Inkarnasi adalah Immanuel, Allah yang Beserta Kita

Pendahuluan

Waktu saya tinggal di Amerika, saya sering menanam sayur-sayuran. Suatu saat, saya melihat bahwa tanaman kol sudah mulai besar dan siap dipetik. Akhirnya saya petik, namun alangkah terkejutnya saya, karena menemukan beberapa ulat di sela-sela kol. Ketika saya melihat kejadian ini, saya membayangkan bagaimana seandainya kalau saya menjadi ulat itu. Karena manusia mempunyai akal budi, derajatnya pasti lebih tinggi daripada ulat tersebut. Tidak ada orang yang mau menjadi ulat, walaupun diberikan harta yang berlimpah atau diberikan segala kuasa di dunia ini, karena ulat mempunyai keterbatasan yang begitu banyak dan harkatnya begitu rendah jika dibandingkan dengan manusia. Jadi, jika seandainya manusia dapat menjadi ulat, itu sama saja dengan ia merendahkan diri serendah-rendahnya. Namun kalau kita renungkan, penjelmaan Tuhan menjadi manusia sebenarnya lebih buruk daripada manusia menjadi ulat. Namun, dalam misteri Inkarnasi, Tuhan rela untuk merendahkan diri-Nya sehabis-habisnya untuk menyelamatkan manusia, mahluk yang dikasihi-Nya, agar manusia dapat bersatu kembali dengan Tuhan dalam Kerajaan Surga.

Kita dapat katakan bahwa Inkarnasi adalah satu misteri terbesar yang dilakukan oleh Tuhan. Misteri ini tidak dapat dipahami hanya dengan pemikiran manusia, karena ini menyangkut pikiran dan tindakan bebas yang dilakukan oleh Tuhan. Pertanyaannya apakah Tuhan menjadi manusia, atau Inkarnasi adalah suatu keharusan untuk menyelamatkan umat manusia? Memang, Inkarnasi bukanlah suatu keharusan yang mutlak, karena Tuhan juga dapat menyelamatkan manusia dengan cara yang lain. Namun, kita dapat mengatakan bahwa Inkarnasi adalah suatu keharusan yang relatif, karena itu adalah cara yang paling layak dan sempurna (the most fitting way and the most perfect) untuk membawa manusia kembali kepada Tuhan dari jurang yang tak terseberangi antara Tuhan dan manusia, yang diakibatkan oleh dosa.

Kenapa orang tidak percaya inkarnasi

Ada banyak orang, aliran kepercayaan, dan agama yang mempertanyakan kenapa Tuhan harus menjelma menjadi manusia. Beberapa keberatan yang diajukan antara lain adalah:

  • Mereka percaya akan Tuhan yang abstrak dan tidak mempunyai kepribadian. Ini merupakan suatu kepercayaan bahwa Tuhan bukanlah suatu pribadi, namun merupakan suatu bentuk “energi”. Kalau ini benar, maka tuhan seperti ini menjadi kurang sempurna dibandingkan dengan milyaran mahluk ciptaannya. Kalau kita mengatakan bahwa Tuhan mempunyai pribadi, berarti kita mempercayai bahwa Tuhan mempunyai akal budi dan kehendak bebas, yang melakukan segala sesuatu secara bebas berdasarkan kasih dan kebijaksanaan-Nya. ((Lebih tepatnya bukan Tuhan mempunyai akal budi dan kehendak bebas, namun Tuhan adalah Sang Akal budi dan Kehendak bebas, karena di dalam Tuhan tidak dibedakan “essense” dan “accident“. Kita tidak dapat mengatakan bahwa Tuhan mempunyai sifat kasih namun Tuhan adalah Kasih. Karakter inilah yang diwahyukan oleh Tuhan kepada nabi Musa, pada waktu Tuhan menyatakan siapa diri-Nya, yaitu “Aku adalah Aku” (Kel 3:14- I am Who I am). )) Dengan prinsip “kita tidak dapat memberi sesuatu yang kita tidak punya,” maka kalau Tuhan tidak mempunyai kepribadian – tidak punya akal budi/ pikiran dan keinginan – maka Ia tidak dapat memberikan akal budi kepada manusia. Dan Tuhan yang berkepribadian sebenarnya dapat dibuktikan dengan akal budi, walaupun akal budi tidak dapat mengetahui bahwa ada tiga kepribadian di dalam Tuhan atau yang kita percayai sebagai Tritungal Maha Kudus. Hal ini hanya dapat diketahui melalui wahyu Tuhan di dalam Kitab Suci. Namun demikian, Lima cara pembuktian dari St. Thomas Aquinas, terutama cara yang keempat dapat membuktikan Tuhan yang berkepribadian.
  • Ada yang percaya bahwa menjelmanya Tuhan menjadi manusia adalah merupakan kontradiksi. Sesuatu dikatakan kontradiksi kalau sesuatu “to be and not be at the same way at the same time” atau “ada dan tidak ada dengan cara yang sama dan pada waktu yang sama.” Sebagai contoh, seseorang tidak bisa pergi berenang dan ke gereja pada waktu yang bersamaan dengan cara yang sama. Namun, Inkarnasi tidaklah merupakan kontradiksi. Akan menjadi kontradiksi kalau Tuhan menjadi Tuhan dan berhenti menjadi Tuhan. Namun Gereja Katolik tidak mengajarkan hal demikian tentang doktrin Inkarnasi. Gereja percaya bahwa Tuhan tetap Tuhan, namun mulai ada di dalam sejarah umat manusia, dengan cara menjadi manusia. Tuhan tidak dapat menjadi bukan Tuhan, walaupun Tuhan dapat melakukan segala sesuatu, karena Tuhan tidak dapat mempertentangkan diri-Nya sendiri. Dengan pemikiran ini, maka tidaklah bertentangan jika Tuhan menjelma menjadi manusia, bahkan sifat-sifat Tuhanlah yang menjadikan Inkarnasi sesuatu yang hanya dapat dipikirkan dan dilakukan oleh Tuhan. Kalau kita percaya bahwa Tuhan dapat melakukan segala sesuatu dan kita masih berpendapat bahwa tidak mungkin Tuhan menjadi manusia, maka kita yang sebenarnya mempertentangkan Tuhan.
  • Keberatan yang lain datang dari sebagian orang yang berpendapat bahwa tidak mungkin Tuhan menjadi manusia, karena hal tersebut sama saja dengan merendahkan derajat Tuhan yang maha kuasa dan besar. Namun misteri Inkarnasi membuktikan sebaliknya, bahwa dengan menjadi manusia, Tuhan telah menunjukkan bagaimana Dia mengasihi kita dengan kasih-Nya yang tidak terbatas, sehingga kita seharusnya lebih mengasihi Tuhan dengan segenap kekuatan kita.  Dalam keseharian kita, bukankah dibutuhkan kekuatan dan kebesaran hati bagi seseorang yang ‘dari kalangan atas’ untuk merendahkan diri dan ikut solider dengan orang-orang jelata? Bayangkanlah kebesaran Tuhan Yesus yang dinyatakanNya, dengan menjelma menjadi manusia! Ia yang mengatasi segala waktu, masuk ke dalam waktu, Ia yang luar biasa besar dan tiada terbatas mengosongkan diri hingga menjadi setitik sel (embryo) dalam rahim Bunda Perawan Maria.
    Juga ‘kebesaran’ seseorang yang mengundang rasa kagum, tiada berarti jika tidak diimbangi kasih, bukan?  Dalam kehidupan kita sehari-hari, mungkin kita melihat dengan kagum pada sosok artis atau aktor tertentu. Namun tentu saja kita akan lebih mengasihi orang tua kita dibandingkan dengan para aktor atau artis, bukan karena orang tua kita lebih cakap dari aktor atau artis, namun karena orang tua kita telah mengasihi kita dengan kasihnya yang besar, yang terbukti dengan segala pengorbanan yang dilakukan oleh mereka untuk kebahagiaan kita.

Mengapa inkarnasi? Dengan menggunakan “argument of fittingness” atau argumen kelayakan.

Argument of fittingness adalah suatu metode yang didahului oleh iman. Kita percaya terlebih dahulu, kemudian dengan akal budi kita mencoba untuk menguak misteri iman, sehingga misteri iman tersebut dapat memberikan arti yang lebih dalam. Metode ini adalah “iman yang mencari pengertian atau faith seeking understanding.”
Sebagai contoh, kita dapat melihat dalam kehidupan sehari-hari, pada saat kita dimarahi oleh ayah kita. Yang pertama kita lakukan adalah sikap yang percaya kepada ayah kita, bahwa dia mengasihi kita. Dari situ kita mencoba mencerna, kenapa ia bersikap demikian. Dan kita mungkin dapat menyimpulkan bahwa ayah kita marah karena untuk melindungi kita dari bahaya, atau karena dia tidak mau kita tersesat, dan seterusnya.

Dengan cara yang sama kita akan mencoba untuk menguak misteri Inkarnasi. Kita akan melihatnya dari dua sisi, yaitu dari sisi manusia dan dari sisi Tuhan, karena memang diperlukan kerjasama antara manusia dan rahmat Tuhan untuk mengembalikan harkat manusia yang hilang karena dosa manusia. Namun tentu saja kita melihat rahmat Tuhan adalah yang paling utama dalam keselamatan manusia.

Tuhan ingin mengkomunikasikan kebaikan-Nya

Kalau kita melihat dari perspektif Tuhan, maka kita akan melihat bahwa Inkarnasi adalah memang sudah layak dan seharusnya karena sifat dari Tuhan sendiri. Kita tahu, secara prinsip segala sesuatu akan bertindak sesuai dengan sifat dan hakekat dari sesuatu itu, sebagai contoh: batu kalau dilepaskan akan jatuh, tanaman kalau diberi air dan sinar secukupnya akan bertumbuh, atau manusia bertindak sesuai dengan akal budi dan keinginan bebasnya. Atau, seorang ibu akan mengasihi anaknya dan akan melakukan apa saja untuk kebahagiaan anaknya.

Nah, di dalam Tuhan, hakekat yang ada bukan hanya menjadi bagian dari Tuhan, namun Tuhan adalah hakekat tersebut, seperti: Tuhan adalah Kebaikan, Kebenaran, Keindahan, dan Kasih. Kita juga dapat menerapkan prinsip penting yang lain, yaitu “bonum diffusivum sui” atau “kebaikan akan menyebar dengan sendirinya“, sama seperti panas yang akan menyebarkan hawa panasnya ke segala arah, atau lilin yang bercahaya dalam kegelapan. Dan kalau Tuhan adalah Kebaikan (dalam pengertian yang absolut dan sempurna), maka kebaikan ini akan tersebar dan mencoba menjangkau setiap orang. Pertanyaannya, bagaimana Tuhan dapat mengkomunikasikan kebaikan ini?

  • Cara yang pertama adalah dengan cara yang sempurna dan absolut, yang hanya ada dalam kehidupan Tritunggal Maha Kudus. Manusia hanya dapat berpartisipasi di dalamnya, dan partisipasi ini akan mencapai kesempurnaanya pada saat kita berada di surga. (Mengenai Tritunggal Maha Kudus akan ditulis dalam artikel yang terpisah).
  • Kedua, adalah dengan cara yang terbatas, yaitu partisipasi dari semua mahluk ciptaan. Ini adalah pembuktian ke empat dari St. Thomas Aquinas tentang keberadaan Tuhan. Kita melihat adanya keteraturan di alam ini dan keindahan dari alam dan segala isinya.
  • Ketiga, adalah dengan melalui rahmat kekudusan. Ini yang kita dapatkan pada waktu kita dibaptis, dimana hakekat kita diaangkat ke supernatural, yaitu partisipasi di dalam kehidupan Tuhan. Namun cara ini hanya dimungkinkan setelah Tuhan sendiri menjadi manusia, mengambil dosa manusia, dan memberikan jalan untuk bersatu dengan Tuhan kembali.
  • Cara yang ke-empat adalah dengan cara yang yang paling agung dan mulia, yaitu dengan cara mengambil sifat tersebut dan membuatnya menjadi satu kesatuan dengan diri-Nya.
    Inilah yang dilakukan oleh Tuhan dalam misteri Inkarnasi, karena Tuhan sendiri menjadi manusia, sama seperti kita, kecuali dalam hal dosa. Dengan cara ini, maka manusia tidak hanya berpartisipasi dalam kehidupan Tuhan, namun Tuhan yang berinkarnasi telah membuat kemanusiaan menjadi satu dengan kepribadian Tuhan. Dengan menjadi manusia, Tuhan tidak hanya menyucikan kemanusiaan Yesus, tetapi seluruh umat manusia, karena sifat ke-Tuhanan yang mengatasi segala sesuatu.

Oleh karena Tuhan adalah baik, dalam pengertian yang sempurna dan absolut, maka Tuhan akan mengambil cara yang paling sempurna dan luhur. Sama seperti hakekat lilin kecil hanya mungkin menerangi satu ruangan kecil, namun sebaliknya matahari mempunyai kekuatan dan kemampuan untuk menerangi seluruh bumi. Dan cara yang yang paling sempurna dan luhur yang dipakai oleh Tuhan adalah melalui misteri Inkarnasi.

Dari sini kita dapat menyimpulkan, karena sifat kebaikan Tuhan yang sempurna dan juga mengkomunikasikannya secara sempurna, maka Inkarnasi adalah cara yang paling agung dan sempurna untuk mengkomunikasikan kebaikan Tuhan.

Kasih, pengampunan, keadilan, dan kebijaksanaan Tuhan adalah penyebab Inkarnasi.

Kita dapat memberikan argumen yang lain tentang kelayakan Inkarnasi, yaitu melalui sifat Tuhan yang lain, yaitu kasih, belas kasihan, maha adil, dan maha bijaksana. Adalah sudah selayaknya bahwa Tuhan yang yang sempurna dan maha mulia mengkomunikasikan segala sifat-sifat-Nya dengan cara yang paling sempurna. Dan misteri Inkarnasi ini memang sesuai dengan cara Tuhan yang sempurna dan menjadi manifestasi dari kesempurnaan sifat Tuhan.

Yesus telah menunjukkan kesempurnaan belas kasihan dan kasih-Nya kepada umat manusia melalui penderitaan-Nya, yang mencapai puncaknya di kayu salib. Dalam kasih-Nya kepada umat manusia, Tuhan telah memberikan Anak-Nya yang tunggal untuk keselamatan umat manusia (Yoh 3:16).

Tuhan juga telah menunjukkan keadilan-Nya yang begitu besar dan tak terselami. Karena manusia tidak dapat membayar dan menghapuskan dosa yang telah diperbuatnya, maka Tuhan sendiri, melalui Tuhan yang menjadi manusia, membayar semua dosa yang telah diperbuat manusia.

Mungkin kita bertanya-tanya, kenapa tidak cukup untuk manusia meminta ampun kepada Tuhan? Kita melihat contoh dalam kehidupan kita, kalau kita membuat kesalahan kepada rekan sekerja, maka kita dapat meminta maaf secara langsung. Namun kalau kita dengan teman-teman kita membuat suatu hal yang begitu konyol, misalkan membakar bendera negara lain, yang menjadi simbol dan harkat dari negara tersebut, maka tidak cukup untuk meminta maaf secara pribadi. Karena yang dirugikan adalah suatu negara, yang harkatnya jauh lebih tinggi dari kita, maka permasalahannya tidak akan selesai kalau pribadi yang bersalah meminta maaf. Namun, kalau seseorang yang mempunyai harkat yang sama dengan negara tersebut, contohnya: menteri luar negeri, duta besar, atau presiden meminta maaf kepada negara yang dirugikan, maka masalahnya akan selesai dan keadilan dapat ditegakkan.

Pada saat manusia berbuat dosa, maka manusia telah melawan Tuhan, suatu martabat yang jauh lebih tinggi dan tak terbatas dibandingkan dengan manusia. Agar keadilan dapat ditegakkan secara sempurna, maka seseorang yang mempunyai harkat yang sama harus mewakili manusia untuk mempersatukan kembali hubungan yang dirusak oleh dosa. Yesus, Tuhan yang menjelma menjadi manusia mengambil sifat manusia, sehingga Ia dapat mewakili manusia dan sekaligus Tuhan menjadi satu-satunya sosok yang memungkinkan untuk mempersatukan hubungan antara Tuhan dengan manusia.

Tuhan juga dapat mengkomunikasikan kebijaksanaan-Nya dengan cara yang paling sempurna, yaitu dengan mengutarakan-Nya secara langsung kepada manusia, dengan cara dan bahasa yang dimengerti oleh manusia. Kita melihat bagaimana Yesus memberikan kebijaksanaan-Nya dengan perumpamaan dan juga dalam bahasa yang dimengerti manusia.

Dengan Inkarnasi, Tuhan menunjukkan kekuatan-Nya, seperti melakukan banyak mukjijat termasuk adalah membangkitkan orang mati, dan terutama adalah Kebangkitan-Nya semdiri dari kematian.

Jadi kita melihat, bahwa dengan Inkarnasi, Tuhan telah memilih jalan yang paling sempurna untuk menyatakan kebaikan, kasih, belas kasihan, keadilan, dan juga kekuatan-Nya kepada umat manusia. Tuhan telah menawarkan dan memberikan jalan yang terbaik sehingga manusia dapat memperoleh keselamatan, yaitu persatuan kembali dengan Tuhan untuk selamanya.

Manusia mempunyai kesempatan untuk menanggapi rahmat Tuhan yang mengalir dari misteri Inkarnasi.

Sekarang, mari kita melihat “argument of fittingness” dari sisi manusia. Dengan misteri Inkarnasi, maka manusia mempunyai kesempatan untuk menanggapi rahmat Tuhan yang mengalir dari Inkarnasi, terutama dari penderitaan Kristus. St. Thomas membagi argumentasi kelayakan ini menjadi dua, yaitu membebaskan manusia dari dosa dan menegakkan kebaikan.

Inkarnasi untuk membebaskan manusia dari belenggu dosa.

Tujuan utama dari Inkarnasi adalah untuk membebaskan manusia dari belenggu dosa, sehingga manusia dapat bersatu kembali dengan Tuhan. Misteri ini, seperti yang telah dipaparkan di atas, membuka suatu misteri kasih Allah yang tak terbatas kepada manusia. Namun misteri ini juga menunjukkan sisi paling gelap dari dosa, dimana kita dapat melihat manifestasinya dari penderitaan Kristus. Jadi penderitaan Kristus di kayu salib menunjukkan akan besarnya kasih Tuhan dan pada saat yang bersamaan menunjukkan kegelapan dan keburukan dosa.

Melihat dua hal tersebut di atas, maka manusia perlu menanggapinya dengan menghindari dosa dengan segala kekuatannya dengan cara bekerjasama dan bergantung kepada rahmat Tuhan yang mengalir dari penderitaan Kristus. Dan ini berlaku bagi masing-masing pribadi dari kita, karena Yesus datang dan berkorban untuk menebus dosa-dosa yang kita buat, sehinggga kita juga memperoleh keselamatan abadi.

Tegaknya kebaikan dan kembalinya harkat dan jati diri manusia sebagai akibat dari Inkarnasi.

Melalui misteri Inkarnasi, maka kebaikan ditegakkan dan juga menunjukkan akan martabat manusia yang begitu tinggi, karena Tuhan sendiri menjadi manusia dan mengambil sifat manusia dalam diri-Nya. Dengan ini, manusia seharusnya melihat Kristus dengan kerendahan hati dan mencoba dengan segenap kekuatan untuk berusaha hidup kudus.

Misteri ini menyadarkan kita, bahwa tanpa Kristus datang ke dunia ini, kita semua akan masuk ke dalam api neraka. Pengertian yang mendalam tentang misteri Inkarnasi akan mencegah manusia untuk melakukan dosa yang sama dengan dosa Adam yaitu dosa kesombongan, yang membawa manusia kepada jurang kehancuran. Sama seperti kegelapan yang dapat ditanggulangi dengan terang, maka kesombongan hanya dapat ditanggulangi dengan kerendahan hari, dimana mencapai puncak kesempurnaannya pada misteri Inkarnasi Tuhan Yesus, karena Seorang Pencipta mengambil sifat dari ciptaannya dan Sang Pencipta merendahkan diri-Nya dalam keterbatasan ciptaan-Nya. Dan yang lebih luar biasa adalah Sang Pencipta menyediakan diri-Nya untuk mati untuk menyelamatkan ciptaan-Nya pada waktu ciptaan-Nya masih berdosa. (Rom 5:8).

Inkarnasi memperkuat iman, pengharapan, dan kasih manusia.

Aspek lain dari Inkarnasi yang berhubungan dengan kebaikan adalah diperkuatnya iman, pengharapan, dan kasih umat manusia. Iman mensyaratkan manusia untuk memberikan dirinya – akal budi: pemikiran dan keinginan – secara bebas kepada kebenaran. Adakah cara yang lebih sempurna untuk memberikan diri kepada kebenaran daripada Kebenaran itu sendiri, yang datang dalam rupa manusia dan berbicara secara langsung kepada umat manusia? Yesus berkata “Akulah Jalan, dan Kebenaran, dan Hidup” (Yoh 14:6). Apa yang lebih menguatkan manusia kalau dibandingkan dengan kehadiran Yesus, Sang Jalan, Sang Kebenaran, Sang Kehidupan dan Sang Terang, yang berbicara, membimbing, dan memberikan terang sehingga manusia lepas dari belenggu kegelapan?

Karena obyek dari pengharapan adalah kebaikan di masa depan, maka Inkarnasi memberikan keyakinan akan pengharapan yang nyata. Inkarnasi, sebagai manifestasi kasih, memberikan pengharapan yang pasti akan kebahagiaan yang akan dialami oleh manusia, jika manusia bekerja sama dengan rahmat Allah dan pada saat yang bersamaan, Inkarnasi memberikan jalan yang pasti untuk membawa manusia kepada kebaikan di masa depan, yaitu kebahagiaan yang abadi di surga. Rasul Paulus mengatakan “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.” (1 Kor 2:9).

Hakekat dari kasih adalah bergembira akan sesuatu yang baik yang ada pada diri orang yang dikasihinya dan juga mengharapkan yang baik terjadi pada orang yang dikasihinya. Dari definisi ini, kita dapat melihat bahwa Inkarnasi adalah perwujudan kasih yang sempurna, karena Tuhan masih melihat bahwa ada sesuatu yang baik dari diri manusia, walaupun manusia telah berdosa and Tuhan mengharapkan yang terbaik terjadi pada kita, dengan memberikan Diri-Nya sendiri kepada kita manusia. Dengan demikian, Inkarnasi memungkinkan manusia untuk mendapatkan kebahagiaan sejati.

Dengan inkarnasi, Tuhan tidak hanya memberikan perintah, namun juga jalan.

Waktu saya mau pergi ke perpustakaan di salah satu pusat kota di Amerika saya tersesat. Kemudian saya berhenti dan bertanya kepada seseorang yang berada di depan salah satu pertokoan. Dan orang tersebut menerangkannya dengan fasih, seperti: dari sini belok ke kiri, kemudian setelah melewati dua lampu merah belok kanan, dan kira-kira 200 meter dari pom bensin belok kanan, dan belokan pertama terus belok kiri, dan kita-kira 200 meter dari situ, letak perpustakaan ada di sebelah kanan. Saya berterimakasih atas kebaikan orang itu, namun saya bingung, karena terlalu banyak belokan dan tanda yang harus saya ingat. Menyadari kebingungan saya dan tahu saya orang asing di situ, maka orang tersebut berkata “Mari, ikuti mobil saya, saya akan tunjukkan jalan untuk ke perpustakaan.” Mendengar perkataan tersebut, saya tersenyum lebar, karena tahu bahwa saya tidak akan tersesat lagi dan pasti akan menememukan perpustakaan yang saya cari.

Itulah yang terjadi dengan Inkarnasi, karena Inkarnasi membuktikan bahwa Tuhan tidak hanya memberikan perintah-perintah, namun Dia sendiri menjadi contoh untuk semua perintah dan kebajikan Ilahi, seperti: kasih yang sempurna, ketahanan untuk tabah dalam penderitaan, keadilan yang sempurna, kebijaksanaan yang sempurna, kesederhanaan, kelemahlembutan dan kerendahan hati. Dengan menunjukkannya kepada manusia, maka manusia dapat mengikuti teladan-Nya. Dan dengan mengikuti teladan-Nya, maka manusia juga berpartisipasi dalam kehidupan Ilahi, yaitu menjadi anak-anak angkat Allah di dalam Kristus, “we are sons in the Son of God,” sebab oleh rahmatNya kita semua menjadi anggota Tubuh Kristus.

Kesimpulan

Kita melihat bahwa sebetulnya Tuhan dapat menyelamatkan manusia yang telah jatuh dalam dosa tanpa melalui Inkarnasi. Namun hakekat Tuhan yang Maha baik, Maha benar, Maha kasih, dan bijaksana membuat Tuhan untuk memilih jalan yang paling sempurna dalam menyatakan sifat-sifat-Nya. Dan Inkarnasilah yang menjadi pilihan Tuhan. Kita tidak dapat membuktikan secara persis alasannya, karena ini adalah misteri Tuhan yang tidak terselami, namun kita dapat menggunakan “argument of fittingness” untuk melihat bahwa memang semuanya itu sudah selayaknya terjadi dan membuat kita terkesima akan keajaiban Tuhan.

Melalui Inkarnasi, kita dapat melihat bahwa Tuhan kita tidak saja Allah yang besar, yang memberikan perintah-perintah untuk keselamatan umat manusia, namun lebih daripada itu, Tuhan kita adalah Allah yang dekat berserta kita (Immanuel), yang menjadi teladan bagi kita semua untuk mengikuti perintah-perintah tersebut, sehingga manusia dapat mengikuti dan menjalankan perintah-perintah Tuhan dengan lebih baik.

Dalam keterbatasan pemikiran manusia, mari kita bersama-sama mensyukuri karya perbuatan Tuhan yang terbesar, yaitu Inkarnasi. Dan dengan hati yang terbuka, marilah kita kembali mengundang Yesus yang telah datang ke dunia untuk juga datang dan meraja di hati kita masing-masing.

Saudaraku, mari kita menyadari bahwa Allah kita adalah Allah yang Maha besar namun juga Immanuel, Allah beserta kita.

5 2 votes
Article Rating
40 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
pardohar
pardohar
11 years ago

Syalom katolisitas…

Dapatkah dikatakan bahwa iblis itu adalah lawan tanding yang seimbang dengan manusia.

Kalau tidak kita memang harus di dalam Tuhan.

Mohon pencerahannya.

Teimakasih, Salam Kristus.

Ingrid Listiati
Reply to  pardohar
11 years ago

Shalom Pardohar, Ciptaan Allah mempunyai tingkatannya masing-masing, dan menurut tingkatan ini Allah menciptakan malaikat, manusia, binatang, tumbuhan, dan benda-benda ciptaan lainnya. Malaikat yang merupakan mahluk rohani yang murni, tingkatannya lebih tinggi dari manusia, sebab ia memiliki tingkat yang lebih tinggi dalam hal keserupaan dengan Allah, yang adalah Roh (Yoh 4:24). Manusia diciptakan Allah mempunyai tubuh dan jiwa rohani, dan dalam hal ini manusia tetap mempunyai keserupaan dengan Allah, walaupun dalam tingkatan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan malaikat. Nah setan/ Iblis adalah malaikat yang jatuh dalam dosa (fallen angels), namun hal ini tidak mengubah hakekatnya sebagai mahluk rohani. Atas kejatuhannya… Read more »

Salu
Salu
11 years ago

Salam Kotolisitas, Ada satu perkara yg sgt mengganggu pikiran dan iman saya ttg perbandingan ajaran Katolik dan Islam, berikut poin-poinnya : 1. Apakah benar Islam dgn kitab Alqurannya adalah benar-benar wahyu Allah dimana Allah tersebut adalah Allah yg satu dan sama yg diimani Gereja Katolik? 2. Menurut ayat-ayat suci Alquran, Yesus yg dlm bahasa mereka disebut Nabi Isa, dikisahkan, “Pada saat orang2 Yahudi datang besama Yudas utk menangkap Nb Isa, Allah menyembunyikan Nabi Isa di suatu alam gaib dan mengubah wajah Yudas menyerupai Nb Isa sehingga akhirnya yg disiksa, menderita dan mati di salib bukan Nb Isa tp Yudas” Sementara… Read more »

Oktavianus
Oktavianus
Reply to  Salu
11 years ago

Shawlom Salu,

selain ke-2 point tsb, msh banyak point lain (misalnya di surat Maryam) yg akan mengganggu pikiran kita sbg orang Katolik yg bermasyarakat, tapi jangan sampai point2 tsb mengganggu iman. Sebagai orang yg dipilih utk menjadi Katolik diharapkan agar tetap fokus pd jalan kasih. Diakhir perjalanan hidup ini, bukan agama yg diperhitungkan, melainkan “amal & ibadah” kita masing-masing (point ini sama di semua agama).

“Ad Maiorem Dei Gloriam”

Salu
Salu
Reply to  Salu
11 years ago

Salam Katolisitas, Terus terang saya sgt kecewa dgn tanggapan Katolisitas yg tdk memberikan jawaban atas permasalahan saya, dlm sejarah gereja, bila muncul ajaran sesat yg menyerang ajaran gereja maka akn tampil pihak otoritas gereja yg menentang ajaran sesat itu dan menjelaskan ajaran yg benar utk melindungi anggota gerejanya dr terjebak ke dlm ajaran sesat itu, maka sudah sewajarnya pihak gereja juga memberikan penjelasan atau pandangan gereja kpd anggota gerejanya mengenai ajaran Islam (walaupn Islam bukan ajaran sesat tp banyak ayat2 alquran yg bertentangan dgn alkitab dan benyak tuduhan dr kalangan muslim terhadap ajaran gereja) agar anggota gerejanya tidak goyah imannya… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  Salu
11 years ago

Shalom Salu, Mungkin ada baiknya Anda membaca terlebih dahulu artikel ini, Yesus tidak benar-benar mati di salib?, silakan klik. Di situ disampaikan tanya jawab tentang apakah sebenarnya Yesus benar-benar mati di salib atau tidak. Sang penanya (terlihat dari link yang disertakan), adalah dari kalangan non-Katolik, yang nampaknya tidak mempersoalkan apakah Yesus ‘ditukar’ dengan Yudas pada saat penyaliban, namun berargumen bahwa Yesus tidak sungguh-sungguh wafat. Dari sini saja kita ketahui bahwa di kalangan umat non-Katolik tersebut, terdapat bermacam pandangan tentang hal kejadian penyaliban Yesus. Ini tidak mengherankan sebab sejak abad-abad awal memang sudah ada beberapa ajaran sesat yang mengajarkan hal yang… Read more »

xellz
xellz
Reply to  Ingrid Listiati
11 years ago

syalom salu sepertinya anda sering mengikuti debat antar agama. Dan bila anda meminta tm katolisitas untuk mengikuti diskusi ke arah debat semacam itu, memang kurang tepat. saya sendri mulai menghadapi pertanyaan2, dan perdebatan terutama oleh sdr dari muslim, sejak saya baru lulus SD. Tidak tanggung2, buku Ahmed deedat sendiri yang saya kupas. Saya juga punya buku perbandingan agama yang saya baca berkali2. Saya malah kagum terhadap teolog mereka, apalagi saat saya diberitahu bahwa buku Ahmed deedat, sudah membuat teman kakak saya keluar dari agama kaolik. maka bagi saya, jika dikatakan ‘menggoyahkan iman’, bagi saya justru serangan mereka menjadi ‘penguat iman’.… Read more »

Salu
Salu
Reply to  Ingrid Listiati
11 years ago

Terima kasih bu Ingrid Listiati atas jawabannya,
tp sy masih punya satu keraguan, apakah agama islam dgn alqurannya adalah sungguh2 wahyu ALLAH,dimana ALLAH tersebut adalah ALLAH yg satu dan sama yg diimani Gereja Katolik? Bagaimana pandangan Gereja terhadap hal ini??

Salam Kasih.
Salu

Ingrid Listiati
Reply to  Salu
11 years ago

Shalom Salu, Gereja Katolik tidak mengakui adanya wahyu umum yang baru sesudah penyataan wahyu Allah yang lengkap dan sempurna, sebagaimana telah dinyatakan di dalam Kristus Yesus. Adanya wahyu-wahyu pribadi yang ada setelah kedatangan Kristus, harus dilihat bukan sebagai sesuatu yang melengkapi ataupun menyempurnakan wahyu yang dinyatakan oleh Kristus, tetapi sebagai wahyu yang membantu penghayatan akan wahyu yang telah dinyatakan oleh Kristus Sang Putera Allah. Oleh karena itu keotentikan wahyu pribadi ditentukan juga dari sejauh mana wahyu tersebut sesuai dengan wahyu umum yang telah dinyatakan oleh Kristus. Hal ini diajarkan dalam Katekismus: KGK 65     “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang… Read more »

Salu
Salu
Reply to  Ingrid Listiati
11 years ago

Terima kasih bu Ingrid atas jawabannya, Mau tanya lg ni, apakah dgn demikian saya boleh mengambil kesimpulan bahwa agama Islam bukan wahyu dr Allah, lantas mengapa alquran menuliskan ttg perbuatan besar para nabi utusan Allah sama sprti yg tercatat dlm alkitab?? Dlm kitab Kejadian ada ayat mengisahkan ketika Hagar dan anaknya Ismail diusir oleh Sara istri Abraham, Allah berjanji bahwa keturunan Ismail akan menjadi suatu bangsa yg besar juga, dan kita tahu bahwa garis keturunan Ismail sampai pd Muhammad pendiri agama besar Islam, dan mereka percaya bahwa Islam adalah wahyu dr Allah, dr jawaban bu Ingrid sy bisa menangkap maksudnya… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  Salu
11 years ago

Shalom Salu, Katekismus mengajarkan demikian tentang hubungan Gereja dengan umat Islam: KGK 841    Hubungan Gereja dengan umat Islam. “Namun rencana keselamatan juga merangkum mereka, yang mengakui Sang Pencipta; di antara mereka terdapat terutama kaum Muslimin, yang menyatakan, bahwa mereka berpegang pada iman Abraham, dan bersama kita bersujud menyembah Allah yang tunggal dan maharahim, yang akan menghakimi manusia pada hari kiamat” (Lumen Gentium 16, Bdk. Nostra Aetate 3). Maka Gereja Katolik mengakui adanya kebenaran yang diajarkan dalam agama Islam, yaitu tentang pengakuan mereka akan adanya Sang Pencipta yaitu Allah yang Tunggal. Pengakuan akan Allah yang satu ini, bagi Gereja, merupakan suatu… Read more »

Salu
Salu
Reply to  Ingrid Listiati
11 years ago

Shalom Bu Ingrid, Terima kasih atas tanggapannya, inilah jawaban yg sy cari2, syukur bahwa dgn jawaban ini pengetahuan sy ttg apa yg selama ini sllu meragukan iman dan pikiran sy mendpt pencerahan walaupun sy belum bisa memahami sepenuhnya namun cukup memuaskan dan menjadi motivasi bagiku utk lebih giat meluangkan masa mencari kebenaran ttg Allah dan wahyu-Nya. Terima kasih juga atas link yg diberi tp sayang sy tak paham bhs Inggris. Maju terus Katolisitas. Salam kasih, Salu [Dari Katolisitas: mungkin Anda dapat meminta bantuan teman Anda yang memahami bahasa Inggris untuk menerjemahkan selengkapnya? Namun intinya di sana dikatakan demikian: Menurut silsilah… Read more »

mudin
mudin
Reply to  Salu
11 years ago

Shalom Salu, Pertanyaan yang sama, dan sebenarnya penting untuk diketahui dua umat beragama ini. Saya rasa katolisitas tidak akan menjawab hal-hal semacam itu karena hal itu seharusnya anda sendiri bisa mencari tahu. Agar sedikit membantu anda, pendapat saya “Tidak Sama” Bagaimana bisa sama? Jika ciri, identitas, dsb dari Allah sangat berbeda dengan yang kita ketahui dari Yesus Kristus? Bahkan dari Nabi-Nabi di perjanjian lama. Namun untuk meyakinkan anda, baiklah buka kitab mereka dan hadisnya urutkan dari awal sumber, kisah Nabinya sendiri, perkataannya, perbuatannya, darimana “wahyu” didapatkan, asal muasal ibadahnya. Anda nilai sendiri semua aspek. Untuk ekstrimnya saya sarankan melihat ke… Read more »

Arnaldo
Arnaldo
Reply to  Salu
11 years ago

Salam saudara salu, jangan goncang imanmu tetaplah berpegang kepada ajaran yg diteruskan oleh para rasul. Bukan cuma Islam saja yg muncul setelah Katolik banyak jg agama lain yg muncul dan juga mengakui Yesus tapi menurut versi mereka sendiri. Logika aja bagaimana mungkin ada orang yang 600 tahun setelah Yesus dapat mengklaim bahwa Ia lebih kenal Yesus ketimbang para penulis injil yg hidup pada jaman Yesus? Yang kedua Yesus benar2 TUHAN bukan sekedar nabi dan itu adalah kesaksian dari lebih dari 12 orang pada jamannya. Sementara ada nabi lain setelahnya mengaku dirinya nabi, bukan atas kesaksian orang banyak. Yang paling menimbulkan… Read more »

Kris
Kris
Reply to  Salu
11 years ago

Dear Salu, Menjawab pertanyaan Salu mengenai pertentangan ajaran antara Islam dan Katholik tentu saja Katolisitas tidak dapat menjawabnya. Katolisitas bisa menjawab dan membuktikan bahwa Yesuslah yang disalib dan menebus umat manusia, Namun, Katolisitas tidak bisa menjelaskan, apa sebabnya Islam mengajarkan hal yang berlainan, mengajarkan Yesus digantikan oleh Yudas, Mengapa? karena itu sudah berada di luar domain Katolisitas, yang misi visinya adalah memaparkan ajaran Kristiani, sehingga tidak pada tempatnya bila Katolisitas memaparkan ajaran non Kristiani. Menurut saya, baca saja link2 yang diberikan oleh ibu Inggrid, kemudian cerna sendiri. Bila ada yg masih kurang jelas, tanyakan kembali, tapi jangan tanyakan mengapa orang… Read more »

Stefan Purnama
Stefan Purnama
Reply to  Salu
11 years ago

Dear Salu, Kepada Tim Katolisitas (Para Romo, Pak Stef dan Ibu Inggrid) yang terkasih. Perkenankan saya bantu memberikan jawaban mengenai pertanyaan saudara Salu. Karena saya juga seorang katolik maka saya akan menulis sesuai dengan perspektif Gereja Katolik namun bukan untuk membandingkan dengan agama lain atau justru menjelekkan agama lain. Mengenai pertanyaan 1. Apakah benar Islam dgn kitab Alqurannya adalah benar-benar wahyu Allah dimana Allah tersebut adalah Allah yg satu dan sama yg diimani Gereja Katolik? Bagi saya dan ini juga ajaran Gereja katolik, Wahyu Allah yang sejati dan sempurna ada di dalam Yesus Kristus sebagai pemenuhan janji Allah, karena Dia… Read more »

brian
brian
Reply to  Stefan Purnama
11 years ago

Terima kasih banyak Bpk Stefan. Penjelasan Anda atas pertanyaan no. 2 sungguh merupakan pencerahan bagi saya. Terus terang, sayang sangat terkejut setelah membacanya. Masukan yang sangat berharga. Sekali lagi terima kasih banyak.

Yohanes Dwi Harsanto Pr
Yohanes Dwi Harsanto Pr
Reply to  Salu
11 years ago

Salam Salu, Saya pernah pula (sering) mendapatkan tantangan iman berupa serangan dari agama lain mengenai iman Katolik saya. Beberapa topik selalu berulang: Trinitas, Ketuhanan Yesus, Peran Bunda Maria, Peran Santo-santa, Peran Paus dan Hierarki, tujuh sakramen, mendoakan orang meninggal, makna Gereja, arti Kitab Suci, arti Tradisi, arti perang salib, inkuisisi, dan semacamnya. Semuanya sebenarnya bisa dijawab dengan baik, dipertanggungjawabkan. Kita tidak menyalahkan ajaran agama orang lain, melainkan mempertanggungjawabkan iman kita sendiri. Kita pun tidak membenarkan 100 persen ajaran agama orang lain, melainkan menghormati. Kita mewartakan Injil, kabar gembira dengan cara apapun, termasuk dengan mempertanggungjawabkan iman kita jika ditanya-tanya atau diserang… Read more »

Salu
Salu
Reply to  Yohanes Dwi Harsanto Pr
11 years ago

Terima kasih Romo Yohanes atas jawabanya yg sgt membantu sy.

Salam Kasih,
Salu.

filipus
filipus
11 years ago

Mengapa bunda Maria selalu disebut bunda Allah? Apakah Allah mempunyai ibu? Karena di alam Trinitas itu hanya Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus. Tolong dijelaskan [Dari Katolisitas: Silakan membaca beberapa artikel berikut ini- klik di judul berikut:Mungkinkah Maria yang adalah Manusia disebut Bunda AllahMaria, Bunda Allah Dalm penjelmaan-Nya menjadi manusia, Kristus yang mempunyai dua kodrat, yaitu kodrat ke-Allahan dan kodrat kemanusiaan. Dari kodrat ke-Allahan-Nya, Tuhan Yesus lahir dari Allah Bapa (sebagaimana disebutkan dalam syahadat iman) sedangkan dari kodrat manusia-Nya, Ia lahir dari Bunda Maria. Dan karena yang dilahirkan Bunda Maria itu adalah Yesus yang adalah Allah, maka Maria… Read more »

Emma
Emma
Reply to  filipus
11 years ago

Salam filipus. Berikut saya kutip ajaran Beato Yohanes Paulus II tentang Maria disebut sebagai Bunda Allah: Keibuan ilahi Bunda Maria mengacu hanya pada kelahiran Putra Allah sebagai manusia, tetapi bukan pada kelahiran ilahi-Nya. Putra Allah dilahirkan dalam kekekalan oleh Allah Bapa, dan sehakikat dengan-Nya. Bunda Maria, tentu saja tidak ambil bagian dalam kelahiran dalam kekekalan ini. Tetapi, Putra Allah mengambil kodrat manusiawi kita 2000 tahun yang lalu dan dikandung serta dilahirkan oleh Perawan Maria. Dengan memaklumkan Bunda Maria sebagai “Bunda Allah”, Gereja bermaksud untuk menegaskan bahwa ia adalah “Bunda dari Inkarnasi Sabda, yang adalah Allah.” Sebab itu, keibuannya tidak diperluas… Read more »

Cahyani
Cahyani
Reply to  Emma
11 years ago

wahh.. keren.. :)

andryhart
andryhart
15 years ago

Shallom, Yesus memang mengajarkan bahwa apa yang keluar dari mulut kita (kata-kata) jauh lebih berbahaya daripada yang masuk ke dalamnya (makanan) karena Yesus ingin mengatakan bahwa kesehatan jiwa/roh jauh lebih penting daripada kesehatan jasmani (Mat 15: 11, 18). Namun, Santo Paulus juga mengatakan bahwa sekalipun suatu makanan tidak haram baginya, tetapi jika makanan itu menjadi batu sandungan, dia tidak akan memakannya (dalam I Korintus 8 8:13, Santo Paulus mengatakan “Karena itu apabila makanan menjadi batu sandungan bagi saudaraku, aku untuk selama-lamanya tidak akan mau makan daging lagi, supaya aku jangan menjadi batu sandungan bagi saudaraku.”) Bukankah batu sandungan ini merupakan… Read more »

andryhart
andryhart
15 years ago

Saya ingin membuka diskusi dengan topik yang baru yaitu dosa asal yang saya pikir bukan hanya menjadi pangkal kematian roh kita tetapi juga badan kita. Kita lihat dalam Kitab Kejadian bahwa manusia tergoda oleh buah pengetahuan yang ditawarkan ular (setan). Bukankah cerita dalam kitab suci ini juga ingin mengajarkan bahwa manusia sebenarnya tertarik pada buah dan bukan hewan sebagai makanannya? Seorang teman mengatakan jika saja Adam dan Hawa itu bukan seorang vegetarian, maka yang dimakan tentu ularnya dan bukan buahnya. Karena manusia melawan kodratnya dengan memakan hewan dan melupakan tumbuhan sebagai sumber pangan utamanya, maka lingkungan hidup manusia telah terancam… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  andryhart
15 years ago

Shalom Andry, Terima kasih atas pertanyaan yang cukup unik, yaitu apakah manusia (lewat Adam dan Hawa) sesungguhnya diperintahkan oleh Tuhan untuk menjadi vegetarian, dan karena manusia umumnya tidak demikian, maka terjadilah problem lingkungan hidup seperti yang ada sekarang ini (effek rumah kaca yang menjadikan suhu bumi naik dan banjir di mana-mana). Maka dosa asal (karena memakan buah pohon pengetahuan tersebut) menyebabkan manusia tak saja binasa secara rohani, tetapi juga jasmani, demikian yang dituliskan oleh Andry. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kita lihat dari 2 sisi. Yang pertama dari alkitab, dan yang kedua dari fakta. A. Dari Alkitab Dari referensi buku-buku… Read more »

Chandra
Chandra
Reply to  Ingrid Listiati
15 years ago

Shalom Ibu Ingrid, Perihal dosa asal yg menyebabkan manusia kehilangan Rahmat kekudusan dan 4-preternatural gift (apa ya terjemahan bahasa Indonesianya), dengan Sakramen Baptis (penebusan Kristus) maka Rahmat kekudusan dipulihkan tetapi 4-preternatural gift tidak sehingga manusia masih berjuang di dunia ini dan mengalami penderitaan akibat dosa. Pertanyaannya adalah 1. mengapa penebusan Kristus (Sakramen Baptis) hanya memulihkan Rahmat kekudusan? Mengapa Tuhan Yesus tidak sekaligus memulihkan semuanya? Apakah itu bagian dari “skenario” penebusan umat manusia oleh Allah dan “skenario” itu belum selesai? 2. Dosa asal adalah karena Adam dan Hawa tidak taat kepada perintah Allah, apakah Adam dan Hawa merasa orang yang paling… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  Chandra
15 years ago

Shalom Chandra, 1. Ya, Pembaptisan ‘hanya’ memulihkan Rahmat pengudusan namun tidak mempertahankan ke-4 preternatural gifts yang dimiliki Adam dan Hawa sebelum mereka jatuh dalam dosa. Mohon maaf, terus terang saya tidak tahu terjemahan kata ‘perternatural gifts’ ini dalam bahasa Indonesia. Istilah ini dipakai oleh St. Thomas Aquinas dalam bukunya Summa Theologiae, dan saya tidak tahu apakah sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Menurut Fr. John Hardon’s Modern Catholic Dictionary, © Eternal Life, preternatural gifts ini artinya adalah: "rahmat yang diberikan oleh Tuhan di atas dan melampaui segala kuasa/ kekuatan alam yang menerimanya, namun tidak melampaui kemampuan sang ciptaan untuk menerimanya." Dan… Read more »

Brigitta taurine
Brigitta taurine
15 years ago

Salam damai untuk semua pembaca artikel khususnya yang beragama katholik dan semua oang yang beriman dalam kristus yesus,
Dalam hidup ini kita sering berhadapan dengan sesuatu yang sangat sulit kita hindari,apa yang terjadi dalam hidup selalu tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan terjadi,,,,,
namun bila kita sadari bahwa itulah kasih tuhan kepada kita agar kita selalu dekat padanaya dan tak akan pernah meninggalkannya walau dalam keadaan apapun,,,
Tuhan yesus selalu ada untuk kita kapanpun kita membutuhkan Dia,,,,
God Bless U always,,,,,

Gamaliel
Gamaliel
15 years ago

Sungguh usaha yang luar biasa dari Saudara Stef & Saudari Ingrid, untuk mengajak belajar bersama tentang iman kita! Semoga karya ini terus diberkati Tuhan dan menjadi sarana berkatNya pula, Amin! Perbolehkan saya ikut berkomentar sedikit. Saudara Stefanus Tay menulis: “Itulah yang terjadi dengan Inkarnasi, karena Inkarnasi membuktikan bahwa Tuhan tidak hanya memberikan perintah-perintah, namun Dia sendiri menjadi contoh untuk semua perintah dan kebajikan Ilahi, seperti: kasih yang sempurna, ketahanan untuk tabah dalam penderitaan, keadilan yang sempurna, kebijaksanaan yang sempurna, kesederhanaan, kelemahlembutan dan kerendahan hati. Dengan menunjukkannya kepada manusia, maka manusia dapat mengikuti teladan-Nya. Dan dengan mengikuti teladan-Nya, maka manusia juga… Read more »

Chandra
Chandra
15 years ago

P. Stefanus & I. Ingrid yang terkasih, Saya terkesan sekali dengan website ini dan jawaban / penjelasan Bpk/Ibu atas pertanyaan-pertanyaan selalu memberikan kesejukan dan kebenaran. Semoga website ini dapat menjadi berkat dan sarana pencerahan bagi kita semua. Saya ada beberapa pertanyaan: mohon penjelasan apakah artinya penebusan dosa manusia dengan kedatangan Tuhan ke dunia ini. Apakah dengan penebusan itu berarti manusia setelah kedatangan Yesus 2000 tahun yang lalu sudah tidak mempunyai dosa asal lagi? Apa perbedaan manusia sebelum kedatangan Yesus dengan setelah kedatangan Yesus? Karena manusia sekarang tetap cenderung berbuat dosa, dan penderitaan & kejahatan masih tetap ada di dunia ini… Read more »

Chandra
Chandra
Reply to  Stefanus Tay
15 years ago

Terima kasih P. Stef atas jawabannya, saya mencoba memahaminya perlahan-lahan. Mungkin karena jawaban tersebut “tidak dapat dijawab secara detail, karena cukup banyak sisi yang harus dipertimbangkan.”, begitu kata bapak, jadi saya merasa agak kurang lengkap penjelasannya (atau karena saya memang masih ‘hijau’ dan banyak belajar ya?). Jika memang pertimbangannya adalah ‘bukan untuk publik’ apakah saya bisa diberi jawaban yang lebih lengkap via pm ke e-mail saya langsung? Terima kasih. BTW, kenapa ya website ini akhir-akhir ini susah sekali diakses, apakah terlalu berat karena terlalu banyak gambar/file yang besar (atau problem ada di komputer saya? tapi koq saya akses website lain… Read more »

yohanes
yohanes
Reply to  Stefanus Tay
15 years ago

syalom ,

sebelumnya saya minta maaf , apabila saya salah untuk menanyakan ini .
ada seoeang teman saya , menanyakan kepada saya mengenai gambar foto Yesus kristus , mereka bertanya : dari mana kamu tahu itu bentuk wajah Tuhan yang kalian sembah ?
lalu saya menjawab bukan itu yang kami sembah , itu hanya suatu gambaran bagi saya , bahwasannya Ia (yesus)sebagai juruslamatku yang menjelma menjadi manusia , tolong yohanes diminta bantuannya sebagai alasan yang tepat dan apakah saya salah menjawab seperti itu .

Kusdiyanto
Kusdiyanto
15 years ago

Masing-masing agama punya keyakinan atau iman.Inkarnasi adalah misteri iman Kristen (katolik itu juga Kristen). Sia-sialah bertengkar atas perbedaan ini.Ingat betapapun kita merasa pandai hendaknyalah kita sadar akan batas kemampuan kita.Aku percaya akan Allah Bapa,Putera,dan Roh Kudus.Aku percaya juga bahwa Yesus Kristus adalah Allah Putera yang menjelma menjadi manusia.

Julius Santoso
Julius Santoso
15 years ago

Banyak orang Kristen menaksirkan Kitab Suci atas dasar pemikirannya sendiri, sehingga tafsiran tersebut dikutip oleh agama lain untuk menyerang agama Kresten khususnya agama Katolik. Contoh : Tanya: Kapan SK yang memutuskan Yesus 100% Tuhan sekaligus 100% manusia ditetapkan? Jawab: Hal itu diputuskan pada konsili di Efesus Juni 431 (400 tahun setelah Yesus tiada) yang disponsori oleh Kaisar Romawi, Theodosius II. “We confess therefore our Lord Jesus Christ, the only begotten Son of God to be perfect (100%) God and perfect (100%) man”. (Oleh Karena itu kita mengakui bahwa Tuan Yesus Kristus, Anak Tunggal Tuhan, sebagai Tuhan yang sempurna (100%) sekaligus… Read more »

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
40
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x