Kami mengasihimu, pastor!

Pendahuluan

Ada suatu percakapan antara dua orang ibu, Tina dan Suti. Tina bertanya kepada Suti “Anak kamu kalau sudah besar ingin menjadi apa?” Suti menjawab, anakku ingin menjadi dokter bedah. Bagaimana dengan anak kamu yang selalu juara, Tina?” Kemudian Tina menjawab “Anakku ingin menjadi pastor.” Suti terdiam, dan perlahan-lahan berkata “Ehm… sayang juga ya, pintar-pintar kok mau jadi pastor.”

Disinikah kita melihat, seolah-olah kalau yang bagus dan baik, jangan menjadi pastor. Padahal kita melihat di Alkitab bahwa hanya yang terbaik sajalah yang dipersembahkan kepada Allah. Kita melihat bagaimana pemilihan kurban bakaran selalu memilih kurban yang terbaik (Im 14:10). Minyak yang dipakai di bait Allah, juga minyak yang terbaik (Bil 18:12). Hanya yang terbaiklah yang dapat kita persembahkan kepada Tuhan, termasuk imam.

Kalau kita renungkan, kita dapat mengatakan bahwa keberhasilan suatu paroki dalam membina umatnya dapat diukur dari berapa banyak kaum muda yang menjawab panggilan menjadi pastor dari paroki yang bersangkutan. Semakin baik kehidupan spiritual paroki tersebut, maka akan semakin banyak kaum muda yang terpanggil menjadi pastor, karena keinginan untuk menjadi pastor dimulai dari keluarga dan juga dari lingkungan gereja. Jadi hal pertama yang perlu kita renungkan adalah: berapakah yang menjadi pastor dari parokiku? Kalau jawabannya tidak ada, maka perlu dipikirkan bagaimana untuk menggalakkan panggilan, sehingga putera-puteri yang terbaik dari paroki masing-masing dapat menjadi pastor atau suster.

Bukan engkau yang memilih-Ku, namun Aku yang memilihmu

Namun yang terbaik menurut ukuran kita, bukanlah yang terbaik untuk ukuran Tuhan. Jadi, kalau mau ditanya siapa yang layak untuk menjadi pastor? Jawabnya adalah “tidak ada yang layak.” Namun, di tengah ketidaklayakan inilah, Tuhan memilih mereka, sama seperti Tuhan memilih Daud (1 Sam 16:6-13). Nabi Samuel berfikir dan ingin mengambil keputusan berdasarkan penilaian panca indera. Namun dikatakan bahwa Tuhan melihat hati. Dan karena inilah, Tuhan memilih Daud, seorang yang berkenan di hati-Nya(1 Sam 13:14).

Imam dengan segala suka dukanya

Mungkin kita sering melihat ada beberapa imam yang sudah ditahbiskan yang tidak memberikan contoh yang baik kepada umatnya. Dan kita sering mengatakan bahwa mereka juga manusia biasa, yang tidak lepas dari dosa. Hal ini memang ada benarnya, sama seperti para rasul yang dipilih oleh Yesus sendiri, mereka juga manusia biasa, sederhana, namun dipilih oleh Tuhan secara khusus menjadi rasul. Apakah semua rasul-Nya setia? Tidak, karena Yudas terbukti menghianati Yesus. Demikian juga dengan para imam jabatan (pastor), yang dipilih oleh Tuhan secara khusus, ada dari mereka yang karena kelemahan mereka tidak dapat berpartisipasi secara baik dalam imamat Kristus. Namun apakah semuanya atau banyak imam yang demikian? Tentu tidak! Bahkan kita dapat melihat betapa banyak imam yang hidupnya tulus dan sungguh menjadi cerminan kasih Kristus. Mereka adalah tanda kehadiran Kristus yang menyertai Gereja-Nya dan pengorbanan mereka sungguh menjadi teladan bagi kita untuk juga mau berkorban dan menyerahkan diri kepada sesama.

Mari kita renungkan sejenak, kalau melihat takaran dunia, apa yang menarik dari kehidupan para imam? Mereka tidak boleh menikah, diberi uang saku ala kadarnya, harus menuruti perintah atasan. Kalau mereka sudah hidup baik dan menyesuaikan diri dengan orang-orang di parokinya, maka atasannya memindahkan mereka, bahkan kadang ke tempat yang terpencil, yang tidak ada listrik dan transportasi yang mencukupi. Kalau mereka tinggal di dalam komunitas, mereka tidak dapat memilih teman satu rumahnya, sedangkan kita minimal masih dapat memilih teman hidup. Kalau mereka jarang ngobrol dengan umat, dibilang pastornya menjaga jarak, namun kalau pastornya akrab dengan umat, dibilang bahwa pastornya cari perhatian atau malah digosipin dekat dengan seseorang. Kalau ada yang sakit parah, maka pastor harus bergegas memberikan sakramen perminyakan orang sakit, tidak peduli jam berapa. Bukankah serba susah untuk menjadi pastor? Kadang saya pikir-pikir, pelayanan ini jauh lebih sulit daripada orang yang bekerja di kantor. Apa rahasianya, sehingga mereka dapat melakukan hal yang demikian? Ya, karena rahmat dan kasih Allah! Dan memang, tanpa mengandalkan rahmat kasih Allah itu, sungguh sangat sulit untuk menjadi pastor. Tetapi bersama Allah, lihatlah, betapa indah dan ajaibnya buah hasil kerja mereka: banyak orang dapat menyadari akan kehadiran Allah yang hidup. Banyak orang tergerak untuk mengenal dan mengasihi Allah, yang mengantar mereka kepada keselamatan kekal! Manusia biasa tak akan sanggup melakukan hal ini, sebab urusan mengubah hati itu hanya pekerjaan Tuhan, namun berbahagialah para pastor yang dipakai Allah untuk menjadi alat-Nya yang istimewa untuk pekerjaan Tuhan ini.

Syukur kepada Tuhan, di tengah-tengah tantangan yang besar ini, banyak kaum muda yang menjawab panggilan Tuhan ini dengan besar hati. Memang, para imam hanya dapat bertahan kalau mereka benar-benar menyadari akan hakikat mereka sebagai orang-orang pilihan Tuhan. Sama seperti sakramen perkawinan yang hanya dapat bertahan jika suami istri mempunyai komunikasi yang baik, demikian juga dengan Sakramen Imamat, para pastor akan bertahan dalam berkat imamatnya, kalau mereka mereka mempunyai komunikasi yang baik dengan Tuhan. Tanpa bertekun dalam doa, dan berani memberikan dirinya untuk orang lain, maka pastor tidak akan dapat memenuhi pelayanannya sesuai dengan yang Tuhan percayakan kepada mereka.

Imam bersama dan Imam tertahbis

Mari sekarang kita melihat hakikat dari Sakramen Imamat. Di artikel pengakuan dosa bagian-2, telah dibahas tentang imam bersama dan imam tertahbis. Seperti yang kita tahu, bahwa dengan Sakramen Baptis, kita semua menjadi imam, nabi, dan raja (lihat artikel: Sudahkah kita diselamatkan?). Walaupun panggilan sebagai imam belaku untuk semua yang sudah dibaptis, namun Tuhan menunjuk orang-orang pilihan-Nya untuk menjadi imam tertahbis (imamat jabatan).[1]

Dalam Perjanjian Lama.

Kel 19:5-6, menyatakan bahwa Tuhan memerintahkan Musa untuk memberitahukan kepada seluruh umat Israel, bahwa kalau mereka berpegang pada perintah Tuhan, mereka akan menjadi umat kesayangan, kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Di samping mengangkat Israel sebagai kerajaan imam, Perjanjian Lama juga mengatakan bahwa suku Lewi dipersiapkan secara khusus sebagai imam (Bil 3:5-13). Apakah kedua ayat di atas bertentangan? Tidak, sebab secara umum memang bangsa Israel dipersiapkan Tuhan menjadi imam dan bangsa yang kudus, namun secara khusus, Tuhan juga menunjuk suku Lewi untuk menjadi imam dan menjalankan tugas yang berhubungan dengan korban dan persembahan. Suku Lewi yang ditunjuk secara khusus oleh Tuhan untuk menjadi imam (imamat jabatan) melayani umat yang lain atau imam secara umum (imamat bersama). Hal yang sama dapat diterapkan di dalam ajaran Gereja Katolik. Gereja Katolik mengenal adanya dua imamat: (1) Imamat jabatan dan (2) imamat bersama. Dimana imamat jabatan melayani imamat bersama.[2]

Dalam Perjanjian Baru

Yesus tidak pernah melarang perantaraan imam sejauh hal tersebut berpartisipasi dalam karya keselamatan Yesus. Pada saat Yesus menyembuhkan sepuluh orang kusta, Yesus menyuruh mereka untuk memperlihatkan diri mereka kepada para imam (Luk 17:12-14) agar para imam dapat menyatakan mereka tahir. Rasul Petrus juga mengajarkan tentang partisipasi dalam karya keselamatan Tuhan, yaitu setiap dari kita menjadi batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi imamat kudus (1 Pet 2:5). Lebih lanjut Rasul Petrus menegaskan bahwa semua umat Allah adalah bangsa terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, kepunyaan Allah sendiri (1 Pet 2:9). Pemilihan bangsa Israel sebagai bangsa pilihan untuk mendatangkan keselamatan pada bangsa-bangsa lain membuktikan bahwa Tuhan menggunakan ‘perantara’ untuk melaksanakan rencana-Nya.

Yesus adalah Imam yang sejati dan selamanya

Dari konsep imam di Perjanjian Lama dan Perjanjian baru, kita melihat bahwa imam di Perjanjian Lama adalah merupakan persiapan untuk imam yang lebih sempurna di Perjanjian Baru, yang dipenuhi di dalam diri Kristus, imam menurut peraturan Melkisedek, yang sempurna, yang berlangsung untuk selamanya (Ibr 5:1-10). Dengan pengorbanan Kristus di kayu salib, maka Yesus telah melengkapi semuanya, baik sebelum kedatangan-Nya, pada waktu kedatangan-Nya, dan setelah kedatangan-Nya. Pertanyaannya, apakah dengan mengakui Yesus sebagai Imam satu-satunya menutup kemungkinan adanya imam yang lain? Sama seperti penjelasan tentang imam jabatan di dalam Perjanjian Baru dan Perjanjian lama, maka imam-imam jabatan hanyalah menjadikan Imam yang abadi, yaitu Kristus untuk hadir kembali tanpa menghilangkan keunikan imamat Kristus. Imam-imam yang ditahbiskan hanyalah menjadi pelayan dari Imam satu-satunya, yaitu Kristus.[3]

Mungkin ada yang merasa berkeberatan dengan hal ini. Namun kita dapat melihat bahwa Yesus adalah satu-satunya perantara antara Allah dengan manusia. Jadi doa-doa yang kita panjatkan didaraskan dalam nama Yesus. Namun bukankah kita sering meminta seseorang yang kita anggap punya hubungan baik dengan Tuhan untuk juga mendoakan permasalahan kita? Apakah dengan demikian kita menghilangkan keagungan Yesus yang menjadi satu-satunya Perantara kita dengan Allah? Tentu saja tidak, karena semua orang yang mendoakan kita turut berpartisipasi dalam karya keselamatan Kristus. Jadi sampai tahap ini, kita menyetujui bahwa imam yang tertahbis tidak menghilangkan keagungan dan kebenaran bahwa Kristus adalah satu-satunya Imam Agung.

Dan berdasarkan pembuktian di atas dalam Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama, kita tahu bahwa Tuhan telah menjadikan seluruh umat Allah menjadi imam. Namun Yesus menunjuk secara khusus imam yang ditahbiskan untuk melanjutkan karya-Nya di dunia ini sampai akhir jaman, dan juga untuk melayani imam bersama.[4]

Apakah Sakramen Imamat?

Imamat jabatan:

Katekismus, 1536 menyebutkan bahwa Tahbisan adalah suatu Sakramen, di mana perutusan yang dipercayakan Kristus kepada Rasul-rasul-Nya, dilanjutkan sampai akhir zaman. Dari sini jelas, bahwa konsep Gereja bukan hanya tak kelihatan, namun juga kelihatan. Namun demikian, hal yang tak terlihat (spiritual) dan terlihat, tak dapat dipisahkan, sama seperti tubuh dan jiwa manusia tak terpisahkan. Dalam hal struktur yang terlihat (Sakramen) ini, terdapat bagian, yaitu: episkopat, presbiterat, dan diakonat.

Episkopat atau uskup adalah penerus dari para rasul, yang diutus oleh Yesus sendiri. Sama seperti Yesus menunjuk rasul Petrus, sebagai kepala dari para murid, maka uskup Roma menjadi penerus dari rasul Petrus menjadi kepala dari seluruh Gereja di seluruh dunia.[5] Sedang para uskup adalah pemimpin dari gereja lokal, yang dibentuk menurut gambaran Gereja universal (semesta) dan dalam kesatuan dengan Bapa Paus.[6] Dan pembantu dari uskup adalah para pastor (presbiterat), yang biasanya membawahi paroki. Sedangkan diakonat diperbantukan untuk membantu pelayanan para pastor dan uskup. Diakonat dan presbiterat ditahbiskan oleh uskup, sedangkan uskup ditahbiskan oleh para uskup yang lain dengan persetujuan dari uskup Roma, atau Paus. Dari sinilah, kita melihat bahwa seluruh tahbisan di Gereja Katolik saling terkait dan dapat ditelusuri sampai kepada para Rasul, yang diutus oleh Yesus sendiri. Karena inilah maka salah satu ciri Gereja Katolik adalah apostolik (berasal dari para Rasul).

Imamat bersama:

Pada saat kita dibaptis, maka kita juga dipanggil untuk menjadi imam, nabi dan raja. Melalui baptisan, kita juga harus menjadi imam, yaitu dengan menjadi saksi Kristus yang baik, hidup menurut iman, pengharapan, dan kasih. Melalui kesaksian hidup kita, maka kita akan menjadi pancaran terang kasih Kristus, sehingga secara tidak langsung, kita berpartisipasi untuk membawa umat yang lain kepada Sang Imam Agung, yaitu Kristus. Dan cara kedua untuk menjalankan imamat bersama adalah dengan mengikuti perayaan Ekaristi. Dimana dengan persiapan, dan partisipasi aktif, kita semua menyatukan persembahan kita, suka duka kita, dan kehidupan kita dalam kurban Ekaristi.

Imam Jabatan dan Imam bersama berjalan berdampingan untuk membangun Gereja.

Yang menjadi masalah adalah kalau ada orang yang mencoba mencampuradukkan kedua jenis imamat ini. Imam jabatan semakin ingin menyatu dengan umat, dan mengaburkan identitasnya. Dan imam bersama begitu antusias untuk berpartisipasi di pelayanan, sehingga juga mengerjakan pekerjaan-pekerjaan imam jabatan. Padahal, baik imam jabatan maupun imam bersama mempunyai identitas sendiri-sendiri dan keduanya mempunyai tujuan untuk membangun jemaat Allah. Imam bersama terjun ke masyarakat dan menjadi garam di tengah-tengah masyarakat yang nilai-nilainya belum tentu sesuai dengan nilai-nilai kristiani. Sedangkan imam jabatan membangun dan melayani imam bersama, sehingga imam bersama akan semakin dikuatkan untuk menjadi saksi yang hidup di tengah masyarakat.

Imam Jabatan yang melanjutkan tiga misi Kristus: Imam, Raja, dan Nabi

Sebagai Imam, para imam melanjutkan karya Kristus dengan merayakan sakramen dan memimpin umat di dalam liturgi, terutama di dalam liturgi Ekaristi. Di sinilah peran imam menjadi begitu jelas, yang mewakili Kristus (persona Christi) untuk menghadirkan kembali kurban Paskah Kristus. Mereka memberikan sakramen Baptis, Penguatan, Pengakuan Dosa, Sakramen Perminyakan, dan memberikan penguburan kepada yang meninggal. Dalam kesehariannya, mereka juga berdoa brevier, doa yang menjadi doa Gereja.

Sebagai Nabi, para imam melaksanakannya dengan berkotbah, mengajar di sekolah atau persiapan Pembaptisan. Secara prinsip seorang pastor harus menyampaikan kebenaran, yang bersumber pada Kitab Suci, Tradisi Suci, dan Magisterium. Imam yang menyampaikan ajaran yang dianggapnya benar namun tidak berdasarkan tiga pilar kebenaran di atas, sebenarnya tidak menjalankan fungsinya sebagai nabi. Karena sebagai nabi, dia hanyalah meneruskan Kebenaran kepada umat, bukan mengarang kebenaran, berdasarkan pendapat pribadi, atau berdasarkan suara umat, karena kebenaran tidak tergantung dari suara terbanyak.

Sebagai Raja, para pastor melaksanakannya dengan pelayanannya di bidang kepemimpinan umat, baik di paroki atau komunitas yang dipercayakan kepada mereka. Mereka bekerja sama dengan dewan paroki, sehingga kegiatan paroki dapat berjalan dengan baik

Uskup, Imam, dan diakon menurut Bapa Gereja

Mungkin ada yang berfikir bahwa uskup, imam dan diakon hanyalah karangan Gereja Katolik semata. Namun kalau kita melihat sejarah dan belajar dari para bapa Gereja, maka kita akan melihat, bahwa sebenarnya semua itu berakar pada tradisi.

  1. Ignasius dari Antiokia (AD. 110): “Sekarang, sungguh merupakan kehormatan bagiku untuk bertatap muka denganmu secara pribadi dengan uskup (bishop) yang diberkati Tuhan, Damas; dan juga bertemu secara pribadi dengan para imam (presbyters), Bassus dan Apollonius l dan teman satu pelayanan, diakon, Zotion. ..” (Letter to the Magnesians 2).
  2. Ignasius dari Antiokia (AD. 110): “Perhatikanlah untuk melakukan segala sesuatu selaras dengan Tuhan, dengan uskup menempati posisi Tuhan dan dengan para imam di posisi para murid, dan dengan para diakon, yang paling dekat denganku, yang dipercaya dengan pelayanan Kristus, yang berasal dengan Allah Bapa sejak permulaan dan yang pada akhirnya telah dinyatakan (ibid, 6:1).
  3. Ignasius dari Antiokia (AD. 110): “Perhatikanlah, untuk menyelaraskan diri dalam perintah-perintah Allah dan para murid, sehingga di dalam setiap perbuatanmu, kamu dapat berhasil, baik di dalam tubuh maupun jiwa, baik dalam iman dan kasih, dalam Putera, Bapa dan dalam Roh Kudus, di awal dan di akhir, bersama dengan yang terhormat uskupmu; dan dengan para imam, yang terjalin secara baik dalam mahkota rohani; dan dengan para diakon, putera-putera Allah. Tunduklah kepada uskup dan satu sama lain seperti Yesus Kristus taat kepada Allah Bapa, dan para murid kepada Kristus dan Allah Bapa … (ibid, 13:1-2).
  4. Ignasius dari Antiokia (AD. 110): “Memang, engkau harus tunduk kepada uskup seperti engkau tunduk kepada Yesus Kristus, sudahlah jelas bagiku bahwa engkau hidup bukan dengan cara manusia namun di dalam Kristus, yang telah wafat untuk kita… Dengan demikian adalah penting …bahwa engkau tidak melakukan segala sesuatu tanpa persetujuan uskup, dan engkau juga harus tunduk kepada para imam, seperti kepada para murid Kristus…Adalah penting juga bahwa para diakon, pemberi sakramen-sakramen Kristus, dalam segala sesuatu menyenangkan semua orang. .. (Letter to the Trallians 2:1-3).
  5. Ignasius dari Antiokia (AD. 110): ” Setiap orang yang menghormati para diakon menghormati Kristus, dan juga yang menghormati uskup menghormati Allah Bapa, dan menghormati para imam sebagai perwakilan Allah dan persekutuan para murid. Tanpa hal tersebut, maka tidak dapat dikatakan sebuah Gereja. (ibid., 3:1-2).
  6. Ignasius dari Antiokia (AD. 110): “Dia yang ada di dalam tempat kudus adalah kudus; tetapi dia yang berada di luar tempat kudus adalah tidak kudus. Dengan kata lain, seseorang yang bertindak tanpa uskup dan imam dan para diakon tidak mempunyai hati nurani yang bersih” (ibid., 7:2).
  7. Ignasius dari Antiokia (AD. 110): “…saya berbicara dengan suara yang keras, suara dari Tuhan: “Perhatikanlah uskup dan imam dan para diakon“. Sebagian orang mengira bahwa saya mengatakan hal ini karena saya tahu adanya perpecahan di antara beberapa orang; namun Dia, yang menjadi alasan mengapa saya dirantai, menjadi saksi bahwa saya tidak mengetahuinya dari manusia; melainkan dari Roh yang membuatku mengatakan hal ini, ‘Jangan melakukan sesuatu tanpa uskup, jagalah badanmu sebagai bait Allah, cintailah persatuan, jauhkanlah dari perpecahan, turutilah Kristus, seperti Dia telah menuruti Allah Bapa” (Letter to the Philadelphians 7:1-2).
  8. Clemens dari Alexandria (AD. 191): “Banyak nasehat-nasehat untuk orang-orang tertentu telah ditulis di dalam Kitab Suci: sebagian untuk para imam, sebagian untuk para uskup dan para diakon; … (The Instructor of Children 3:12:97:2).
  9. Clemens dari Alexandria (AD. 208): “Di dalam Gereja, gradasi dari para uskup, para imam, dan para diakon terjadi sebagai suatu gambaran, menurut pendapatku, dari kemuliaan malaikat dan dimana susunan tersebut, seperti yang dikatakan di dalam Alkitab, menantikan orang-orang yang telah mengikuti langkah-langkah dari para murid dan yang telah hidup di dalam kepenuhan kebenaran menurut Kitab Suci” (Miscellanies 6:13:107:2).
  10. Origen (AD.234): “Tidak hanya perzinahan, namun juga perkawinan membuat kita tidak pantas untuk penghormatan ekklesiastikal; karena tidak juga seorang uskup, juga imam, atau seorang diakon, …” (Homilies on Luke, number 17).
  11. Konsili Elvira (AD. 300): “Para uskup, para imam, dan para diakon tidak dapat meninggalkan tempat mereka untuk keperluan dagang, dan mereka juga tidak dapat bepergian ke daerah-daerah, atau jual-beli untuk keuntungan mereka sendiri” (canon 18).
  12. Konsili Nicea I (AD. 325): “Sinode yang kudus dan besar telah mengetahui bahwa di beberapa daerah dan kota, para diakon memegang Ekaristi untuk para imam, dimana tidak ada dalam kanonik atau kebiasaan yang memperbolehkan bahwa mereka tidak mempunyai hak untuk memberikan Ekaristi atau Tubuh Kristus kepada mereka yang melakukan persembahan (dalam hal ini imam). Dan juga menjadi perhatian, bahwa beberapa diakon sekarang menyentuh Ekaristi sebelum para uskup. Biarlah praktek-praktek seperti itu harus dihentikan, dan biarlah para diakon bertindak sesuai dengan wewenangnya, mengetahui bahwa mereka adalah para pelayan uskup dan lebih rendah dari para imam, dan biarlah mereka menerima Ekaristi sesuai dengan urutan mereka, setelah para imam, dan baik uskup atau imam memberikannya kepada mereka.” (Canon 18).

Kenapa imam tidak menikah

Dari penjabaran di atas, kita melihat bahwa uskup, imam, dan diakon merupakan suatu tradisi dari jemaat awal yang terus berlaku sampai sekarang. Hal lain yang menjadi pertanyaan banyak orang adalah mengapa imam tidak diperbolehkan untuk menikah? Apakah ini hanya merupakan karangan Gereja Katolik semata? Mari kita melihat bukti-bukti bahwa kaul kemurnian mempunyai dasar yang kuat:

  1. Para rasul telah menjalankan kaul kemurnian sebelum penderitaan Yesus, seperti yang dikemukakan oleh St. Petrus “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?” (Mat 19:27). Dan Yesus menjawab “Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, atau istri (istri termasuk dalam terjemahan Douay Rheims, Vulgate and King James Bible) anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal (Mat 19:29). Meninggalkan segalanya dan istri disini, ditafsirkan sebagai tindakan untuk tidak melakukan lagi hubungan badan. Kalau kita mempelajari riwayat Mahatma Gandhi, beliau juga pada umur tertentu tidak menggunakan haknya sebagai suami demi untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi. Jadi, hal ini bukanlah sesuatu yang aneh.
  2. Di dalam Gereja perdana, karena terbatasnya kandidat yang belum menikah untuk diakon, imam, dan uskup yang, maka mereka dapat menikah sebelum ditahbiskan (lih. 1 Tim 3:1-4), namun mereka dituntut untuk mempraktekkan kaul kemurnian setelah ordinasi.
  3. Dokumen pertama yang menyatakan secara explisit tentang hal ini adalah Konsili Elvira di Spanyol tahun 306 dan Carthage tahun 390, serta dekrit dari Paus Siricius dan Innocent, sekitar akhir abad ke-4 dan awal abad ke-5. Semuanya itu menunjukkan bahwa hidup selibat setelah ordinasi bukanlah inovasi semata, namun merupakan hal yang telah dijalankan oleh para murid, bapa gereja, dan menjadi bagian dari tradisi. Paus Siricius mengatakan bahwa peraturan untuk hidup selibat dimaksudkan untuk memberikan segenap jiwa dan raga untuk Tuhan dalam kaul kesucian mulai dari hari ordinasi. Dan Konsili Carthage menekankan hidup selibat untuk meneruskan ajaran dan praktek hidup selibat seperti yang telah dijalankan oleh para rasul.
  4. Gereja Timur tidak lagi mempraktekan tradisi apostolik ini karena perubahan yang dilakukan di Konsili Trullo (sekitar abad ke-7), namun disebutkan bahwa hanya imam yang tidak menikah yang dapat ditahbiskan menjadi uskup, dan seorang iman tidak dapat menikah setelah dia ditahbiskan.
  5. Yang menjadi motif dari Konsili Trullo adalah begitu banyak penyimpangan, seperti simoni, penyimpangan kehidupan seksual para iman, atau masih menggunakan hubungan suami-istri walaupun sudah ditahbiskan. Menanggapi hal itu, Gereja Latin dibawah kepemimpinan St. Gregory VII mengambil jalan untuk menjalankan peraturan secara ketat, sebaliknya Gereja Timur mengambil cara untuk memperlunak peraturan tersebut. Cara yang sungguh patut dipuji dari St. Gregory VII membuahkan hasil dengan meletakkan pondasi yang kokoh, sehingga membuat Gereja berkembang pesat di abad 12-13.
  6. Alasan yang utama dari kaul ketaatan adalah seorang imam secara sakramental mewakili Kristus sebagai mempelai pria dari Gereja, sehingga tidaklah pantas bahwa dia sendiri mempunyai istri bagi dirinya sendiri.
  7. Jalan yang ‘sulit’ yang ditempuh oleh Gereja Katolik menambahkan kepadanya “motive of credibility” sebagai Gereja yang sejati. Sebuah doktrin yang bertentangan dengan kecenderungan alami tidak dapat diharapkan untuk bertahan selama 2000 tahun tanpa bantuan dari yang Ilahi.

Dari segi kepraktisan, kita dapat melihat bahwa dengan tidak menikah maka seorang imam dapat mencurahkan segenap hati, jiwa, dan pikirannya untuk melayani Tuhan dan sesama. Rasul Paulus sendiri memberikan nasehat ” Aku ingin, supaya kamu hidup tanpa kekuatiran. Orang yang tidak beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, bagaimana Tuhan berkenan kepadanya” (1 Kor 7:32). Dengan hidup selibat, seorang imam hanya memikirkan apa yang terbaik bagi Tuhan dan umat yang dipercayakan kepadanya.

Siapakah yang berani menjawab panggilan suci ini?

Pada kesempatan ini, saya ingin memberikan tantangan kepada kaum muda. Kalau engkau ingin memberikan dirimu secara khusus kepada Tuhan, mempunyai hati untuk melayani sesama, mengasihi Tuhan dan Gereja-Nya, pertimbangkanlah untuk menjadi imam. Menjadi imam adalah suatu berkat yang istimewa; sebab imam menjadi gambaran nyata atas kasih Kristus yang hidup bagi Gereja dan dunia ini. Yesus sendiri menjanjikan kelimpahan berkat bagi mereka yang menjawab panggilan-Nya ini, dan jika Yesus sendiri yang menjanjikannya, pasti Ia akan memenuhinya.

Saya juga ingin membagikan cerita tentang pemain sepakbola yang terkenal, yaitu Chase Hilgenbrinck. Dia yang sedang mempunyai karir yang hebat dan cerah, kemudian memutuskan untuk meninggalkan karirnya untuk menjadi pastor. Diperlukan suatu keberanian untuk menjawab panggilan Tuhan. Namun kita percaya bahwa berkat dari Tuhan tercurah dengan melimpah bagi orang yang mau menjawab panggilan-Nya. Siapakah yang mau menjadi Chase-chase yang lain? Siapakah yang mau menjawab seruan Tuhan “Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?” Siapa yang akan menjawab bersama nabi Yesaya “Ini aku, utuslah aku!” (Yes 6:8)

https://www.youtube.com/watch?v=aNgH_e8U0g8

Dan saya juga ingin mengundang seluruh pembaca untuk bersama-sama berdoa setiap hari untuk kekudusan para imam. Sebutlah satu-persatu imam yang kita kenal, dan mintalah Bunda Maria menuntun para imam agar mereka dapat semakin menyerupai Putera-Nya. Biarlah para imam dapat menjadi imam yang kudus, sehingga mereka dapat menjadi pancaran kasih Kristus.

Saya ingin mengutip puisi yang dibuat oleh Paus Yohanes Paulus ke-II dalam “Pastores Dabo Vobis“. Ia memohon agar Bunda Maria sendiri menjadi pelindung para imam:

O Mary,
Mother of Jesus Christ and Mother of priests,
accept this title which we bestow on you
to celebrate your motherhood
and to contemplate with you the priesthood
of, your Son and of your sons,
O holy Mother of God.

O Mother of Christ,
to the Messiah-priest you gave a body of flesh
through the anointing of the Holy Spirit
for the salvation of the poor and the contrite of heart;
guard priests in your heart and in the Church,
O Mother of the Savior.

O Mother of Faith,
you accompanied to the Temple the Son of Man,
the fulfillment of the promises given to the fathers;
give to the Father for his glory
the priests of your Son,
O Ark of the Covenant.

O Mother of the Church,
in the midst of the disciples in the upper room
you prayed to the Spirit
for the new people and their shepherds;
obtain for the Order of Presbyters
a full measure of gifts,
O Queen of the Apostles.

O Mother of Jesus Christ,
you were with him at the beginning
of his life and mission,

you sought the Master among the crowd,
you stood beside him when he was lifted
up from the earth
consumed as the one eternal sacrifice,
and you had John, your son, near at hand;
accept from the beginning those
who have been called,
protect their growth,
in their life ministry accompany
your sons,
O Mother of Priests.

Amen.


[1] Gereja Katolik , Katekismus Gereja Katolik, Edisi Indonesia., 787-796, 1268, 1546

[2] KGK, 1547.; Vatican II, Dogmatic Constitution on the Church: Lumen Gentium (Pauline Books & Media, 1965), 10.

[3] KGK, 1545, mengutip St. Thomas Aquinas dalam komentarnya di Ibrani 8:4.

[4] KGK, 1547

[5] KGK, 880-883.

[6] KGK 833, Lumen Gentium, 23.

4.5 2 votes
Article Rating
147 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Antonio
Antonio
11 years ago

Syalom bu ingrid
saya mau bertanya mengapa dalam greja katholik para pemuka agamanya tidak di perbolehkan menikah,saya sangat kurang bisa memahami tentang ini,apakah tidak menikah yang dilakukan dalam greja katholik alkitabiah??.mohon penjelasannya
trimah kasih.Tuhan Yesus memberkati

[Dari katolisitas: Singkatnya adalah untuk mengikuti teladan Kristus dan dapat melayani umat dengan lebih baik. Penjelasannya silakan melihat artikel ini – silakan klik]

Dionisius Ganesha
Dionisius Ganesha
11 years ago

Ytk, Rm. Yohanes DH, Pr Kembali saya mengeluh tentang “Pelayanan” yang diberikan oleh para imam yang nota bene adalah gembala umat, tentunya mereka sebelum menjalani proses keimamatannya sudah memilih jalan hidup untuk menjadi “IMAM” dan kita mengartikan semua itu adalah “PANGGILAN TUHAN”. Saya memilih panggilan hidup saya untuk “Berkeluarga” menjadi suami sesuai dengan Iman kristiani katolik dan dengan berusaha untuk menjadi seorang suami, ayah, kepala keluarga, dan sebagai lelaki yang baik dengan tidak mudah untuk menyakiti orang lain. Kali ini saya menyampaikan keluhan-keluhan di mana untuk kesekian kali saya masih mengalami kekecewaan dengan para romo di paroki saya yang menolak… Read more »

Yohanes Dwi Harsanto Pr
Yohanes Dwi Harsanto Pr
Reply to  Dionisius Ganesha
11 years ago

Salam Dionisius Ganesha, Bersyukurlah kita orang Katolik karena memiliki otoritas hierarkis untuk menyikapi masalah. Karena itu tahapnya pun selalu hierarkis menurut Sabda Tuhan sendiri. Langkah pertama dan semoga terakhir ialah: Anda bisa menegur langsung romo yang bersangkutan, dan itu sangat terpuji. Teguran di bawah empat mata, dengan berbagai cara dan metode yang baik dan semangat penuh kasih. Cara ini harus ditempuh sebagai cara pertama-tama. Semoga cara ini berhasil. Cara ini pun sangat diharapkan oleh imam yang juga merupakan murid Kristus yang dalam mengikuti Dia, bisa lalai dan alpa pula. Seharusnyalah romo itu akan dengan rendah hati berterimakasih karena telah diingatkan… Read more »

Edwin ST
Edwin ST
Reply to  Yohanes Dwi Harsanto Pr
11 years ago

Salam Damai untuk Dionisius dan Romo Santo, Keluhan Dionisius tentunya tidak jarang kita temui. Di Paroki saya di Jakarta romonya hanya 2 dan harus melayani 15 ribu umat. Setiap harinya ada saja yang minta Sakramen Orang Sakit, Misa Arwah, Pelepasan Jenasah, Baptis, dll. Upaya pendelegasian ke asisten imam sudah dilakukan tetapi umat merasa kurang afdol kalau tidak romo yang hadir. Umat menyadari betul romo cuma dua dan ada kesan siapa cepat dia dapat. Tetapi ada yang kemudian berpikir negatif, ah si romo cuma suka melayani wilayah B yang banyak orang kaya dan stipendium besar. Secara singkat, jumlah romo kurang memadai,… Read more »

Thomas More
Thomas More
Reply to  Dionisius Ganesha
11 years ago

Jika keselamatan jiwa begitu penting di mata Tuhan, mengapa saat ini pengabdian para imam terasa sangat minim? Cth kecil saja tapi sangat penting, pengakuan dosa. Rasanya kog ngga ada upaya para imam “membudayakan” pengakuan dosa itu? Para imam cenderung utk mempertahankan hidup nyamannya….jauh dari citra para kudus pendahulu kita.

Semoga para imam membaca komentar ini. Pax Christi!

Yohanes Dwi Harsanto Pr
Yohanes Dwi Harsanto Pr
Reply to  Thomas More
11 years ago

Salam Thomas More, Saya setuju dengan pandangan Anda. Para imam yang digelari kudus, misalnya Santo Yohanes Maria Vianney menghabiskan banyak waktu di kamar pengakuan dan orang banyak berbondong-bondong mengantre. Belum lama ini di Jakarta, bertemu para imam keuskupan se-regio Jawa. Tema pertemuan ialah “Imam kami Suci dan Pandai”. Menurut saya, tolok ukur kesucian dan kepandaian imam ialah pada pelayanan, sejauh mana pelayanan imam itu “bermakna keselamatan” bagi umat yang dilayani. Karena itu, silahkan Anda meminta pelayanan pada imam dalam hal yang memang dikhususkan bagi mereka: pelayanan pengudusan, khususnya dalam hal yang Anda prihatinkan yaitu Sakramen Tobat. Para imam sendiri wajib… Read more »

Agatha
Agatha
Reply to  Yohanes Dwi Harsanto Pr
11 years ago

Di Paroki Paskalis Jakarta, tiap Jumat pertama jam 11-12 siang disediakan waktu bagi umat yang ingin mengakukan dosa. Walaupun rasanya masih kurang (karena tidak setiap minggu, dan Jumat adalah hari kerja), tapi menurut saya hal tersebut cukup baik. Dan selama ini saya kalau mau mengaku dosa dengan mencegat Romo sesudah misa, tidak pernah ditolak. Tetapi akan lebih baik lagi kalau setiap sebelum misa, ada Romo yang selalu menunggu di kamar pengakuan dosa, supaya bagi umat yang sedang dalam dosa berat dapat segera mengakukan dosanya sebelum mengikuti misa. Oh yah, mohon bantuan doanya juga, semoga anak saya yang pertama (saat ini… Read more »

Edwin ST
Edwin ST
Reply to  Thomas More
11 years ago

Salam Thomas More, Saya ingin bertanya, mengapa imam perlu membudayakan pengakuan dosa? Menurut hemat saya, kalau kita sendiri tidak peduli terhadap keselamatan jiwa kita masing – masing. Mengapa orang lain/imam perlu peduli? Saya yakin kebanyakan imam sudah sekuat tenaga untuk mengajar, memerintah, dan menguduskan kita. Tapi berapa banyak umat Katolik yang senang belajar Kitab Suci atau belajar ajaran dari Bapa Gereja seperti yang dijabarkan di Katolisitas.org ini? Berapa banyak yang dengan rendah hati datang ke romo paroki masing – masing untuk menanyakan, apakah ada yang bisa dibantu? Berapa banyak umat Katolik yang datang ke Misa Minggu atau harian dengan penuh… Read more »

Thomas More
Thomas More
Reply to  Edwin ST
11 years ago

Salam Edwin ST,

Tentu saja umat juga memiliki kesalahan, hanya saja saya melihat lebih banyak KETIDAKTAHUAN seseorg akan pentingnya penerimaan sakramen, khususnya pengakuan dosa. Secara umum saya lihat org2 katolik akhirnya berpikir dirinya kristen tidak berbeda dari seorg protestan, dimana penyelenggaraan rahmat Tuhan lewat sakramennya begitu fundamental terlewatkan, salah satu contoh. Mengapa ini bisa terjadi?? Saya pikir semua harus bermula dari para pengajar iman sendiri, para imam. Perlu upaya revitalisasi secara menyeluruh dari hirarki Gereja utk menyatakan dgn setepat2nya apa model kehidupan kudus yg harus dijalankan setiap org2 katolik, khususnya terkait pentingnya penerimaan sakramen.

Edwin ST
Edwin ST
Reply to  Thomas More
11 years ago

Dear Thomas More, Saya di sini tidak mau menyalahkan umat atau romo. Kita semua harus saling mengingatkan. Saya senang karena Anda memandang penting penerimaan Sakramen2. Ijinkan saya untuk tidak sependapat dengan Anda bahwa semua harus bermula dari imam. Kalau orang Katolik pindah agama saya rasa tidak bisa terus menyalahkan orang lain. Hari ini saya baru dikabari oleh seorang teman yang baru saja kembali menjadi Katolik. Dia dulunya Katolik, tetapi kemudian karena satu dan lain hal menjadi Protestan bersama dengan adik dan orang tuanya. Lalu saya sempat diskusi mengenai Katolik dengan ayahnya selama kurang lebih 5 jam non-stop. Bapak itu pun… Read more »

Ferry Gh. Beu
Ferry Gh. Beu
11 years ago

Katolisitas yang bijaksana, selamat hari minggu TUHAN memberkati. Kalau melihat doktrin hidup selibat sebagaimana tertulis diatas saya berkesan bahwa ada kelonggaran yang seolah-olah membolehkan kaum imamat untuk mempunyai anak meski tidak menikah. Jika pendapat saya salah, nah pertanyaannya adalah: 1. Bagaimana dengan para pastor yang mulia yang pada kenyataannya banyak yang memiliki anak? 2. Bagaimana dengan kedudukan dan status pastor tersebut dalam gereja? 3. Bagaimana dengan kedudukan dan status, serta kehidupan anak itu sendiri dalam segala aspeknya? 4. Bahkan ada pastor yang hingga saat ini masih hidup KUMPUL KEBO dengan “peliharaannya” sementara seseorang dipakai untuk jadi tameng penutup perilakunya. Nah… Read more »

Romo Wanta, Pr.
Reply to  Ferry Gh. Beu
11 years ago

Ferry Yth Setiap kasus imam (seksual) tentu ada tindakan hukum, kalau sungguh terbukti. Tidak ada kasus dibiarkan apalagi dipelihara, itu keliru kecuali tidak diketahui oleh pimpinannya. Dalam hukum demi ketertiban umat, semua tindakan yang melanggar tugas jabatan (imamat) pasti kena sanksi. Jadi tidak benar dibiarkan, kalau ada imam yang jatuh dalam kasus dan memiliki anak. Itu kasus kesalahan dia, bukan imamatnya. Jadi personnya bukan panggilan dan jabatannya disalahkan. Kita harus berdoa banyak untuk imam. Statusnya jelas jika melanggar aturan pasti kena sanksi, tidak diperkenankan melakukan tugas jabatan imamat di depan publik. Anak yang dihasilkan wajib diberi nafkah hidup oleh orang… Read more »

Yohanes
Yohanes
Reply to  Romo Wanta, Pr.
11 years ago

Shalom Ferry Gh. Beu Terima kasih atas tanggapannya.. “Kalau melihat doktrin hidup selibat sebagaimana tertulis di atas saya berkesan” ( Ferry Gh. Beu ) Kalau saudara hanya melihat mengenai doktrin hidup selibat maka yang timbul hanyalah kesan2 pribadi semata.. cobalah untuk mengerti dan memahami apa yang hendak disampaikan di sana.. Mengenai mempunyai anak meski tidak menikah ini harus dibuktikan, kalau pun saudara mengetahuinya silakan melapor kepada Uskup / Ordinaris setempat.. Hal seperti ini akan lebih memalukan saudara apabila tidak melaporkannya dan malahan melaporkan kepada umat lain (gosip) atau hanya diam.. Diam di sini berarti anda kurang peduli thd org lain..… Read more »

Yohanes
Yohanes
Reply to  Yohanes
11 years ago

Terima kasih Katolisitas..
Yaap..! Begitulah maksudnya..

Vielen dank..
_____________________________________________________________________

Berkah Dalem Gusti

Fiat Voluntas Tua^^

Ferry Gh. Beu
Ferry Gh. Beu
Reply to  Romo Wanta, Pr.
11 years ago

Romo Wanta dan Yohanes yth. Terima kasih atas tanggapan serta sarannya. Soal mendoakan para biarawan/ti secara jujur kami katakan bahwa kami selalu mendoakannya setiap malam diakhir minggu. Bahwa apa yang kami utarakan factualnya adalah benar-benar ada dan terjadi. Dan saran bahwa kami harus melaporkan masalah ini sebenarnya tidak tepat, karena kami memastikan sebenarnya masalah ini sudah diketahui pimpinan. Sebab peristiwa ini terjadi bukan di dalam hutan rimba tetapi terjadi di depan publik yang mayoritas adalah seiman. Bahkan kenyataan ini sudah menjadi pengetahuan umum umat setempat. Kalau menunggu laporan umat artinya pimpinan komunitas juga tidak peduli pada masalah yang menimpa anggotanya,… Read more »

Ferry Gh. Beu
Ferry Gh. Beu
Reply to  Stefanus Tay
11 years ago

Salam buat pak STEF.
Kalau kami yang ekonominya pas-pasan, menulis di Katolisitas masih terjangkau. Tetapi kalau membuktikan kebenaran masalah yang dibicarakan, memerlukan biaya tinggi. Karena harus membuktikan secara yuridis. Seperti harus tes DNA dan sebagainya yang memerlukan biaya tidak sedikit. Sementara oknum biarawan ybs sudah hidup enak diluar negeri. Bahkan untuk menyelamatkan status hukum si anak nya itu, tersiar kabar di kalangan bekas umatnya bahwa oknum selibat itu telah melakukan nikah siri. Luar biasa.

pardohar
pardohar
11 years ago

syalom . . maaf saya belum mendalami tentang sejarah imam iman pada perjanjian lama, khususnya tradisi imam yang mengenakan baju efod. Salah satu asesoris baju efod adalah batu urim dan tumin. Apakah penggunaa batu urim dan tumim oleh iman sebagai kepasrahan iman kepada keputusan Tuhan melalui undi. Atau ada penjelasan lain mengenai tradisi untuk mengetahui keputusan Tuhan melalui para imam jaman perjanjian lama.

Ingrid Listiati
Reply to  pardohar
11 years ago

Shalom Pardohar, Demikian keterangan yang saya terjemahkan dari buku Catholic Bible Dictionary oleh Scott Hahn, New York: Double Day, 2009, p. 248-249, 936: “Efod: Sebuah pakaian yang dipakai hanya oleh imam besar, meskipun bentuk persisnya secara kodrati tetaplah tidak diketahui dengan pasti. Baju efod yang digunakan oleh Harun dijabarkan secara mendetail di dalam Kel 28:6-9 dan 39:2-4; mirip dengan bentuk kasula dan terbuat dari emas, [kain] ungu, dan merah tua, dengan dua batu onix di bagian bahunya, dan dihiasi dengan dua belas batu berharga. Kedua batu onix mencantumkan nama keduabelas suku Israel,  bahwa “haruslah Harun membawa nama mereka di atas… Read more »

FX Gilang
FX Gilang
11 years ago

Shalom, saya ingin menanyakan mengenai doktrin hidup selibat. Apa saja dasar-dasarnya, baik dari Kitab Suci, Magisterium, maupun Tradisi Suci Gereja?? Kalau bisa sekaligus juga ddengan penjelasannya. Terimakasih, GBU

NB: Maaf bila pertanyaan saya salah tempat, saya mencari-cari bagian Buku Tamu kok tidak ketemu yah…

[dari katolisitas: Silakan melihat artikel di atas – silakan klik]

Jacob
Jacob
12 years ago

Mengapa imam-imam yang selingkuh dengan wanita tidak di-excomunicatio…malah dipelihara…???
Banyak contoh dan tidak perlu diungkapkan.

Salam dalam kasih Tuhan,

Jacob

Romo Wanta, Pr.
Reply to  Jacob
12 years ago

Jacob yth, Pernyataan imam yang selingkuh malah dipelihara tidak benar karena kesannya pimpinan menyetujui perbuatan yang melanggar etika hidup imam. Pasti bahwa tindakan yang melanggar akan kena sanksi. Dan sanksi ada tingkatannya. Perbuatan selingkuh adalah tindakan amoral menyangkut sikap tingkah laku, bukan tindakan iman seperti murtad. Ekskomunikasi adalah untuk tindakan melawan ajaran Gereja dan pimpinan Gereja. Maka sikap amoral imam dapat terkena suspensi, bukan ekskomunikasi. Salam Rm Wanta Tambahan dari Ingrid: Shalom Jacob, Pada prinsipnya, Gereja Katolik tidak menolak orang-orang yang berdosa yang bertobat. Orang berdosa ini tak hanya awam, tetapi juga para klerus. Karena pada prinsipnya semua orang adalah… Read more »

Dave
Dave
12 years ago

Bu Ingrid, kita sebagai umat Katolik diharapkan untuk mendukung para imam dengan cara salah satunya adalah mendoakan mereka. Bukan hanya bagi mereka yang telah menjadi imam melainkan juga mereka yang masih calon imam atau mereka yang diharapkan terpanggil menjadi imam. Namun pada fakta di lapangan walaupun terkadang ada minggu panggilan dan umat juga berdoa untuk para imamnya, calon imam dll dalam doa lingkungan atau doa kelompok kategorial tertentu, pada kenyataannya jumlah imam tetap sedikit. Dari jumlah sedikit itu sedikit pula yang bertahan, dan dari jumlah yang bertahan itu juga tidak semuanya bagus karena kita tahu ada beberapa imam yang bermasalah.… Read more »

Edwin
Edwin
12 years ago

Untuk tim Katolisitas, Saya mau usul agar para romo yang terlibat memberikan kesaksian mereka masing – masing dalam menanggapi panggilan Allah. Karena saya yakin setiap panggilan itu unik dan cara mereka menanggapi panggilan tersebut juga sebuah proses yang unik. Saya rasa hal ini bisa menjadi bumbu penyedap dari artikel di atas. Usul lain lagi juga untuk para romo yang dari tarekat agar juga memberikan artikel mengenai kekhasan tarekat masing – masing. Mungkin bisa dimasukkan sejarah singkat tarekat, karisma tarekat, anggota tarekat yang menjadi Santo/Beato, formasi dalam tarekat, dan promotor panggilan untuk Indonesia. Agar katolisitas juga bisa menjadi galeri untuk promosi… Read more »

sdr.mino
Reply to  Edwin
10 years ago

bapak Edwin ybk! bisa mengunjungi website http://www.ofm.or.id.

Pace e Bene!
terima kasih!
Mino

Antonius - Manado
Antonius - Manado
12 years ago

Yth Ibu Ingrid bersama Tim Katolisitas.org, Terima kasih banyak atas tanggapan baik Ibu… Oh ya, sekalian sy ingin memberikan pandangan sy tentang Pelayanan Gereja (mungkin sy salah y, mungkin domba2 -lah yg harus melayani Gereja) …. Mohon ijin utk tempatnya. Walaupun sy sudah tidak pernah masuk Gereja lagi 2 tahun belakangan ini, tapi kalau diingat2 jarang bahkan tidak pernah sy dengar seorang Pastor menyinggung hal2 yg seperti ini. Memang sih yg dibahas saat Misa hanya yg memiliki kaitan dgn bacaan, tapi kira2 apakah semua umat saat itu membutuhkan homili yg hanya terkait ke bacaan. Mungkin hanya ret-ret saja yg bisa… Read more »

Yohanes Dwi Harsanto Pr
Yohanes Dwi Harsanto Pr
Reply to  Antonius - Manado
12 years ago

Salam Antonius, Saya setuju dengan Anda bahwa para pastor harus diingatkan selalu agar menjadi lebih mengasihi jiwa-jiwa. Setiap imam ditahbiskan untuk melayani sebagai gembala terhadap domba-dombanya yaitu umat, khususnya yang kecil miskin lemah terpencil dan difabel, menjadi pemersatu umat, mewartakan Injil, pelayan sakramen. Setiap orang Katolik yang dibaptis, menerima Krisma dan Ekaristi dengan tugas yang melekat padanya untuk menjadi pejuang pewartaan iman di tengah keluarga dan dunia kerja serta masyarakat. Seorang imam yang ditahbiskan uskup, ditahbiskan untuk menggembala umat keuskupan. Seorang kardinal dipilih menjadi paus oleh Roh Kudus melalui para kardinal sedunia untuk meneruskan pelayanan St Petrus dari Kristus mempersatukan… Read more »

Antonius - Wenang
Antonius - Wenang
Reply to  Yohanes Dwi Harsanto Pr
12 years ago

Yth Romo Santo, Waduh koq sy jadi merasa bersalah y, hehehe Terima kasih buat tanggapan baik Romo (jujur, baru skrg sy bisa kontak lgsg dgn seorang Pastor utk bicara yg beginian). Semoga Arah Dasar itu segera dicontoh oleh Keuskupan Manado. Mungkin Arah Dasar seperti ini harus lebih ditekankan ke Keuskupan2 yg adem ayem, yaitu yg berlokasi di daerah2 mayoritas Kristen dan tentunya semoga Arah Dasar tsb dapat berjalan dgn “sungguh2” … Tidak dingin, ala kadarnya, kalo benar trima apresiasi kalo salah diberi sanksi. Karena nyatanya, di daerah ini semua unsur Gereja sperti sudah mau ketiduran saja. Dan evaluasi bg sy… Read more »

Edwin
Edwin
Reply to  Antonius - Wenang
12 years ago

Yth Antonius,
Saya setuju dengan perkataan Anda untuk memperbaiki dari dalam. Hal itulah yg dilakukan St. Fransiskus Asisi dan St. Ignatius Loyola. Sama seperti membangun negeri kita yg korup ini dari dalam lebih susah dibandingkan hanya menjelek2an saja.

Alangkah sangat baiknya Anda yang katanya sudah 2 tahun tidak pernah ke Gereja, kembali ke Gereja dan ikut aktif dalam kegiatan paroki Anda dan memberikan masukan kepada pastor paroki sesuai keahlian Anda.
Salam,
Edwin

mikael
mikael
12 years ago

Syalom

Dulu saya bercita2 jadi pastor tapi gak kesampaian pertanyaan saya apakah bisa orang awam seperti saya masih bisa usia saya 38 tahun kalau bisa syaratnya bagaimana terima kasih

Romo Wanta, Pr.
Reply to  mikael
12 years ago

Mikael yth

Untuk dapat menjadi imam harus melalui pendidikan calon imam di Seminari Menengah atau KPA lalu ke TOR atau Novisiat lalu ke Seminari Tinggi. Untuk usia Mikael perlu ada wawancara dan bimbingan khsusus karena termasuk panggilan terlambat. Maka hal itu adalah urusan Uskup diosesan atau provinsialat dimana Mikael melamar, mau menjadi imam diosesan atau biarawan? Kalau Tuhan memanggil tentu bisa terjadi, silakan saja melamar ke Uskup diosesan atau rama Provinsialat di mana Anda mau melamar menjadi imam.

Salam
Rm Wanta

Romo Wanta, Pr.
Reply to  Romo Wanta, Pr.
12 years ago

Antonius Yth

Untuk intensi Misa yang terlalu banyak maka harus dibagi dengan para Pastor lainnya, sehingga jumlah yang banyak dalam setahun bahkan bulan, dapat didoakan dalam setiap Misa. Jadi jangan diborong seorang pastor. Prinsipnya satu intensi untuk satu Misa. Saya yakin bahwa para pastor di Ganjuran ada banyak, tidak seorang diri dan harap dicatat sesudah didoakan dalam setiap Misa. Maka harus ada buku Intensi Misa di tempat itu. Demikian penjelasan saya terimakasih

salam
Rm Wanta

floren
floren
12 years ago

halo syalom,….
saya mau tanya, begini pertanyaannya
apakah orang yang sudah menjadi imam dan dia memutuskan untuk keluar itu bisa tidak? Mohon penjelasannya

Romo Wanta, Pr.
Reply to  floren
12 years ago

Floren yth,

Imam yang sudah keluar masih terikat dengan janji selibat dan kewajiban sebagai seorang imam, karena itu jika keluar harus memohon dispensasi dari kewajiban dan janji atau kaul selibatnya, baru bebas menjadi awam.

Salam,
Rm Wanta

adrian
adrian
12 years ago

Shalom katolisitas!!!!! Saya mau tanya sejarah hidup selibat sebagai kaul (bagi biarawan/wati) atau sebagai janji (bagi religius). Sejak kapan hidup selibat itu dijadikan kaul/janji yang begitu mengikat??? Hal ini saya tanyakan karena ketika saya membaca sejarah gereja, saya menemukan bahwa ada imam bahkan uskup memiliki istri dan anak. Dari sejarah juga saya mengetahui salah satu kehancuran gereja dulu karena adanya sistem nepotisme dalam gereja: anak, keponakan, dll diangkat menjadi pastor atau uskup. Ini, sekali lagi, menguatkan tidak adanya kaul/janji hidup selibat. Selain itu, kenapa para imam dari Kristen Ortodoks boleh menikah??? Terima kasih atas jawabannya. Sekali lagi saya berharap kesediaan… Read more »

adrian
adrian
12 years ago

Syaloom Katolisitas.org.

Saya mau tanya, sejak kapan SELIBAT menjadi aturan bagi para imam, biarawan dan biarawati? Karena dari sejarah gereja yang pernah saya baca, banyak imam, uskup bahkan paus tidak terikat dengan hdup selibat. Mohon penjelasannya.

Terima kasih. Tuhan memberkati!!!!

[dari katolisitas: silakan membaca artikel di atas – silakan klik dan juga dialog ini – silakan klik.]

adrian
adrian
12 years ago

Syalom buat Katolisitas.org,

Saya mau tanya soal sejarah selibat sebagai salah satu kaul/janji para imam, biarawan dan biarawati. Sejak kapan persisnya aturan selibat diterapkan. Karena dari sejarah yang saya tahu ada banyak imam, uskup bahkan paus punya istri bahkan gundik. Di samping itu, saudara kita dari Timur imamnya boleh menikah. Kenapa gereja kita tidak?

Terima kasih, Tuhan memberkati!!!

(Kalau bisa, jawaban kirim juga ke alamat email saya ya???)

[dari katolisitas: silakan melihat artikel dan diskusi: klik ini, klik ini]

Isa Inigo
Isa Inigo
13 years ago

Apakah dasar hidup selibat? Ada yang bilang itu tak ada dasarnya dari Alkitab dan bukan kehendak Tuhan sendiri, karena Tuhan mengendaki manusia bertambah banyak, seorang lelaki akan bersatu dengan isterinya (Mat 19:5). Ada yang bilang ada walaupun implisit dalam Mat 19:10-12, Wahyu 14:4 (dari buku karangan Scott Hahn “Rome Sweet Home”). Kapan dalam sejarah Gereja, selibat diwajibkan bagi imam? Jika ada paus punya anak saya kira wajar jika waktu itu belum diwajibkan selibat karena memang tidak wajib atau belum diwajibkan. Nah, apakah kewajiban itu sejak para rasul atau dengan keputusan konsili apa tahun berapa? Sekarang ada orang ingin agar hukum… Read more »

detrianti
detrianti
13 years ago

Terimakasih atas jawaban romo. Doa kami menyertai semua rohaniawan rohaniwati agar tetap hidup dalam kekudusan.

detrianti
detrianti
13 years ago

Saya baru mengikuti katolisitas org. Maaf jika pertanyaan ini sudah dibahas sebelumnya. Apakah sebenarnya arti sabatikal itu dan bagaimana penerapannya? Karena saya mendengar ada seorang imam yang telah melakukan perbuatan yang sungguh tercela dan kemudian beliau dipindahkan dengan alasan sabatikal, tepatkah itu? Terimakasih.

Rm Gusti Kusumawanta
Reply to  detrianti
13 years ago

Detrianti yth,

1. Sabatical year diberikan kepada imam yang telah menjalani tugas selema 10 tahun 15 tahun atau 20 tahun atau 25 tahun sebagai bagian dari on going formation.
2. Imam yang mengalami kasus sebaiknya tidak diberikan untuk sabatical year melainkan mendapatkan perawatan rohani dan masalahnya secara khusus dengan pendamping rohani yang sudah teruji keahliannya bisa memberikan bimbingan kepada imam tersebut.
3. Imam yang bermasalah diberi waktu untuk bisa memulihkan keadaan dengan mengambil waktu untuk beberapa bulan bahkan tahun ditempat yang khusus seperti Rawaseneng, Gedono, Roncali atau Salatiga, Girisonta dan lainnya.

salam
Rm Wanta

yashinta
yashinta
13 years ago

Bisakah saya mendapatkan informasi mengenai kriteria pemilihan seorang asisten Imam? Apa saja yang menjadi syaratnya? bolehkah seorang yang belum menikah menjadi asisten Imam?

Karena saya sempat membaca dalam I Tim 3 :1-7 dan 8 – 13 bahwa salah satu syarat untuk menjadi penilik jemaat dan diaken adalah suami dari satu isteri.

Apakah perbedaan antara penilik jemaat dan diaken dalam iman Katolik? juga apakah kedua jabatan ini berbeda dengan asisten Imam?

Terima kasih, mohon penjelasannya.

Yashinta

Rm Gusti Kusumawanta
Reply to  yashinta
13 years ago

Yashinta Yth

Kriteria sebagai seorang asisten imam:
1. Seorang katolik (telah dibaptis), beriman katolik dan dipraktekan dalam hidup,
2. Memiliki nama baik di dalam kehidupan Gereja dan Masyarakat, (hidup keluarga yang baik)
3. Memiliki tanggungjawab, berintegritas dan selalu bersedia melayani,
4. Minimal usia 45 tahun (bisa disesuaikan dengan kondisi keuskupan),
5. Mengikuti pembekalan sebagai asisten imam sampai tuntas (seleksi dan wajib diikuti)

Seseorang yang belum menikah dapat menjadi seorang asisten imam jika memenuhi syarat- sayarat di atas.

salam
Rm Wanta

didi
didi
13 years ago

jika pria itu sekolah ke seminari.. wanitanya sekolah apa ya? dimana saya bisa melihat nama/alamat sekolahnya? Trimakasih

Rm Gusti Kusumawanta
Reply to  didi
13 years ago

Didi Yth

Sekolah suster tidak ada, yang ada adalah rumah pembinaan bagi suster. Di dalam rumah pembinaan itu ada kursus/sekolah diberi banyak pelajaran ttg ordo/tarekat hidup rohani dan banyak hal lain sehubungan dengan pembinaan.

salam
Rm Wanta

Anggha
Anggha
13 years ago

Selamat siang..
Saya ingin sharing saja dan meminta saran.
Saya sudah lama bercita-cita ingin menjadi seorang Imam. Namun, saya masih bingung apakah ini kehendak Tuhan atau bukan. Bagaimana ya untuk mengetahuinya??

Sampai saat ini, keinginan saya itu masih mendapat penentangan dari orangtua saya. Saya sangat bingung apa yang harus saya lakukan. Saya tidak ingin membuat orang tua saya sedih dan kecewa dengan keputusan saya menjadi seorang imam, tapi saya juga tidak bisa melepaskan keinginan untuk menjadi seorang imam dalam hati saya. Keinginan saya tersebut selalu saja bergaung dalam hati saya…

Mohon bantuannya ya. Gbu.

Ingrid Listiati
Reply to  Anggha
13 years ago

Shalom Anggha,
Kami bersyukur mendengar sharing anda. Semoga Roh Kudus membimbing anda untuk mengetahui kehendak-Nya dalam hidup anda.
Silakan juga, jika anda berdomisili di Jakarta, untuk menghubungi Romo Wanta agar dapat memperoleh bimbingan/ pengarahan. Beliau dapat dihubungi di Wisma Pastoran Unio: Jalan Kramat VII No.10
Jakarta Pusat 10340
Ph. +62-21-31924761
Fax. +62-21-3144204
Email sekretariat@unio-indonesia.org.
Silakan membuat janji terlebih dahulu, untuk bertemu dengannya pada sore/malam hari.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
147
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x