pesta segala pesta, “hari Tuhan” [he kyriake hemera, dies dominica], “hari Minggu”.
“Pada hari Minggu kami semua berkumpul, karena itulah hari pertama, padanya Allah telah menarik zat perdana dari kegelapan dan telah menciptakan dunia, dan karena Yesus Kristus. Penebus kita telah bangkit dari antara orang mati pada hari ini” (Yustinus, apol. 1,67).

KGK 2175  Hari Minggu jelas berbeda dari hari Sabat, sebagai gantinya ia – dalam memenuhi perintah hari Sabat – dirayakan oleh orang Kristen setiap minggu pada hari sesudah hari Sabat. Dalam Paska Kristus, hari Minggu memenuhi arti rohani dari hari Sabat Yahudi dan memberitakan istirahat manusia abadi di dalam Allah. Tatanan hukum mempersiapkan misteri Kristus dan ritus-ritusnya menunjukkan lebih dahulu kehidupan Kristus Bdk. 1Kor 10:11.
“Kalau mereka yang berjalan-jalan di dalam kebiasaan lama sampai kepada harapan baru dan tidak lagi menaati hari Sabat, tetapi hidup menurut hari Tuhan, pada hari mana kehidupan kita juga diberkati melalui Dia dan kematian-Nya… bagaimana kita dapat hidup tanpa Dia?” (Ignasius dari Antiokia, Magn. 9, 1).

KGK 2176  Perayaan hari Minggu berpegang pada peraturan moral, yang dari kodratnya telah ditulis dalam hati manusia: memberikan kepada Allah “satu penghormatan yang tampak, yang resmi dan yang teratur sebagai peringatan akan perbuatan baik dan umum, yang menyangkut semua manusia” (Tomas Aqu., Summa Theology. 2-2,122,4). Perayaan hari Minggu memenuhi perintah yang berlaku dalam Perjanjian Lama, yang mengambil irama dan artinya di dalam perayaan setiap minggu akan Pencipta dan Penebus umat-Nya.

Kesimpulan

Dari keterangan tersebut di atas, kita melihat bahwa adalah Allah sendiri, yang menghendaki Gereja-Nya merayakan Hari Tuhan pada hari Minggu. Gereja Katolik, yang berpegang kepada ajaran para Rasul, hanya mengikuti apa yang difirmankan oleh Allah dalam Perjanjian Baru, sebagai penggenapan dan penyempurnaan Perjanjian Lama. Karena makna Kebangkitan Kristus menggenapi makna penciptaan, maka kita tidak lagi merayakan hari terakhir penciptaan, namun hari pertama penciptaan, karena di dalam Kristus, melalui Pembaptisan, umat Kristen dijadikan ciptaan yang baru. Dan karena Kebangkitan Kristus terjadi pada hari Minggu, maka kita merayakan Hari yang menjadikan kita ciptaan baru yang menggabungkan kita menjadi anggota Kristus itu, sebagai Hari Tuhan. Inilah yang menjadi tanda bahwa kita adalah umat Kristen, yaitu kita telah dijadikan anggota Kristus, karena Kebangkitan-Nya. Jadi jika suatu gambaran sudah digenapi oleh Kristus, kita tidak dapat kembali merayakan gambarannya seolah Kristus yang menggenapinya belum datang. Sebagai Gereja, justru kita merayakan  penggenapan gambaran itu, sesuai dengan kepenuhan maknanya di dalam Kristus.

Maka hal menjadikan hari Minggu sebagai Hari Tuhan, telah lama dilaksanakan oleh jemaat perdana sebelum zaman Konstantin di abad ke-4. Mari kita bersama-sama mensyukuri akan karunia hari Minggu, hari bagi umat Kristen untuk beribadah kepada Tuhan secara khusus. Namun kita juga dipanggil untuk beribadah setiap hari, dengan ucapan syukur dan senantiasa mengingat Yesus Tuhan kita dan mengikutsertakan Dia dalam kehidupan kita sehari-hari. Terpujilah Tuhan.

Beberapa keberatan dan jawaban seputar hari Sabat dan hari Minggu

1. Kis 20:7 membuktikan tidak ada ibadah pada hari Minggu?

Ada sejumlah orang berargumen bahwa Kis 20:7 dan ayat-ayat selanjutnya menunjukkan bahwa pemecahan roti yang dilakukan oleh Rasul Paulus itu adalah acara makan-makan biasa dan bukan ibadah, dan bahwa hal memecah roti itu terjadi dua kali, sebelum Eutikhus jatuh dan dilanjutkan lagi setelah Eutikhus jatuh dan dihidupkan kembali. Benarkah demikian?

Untuk mengetahui apakah pertemuan itu merupakan ibadah atau bukan, kita melihat kepada bahasa asli yang digunakan pada ayat itu:

“Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ, karena ia bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya. Pembicaraan itu berlangsung sampai tengah malam.” (Kis 20:7)

Kata kerja ‘berkumpul‘ yang digunakan di sana adalah ‘synaxis‘ (dari kata synago, serupa dengan kata sinagoga yang artinya adalah tempat berkumpul untuk beribadah). Bagi umat Kristen, kata ‘synaxis‘ mengacu kepada berkumpulnya jemaat untuk merayakan Ekaristi (lih. Kis 11:26;14:27, dst). Kata ‘synaxis’ ini juga digunakan dalam surat-surat Bapa Gereja (lih. Didache, ix, 4; xiv, 1; Epistle of Clement 34.7, St. Ignatius, Letter to the Magnesians 10.3)

Dengan demikian, interpretasi yang mengatakan bahwa ‘memecah-mecah roti’ di sana hanya makan-makan biasa, itu adalah interpretasi pribadi, yang tidak sesuai dengan maksud penggunaan kata tersebut pada zaman itu oleh para Rasul. Sebab jelas kata sebelumnya, yaitu ‘berkumpul/ synaxis‘ itu artinya adalah berkumpul untuk beribadah.

Sedangkan interpretasi bahwa kejadian memecah roti sebanyak dua kali itu juga merupakan kesimpulan yang diambil sendiri, tetapi hal itu tidak disebutkan secara eksplisit dalam perikop tersebut. Yang disebutkan dalam ayat Kis 20:7 adalah bahwa para murid “berkumpul untuk memecah-mecahkan roti” (tidak disebut kapan tepatnya pemecahan roti dilakukan), dengan Paulus yang bertindak sebagai pembicara. Namun demikian, tidak dikatakan di sana bahwa sementara Paulus berbicara, atau sebelum Paulus berbicara mereka sudah memecah-mecah roti. Yang eksplisit dikatakan di sana adalah  “Karena Paulus amat lama berbicara, orang muda [Eutikhus] itu tidak dapat menahan kantuknya… ” (ay. 8). Maka jelas ia tertidur bukan karena sedang makan, tetapi karena pembicaraan Paulus yang lama.

Maka yang lebih masuk akal di sini adalah bahwa mereka berkumpul untuk tujuan memecah-mecahkan roti (yaitu beribadah mengenang Perjamuan Tuhan, sebagaimana disebutkan juga dalam Kis 2:42), yang didahului dengan khotbah pengajaran Rasul Paulus. Cara ibadah sedemikian, diajarkan oleh Yesus sendiri kepada dua orang murid-Nya dalam perjalanan ke Emaus, yaitu bahwa pemecahan roti dilakukan setelah pembacaan dan penjelasan Kitab Suci (lih. Luk 24:13-35). Namun kemungkinan karena pengajaran/ khotbah Rasul Paulus itu yang berlangsung amat lama, maka salah seorang pendengarnya, yang bernama Eutikhus, tertidur. Hal ini, walau tidak ideal, mungkin saja terjadi, karena ibadah saat itu berlangsung sampai menjelang tengah malam, dan pembicaraan yang lama, dapat saja membuat orang mengantuk.

Nah maka istilah “memecah-mecahkan roti” yang mengikuti kata ‘synaxis‘ itu maksudnya adalah perayaan Ekaristi (lih. Kis 2:42). Sejujurnya, kata “memecah-mecahkan roti” yang tertulis dalam Injil  mempunyai hubungan arti dengan Ekaristi, sebagaimana digambarkan dalam mukjizat pergandaan roti (Mat 14:19, 15:36; Mrk 6:41, 8:6,19; Luk 9:16); Perjamuan Terakhir (Mat 26:26; Mrk 14:22; Luk 22:19); dan Perjamuan Ekaristi (Luk 24:30, 35). Oleh karena itu, kata “memecah-mecahkan roti” dalam Kisah para Rasul (Kis 20:7; 27:35) bukan untuk diartikan sekedar makan-makan biasa. Rasul Paulus juga menggunakan istilah ‘memecah roti’ (the breaking of bread) dalam 1 Kor 10:16, yang berarti ‘persekutuan dengan Tubuh Kristus’.

Dengan menerima bahwa istilah “memecah-mecahkan roti” itu mengacu kepada perjamuan Ekaristi, maka menjadi jelas juga, bahwa perayaan ibadah tersebut terjadi “pada hari pertama dalam minggu” (Kis 20:7). Maka, jika dihitung menurut perhitungan Yahudi, malam itu adalah Sabtu malam, sebab Sabtu malam (di atas jam 6 sore) sudah terhitung sebagai hari pertama minggu. Mengapa saat itu para murid berkumpul pada malam hari untuk merayakan Perjamuan Ekaristi, hal itu telah dijelaskan oleh Paus Beato Yohanes Paulus dalam Surat Apostoliknya, Dies Domini, paragraf #22, silakan klik di sini untuk membacanya.

St. Yohanes Krisostomus (347-407) menjelaskan bahwa bahkan pada saat itu, Jemaat awal telah merayakan Hari Tuhan pada hari pertama minggu, sebagaimana dilestarikan oleh semua umat Kristen sampai sekarang (kecuali denominasi tertentu). Di sini dikatakan bahwa Rasul Paulus memecah-mecah roti (Ekaristi) pada hari Minggu, dan memberi pengajaran kepada jemaat, baik sebelum maupun sesudah perayaan misteri ilahi tersebut (lih. St. Augustine, Epistle. lxxxvi. ad Casulanum.; Ven. Bede, in xx. Act.)

2. Pada abad awal, Rasul Paulus dan para murid masih datang ke sinagoga pada hari Sabat, dan tidak pada hari Minggu?

Pada saat Gereja awal, untuk beberapa waktu para Rasul memang masih datang ke sinagoga pada hari Sabat, sebab tujuan mereka adalah mewartakan Kristus kepada orang-orang Yahudi yang beribadah di sana (lih. Kis 13:14, 42-44; 17:2-3; 18:4). Namun ini tidak berarti bahwa para murid tidak berkumpul pada hari pertama di dalam minggu (yaitu hari Minggu) untuk merayakan Kebangkitan Kristus. Hal ini dijelaskan oleh Paus Yohanes Paulus II dalam Dies Domini, paragraf 23, silakan klik.

3. 1Kor 16:2 hanya menyangkut tentang pengumpulan sumbangan?

Dikatakan dalam 1 Kor 16:2, demikian: “Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kamu masing-masing -sesuai dengan apa yang kamu peroleh- menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah, supaya jangan pengumpulan itu baru diadakan, kalau aku datang.”

Berikut ini adalah penjelasan A Catholic Commentary on Holy Scripture, ed. Dom Orchard OSB, dan beberapa sumber lainnya:

Pada saat itu, Paulus mengorganisasikan pengumpulan uang dari Gereja-gereja yang didirikannya di empat propinsi: Akhia, Makedonia, Asia dan Galatia, untuk Gereja di Yerusalem, yaitu jemaat Kristen keturunan Yahudi yang berada dalam keadaan yang lebih miskin. Di sini terlihat bahwa sejak awal Gereja mempunyai perhatian kepada kaum miskin, dan mengajarkan agar mereka yang lebih kuat menolong yang lebih lemah, sebagaimana nyata dalam cara hidup jemaat perdana, di mana mereka dengan rela menjual harta miliknya dan membagi-bagikannya untuk kepentingan bersama (lih. Kis 2:45). Hal memberikan kontribusi/ persembahan kepada kaum miskin ini dilakukan dalam kesatuan dengan ibadah jemaat, dan ini secara eksplisit tertulis dalam tulisan St. Yustinus Martir, tentang perayaan ibadah yang dilakukan pada hari Minggu, sebagaimana dikutip di artikel di atas. Maka, selain untuk meringankan beban jemaat yang miskin, ayat ini juga menunjukkan: 1) bukti kesetiaan Paulus dan semua jemaat yang diajarnya, terhadap ajaran Kristus, untuk merayakan ibadah -termasuk di dalamnya mengumpulkan kolekte/ uang persembahan untuk Gereja di Yerusalem- pada hari Minggu. 2) bahwa Rasul Paulus menghendaki agar jemaat sudah menyisihkan dari rumah, sejumlah persembahan untuk dikumpulkan, dan bukan baru melakukannya pada saat ibadah dilangsungkan.

4. Penentuan Hari Minggu sebagai Hari Tuhan artinya membatalkan kesucian hari Sabat?

Tidak. Ini adalah kesalahpahaman seseorang jika ia tidak membaca Kitab Suci sebagaimana Gereja, menurut ajaran Kristus dan para Rasul, membacanya. Gereja Katolik mengajarkan agar kita membaca Kitab Suci dalam kesatuan: artinya bahwa Perjanjian Lama dibaca dalam terang Perjanjian Baru, dan sebaliknya Perjanjian Baru dalam terang Perjanjian Lama (lih. KGK 129). Artinya, apa yang diajarkan dalam Perjanjian Lama adalah untuk digenapi oleh Kristus dalam Perjanjian Baru. Nah penggenapan ini tidak mengharuskan bahwa pelaksanaannya harus sama persis dengan Perjanjian Lama, sebab jika demikian artinya Perjanjian Lama itu tidak pernah diperbaharui oleh Kristus. Adalah kehendak Allah sendiri, untuk menggenapi Perjanjian Lama di dalam Kristus dalam Perjanjian Baru. Itulah sebabnya sebelum Kristus menyelesaikan misinya di dunia melalui Misteri Paska-Nya, pelaksanaan Sabat masih mengikuti hukum Taurat; tetapi setelah seluruh nubuat para nabi dalam Perjanjian Lama tergenapi dengan Misteri Paska Kristus (sengsara, wafat, kebangkitan dan kenaikan Kristus ke Surga) dan Pentakosta, maka perayaan Hari Tuhan diadakan berdasarkan Misteri Paska itu, yaitu hari Kebangkitan Kristus (hari Paska).

5. Apakah dengan demikian, maka kita mengubah perintah Tuhan di Kel 20:9-11?

Mungkin beberapa pertanyaan berikut ini dapat membantu untuk merenungkan topik ini: (1) Apakah hukuman bagi orang yang tidak menjalankan ibadah pada hari Sabat? Kalau hukumannya neraka, apakah para rasul, jemaat perdana dan seluruh umat Kristen akan masuk ke neraka? (2) Apakah orang yang menjalankan Sabat dengan alasan itu adalah ketetapan Allah di dalam Perjanjian Lama, maka mereka juga menjalankan ketetapan-ketetapan yang lain seperti: ketetapan tentang sistem kurban (Im 1-4), penghapusan dosa untuk dosa-dosa khusus, pelanggaran kepada Tuhan dan sesama (Im 5-6); makanan yang najis dan tidak najis (Im 11); pemurnian setelah melahirkan (Im 12); peraturan yang berhubungan dengan kusta (Im 13-14); peraturan tentang seksual (Im 15); tentang ritual dan persembahan (Im 16-17); tentang larangan pernikahan (Im 18); tentang kehidupan sosial (Im 19) termasuk di dalamnya tidak boleh memakai kain dengan dua bahan; tentang hukuman termasuk hukuman rajam, hukuman mati untuk mengutuk orang tua, perzinahan (Im 20); memelihara kalendar-kalendar yang ditetapkan (Im 23); tentang sabatikal dan yubilium (Im 25); tentang sumpah (Im 27), dll. Secara lebih mendetail, kita dapat melihat beberapa ayat berikut ini:

Dalam Kel 20:10 dikatakan “tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu.” (lih. juga Im 23:3) Kalau seseorang mengikuti hukum taurat (tanpa membedakan ada beberapa hukum dalam Perjanjian Lama), apakah orang tersebut tidak bekerja pada hari Jumat Sore – Sabtu Sore? Apakah pembantu di rumah juga tidak bekerja sama sekali?

Dikatakan “Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada perhentian kudus bagimu, yakni sabat, hari perhentian penuh bagi TUHAN; setiap orang yang melakukan pekerjaan pada hari itu, haruslah dihukum mati.” (Kel 35:2; lihat juga Kel 31:14). Apakah ada yang masih menerapkan hukuman mati bagi yang melakukan pekerjaan pada hari Sabat (Jumat sore – Sabtu sore)?

Dikatakan “Janganlah kamu memasang api di manapun dalam tempat kediamanmu pada hari Sabat.” (Kel 35:3) Apakah kita tidak boleh menyalakan penerangan pada hari Sabat?

Dikatakan “Pada hari Sabat: dua ekor domba berumur setahun yang tidak bercela, dan dua persepuluh efa tepung yang terbaik sebagai korban sajian, diolah dengan minyak, serta dengan korban curahannya.” (Bil 28:9). Apakah masih ada yang menerapkan kurban dua ekor domba berumur setahun yang tidak bercela dan dua persepuluh efa tepung sebagai korban sajian setiap hari Sabat?

4.1 12 votes
Article Rating
21/02/2021
108 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
dave
dave
12 years ago

Shalom kepada saudara penulis yang dikasihi… Saya ingin bertanya kepada anda 1 soalan buat masa ini. DALAM HUKUM 10 ALLAH ada mengatakan kuduskanlah hari Sabat. Tuhan JESUS ALLAH kita juga pernah mengatakan “AKU DATANG BUKAN UNTUK MENGUBAH HUKUM MELAINKAN MENGGENAPINYA”. Menurut pembacaan dalam kajian sejarah dunia sebelum wjudnya RC Sabat adalah sabtu, namun selepas RC wujud Sabat berubah kepada ahad. Yang menjadi pertanyaan saya, kenapa kebanyakan agama Christian dunia tidak memelihara hukum Hari Sabat yang sebenarnya yang diberikan oleh ALLAH, TETAPI TELAH MEMELIHARA HARI AHAD/MINGGU YANG MERUPAKAN HARI PERTAMA DALAM MINGGU? [dari katolisitas: silakan melihat diskusi di atas – silakan… Read more »

nisha
nisha
12 years ago

demi kuasa dan pengaruh untuk kedudukan yang kukuh serta sentiasa mendapat sokongan majoriti, apa yang benar telah diubah mengikut kesesuaian manusia dan bukan lagi mengikut kehendak Tuhan. [Dari Katolisitas: pesan ini digabungkan karena masih satu topik] kesepuluh hukum Tuhan kalau anda lihat salah satu daripadanya adalah jangan membunuh, jangan mencuri, jangan berdusta, jangan berzina, semua larangan ini adalah di dalam senarai sepuluh hukum Tuhan bermakna taraf semuanya adalah sama, larangan dan seruan Tuhan. Sekiranya membunuh itu satu dosa, sudah tentu dengan mengabaikan hari sabat juga adalah satu dosa yang sama berat dengan perbuatan membunuh atau yang lain-lain. (maaf ini hanya… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  nisha
12 years ago

Shalom Nisha, Gereja Katolik mengajarkan bahwa Hari Tuhan tersebut adalah hari Minggu, atas dasar bahwa Kristus yang merupakan penggenapan hukum Taurat, memang menjadikan hari Minggu (hari pertama di dalam minggu) sebagai hari yang istimewa dengan ditandai dengan kebangkitan-Nya dari kematian. Sejak saat itu, para murid Kristus melakukan ibadah di Hari Tuhan pada hari Minggu. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan demikian KGK 2174    Yesus telah bangkit dari antara orang mati pada “hari pertama minggu itu” (Mat 28:1; Mrk 16:2; Luk 24:1; Yoh 20:1). Sebagai “hari pertama”, hari kebangkitan Kristus mengingatkan kita akan penciptaan pertama. Sebagai “hari kedelapan” sesudah hari Sabat (Bdk. Mrk… Read more »

albert cendikiawan
albert cendikiawan
12 years ago

Ternyata sulit yah menjelaskan bahwa Hari Tuhan adalah hari Minggu. Maju terus pak Stef. Tidak satu pun ajaran Gereja Katolik yang salah. Dan argumen pak Stef sudah lengkap dan mendetil, mereka2 saja yang tidak mau menerima karena kedegilan hati mereka. Bukankah jelas bahwa Tuhan Yesus berkuasa atas Sabat? Dan Sabat bertujuan menyucikan seluruh hari dalam satu pekan itu. Nah dengan membagikan Tubuh dan DarahNya Tuhan Yesus menyucikan umat manusia. Atas wewenangNya Tuhan Yesus melakukan hal itu pada hari Minggu (dgn murid di Emaus). Bukankah itu jelas? Masalahnya orang Kristen Protestan dan sebagian Katolik meragukan keutamaan Sakramen Ekaristi. Bagi mereka Sakramen… Read more »

Santosa Wijaya
Santosa Wijaya
Reply to  albert cendikiawan
11 years ago

Mereka hrs membaca “Rome Sweet Home” karangan teolog mantan pendeta dan isterinya yg jadi katolik. Saya senang baca buku itu, membuat saya tahu artinya Katolik dan artinya Protestan. Jauh levelnya prot dari katolik, protestan banyak kehilangan perjanjian Allah. Yang paling besar kehilangan mereka adalah Ekaristi, Tubuh Kristus sendiri, karena pandangan protestan sudah ada dalam Yoh 6:66, mereka menolak dan meninggalkan tubuh Kristus, menolak Sang Roti Hidup. Bacalah buku itu. Shaloom.

Yulius
Yulius
12 years ago

Yang membuat saya bingung itu kok hari Minggu ditulis hari kedelapan? Setiap kali saya membaca bahwa primacy hari Minggu berasal dari tradisi Suci sebagaimana yang tertuang dalam Sacrosanctum Concilium 106 yang berbunyi: “By a tradition handed down from the apostles which took its origin from the very day of Christ’s resurrection, the Church celebrates the paschal mystery every eighth day; with good reason this, then, bears the name of the Lord’s day or Sunday. For on this day Christ’s faithful are bound to come together into one place so that; by hearing the word of God and taking part in… Read more »

Hartono
Hartono
12 years ago

Saya juga ingin menanyakan tentang hal ini, kita semua setuju Allah yang menciptakan alam ini beserta isinya. Bukankah Allah dari awal sudah berfirman dan menjadikan hari ke 7 (Sabtu) sebagai hari yang disucikan? Bahkan Yesus Kristus pun menghormati hari Sabat. Atas dasar apa kita manusia dengan segala alasan dan pembenaran manusiawi kita menyimpangkan hari Sabat menjadi hari Minggu? Kita tahu firman Tuhan Allah kekal, Yesus sendiri tidak pernah memberitahukan kita untuk mengganti hari Sabat. Menurut sejarah, justru karena kaum pagan Roma dahulu masuk Katolik kemudian mereka tidak menghilangkan sifat kafir mereka terhadap pemujaan dewa matahari mereka. Itu kenapa hari Minggu… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Hartono
12 years ago

Shalom Hartono, Terima kasih atas tanggapan anda tentang hari Sabat. Apakah  anda telah membaca argumentasi yang diberikan di tanya jawab di atas – silakan klik? Silakan anda melihat beberapa ayat berikut ini: Mat 12:1-12; Luk 6:1-10; Luk 13:10-17; Yoh 5:9-18; Kis 20:7; 1Kor 16:1-2; Gal 4:10; Rev 1:10. Silakan melihat ayat-ayat ini dan argumentasi yang telah diberikan di link tersebut. Tentang Sunday dalam hubungannya dengan kekafiran, maka apakah anda juga menolak Monday, Tuesday, Wednesday, Thursday, Friday dan Saturday? Jangan lupa bahwa sedikit banyak nama hari- hari dalam bahasa Inggris semua dapat dihubungkan dengan asal- usul pagan. Sebab Sunday, berkaitan dengan… Read more »

carol
carol
12 years ago

Marilah kita mengikuti apa yang sudah diteladankan Yesus, yaitu pergi ke rumah ibadah pada setiap hari Sabat (Sabtu). Saya pengikut Kristus harus mengikuti teladan Yesus, jika murid2 Yesus berkumpul pada hari Minggu untuk berbakti memperingati kebangkitanNya, tidak ada salahnya karena kita berbakti tiap hari pun boleh, tidak ada batasan, tapi hari sabat Tuhan Allahmu tidak pernah berubah, yaitu tetap hari Sabtu seperti yang sudah diteladankan Yesus. Sabat pada mulanya yaitu untuk memperingati penciptaan dunia… dan bagi orang Yahudi sabat hari ketujuh untuk memperingati pembebasan dari Mesir… dan sebagai orang Kristen sabat adalah untuk memperingati kemerdekaan kita dari belenggu dosa karena… Read more »

Prisilia
Prisilia
12 years ago

Saya seorang katolik dan disini saya belum mendapat satu kesimpulan yang saya butuhkan! Saya rasa tidak perlu bertele-tele dalam membahas hal ini… saya mmg agak bodoh dan tidak begitu memahami alkitab. pertanyaan saya ; 1. mengapa orang katolik beribadah pada hari minngu padahal dalam alkitab diminta beribadah pada hari sabat?? 2. Dialkitab juga tertulis bahwa orang yang tidak menjalankan perintah Allah hukumannya neraka. kita tidak menjalankan perintah Allah dalam hal hari sabat. apakah kita akan masuk neraka? di alkitab tertulis klo percuma kita beribadah jika tidak sesuai dengan kehendakNya… Mohon penjelasannya… sesuai alkitab! karna jujur saya lebih percaya apa yang… Read more »

albertus
albertus
12 years ago

Susah neranginnya karena yang satu berpegang teguh hanya pada perjanjian lama saja.

Tetap semangat Bro Steph dan Ingrid

Doa kami menyertaimu.

Deon
Deon
12 years ago

Adakah tertulis bahawa hari sabat ditukar kepada hari minggu..? dalam Alkitab mengatakan hari Sabat adalah Hari Sabtu iaitu hari ke-7 bukannya hari pertama..
memang tidak dapat dinafikan bahawa hari kebangkitan Tuhan Yesus adalah hari pertama, namun adakah hari kebangkitan-Nya itu secara automatik mengubah hari Sabat kepada hari minggu..?
siapakah yg menetapkan hari Sabat .? bukankah Tuhan Yesus.?
Adakah sabat pada hari minggu adalah kebenaran sperti yg tertulis dalam Alkitab..?
Sila jawab melalui kebenaran melalui Alkitab saudara…haleluya

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Deon
12 years ago

Shalom Deon, Terima kasih atas tanggapannya. Saya telah memberikan argumentasi di artikel di atas – silakan klik, yang mempunyai dasar Alkitab dan juga Tradisi Suci. Kalau memang anda tidak setuju, silakan memberikan argumentasi. Sebagai bahan pemikiran, apakah anda melihat bahwa para rasul dan jemaat perdana yang beribadah pada hari pertama dalam minggu atau hari Minggu adalah merupakan dosa? Dan apakah dosa karena beribadah pada hari Minggu dan bukan pada hari Sabat membuat orang masuk neraka? Kalau demikian, apakah mereka semua – para rasul, jemaat perdana dan seluruh umat Kristen sampai saat ini selain aliran Adventis – kemungkinan besar masuk neraka?… Read more »

shine
shine
Reply to  Stefanus Tay
12 years ago

Saya ingin memberikan beberapa pendapat mengenai tanggapan Saudara di atas (Jawaban atas pertanyaan Deon) : 1. Kuantitas tidak menentukan kualitas. Kemudian, kita sebagain orang Kristen, jangan menjadi orang yang legalis. Saya kurang setuju kalau pemeliharaan Sabat memastikan kita masuk surga, karen kita diselamatkan oleh kasih karunia, bukan usaha kita (penurutan hukum). itu jelas dikatakan dalam Efesus 2:8. 2. Mungkin saudara melupakan kebiasaan Yesus yang tercatat dalam Lukas 4:16. “MENURUT KEBIASAAN-NYA PADA HARI SABAT, IA MASUK KE RUMAH IBADAT…”. Secara simpel, kalau kita mengaku KRISTEN, kita pasti mengikuti KRISTUS YESUS TUHAN kita karena arti KRSTEN adalah pengikut Kristus. Berarti kita juga… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  shine
12 years ago

Shalom Shine, Terima kasih atas tanggapan anda. Berikut ini adalah jawaban yang dapat saya berikan: 1. Saya terus terang tidak tahu apa maksud dari perkataan anda “Kuantitas tidak menentukan kualitas” dalam diskusi ini. Dalam jawaban yang saya berikan, saya ingin memberikan argumentasi sebagai berikut: (a) Deon mengatakan bahwa umat Kristen kebanyakan telah melanggar perintah Tuhan, yaitu perintah kuduskanlah hari Sabat, karena memang sebagian besar umat Kristen beribadah pada hari Minggu. (b) Pricilia (klik ini) mengatakan bahwa melanggar hari Sabat akan menyebabkan seseorang masuk neraka. (c) Jadi, kesimpulannnya, semua orang – termasuk para rasul, jemaat perdana, dan semua orang Kristen yang… Read more »

yoseph
yoseph
12 years ago

mohon penjelaskan tentang hari sabat (menguduskan hari Tuhan) yang didalam alkitab jatuh pada hari sabtu, kenapa kita menguduskan hari Tuhan pada hari Minggu?

[Dari Katolisitas: Silakan anda membaca artikel di atas, silakan klik, dan tanya jawab di sini tentang topik Sabat tersebut]

wel
wel
13 years ago

shallom salam damai dalam nama yesus kristus. saya daripada aliran gereja englikn, ada hal yang saya mahu katakan kepada saudara, umat kristian hari ini seling bergaduhhan antara satu dengan yang lain. ( mereka bergaduh sesama sendiri, ada kadang kala gereja di antara gereja yang yang saling bergaduh. Apa ini yang tuhan mahukan? ada tertulis dalam kitab( 1 korintus 1 ayat 10) tetapi aku nenasihatkan kamu, saudara-saudaraku, demi nama tuhan kita yesus kristus , supaya kamu seia sekata dengan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir. kenapa ayat ini sering kali dilangar oleh… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  wel
13 years ago

Shalom Wel, Terima kasih atas tanggapan anda. Saya ingin menjelaskan bahwa website katolisitas.org adalah website yang mempunyai warna Katolik, yang berusaha untuk memaparkan apa yang sebenarnya diajarkan oleh Gereja Katolik. Dalam proses ini, ada banyak pertanyaan yang masuk, termasuk pertanyaan-pertanyaan dari saudara Kristen non-Katolik. Kami berusaha untuk menjelaskan apa yang dipercayai oleh Gereja Katolik. Dan dari sinilah terjadi dialog. Selama perbedaan ini disikapi secara dewasa, maka dialog ini dapat berguna dalam proses pencarian kebenaran. Tentang apakah Gereja dapat menyelamatkan, anda dapat membaca tanya jawab ini – silakan klik. Tentang mengapa memilih Gereja Katolik, anda dapat membaca artikel ini – silakan… Read more »

jhonesly
jhonesly
13 years ago

menurut ku kalau Tuhan merubah Sabat menjadi minggu itu sama dengan Tuhan merubah perjanjiannya kepada musa dan umat percaya. trus saya tidak akan pernah sudi untuk beribadah hari minggu 1 karena jari Allah lebih berkuasa menulis 10 hukum di dua loh batu dari pada manusia yg menulis diatas kertas 2 sun’s day adalah hari matahari hari Tuhan adalah special tidak bisah dicampuri sama hari orang kafir yg menyembah matahari. 3kebangkitan tidaklah simbol bahwa Tuhan yesus menggantinya karena sesudah Tuhan yesus terangkat murid2ya menyembah dia pada hari Sabat. saya baca ayat yg dikisah it adalah murid2 berkumpul tpi bukan maksudnya beribadah… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  jhonesly
13 years ago

Shalom Jhonesly, Terima kasih atas tanggapan anda tentang hari Sabat. Berikut ini adalah jawaban yang dapat saya berikan: 1. Anda mengatakan “karena jari Allah lebih berkuasa menulis 10 hukum di dua loh batu dari pada manusia yg menulis diatas kertas” Saya tidak yakin apakah maksud anda dengan ditulis di atas kertas. Apakah kertas di sini adalah maksudnya Perjanjian Baru? Kalau memang maksud anda adalah Perjanjian Baru, maka pertanyaannya adalah bagaimana pengertian anda tentang Perjanjian Baru? Apakah PB ini adalah merupakan wahyu Ilahi yang diinspirasikan oleh Roh Kudus? Kalau anda percaya bahwa PB juga inspirasi Roh Kudus, mengapa anda seolah-olah menempatkan… Read more »

LISA
LISA
Reply to  jhonesly
12 years ago

saya setuju,karena tidak ada satu ayat pun dalam Alkitab yang berisi perintah munguduskan hari pertama. maklum,,sekarang kan udah akhir jaman, dalam nubuat Daniel kan sudah dinyatakan bahwa akan ada nabi palsu yang berusaha mengubah hukum dan waktu. namun kita umat pilihan harus tetap mentaati apa yang difirmankan Tuhan dalam Alkitab, bukan apa yang dikatakan manusia.
Sekian.. Tuhan memberkati

Stefanus Tay
Admin
Reply to  LISA
12 years ago

Shalom Lisa,
Terima kasih atas komentarnya. Saya telah memberikan argumentasi seperti yang telah dipaparkan pada artikel di atas. Kalau anda tidak menyetujuinya, silakan memberikan argumentasi. Cobalah juga menganalisa dari sisi yang berbeda. Kalau memang kesalahan untuk tidak menerapkan hari Sabat adalah dosa yang berat, mengapa Tuhan membiarkan hal ini terjadi sampai abad ke-19? Apakah semua orang yang tidak menerapkan hari Sabat sebagai hari beribadah umat beriman masuk ke neraka? Apakah dengan demikian, para rasul juga masuk neraka karena mereka beribadah pada hari pertama?

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org

johanes
johanes
13 years ago

kesimpulan saya sebagai orang bodoh: semua ajaran protestan muncul abad ke 16, baru 400 tahun belakangan ini. sementara 1600 tahun yl ajaran Kristus sudah ada dan berakar dalam gereja Katolik. Pertanyaan saya buat orang orang yang selalu menentang ajaran iman Katolik: Apakah anda semua merasa bahwa sebelum abad ke 16 tidak ada seorang Katolik pun yang bisa membaca dan memahami Kitab Suci dengan baik? Apakah para paus dan teolog2 termasyur sepanjang sejarah Gereja tidak ada yang bisa membaca huruf huruf “S ” A “B “A” T” dalam kitab Suci selama kurun waktu 1500an tahun?Apakah semua umat dan pemimpin Gereja waktu… Read more »

ALBERTS
ALBERTS
13 years ago

Mungkin kita bisa membaca blog berikut…. tidak perlu umat kristen/katolik kita bimbang, justru semakin kita semakin sadar akan siapa kita…..” Bukan kamu yang memilih Aku….. tapi…… silahkan cari kelanjutannya di kitab suci. Syalom

Norman
Norman
13 years ago

Umat Kristen……. sapa yang mngaku umat kristen ? anda…? ….. percayakah anda pada alkitab? kalo percaya…..setan pun percaya kalo Yesus adalah ANAK ALLAH… ,,, kalo Yesus beribadah hari sabat…. anda ikut juga?… ….. kalo di alkitab dituliskan hari sabat hari ke tujuh… anda ikut worship hari yang lain? …. lantas… buat apa 1o Hukum ALLAH…. …..OOOooooooh. bukan kah itu sudah di paku di kayu salib….? … kalo begitu….. saya tidak berdosa donk jika saya suatu saat membunuh anda… …. ….. sederhana saja….. anda mau ikut alkiitab punya tulisan…. atau… ikut Paus punya tulisan…. … anda ikut Tuhan Yesus…. atau…. tuhan… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Norman
13 years ago

Shalom Norman, Terima kasih atas tanggapan anda. Saya terus terang tidak terlalu menangkap argumentasi yang ingin anda sampaikan. Saya ingin mengusulkan agar anda membaca tanya jawab di atas tentang hari Sabat – silakan klik, beserta dengan beberapa diskusi di bawah artikel tersebut. Setelah itu, cobalah untuk menyusun argumentasi atau menanggapi argumentasi yang telah saya berikan, sehingga terjadi diskusi yang membangun. Kalau anda lihat argumentasi yang saya berikan juga bersumber pada Alkitab dan juga dari sisi historis – yang tertuang dalam beberapa tulisan para Bapa Gereja. Setelah anda memberikan argumentasi, saya akan menanggapinya point demi point. Semoga usulan ini dapat diterima.… Read more »

Aryanto
Aryanto
14 years ago

Mohon diberi tulisan Alkitab yang menunjukkan bahwa hari Sabat adalah hari Sabtu atau Minggu dalam kalender Gregorian.
Mohon untuk dikirim ke email saya: [edit: email pribadi tidak ditampilkan di publik]
Terima kasih banyak.

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Aryanto
14 years ago

Shalom Aryanto,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang hari Sabat. Mungkin ada baiknya Aryanto membaca artikel dan diskusi di sini (silakan klik). Mohon membaca juga komentar dan tanya jawab di bawah artikel tersebut. Kalau setelah membaca dan masih ada pertanyaan, silakan untuk bertanya kembali. Semoga dapat membantu.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – https://www.katolisitas.org

Christine
14 years ago

[dari katolisitas: saya pindahkan komentar ini ke artikel – Katolik merubah hari Sabat ke hari Minggu?] Saya ingin menjelaskan. Dulu ada seorang yang bernama Alexander,dia menyembah patung yang bernama patung Sunday. Dulu banyak orang menguduskan hari Sabat,tetapi karena orang-orang ditindas dan tidak diperbolehkan memelihara Hari Sabat oleh Alexander dan akan memenjarakan dan menyiksa orang-orang yang memelihara Hari Sabat. Maka, Alexander menyuruh mereka memelihara hari M,inggu. Kita dapat melihat bahwa gereja Hari Minggu dibuat oleh manusia. DAN HARI NATAL ( 25 Desember ) BUKANLAH HARI KELAHIRAN YESUS,ITU HANAYA MENURUT PERKIRAAN ORANG ROMA SAJA KARENA YESUS LAHIR PADA MUSIM DINGIN.Terimakasih. [dari katolisitas:… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Christine
14 years ago

Shalom Christine, Terima kasih atas komentar dan pertanyaannya. Mari kita berdiskusi dengan hormat dan lemah lembut (lih. 1 Pet 3:15). Kita dapat berbeda pendapat, namun mari kita berdialog dengan baik, sebagaimana layaknya umat beriman. Sebenarnya, kalau Christine mencari dalam arsip tanya jawab (silakan klik), maka Christine akan menemukan artikel sehubungan dengan apa yang ingin Christine ketahui. Silakan Christine membaca tanya jawab ini: (silakan klik), dan jangan lupa juga melihat dialog ini (silakan klik), dan ini (silakan klik). Kalau setelah membaca artikel tersebut, Christine masih mempunyai pertanyaan, silakan untuk menanyakannya atau menanggapinya kembali. Kemudian, untuk kelahiran Yesus Kristus dan Natal, silakan… Read more »

C.Sigit S
C.Sigit S
Reply to  Stefanus Tay
13 years ago

Salut lugas….maju trus Bang stef….luar biasa….benar katakan benar yg salah tetap salah…salah bisa menjadi sebuah kebenaran ..apabila melalui pertobatan..ndak bisa hanya ditipex….

Salam Damai……Berkah dalem

Robby
Robby
14 years ago

Salam damai,

saya Robby, seorang Katolik. Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih karena katolisitas.org telah berusaha keras untuk memberikan penjelasan tentang iman Katolik kepada awam seperti saya.

Dalam Lukas 24:13-35, saat Tuhan Yesus menampakkan diri, saya membaca bahwa Yesus melakukan pemecahan roti di depan murid-murid-Nya pada hari kebangkitan-Nya, yaitu hari minggu.

Nah, saya mau menanyakan apakah perikop ini menyiratkan bahwa Yesus menghendaki sabat baru, yaitu hari Kebangkitan-Nya?

Terima Kasih.

Ingrid Listiati
Reply to  Robby
14 years ago

Shalom Robby,
Ya, dapat dikatakan demikian. Yesus sendiri menampakkan diri dan memecahkan roti pada “hari pertama minggu itu” (Luk 24:1; 13-35).
Terima kasih atas masukan anda. Kami sudah menambahkannya pada artikel di atas.
Semoga Tuhan memberkati.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid & Stef- https://www.katolisitas.org

poNy
poNy
14 years ago

Shalom…..

saya mau menanya..saya beribadah di gereja katolik. Gereja katolik sini beribadah pada hari ahad dan kadangkala hari sabtu…tapi yang kerap nya hari ahad..dan pada hari sabtu pula di adakan pada sebelah petang kira2jam 5.30petang(ianya di panggil sunset mass)..jadi pertanyaan saya, adaka ianya sah beribadah pada hari sabtu?sebab bdsrkn petikan di atas, kita diarahkan beribadah hari ahad??

makaseh….

Ingrid Listiati
Reply to  poNy
14 years ago

Shalom PoNy, Memang, Hari Tuhan yang dirayakan oleh Gereja Katolik adalah hari Minggu, atau hari-hari besar lainnya. Ketentuannya menurut Katekismus adalah: KGK, 2177 menyatakan "Perayaan hari Minggu yakni hari Tuhan dan Ekaristi-Nya merupakan pusat kehidupan Gereja. "Hari Minggu di mana dirayakan misteri Paska dari tradisi apostolik, harus dipertahankan sebagai hari pesta wajib yang paling pertama di seluruh Gereja" (CIC, can. 1246, ? 1)." KGK 2180 mengatakan "Salah satu perintah Gereja menjabarkan dengan lebih rinci hukum Tuhan; "Pada hari Minggu dan pada hari-hari pesta wajib lainnya orang beriman berkewajiban untuk ambil bagian dalam misa" (CIC, can. 1247). "Perintah untuk ambil bagian… Read more »

poNy
poNy
Reply to  Ingrid Listiati
14 years ago

makaseh ya …..

wah…sy sd mgerti dari jwapn diberi…..

Marjan
Marjan
Reply to  poNy
11 years ago

Smakin bingung nih yg bener itu Tuhan bapa bukan Tuhan yesus kerna Yesus bukan ia adalah utusan Tuhan bapa.

[dari katolisitas: Silakan melihat artikel ini – silakan klik]

silver
silver
14 years ago

Katolik………………… Tidak munafik… untuk menyatakan kesalahan pada diri kita…………………….. sekarang………………………. kita harus sering………………………… berpikir………… bahwa agama hanyalah jalan, agama hanya lah produk diam……………………… doktrin diam……………….layaknya pisau…………… yang hanya diam………………. entah bagaimana manusia mau menggunakan agama itu mau menuangkan nya dalam suatu ideologi……………….. untuk berkat bagi dirinya dan sesama?? atau untuk beban dan sengsara bagi diri dan sesamanya………….. jawab dengan toleran dan jujur……….. bukan kepada saya atau dia atau mereka……………………. tapi jawablah itu bagi diri anda sendiri…………… dan bagi jiwa anda sendiri………… kemudian barulah…………………….. tentukan sikap anda atas hal itu………….. sekali lagi jangan menjawab dengan munafik………. karena tidak ada yg perlu… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  silver
14 years ago

Shalom Silver,

Saya minta maaf sebelumnya, karena saya tidak tahu maksud dari tanggapan atau pesan dari Silver. Silver membuat tanggapan dari tanya-jawab "Apakah Katolik merubah hari Sabat ke hari Minggu". Jadi, apakah maksudnya Silver setuju atau tidak setuju dengan hal ini? Apakah komentar ini adalah untuk komentar tentang hubungan agama dan keselamatan? Kalau ya, silakan melihat di jawaban ini (silakan klik). Kalau tidak, mohon untuk memperjelas pertanyaan atau tanggapan. Silakan membuat pernyataan yang jelas, seperti "saya setuju" atau "saya tidak setuju" dengan alasan …..

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – https://www.katolisitas.org

EBYETH
Reply to  Stefanus Tay
14 years ago

TIDAK PERLU MEMBODOHI MASYARAKAT GEREJA. ITU JUSTRU MENAMBAH BEBAN DOSA KITA DI HADAPAN ALLAH. JIKA SAUDARA BACA DI KATEKISMUS KATOLIK, JELAS DISANA DIAKUI BAHWA GEREJA KATOLIKLAH YANG MEMINDAHKAN KESUCIAN HARI SABAT KE HARI MINGGU. DENGAN ISTILAH “OTORITAS GEREJA”. DAN KATOLIK PERCAYA BAHWA “TRADISI DAN ALKITAB” ADALAH DASAR PENGAJARAN GEREJA KATOLIK. JADI HARI MINGGU BUKANLAH BIBLICAL DOCTRINE, TETAPI AJARAN TRADISI ROMAWI KAFIR. DIRAYAKAN SEBAGAI HARI PENYEMBAHAN TERHADAP DEWA SOL/ DEWA MATAHARI. “SUN DAY”

Stefanus Tay
Admin
Reply to  EBYETH
14 years ago

Shalom Ebyeth, Terima kasih atas tanggapannya tentang hari Sabat. Saya mengusulkan untuk menuliskan pesan tidak dengan huruf besar semua, karena dalam internet menulis semuanya dengan huruf kapital, adalah seperti berteriak. Dan tentu saja saya percaya bahwa Ebyeth mempunyai maksud baik dalam berdiskusi. Berikut ini adalah tanggapan saya pesan Ebyeth: 1) Pertama, saya tidak mempunyai maksud untuk membodohi masyarakat gereja (maksud Ebyeth, yang termasuk masyarakat gereja itu yang mana?), justru sebaliknya, saya mengharapkan bahwa website ini dapat menjelaskan apa yang diajarkan oleh Gereja Katolik. Situs katolisitas.org ini adalah website Katolik, yang memuat pengajaran Gereja Katolik. Kalau Ebyeth bukan umat Katolik, tentu… Read more »

Omni
Omni
Reply to  Stefanus Tay
14 years ago

Gini bro stevanus, saya ini dibesarkan dilingkungan katolik, saya kenal katolik lama banget. Saya sangat menghargai bro stevanus yang saya lihat sangat open heart jadi saya akan bantu kasih penjelasan, juga untuk teman2 yang lain. ini 10 perintah yang diajarkan dan perbedaannya bisa dilihat disana: http://www.earthsfinalwarning.com/PWH-html/changedLaw.html Begini mengenai pernyataan anda tentang perjanjian baru mengenapi dan menyempurnakan perjanjian lama bro stevanus. saya copy lg di bawah ni: Rasul Paulus mengatakan bahwa hari Sabat tidak mengikat umat Kristen (Col 2:16; Gal 4:9-10; Rom 14:5). itu bisa dibaca lg apakah maksud rasul Paulus disitu sabatnya Tuhan? silakan direnungkan dan dibaca kembali dalam kitab… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Omni
14 years ago

Shalom Omni, Terima kasih atas tanggapannya tentang topik hari Sabat. Kalau Omni dibesarkan dalam lingkungan Katolik dalam waktu yang lama, maka saya menjadi umat Katolik lama sekali. Walaupun demikian, saya tidak dapat mengatakan bahwa saya tahu semua akan apa yang diajarkan oleh Gereja Katolik, namun saya berusaha dengan segala kekuatan saya untuk terus bertumbuh di dalam iman kekatolikan. Dalam jawaban ini, saya tidak menanggapi pernyataan Omni tentang hal-hal lain yang tidak berkaitan dengan diskusi tentang hari Sabat, sehingga diskusi kita menjadi lebih fokus. Mari kita sekarang masuk dalam diskusi kita tentang hari Sabat. 1) 10 perintah Allah yang dipakai oleh… Read more »

Madago
Madago
Reply to  Stefanus Tay
14 years ago

Terima kasih atas ulasannya, tapi masih ada yang belum aku mengerti. 1. Dalam ulasan diatas dituliskan bahwa bukan Gereja Katolik yang merubahnya pada jaman kaisar Konstantin, namun Gereja mengikuti apa yang difirmankan oleh Allah di dalam Perjanjian Baru, tapi kalau saya baca dalam buku The Convert’s Catechism of Catholic Doctrine karangan Peter Geierman ( Rockford,IL: Tan Books and Publishers, 1977 hal.50) memuat serangkaian tanya jawab sebagai berikut : Tanya : Yang manakah hari sabat? Jawab: Hari sabtu adalah hari sabat. Tanya: Kalau begitu mengapa kita memelihara hari Minggu, bukan hari Sabtu? Jawab : Kita memelihara hari Minggu ganti hari Sabtu… Read more »

Eli
Eli
Reply to  Madago
14 years ago

Saya sepakat dengan pertanyaan sdr Madago dan saya memiliki pertanyaan yaitu : 1. Alkitab mengajarkan bahwa kita diselamatkan oleh iman kepada Tuhan Yesus (Yohanes 3:16) dan dalam Yakobus menjalaskan bahwa ada iman yang mati yaitu iman yang tidak disertai dengan perbuatan/penurutan.Yakobus 2: 14,22,26 berbunyi ” Apakah gunanya, sudara-saudaraku,jika seseorang mengatakan bahwa ia memiliki iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?”. “Kamu lihat, bahwa iman bekerja sama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna” .”Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati”. Dalam Yakobus 2: 10-11tertulis :”sebab barangsiapa menuruti… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Eli
14 years ago

Shalom Eli,
Terima kasih atas tanggapannya tentang hari Sabat. Saya telah menjawab pertanyaan yang serupa di sini (silakan klik). Silakan membaca link yang saya berikan. Kalau masih tidak setuju dengan argumentasi yang saya berikan, silakan memberikan argumentasi lagi. Semoga link tersebut dapat membantu.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – https://www.katolisitas.org

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Madago
14 years ago

Shalom Madago, Terima kasih atas komentarnya tentang hari Sabat. Pada waktu saya mengatakan bahwa “Gereja Katolik yang merubahnya pada jaman kaisar Konstantin, namun Gereja mengikuti apa yang difirmankan oleh Allah di dalam Perjanjian Baru“, maksudnya adalah Gereja Katolik tidak merubah Sabat dari Sabtu menjadi Minggu pada jaman kaisar Konstantin. Namun, saya ingin menegaskan bahwa Gereja – seperti yang terekam dalam Perjanjian Baru – melalui jemaat perdana telah merubah hari Tuhan dari hari Sabat ke Hari Minggu. Dan hal ini berdasarkan alasan yang begitu kuat, seperti: 1) Kita tidak merayakan hari terakhir penciptaan, namun hari pertama penciptaan. Hal ini disebabkan karena… Read more »

1 2 3
Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
108
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x