Indulgensi, harta kekayaan Gereja

Membersihkan lantai yang kotor

Pada waktu saya masih SD, saya sering bermain-main bersama-sama dengan teman-teman satu kampung. Karena saya tinggal di sebuah dusun yang kecil, maka permainan dengan teman-teman juga permainan dusun, yang notabene adalah permainan yang melibatkan permainan fisik, yang seringkali diakhiri dengan kaki, tangan, dan badan yang penuh lumpur. Suatu hari, dengan kaki yang penuh lumpur saya pulang ke rumah. Tanpa saya tahu, sebenarnya mama saya baru saja mengepel lantai rumah. Ketika saya berjalan untuk menuju kamar mandi, saya tidak menyadari bahwa saya meninggalkan jejak lumpur di lantai. Ketika ketika mama memarahi saya, maka dengan perasaan menyesal, saya meminta maaf akan kekotoran yang diakibatkan oleh kecerobohan saya. Mama memaafkan saya, namun lumpur tetap meninggalkan noda di lantai yang baru saja dipel oleh mama. Akhirnya, mama menyuruh saya untuk mempertanggungjawabkan kesalahan saya dengan mengepel lantai yang kotor. Dari contoh sederhana ini, kita melihat bahwa akibat dari kesalahan yang saya perbuat, maka ada dua hal yang saya terima, yaitu: hukuman (siksa dosa) dan dosa (guilt) ((Reverend Peter M.J. Stravinskas, Ph.D., S.T.L. Our Sunday Visitor’s Catholic Dictionary. Copyright © 1994, Our Sunday Visitor: Guilt (GIHLT): (From Anglo-Saxon gylt: sin or offense) The condition of an individual who has committed some moral wrong and is liable to receiving punishment as a consequence of wrongdoing.)) Dosa (kesalahan) saya telah dimaafkan oleh mama saya, namun saya tetap harus menanggung hukuman – dengan mengepel lantai yang kotor – akibat kesalahan yang saya lakukan.

Dosa mempunyai konsekuensi ganda

Gereja Katolik mengenal adanya dua tipe dosa, yaitu 1) dosa ringan dan 2) dosa berat. Karena kodrat dari dua tipe dosa tersebut berbeda, maka hukuman dari dua tipe dosa tersebut juga berbeda. Memang setiap dosa menyedihkan hati Tuhan, namun tidak semua dosa membawa konsekuensi hukuman maut (Lih 1 Yoh 5:16-17). ((Pembahasan lengkap tentang topik ini silakan membaca artikel “Masih perlukah sakramen pengakuan dosa bagian 1” – silakan klik)). Kita bisa melihat contoh dalam kehidupan sehari-hari, di mana dalam beberapa hal, kita dapat membedakan tingkatan dosa dengan cukup mudah. Berikut ini adalah beberapa perbedaaan antara dosa berat dan dosa ringan:

1) Secara nalar dosa berat dan dosa ringan berbeda, misalkan: mencubit lengan seseorang lebih ringan dosanya dibanding dengan memukul kepala seseorang dengan kayu. Tentu, kita mengetahui bahwa membunuh seseorang adalah dosa yang lebih berat daripada ketiduran saat berdoa yang disebabkan oleh tidak-disiplinan dalam meluangkan waktu untuk berdoa.

2)  Dari efek yang mempengaruhi tujuan akhir: dosa berat membuat seseorang berbelok dari tujuan akhir, sedang dosa ringan hanya membuat seseorang tidak terfokus pada tujuan akhir namun tidak sampai berbelok dari tujuan akhir. Atau dengan kata lain, dosa berat menghancurkan tatanan dan menghancurkan kasih, sedang dosa ringan memperlemah kasih.

3) Keseriusan (gravity) dari dosa yang membawa konsekuensi yang berbeda, dimana orang berdosa berat tanpa bertobat dapat masuk neraka, sedang dosa ringan membawa hukuman sementara, baik di dunia atau di Api Penyucian.

4) Cara pertobatan yang berbeda. Karena dosa berat menghancurkan tatanan untuk sampai ke tujuan akhir, maka hanya kekuatan Tuhan saja yang dapat membawa kembali orang ini ke tatanan yang baik, contohnya: bagi yang belum dibaptis melalui Sakramen Baptis, dan bagi yang telah dibaptis dapat melalui Sakramen Tobat. Sedang dosa ringan, karena tidak berbelok dari tujuan akhir, maka dapat diperbaiki dengan lebih mudah.

5) Obyek (object) dan kategori (genus) antara dosa berat dan dosa ringan berbeda. Dosa berat dimanifestasikan sebagi perlawanan terhadap Tuhan, seperti: hujatan, sumpah palsu, penyembahan berhala, kemurtadan, dan juga melawan hukum kasih terhadap sesama, seperti: membunuh, berzinah, dll. Sedang dosa ringan tidak secara langsung melawan kasih terhadap Tuhan dan sesama, yang mungkin dapat diwujudkan dalam: perkataan yang sia-sia, dll.

Kita melihat bahwa dosa ringan dan dosa berat mempunyai obyek, kategori dan cara penanganan yang berbeda. Oleh karena itu, efek atau akibat yang ditimbulkan juga berbeda. Dosa berat berakibat pada siksa dosa abadi di neraka, sedangkan dosa ringan membawa siksa dosa sementara di purgatorium (api penyucian). ((Lihat KGK, 1031, 1472, 1861)) Katekismus Gereja Katolik (KGK, 1472) mengatakan:

Supaya mengerti ajaran [yaitu: purgatorium] dan praktik Gereja ini, kita harus mengetahui bahwa dosa mempunyai akibat ganda. Dosa berat merampas dari kita persekutuan dengan Allah dan karena itu membuat kita tidak layak untuk kehidupan abadi. Perampasan ini dinamakan “siksa dosa abadi“. Di lain pihak, setiap dosa, malahan dosa ringan, mengakibatkan satu hubungan berbahaya dengan makhluk, hal mana membutuhkan penyucian atau di dunia ini, atau sesudah kematian di dalam apa yang dinamakan purgatorium (api penyucian). Penyuciaan ini membebaskan dari apa yang orang namakan “siksa dosa sementara“. Kedua bentuk siksa ini tidak boleh dipandang sebagai semacam dendam yang Allah kenakan dari luar, tetapi sebagai sesuatu yang muncul dari kodrat dosa itu sendiri. Satu pertobatan yang lahir dari cinta yang bernyala-nyala, dapat mengakibatkan penyucian pendosa secara menyeluruh, sehingga tidak ada siksa dosa lagi yang harus dipikul“. Banyak ayat-ayat di Alkitab yang mendukung adanya siksa dosa abadi (eternal punishment). Dalam kitab Daniel dikatakan “Dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal“(Dan 12:2). Kita juga mengingat akan pengadilan terakhir, di mana yang tidak menerapkan hukum kasih akan dicampakkan ke dalam api yang kekal (Mt 25:41).

Gereja Katolik percaya akan dimensi sosial dari rencana keselamatan Allah.

Ada sejumlah orang percaya bahwa keselamatan adalah urusan setiap orang secara pribadi dengan Tuhan. Namun, sesungguhnya, karya keselamatan Kristus ditujukan bagi semua orang, sehingga ada dimensi sosial dari rencana keselamatan Allah bagi manusia.  Rasul Paulus menegaskan tentang hal ini dalam beberapa suratnya. Rasul Paulus mengatakan, “Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri.“(Rm 15:1). Paulus menegaskan bahwa kita semua adalah kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah (Ef 2:19). Bukankah di dalam keluarga kita jika ada anggota  yang menderita, maka seluruh keluarga akan bekerjasama untuk meringankan penderitaan anggota keluarga. Sebaliknya, kalau salah satu anggota keluarga ada yang sukses, maka seluruh anggota bergembira dan mengecap kebahagiaan tersebut.

Persatuan kita di dalam keluarga Kristus yang diikat oleh kasih Kristus bersifat adi-kodrati (supernatural), dan persatuan ini tidak dapat dilenyapkan dengan apapun karena diikat oleh kasih Allah, yang dibayar dengan darah-Nya yang tertumpah di kayu salib. Rasul Paulus menegaskan “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang,  atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Rm 8:38-39). Persatuan keluarga yang diikat dalam kasih Kristus adalah Gereja. Gereja Katolik mengajarkan bahwa Gereja adalah Tubuh mistik Kristus (Ef 5:23). Sama seperti perkawinan kudus, yang mempunyai satu mempelai pria dan satu mempelai wanita, maka Kristus adalah Kepala dari satu Tubuh mistik Kristus. Satu Tubuh mistik Kristus ini terdiri dari tiga keadaan, yaitu: 1) Gereja yang sedang mengembara di dunia ini, 2) Gereja yang sedang menderita di Api Penyucian (Purgatorium), dan 3) Gereja yang jaya, di Sorga. Katekismus Gereja Katolik (KGK, 954) mengatakan “Tiga status Gereja.

Hingga saatnya Tuhan datang dalam keagungan-Nya beserta semua malaikat, dan saatnya segala sesuatu takluk kepada-Nya sesudah maut dihancurkan, ada di antara para murid-Nya, yang masih mengembara di dunia, dan ada yang telah meninggal dan mengalami penyucian, ada pula yang menikmati kemuliaan sambil memandang ‘dengan jelas Allah Tritunggal sendiri sebagaimana ada-Nya'”. “Tetapi kita semua, kendati pada taraf dan dengan cara yang berbeda, saling berhubungan dalam cinta kasih yang sama terhadap Allah dan sesama, dan melambungkan madah pujian yang sama ke hadirat Allah kita. Sebab semua orang, yang menjadi milik Kristus dan didiami oleh Roh-Nya, berpadu menjadi satu Gereja dan saling erat berhubungan dalam Dia” (LG 49).

Oleh karena tiga status Gereja (mengembara, dimurnikan, dimuliakan) diikat oleh kasih Kristus, sedangkan pengertian kasih adalah menginginkan yang baik terjadi pada orang yang dikasihi, maka semua status Gereja tersebut saling bekerja sama atas dasar kasih untuk bersatu dalam kesatuan abadi di Sorga, dan menjadi persembahan yang murni dan tak bercela. (lih. Ef 5:27). Kalau kita mengatakan bahwa kita yang berada di dunia ini tidak dapat berhubungan dengan orang-orang yang telah memasuki Sorga atau sebaliknya, maka sama saja dengan kita mengatakan bahwa tempat dan status memisahkan kita dari kasih Kristus, yang berarti bertentangan dengan apa yang dikatakan oleh oleh rasul Paulus. Sebaliknya rasul Paulus mengatakan “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang,  atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Rm 8:38-39)

Dari ayat ini, akan sangat sulit untuk membayangkan bahwa para kudus di Sorga berpangku tangan melihat begitu banyak penderitaan di dunia ini maupun di Api Penyucian, atau sebaliknya,Gereja yang sedang mengembara di dunia ini hanya berpangku tangan melihat penderitaan anggota keluarga Gereja yang dimurnikan di Api Penyucian. Oleh karena itu, masing-masing status Gereja tidak hanya berpangku tangan, karena bertentangan dengan kasih. Yesus mengatakan, “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.” (Yoh 5:17) Dan di dalam Kitab Wahyu dikatakan “Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus.” (Why 5:8). Dari sini kita melihat bahwa Yesus tidak akan duduk diam di dalam Sorga. Para kudus juga tidak akan tinggal diam dan menikmati kebahagiaan Sorga tanpa secara aktif turut mengambil bagian dalam karya keselamatan Allah. Oleh karena itu, masing-masing status Gereja saling membantu, di mana Gereja yang telah jaya di Sorga membantu Gereja yang menderita di Api Penyucian dan Gereja yang sedang mengembara di dunia. Sedangkan Gereja yang sedang mengembara di dunia dapat juga membantu Gereja yang sedang dimurnikan di Api Penyucian. Dan inilah yang disebut harta milik Gereja. Katekismus Gereja Katolik mengatakan:

KGK, 955 “Persatuan mereka yang sedang dalam perjalanan dengan para saudara yang sudah beristirahat dalam damai Kristus, sama sekali tidak terputus. Bahkan menurut iman Gereja yang abadi diteguhkan karena saling berbagi harta rohani” (LG 49).

KGK, 974 “Karena semua kaum beriman membentuk satu Tubuh saja, maka harta milik dari yang satu disampaikan kepada yang lain… Dengan demikian orang harus percaya… bahwa di dalam Gereja ada pemilikan bersama… Yang paling utama dari semua anggota Gereja adalah Kristus, karena Ia adalah Kepala… Jadi milik Kristus dibagi-bagikan kepada semua anggota, dan pembagian ini terjadi oleh Sakramen-Sakramen Gereja” (Tomas Aqu., symb. 10). “Kesatuan Roh, yang olehnya [Gereja] dibimbing, mengakibatkan bahwa apa yang telah ia terima, menjadi milik bersama semua orang” (Catech. R. 1, 10,24).”

Gereja Katolik diberikan kekuasaan oleh Kristus untuk mengampuni dosa

Bagaimana masing-masing status Gereja (mengembara, dimurnikan, dimuliakan) dapat saling membantu? Gereja yang telah dimuliakan, yang terdiri dari orang-orang kudus, dapat membantu dengan doa-doa mereka, karena doa orang yang benar besar kuasanya (Yak 5:16). Sedangkan Gereja yang sedang mengembara di dunia ini dapat membantu sesama anggota Gereja yang masih mengembara di dunia dan anggota yang sedang dimurnikan, sehingga dapat bersatu dengan Gereja yang telah dimuliakan. Untuk tugas inilah, Kristus sendiri telah memberikan kuasa kepada Gereja. Pertama Kristus memberikan kuasa-Nya kepada Petrus dan para penerusnya, dengan mengatakan, “Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.“(Mt 16:19). Dan kepada para murid-Nya yang diteruskan oleh para imam, Kristus mengatakan, “Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: “Terimalah Roh Kudus.  Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.“(Yoh 20:22-23) Semua kuasa-kuasa ini diberikan oleh Kristus kepada Gereja-Nya, sebagai Tubuh mistik Kristus, sehingga Gereja dapat mengantar seluruh anggotanya kepada persatuan abadi dengan Kristus. Oleh karena itu, Gereja juga diberikan kuasa untuk mengatur seluruh kuasa yang diberikan oleh Kristus. Kekuasaan yuridiksi ini diberikan oleh Kristus kepada Gereja untuk mengatur harta kekayaan rohani.

Indulgensi adalah manifestasi dari harta kekayaan rohani Gereja.

Pengaturan harta kekayaan rohani ini adalah bersumber pada Kristus dan para kudus. Seperti yang kita ketahui, bahwa kurban Kristus di kayu salib, bukan hanya cukup untuk menebus dosa manusia, namun merupakan penebusan yang berlimpah. ((lih. St. Thomas Aquinas, Summa Theology, III, q.46, a.2-3)) Rahmat berlimpah dari Kristus tidaklah kurang untuk memberikan rahmat kepada seluruh umat manusia, namun Rasul Paulus menekankan seluruh umat beriman untuk turut berpartisipasi dalam sengsara Kristus, dengan mengatakan, “Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat” (Kol 1:24). Para Santa-santo menjawab panggilan ini dengan sempurna mengikuti apa yang dilakukan oleh Kristus. Oleh karena itu, harta kekayaan rohani yang bersumber pada Kristus dan kekudusan dari para Santo-santa, mengalir secara melimpah kepada seluruh anggota Gereja. Dan distribusi kekayaan harta rohani ini dilakukan oleh Gereja, yaitu dengan indulgensi. Dengan indulgensi, Gereja memohon kepada Tuhan agar mengangkat siksa dosa sementara (seluruhnya atau sebagian) bagi orang-orang yang berada di dunia ini maupun yang berada di Api Penyucian, berdasarkan akan harta kekayaan Gereja dan kuasa yang diberikan oleh Kristus kepada Gereja-Nya.

Definisi indulgensi

Dari pemikiran di atas, mari sekarang kita masuk dalam definisi indulgensi. Secara jelas, Gereja mendefinisikan indulgensi sebagai berikut:

KGK, 1471: “Indulgensi adalah (1) penghapusan siksa-siksa temporal di depan Allah untuk (2) dosa-dosa yang sudah diampuni. (3) Warga beriman Kristen (4) yang benar-benar siap menerimanya, di bawah persyaratan yang ditetapkan dengan jelas, memperolehnya dengan (5) bantuan Gereja, yang sebagai pelayan penebusan membagi-bagikan dan memperuntukkan kekayaan pemulihan Kristus dan para kudus secara otoritatif”. “Ada indulgensi (6) sebagian atau seluruhnya, bergantung dari apakah ia membebaskan dari siksa dosa temporal itu untuk sebagian atau seluruhnya.” Indulgensi dapat diperuntukkan (7) bagi orang hidup dan orang mati (Paulus VI, Konst. Ap. “Indulgentiarum doctrina” normae 1-3).

KHK, 992: “Indulgensi adalah penghapusan di hadapan Allah hukuman-hukuman sementara untuk dosa-dosa yang kesalahannya sudah dilebur, yang diperoleh oleh orang beriman kristiani yang berdisposisi baik serta memenuhi persyaratan tertentu yang digariskan dan dirumuskan, diperoleh dengan pertolongan Gereja yang sebagai pelayan keselamatan, secara otoritatif membebaskan dan menerapkan harta pemulihan Kristus dan para Kudus.”

Dari definisi di atas, maka kita dapat menyimpulkan beberapa hal berikut ini:

1) Penghapusan siksa dosa temporal: berarti bahwa indulgensi tidak dapat merubah keputusan Tuhan bagi orang-orang yang berada di siksa dosa abadi atau neraka. Oleh karena itu, indulgensi hanya dapat diterapkan bagi orang-orang yang masih hidup di dunia ini dan juga yang masih berada di Api penyucian. Dengan indulgensi, orang-orang yang masih hidup di dunia ini dapat menghindari siksa dosa sementara (di Api Penyucian)

2) Dosa-dosa yang sudah diampuni: berarti indulgensi mensyaratkan dosa-dosa yang sudah diampuni dan bukan dosa yang akan datang. Ini berarti pada waktu kita mendapatkan indulgensi dan kemudian berdosa lagi, maka kita juga perlu untuk mendapatkan indulgensi lagi untuk menghapuskan siksa dosa temporal.

3) Warga beriman Kristen: dalam hal ini adalah umat yang telah dibaptis. Kita tahu bahwa Sakramen Baptis adalah gerbang untuk semua sakramen dan berkat-berkat yang lain. Persyaratan yang lain adalah tidak terkena ekskomunikasi, dan dalam kondisi rahmat pada waktu melaksanakan indulgensi yang ditetapkan. ((Kanon 996: Kan. 996 – § 1. Agar seseorang mampu memperoleh indulgensi haruslah ia sudah dibaptis, tidak terkena ekskomunikasi, dalam keadaan rahmat sekurang-kurangnya pada akhir perbuatan-perbuatan yang diperintahkan. § 2. Namun agar orang yang mampu itu memperolehnya, haruslah ia sekurang-kurangnya mempunyai intensi untuk memperolehnya dan melaksanakan perbuatan-perbuatan yang diwajibkan, pada waktu yang ditentukan dan dengan cara yang semestinya, menurut petunjuk pemberian itu.))

4) Yang benar-benar siap menerimanya, di bawah persyaratan yang jelas: Ini berarti Gereja tidak mengharuskan seseorang untuk menerima indulgensi. Namun Gereja memberikan kesempatan yang begitu banyak, sehingga umat beriman dapat menarik manfaatnya dari berkat ini. Dan Gereja juga memberikan persyaratan yang jelas tentang bagaimana untuk memperoleh indulgensi.

5) Dengan bantuan Gereja: Telah dibahas di atas bahwa Yesus sendiri yang memberikan kuasa kepada Gereja untuk memberikan indulgensi kepada umat Allah melalui Gereja. Indulgensi ini hanya dapat diberikan oleh Paus dan orang-orang yang mempunyai kuasa oleh hukum yang diberikan oleh Paus. ((Lihat Kan 995))

6) Sebagian atau seluruhnya: Lama dari siksa dosa sementara di Purgatorium tidak dapat ditentukan jangka waktunya. Gereja Katolik hanya memberikan indulgensi kepada umat sebagian atau seluruhnya, di mana sebagian berarti mengurangi waktu yang harus dijalankan di Purgatorium, sedangkan seluruhnya berarti dibebaskan dari Purgatorium.

(7) bagi orang hidup dan orang mati, artinya indulgensi dapat diberikan kepada orang yang mendoakan (yang masih hidup di dunia) dan orang mati (yang didoakan, yang sudah meninggal dunia, dan sedang mengalami proses pemurnian di Purgatorium/Api Penyucian).

Karena begitu pentingnya indulgensi dalam mencapai tujuan akhir, maka Gereja mengharuskan seluruh umat beriman untuk percaya akan dogma indulgensi. Konsili Trente mengatakan, “Terkutuklah kepada siapa yang mengatakan bahwa indulgensi adalah tidak berguna atau mengatakan bahwa Gereja tidak mempunyai kuasa untuk memberikannya.” ((Konsili Trente, sesi 25, Dekrit tentang Indulgensi/ Decree on Indulgences))

Perkembangan dari indulgensi

Perkembangan dari indulgensi dapat ditelusuri sejalan dengan perkembangan dari Sakramen Pengakuan Dosa. Pada awal perkembangannya, umat beriman harus mengaku dosa di depan umum dan kemudian uskup setempat memberikan suatu hukuman yang berat. Sebagai contoh orang yang melakukan dosa kemurtadan dapat dihukum selama tujuh tahun. Dan selama periode itu, orang tersebut harus melakukan penitensi, yang berat, seperti: berpantang dan berpuasa, berlutut dan berdoa di depan gereja, tidak diperkenankan untuk menerima Tubuh Kristus di dalam perayaan Ekaristi, dll. Namun, orang beriman yang lain dapat turut berpartisipasi untuk turut melakukan penitensi bagi orang tersebut, sehingga hukuman tersebut dapat diperingan. Hal ini juga diperkuat dengan para rahib yang dengan sukarela membantu orang-orang yang sedang sakit namun harus menjalankan penitensi. Semua ini membuktikan akan adanya ikatan dalam satu keluarga Tuhan.

Di abad 11, Paus Urban II pada tahun 1095, memberikan indulgensi bagi orang-orang yang memperjuangkan tanah suci. Dan di abad ke 15, Paus Callistus III (1457) dan Paus Sixtus IV (1476) memberikan indulgensi kepada orang yang telah meninggal, yang masih berada di Api Penyucian. ((Ludwig Ott, Fundamentals of Catholic Dogma (Rockford, Illinois: Tan Books & Publishers, 1974), hal. 444)) Para teolog skolastik mendukung adanya kemungkinan untuk menerapkan indulgensi pada orang yang telah meninggal. ((St. Thomas Aquinas, Suppl, 71, 10)) Kita telah melihat di atas, bahwa persatuan umat Allah tidak dapat dipisahkan oleh maut sekalipun. Oleh karena itu, adalah hal yang logis, kalau indulgensi bukan hanya diperuntukkan untuk orang yang masih hidup, namun juga orang yang telah meninggal, yang tetap menjadi bagian dari Gereja yang menderita, di Api Penyucian.

Bagaimana untuk mendapatkan indulgensi?

Mari, sekarang kita melihat, bagaimana seseorang dapat menerima indulgensi. Indulgensi dapat diberikan kepada seorang Katolik yang berada dalam kondisi rahmat (in a state of grace). Karena indulgensi adalah pengampunan yang diberikan oleh Kristus melalui Gereja-Nya, maka orang yang menerimanya harus berada di dalam Gereja-Nya. Kondisi rahmat diperlukan karena tanpa rahmat Tuhan, maka semua perbuatan yang dilakukan tidak mungkin berkenan di hadapan Allah. Dan sama seperti orang yang ingin mendapatkan pengampunan harus menyatakan niatnya itu di hadapan Tuhan, maka orang yang ingin mendapatkan indulgensi harus mempunyai intensi untuk mendapatkannya dan melakukan apa yang harus dilakukan sesuai dengan ketentuan yang digariskan di dalam indulgensi.

Bagaimana untuk mendapatkan indulgensi penuh?

Seperti yang telah dijelaskan di atas, indulgensi dapat berupa indulgensi penuh dan indulgensi sebagian. Untuk mendapatkan indulgensi penuh, secara umum seseorang harus melakukan 1) pengakuan dosa dalam sakramen Pengakuan dosa, 2) berpartisipasi dalam perayaan Ekaristi Kudus, 3) berdoa untuk intensi Paus, 4) melakukan apa yang ditentukan dalam ketentuan indulgensi dan melakukannya dengan hati yang menyesal, 5) bebas dari keterikatan akan dosa – bukan hanya dosa berat, namun juga dosa ringan. Kondisi terakhir inilah yang memang paling sulit untuk dilakukan. Jika hal ini tidak dipenuhi, maka seseorang akan mendapatkan indulgensi sebagian.

Bagaimana untuk mendapatkan indulgensi sebagian?

Beberapa hal di bawah ini adalah cara untuk mendapatkan indulgensi sebagian menurut the Handbook of Indulgences (New York: Catholic Book Publishing, 1991)

1) Doa (spiritual communion) yang dilakukan dengan sungguh-sungguh.

2) Doa meditasi (mental prayer) yang dilakukan dengan teratur dan sungguh-sungguh.

3) Doa rosario yang dilakukan di gereja atau kapel atau dilakukan dalam keluarga, komunitas religius, atau komunitas yang lain.

4) Membaca Alkitab dengan penuh devosi dan hormat karena Alkitab adalah Sabda Tuhan dan sebagai bacaan rohani. Kalau membaca Alkitab dilakukan secara teratur minimal setengah jam, maka seseorang akan mendapatkan indulgensi penuh, jika kondisi yang lain juga dipenuhi.

5) Membuat tanda salib dengan sungguh-sungguh.

Menjawab beberapa keberatan indulgensi

Berikut ini mungkin adalah beberapa keberatan yang sering diajukan mengenai dogma indulgensi.

Keberatan (1): Upah dosa adalah maut, oleh karena itu tidak ada Api penyucian, yang ada hanyalah surga dan neraka.

Karena umat Kristen non-Katolik percaya bahwa hanya ada dua alternatif setelah kematian, maka indulgensi tidaklah diperlukan dan tidak berguna. Bagi orang yang telah masuk surga tidak memerlukan doa dan pengampunan, sedangkan bagi orang yang masuk neraka maka doa tidak akan mengubah keadaan mereka. Untuk menjawab keberatan ini, tidak ada cara lain kecuali mencoba menerangkan dari konsep dosa, yang memang terbagi menjadi dua seperti yang diajarkan dalam Kitab Suci. Pembahasan lengkap tentang hal ini, silakan membaca artikel tentang “Masih perlukah Sakramen Pengakuan Dosa – Bagian 1” (silakan klik). Dan dari pengertian akan dosa yang tidak membawa maut, maka Gereja Katolik mengenal adanya dogma “Api Penyucian“. Untuk menerangkan tentang dogma Api Penyucian, silakan untuk membaca artikel “Bersyukurlah, ada Api Penyucian!” (silakan klik).

Keberatan (2): Kristus telah membayar seluruh dosa kita, sehingga kita tidak perlu untuk membayarnya.

Dengan indulgensi seolah-olah penebusan Kristus tidaklah cukup untuk membayar seluruh dosa umat manusia. Lebih lanjut, karena umat Kristen percaya akan “hanya iman saja yang menyelamatkan/ sola fide” (lih. Rm 3:28; Rm 4:3-5; Rm 5:1-9, Ef 2:8), maka akan sulit menerima konsep indulgensi. Untuk menjawab keberatan ini, maka harus dimengerti bahwa indulgensi bukanlah membebaskan seseorang dari siksa dosa abadi atau neraka, namun dari siksa dosa sementara di Purgatorium. Dan semua jiwa yang ada di Purgatorium pasti masuk surga, hanya jiwa-jiwa tersebut perlu membersihkan diri mereka. Dan kalaupun kita masuk ke dalam Surga, maka semuanya itu adalah merupakan berkat dari Tuhan.

Keberatan (3): Indulgensi membuat pengorbanan Kristus seolah-olah tidak cukup.

Untuk memahami keberatan ini, maka ada suatu konsep mendasar yang berbeda antara Gereja Katolik dan non-Katolik, yaitu konsep mediasi (pengantaraan) dan partisipasi. Gereja Katolik, sama seperti gereja yang lain percaya bahwa pengorbanan Kristus di kayu salib bukan hanya cukup namun sungguh berlimpah, karena dilakukan oleh Kristus dengan didasari kasih yang sempurna. Prinsip mediasi dan partisipasi merupakan suatu prinsip bahwa seluruh bagian dari Tubuh Mistik Kristus berpartisipasi di dalam karya keselamatan Allah. Pada waktu kita dibaptis, kita sebenarnya juga menerima mandat dari Kristus untuk menjadi nabi, imam dan raja. Mandat ini merupakan partisipasi di dalam Kristus, tanpa mengurangi peran Kristus sendiri. Inilah sebabnya rasul Paulus mengatakan “Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat [=ekklesia/Gereja]” (Kol 1:24).

Kita tahu bahwa tidak ada yang kurang dalam penderitaan Kristus, karena penebusan Kristus adalah sempurna. Namun Rasul Paulus mengatakan bahwa dia turut berpartisipasi dalam membangun tubuh Kristus, yaitu Gereja. Bukan karena penebusan Kristus kurang sempurna, namun Kristus sendiri yang menginginkan agar kita semua turut berpartisipasi dalam karya penyelamatan. Tubuh Mistik Kristus atau Gereja adalah Gereja yang satu – yang terdiri dari Gereja yang mengembara di dunia ini, Gereja yang menderita di Purgatorium, dan Gereja yang jaya di Surga –  semuanya terikat dalam kasih untuk membangun Gereja. (lih. Lumen Gentium, 49) Oleh karena itu, indulgensi yang melepaskan seseorang dari siksa dosa sementara di Purgatorium merupakan perbuatan kasih yang begitu nyata. Gereja yang sedang mengembara di dunia ini dan Gereja yang jaya dapat turut mendoakan Gereja yang sedang menderita di Purgatorium, sehingga karena belas kasih Allah, maka mereka dapat diangkat ke Surga.

Bukankah kalau ada salah satu anggota dari keluarga kita ada yang kesulitan, maka seluruh anggota keluarga juga turut membantu?

Keberatan (4): Indulgensi seolah-olah hanya memperhatikan sesuatu yang sifatnya lahiriah.

Mungkin ada sejumlah orang yang berkeberatan dengan indulgensi karena dianggap bertentangan dengan ajaran Kitab Suci, yaitu agar kita tidak mempercayai hal-hal yang bersifat lahiriah (Flp 3:1-11). Untuk menjawab keberatan ini, mungkin kita perlu melihat definisi dari indulgensi sendiri yang menekankan akan persyaratan untuk menerima indulgensi, yaitu “untuk dosa-dosa yang sudah diampuni“. Dan untuk menerima indulgensi-pun mesnysratkan sikap batin yang sesuai, yaitu pertobatan. Artinya, tindakan yang terlihat sebagai suatu persyaratan dalam indulgensi adalah merupakan suatu ekspresi dari apa yang ada di dalam hati. Bukankah kalau seseorang menyanyi dengan sukacita bagi Tuhan, adalah suatu ekspresi apa yang ada di dalam hati, yaitu hati yang ingin memuji Tuhan?

Atau kalau seseorang mempunyai dosa mencuri dan kemudian orang itu tertangkap oleh polisi, maka walaupun orang tersebut telah meminta ampun kepada Tuhan, dia tetap harus menjalankan hukuman, misalnya didenda atau dipenjara. Proses ini sama seperti indulgensi, di mana umat Katolik meminta ampun kepada Tuhan dalam Sakramen Tobat, dan kemudian indulgensi adalah untuk membayar siksa dosa sementara.

Keberatan (5): Gereja tidak mempunyai kuasa untuk mengampuni siksa dosa sementara.

Ada yang berpendapat bahwa Gereja tidak mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa maupun menghapus/ melepaskan siksa dosa sementara. Namun pendapat ini tidaklah tepat, karena Gereja sebenarnya diberi mandat oleh Kristus sendiri untuk mengampuni dosa (Yoh 20:23), mengikat dan melepaskan dosa (Mt 16:19). Kalau kita memperhatikan, sebenarnya hampir semua gereja beranggapan bahwa dengan dibaptis, maka seseorang menerima pengampunan dosa. Dalam hal ini maka gereja-gereja tersebut sebenarnya meyakini konsep mediasi, di mana Gereja menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk mengampuni dosa orang yang dibaptis. Kalau kita setuju bahwa Tuhan memberikan kuasa yang lebih besar untuk mengampuni dosa lewat Gereja dan Gereja Katolik diberikan kuasa untuk mengikat dan melepaskan dosa, maka adalah sangat wajar jika ini juga termasuk kuasa yang lebih kecil, yaitu untuk mengampuni akibat dosa lewat indulgensi.

Indulgensi, harta Gereja yang membantu umat Allah untuk bersatu dengan Tuhan.

Dari semua pemaparan di atas, kita melihat bahwa kita sebenarnya harus bersyukur atas harta kekayaan rohani Gereja, yaitu rahmat yang mengalir dari misteri Paskah Kristus kepada anggota-anggota Tubuh-Nya. Dan kita juga mensyukuri rahmat para kudus, yang berpartisipasi dalam penderitaan Kristus, sehingga dapat menambah harta kekayaan rohani Gereja. Pada saat yang bersamaan, kita semua juga dipanggil untuk mengisi pundi-pundi kekayaan rohani Gereja dengan hidup kudus, seperti yang dikehendaki oleh Kristus sendiri. Dan rahmat yang berlimpah ini dipercayakan oleh Kristus kepada Gereja agar dibagikan kepada umat Allah, sehingga dapat membawa umat kepada persatuan abadi dengan Allah di Sorga.  Selanjutnya, Gereja menggunakan wewenang yang dipercayakan oleh Kristus, dengan indulgensi. Mari, kita bersama-sama mensyukuri dan menggunakan indulgensi ini dengan sebaik-baiknya.

5 1 vote
Article Rating
19/12/2018
66 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
ad1
ad1
12 years ago

[quote]Mama memaafkan saya, namun lumpur tetap meninggalkan noda di lantai yang baru saja dipel oleh mama. Akhirnya, mama menyuruh saya untuk mempertanggungjawabkan kesalahan saya dengan mengepel lantai yang kotor. Dari contoh sederhana ini, kita melihat bahwa akibat dari kesalahan yang saya perbuat, maka ada dua hal yang saya terima, yaitu: hukuman (siksa dosa) dan dosa (guilt)[1] Dosa (kesalahan) saya telah dimaafkan oleh mama saya, namun saya tetap harus menanggung hukuman – dengan mengepel lantai yang kotor – akibat kesalahan yang saya lakukan.[/quote] Saya mau bertanya sedikit kalau diperbolehkan. Apakah penyamun yang ada di sebelah Tuhan Yesus dalam Lukas 23:33-43 juga… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  ad1
12 years ago

Shalom ad1, Hal tentang penjahat yang bertobat, yang dihukum mati di sebelah kanan Yesus pernah dibahas di sini, silakan klik (terutama point 3 dan 4). Memang tidak disebutkan bahwa sang penjahat tersebut dimurnikan di Api Penyucian, namun dikatakan ia akan ada di Firdaus bersama dengan Tuhan Yesus, di mana Firdaus ini adalah tempat penantian di pangkuan Abraham, saat dia dikumpulkan bersama- sama dengan orang- orang benar yang telah meninggal sebelum Kristus. Pertanyaan selanjutnya mungkin adalah: Mengapa sang penjahat ini dibenarkan Allah? Jika melihat penjabaran dari St. Thomas Aquinas tentang Baptis Rindu (Baptism of desire, klik di sini) kita dapat melihat… Read more »

Januar
Januar
12 years ago

Shalom Redaksi Katolisitas Dalam sebuah buku Begining Apologetic 8 ( by Frank Chacon & Jim Burnham ), yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia ” Pembelaan Iman Katolik Jilid 1″. Disebutkan salah satu cara untuk mendapatkan Indulgensi sebagian adalah melakukan karya karitatif. yaitu Ada 7 Karya Karitatif Jasmani 1. Memberi makan pada orang ( Matius 25:35 ) 2. Memberi minum pada yang haus ( Matius 25:35 ) 3. Memberi pakaian pada yang telajang ( Matius 25:36 ) 4. Memberi tumpangan kepada tunawisma ( Matius 25:35 ) 5. Mengunjungi yang sakit ( Matius 25 :36 ) 6. Mengunjungi tawanan ( Matius 25 :36… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  Januar
12 years ago

Shalom Januar,

Dasar ajaran tentang karya karitatif adalah dari Kitab Suci, namun pengelompokkannya menjadi dua bagian -yaitu kartitatif jasmani dan rohani- diajarkan dengan jelas oleh St. Thomas Aquinas dalam bukunya Summa Theology, II-II, q. 32. a.2, silakan anda membaca selengkapnya di link ini, silakan klik. Ke-14 karya karitatif atau karya belas kasih yang dikenal juga sebagai “works of mercy” ini disebut juga dalam Katekismus Gereja Katolik no. 2447.

Sedikit tambahan, hal menguburkan orang mati, dasarnya adalah kitab Tobit (Tob 1:17; 12:12; 14:2).

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

 

Machmud
Machmud
Reply to  Ingrid Listiati
12 years ago

Syalom Ingrid

Menyimak tulisan anda berikut ini :

hal menguburkan orang mati, dasarnya adalah kitab Tobit (Tob 1:17; 12:12; 14:2).

Bagaimana dengan Ibrahim yang menguburkan Sara istrinya dalam
Kej 23 : 4 “Aku ini orang asing dan pendatang di antara kamu; berikanlah kiranya kuburan milik kepadaku di tanah kamu ini, supaya kiranya aku dapat mengantarkan dan MENGUBURKAN isteriku yang mati itu.”

Terima kasih
mac

Ingrid Listiati
Reply to  Machmud
12 years ago

Shalom Machmud,
Kej 23:4 memang dapat dikatakan sebagai salah satu ayat yang menyebutkan tentang teladan Bapa Abraham yang menguburkan istrinya, Sarah ketika ia wafat di tanah Kanaan. Namun di perikop itu tidak secara eksplisit dikatakan bahwa tindakan penguburan itu merupakan perbuatan kebajikan. Sedangkan dalam kitab Tobit, hal menguburkan jenazah tersebut jelas disebutkan sebagai salah satu perbuatan kebajikan yang berkenan di hadapan Allah, seperti juga mempersembahkan korban bagi Allah dan memberikan derma kepada orang miskin/ yatim piatu (lih. Tob 1, 12, 14).

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

michael
michael
12 years ago

selamat siang, Saya mau tanya, orangtua saya selalu tertarik mengikuti misa PASKAH or NATAl yg dipimpin oleh BAPA Suci Paus melalui TV. Sy tertarik Bapa Paus menggunakan seluruh bahasa di dunia dengan mengucapkan selamat Natal atau selama Paskah satu persatu dalam bahasa masing2 negara termasuk Indonesia. Ini dilakukan setiap perayaan Natal dan Paskah dengan siaran langsung. Pertanyaan saya apakah siapa saja yang mendengarkan mengikuti misa perayaan natal dan paskah yg dipimpin langsung oleh Bp Paus akan mendapatkan indulgensi penuh spt yg dikatakan romo pemandu. Dalam bulan Mei lingkungan orangtua kita tiap hari mengadakan doa rosario dan sharing. Mohon jawabannya spy… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  michael
12 years ago

Shalom Mikhael, Agaknya anda perlu memahami terlebih dahulu pengertian tentang Indulgensi, seperti yang pernah dibahas di atas ini, silakan klik Mengenai Indulgensi penuh (penghapusan semua hukuman sementara untuk semua dosa yang sudah diampuni) ada persyaratannya. Sedangkan jika indulgensi sebagaian, maka artinya yang dihapuskan adalah sebagian hukuman saja. Menonton dan mengikuti acara Misa Paskah dan Natal yang dipimpin Bapa Paus melalui TV dapat menjadi salah satu syarat bagi Indulgensi penuh, namun tidak cukup hanya menonton/ mengikuti itu saja. Untuk mendapatkan indulgensi penuh, secara umum seseorang harus melakukan 1) pengakuan dosa, 2) berpartisipasi dalam Ekaristi Kudus, 3) berdoa untuk intensi Paus, 4)… Read more »

Johanes
Johanes
12 years ago

Salam,
Terima kasih sekali atas artikel Idulgensinya dan juga posting mengenai waktu2 khusus untuk mendapat idulgensi, tapi kok dalam bahasa inggris ya… Apakah ada yang dalam bahasa Indonesia?
Terima kasih

[dari katolisitas: maaf, karena keterbatasan waktu, kami tidak sempat menterjemahkannya.]

Ivan
Ivan
13 years ago

Shalom Katolisitas.org,
Saya seorang Kristen Protestan dan saya ingin mengetahui lebih jauh tentang konsep purgatorium di dalam Iman Katholik, apakah ada ayat-ayat di Alkitab (baik Kitab kanonik Protestan mau pun Deutrokanonika) yang menjelaskan mengenai Purgatorium?
Mohon maaf bila ada kata-kata yang tidak berkenan, saya hanya ingin mengetahui pandangan dari gereja Katholik sebagai bagian dari Tubuh Kristus yang sama-sama mengembara di dunia.

Tuhan Yesus Memberkati

[Dari Katolisitas: Tentang Purgatorium (Api Penyucian) sudah pernah dibahas di sini, silakan klik]

A.Dirgantoro
A.Dirgantoro
13 years ago

Salam Stef dan Inggrid

Saya pernah membaca ada dua macam indulgensi: indulgensi sebagian dan indulgensi seluruhnya.
INDULGENSI SELURUHNYA: indulgensi seluruhnya menghapuskan seluruh hukuman (siksa dosa sementara) yang timbul karena dosa-dosa kita.
INDULGENSI SEBAGIAN: indulgensi sebagian menghapuskan sebagian hukuman (siksa dosa sementara) yang timbul karena dosa-dosa kita.
Pertanyaannya, atas dasar apa Gereja bisa menetukan Indulgensi seluruhnya/sebagian….? Apakah ini tidak dapat salah..?

Salam damai
A.Dirgantoro

Yohanes
Yohanes
13 years ago

Shalom, katolisitas.org Saya ingin bertanya mengenai beberapa hal, dan sebelumnya saya meminta maaf bila sebenarnya pertanyaan saya sudah pernah dijawab, mungkin saya tidak membaca secara detail atau belum menemukannya. Saya bertujuan memperteguh iman Katolik saya dalam hal ini. Yang saya ingin tanyakan adalah sebagai berikut: 1) Apakah yang dimaksud dalam Mt 16:19, yang diikat dan dilepas adalah ‘dosa’? Atau memiliki maksud lain? Dari manakah kita bisa mengerti bahwa yang dimaksud adalah ‘dosa’ atau hal-hal lain tersebut? 2) Bila derma merupakan salah satu syarat penerimaan Indulgensi, apakah berarti bahwa perbuatan kasih menghapus dosa, dan apakah bertentangan dengan Alkitab? 3) Mungkin sedikit… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  Yohanes
13 years ago

Shalom Yohanes, 1. Tentang Mat 16:19 Yang dimaksud dengan “yang diikat dan dilepas” di sini memang maksudnya adalah pengajaran yang berkaitan dengan iman dan moral. Dengan sendirinya, pelanggaran akan apa yang telah ditetapkan sebagai sesuatu yang mengikat secara iman dan moral, disebut sebagai dosa. Karenanya, apa yang diikat dan dilepaskan itu juga mengacu kepada dosa. Kita mengetahui bahwa “yang diikat dan dilepas” ini berhubungan dengan ajaran iman dan moral jika kita mengetahui konteks latar belakang bahasa (sintaksis) dari ungkapan ini. Hal ini kita ketahui misalnya dari tulisan ahli sejarah Flavius Josephus di abad ke-1. Umat Yahudi pada saat itu memahami… Read more »

novenna
novenna
13 years ago

“Indulgensi bagi jiwa-jiwa di Api Penyucian, dengan cara melakukan kunjungan ke makam dan berdoa di sana bagi jiwa yang didoakan di Api Penyucian. Indulgensi penuh diberikan jika kunjungan dan doa di makam dilakukan pada 1-8 November, dan indulgensi sebagian jika dilakukan pada hari lain.”

Indulgensinya diberikan bagi jiwa2 yg didoakan atau bagi mereka yg mendoakan?
Mohon pencerahannya.

-novenna-

Ingrid Listiati
Reply to  novenna
13 years ago

Shalom Novenna, Silakan anda membaca kembali artikel di atas, dan di bagian definisi, disebutkan demikian (lihat secara khusus point.7): KGK, 1471: “Indulgensi adalah (1) penghapusan siksa-siksa temporal di depan Allah untuk (2) dosa-dosa yang sudah diampuni. (3) Warga beriman Kristen (4) yang benar-benar siap menerimanya, di bawah persyaratan yang ditetapkan dengan jelas, memperolehnya dengan (5) bantuan Gereja, yang sebagai pelayan penebusan membagi-bagikan dan memperuntukkan kekayaan pemulihan Kristus dan para kudus secara otoritatif”. “Ada indulgensi (6) sebagian atau seluruhnya, bergantung dari apakah ia membebaskan dari siksa dosa temporal itu untuk sebagian atau seluruhnya.” Indulgensi dapat diperuntukkan (7) bagi orang hidup dan… Read more »

Paulus P
Paulus P
14 years ago

Salam dan berkah dalem
saya sangat senang dan bangga dengan adanya website ini, walaupun saya juga menyadari semakin misteri tersebut didekati semakin banyak yang kita tidak ketahui dengan pasti, namanya juga misteri. Tapi dengan berbagai pencerahan dari katolisitas, sungguh saya sangat terbantu dalam pemahaman dan penghayatan iman saya sebagai seorang katolik. Saya ingin menayakan satu hal berkaitan dengan indulgensi, apakah orang bisa mendapatkan indulgensi sebagian dari perbuatan-perbuatan baik yang dia lakukan, selain dari doa-doa seperti yang sudah diterangkan di depan. Trima kasih
salam
Paulus P

fransiska
fransiska
14 years ago

Selamat siang,

Saya mau tanya apakah ada artikel atau tanya jawab mengenai :
Tuhan tidak mengampuni dosa orang mati.

Saya juga ingin bertanya, jika TUhan tidak mengampuni dosa orang mati, apakah kegunaan atau fungsinya kita mendoakan orang2 yang sudah meninggal?

Terimakasih

fransiska
fransiska
Reply to  Stefanus Tay
14 years ago

Dh Pak Stef, Terimakasih sekali atas info dan penjelasannya. Saya merasa sangat dibantu dalam banyak hal lewat website ini. Mengenai doa2 kita yang dapat membantu orang2 yang berada di purgatorium, dan tidak membantu orang2 yang sudah berada di neraka. Saya ingin melanjutkan pertanyaan saya. Suatu hari, ada seseorang (saudara kita yg beragama kristen) yang menyatakan bahwa Orang yg sudah mati ya mati, tidak usah didoakan lagi. Tentu saja ini karna mereka tidak mengenal “purgatorium”, hanya surga dan neraka. Selanjutnya beliau bilang, kalau orang mati bisa diampuni dosanya, enak donk orang2 yg punya banyak saudara2 dan teman2 di persekutuan dsb atau… Read more »

fransiska
fransiska
Reply to  Stefanus Tay
14 years ago

Dh Pak Stef,

Terimakasih banyak untuk jawabannya yang sangat cepat dan juga penjelasannya, sangat membantu saya yang ingin mendalami iman katolik melalui internet..

Terima kasih kepada Pak Stef dan Ibu Inggrid yang telah dengan tekun mengasuh website ini..
Semoga Tuhan selalu memberkati dan membimbing Anda berdua..

Fransiska

Budijanto Maslim
Budijanto Maslim
Reply to  Stefanus Tay
14 years ago

Salam Kasih dalam Kristus Yesus,
Ytk, bp Stefanus

Sehubungan besarnya manfaat Indulgensi bagi kita orang Katolik.
Apakah gereja ada mengeluarkan daftar waktu dan doa agar dapat memperoleh Indulgensi baik penuh maupun sebagian pada setiap tahun Liturgi ?
Tentunya diluar yang regular seperti bapak jelaskan diatas.
Sekiranya ada mohon kami diberi.
Semoga kita semakin mengenal dan mengasihi Iman Katolik.
Terimakasih, Semoga Kasih-Nya senantiasa beserta kita.

Nico
Nico
14 years ago

Shalom Puji Tuhan dan terima kasih karena team katolisitas selalu membalas pertanyaan – pertanyaan yang saya kirimkan. Mohon maaf jika pertanyaan saya yang sekarang mungkin sudah pernah ditanyakan. Salah satu alasan Reformasi Protestan terjadi karena Marthin Luther tidak setuju gereja menjual surat pengampunan dosa untuk jiwa – jiwa di api penyucian. Dan dana yang didapat digunakan untuk membangun Gereja St. Petrus (itu yang saya tahu, mohon koreksi jika salah). Yang ingin saya tanyakan, apakah praktek penjualan surat pengampunan dosa waktu itu adalah suatu kebenaran karena Paus yang memutuskan? atau suatu bentuk kesalahan gereja katolik waktu itu? Karena jika memang adalah… Read more »

Leonard
Leonard
14 years ago

Shalom Bpk Stef,

Apa saya dapat menerima indulgensi melalui doa rosario? jadi jika misalkan saya semakin banyak berdoa rosario maka akankah saya menerima beberapa indulgensi juga??

Leonard
Leonard
14 years ago

Shalom katolisitas.org,

Saya masih bingung dengan indulgensi ini apa indulgensi itu menghapus hukuman yang harus kita tanggung(sebagai konsekuensi dari dosa yang kita telah lakukan), di atas dijelaskan bahwa “dosa-dosa yang kesalahannya sudah dilebur” apa itu maksudnya setelah kita menerima pengakuan dosa dan kita harus menanggung konsekuensi tsb dan dihapus melalui indulgensi?? mohon penjelasannya.

Terima Kasih,
Leon

Lukas Cung
Lukas Cung
14 years ago

Pak Stef dan Ibu Ingrid, Saya masih belum mengerti tentang indulgensi, yaitu bila indulgensi dihubungkan dengan Sakramen Tobat. Di awal artikel ini, Pak Stef menulis: “….Dosa (kesalahan) saya telah dimaafkan oleh mama saya, namun saya tetap harus menanggung hukuman – dengan mengepel lantai yang kotor – akibat kesalahan yang saya lakukan.” Seandainya, saya telah melakukan dosa besar A. Kemudian saya menyesal dan mengakukan dosa besar A dalam Sakramen Tobat. Tentu dosa besar A saya diampuni. Pertanyaan saya: 1. Berarti, walaupun dosa besar A saya telah diampuni dalam Sakramen Tobat, tetapi setelah itu, saya tetap harus melakukan beberapa usaha untuk mendapatkan… Read more »

Lukas Cung
Lukas Cung
Reply to  Stefanus Tay
14 years ago

Shalom Pak Stef,
Terima kasih banyak atas jawabannya. Sekarang saya mengerti sudah.
Wow, Gereja Katolik memang luar biasa, satu-satunya gereja yang didirikan Tuhan Yesus…. Saya bangga menjadi Katolik.
Salam kasih dalam Tuhan Yesus,
Lukas Cung

Barnabas
Barnabas
14 years ago

Yth. Ibu Ingrid dan Bp. Stef Berkah Dalem Melalui situs ini, saya ingin bertanya: 1. Mengapa bulan November dijadikan bulan arwah oleh kita umat Katolik bahkan menjadi devosi bagi para arwah? Apakah ada sumber-sumbernya untuk menjelaskan dipilihnya bulan November sebagai bulan arwah? 2. Doa-doa apa saja yg dapat kita doakan untuk menolong jiwa-jiwa di api penyucian? Apakah rosario? Syahadat para Rasul? Ekaristi (ujud-ujud tertentu) atau seperti apa? Berapa kali harus kita doakan? 3. Dalam kalendarium liturgi hanya ditulis bahwa kita bisa memperolehkan indulgensi bagi para arwah dengan mendoakan mereka dan atau ke kubur. Maksudnya bagaimana itu? Jadi kita yang masih… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  Barnabas
14 years ago

Shalom Barnabas, Kemungkinan bulan November dijadikan bulan untuk menghormati arwah, karena menurut kalender Liturgi, pada tanggal 1 November itu kita memperingati hari para Orang Kudus dan pada tgl 2 November, hari para arwah. Menurut kalender Liturgi bulan November adalah adalah bulan terakhir, karena kalender liturgi dimulai pada saat masa Adven. Maka pada bulan terakhir liturgi, kita merenungkan akhir hidup kita sebagai orang beriman, dengan memperingati hari para kudus dan hari arwah tersebut. Permenungan ini merupakan awal yang baik bagi permenungan Adven berikutnya, karena menyadari bahwa akhir hidup kita sebagai orang beriman di surga dimungkinkan karena penjelmaan Yesus menjadi manusia/ Inkarnasi.… Read more »

BUDI YOGA PRAMONO
BUDI YOGA PRAMONO
14 years ago

1.bagaimana kita tahu indulgensi penuh atau sebagian melepaskan orang dari purgatory ? 2. orang yang diluar Tuhan Yesus [bukan katolik/kristen] masuk ke neraka atau purgatory meskipun ia seorang yang saleh tetapi ia menolak Kristus ? 3. mengapa orang katolik percaya bahwa Paus adalah penerus Petrus padahal tidak ada ayat atau bukti nyata baik lisan maupun tulisan tapi sekedar tradisi yang kabur dan tidak jelas. Karena yang saya tahu Gereja Katolik baru ada pd abad 2 atau 3 dan pada saat itu terjadi kekacauan dalam penetapan Gereja mana yang paling benar karena dipakai oleh raja/penguasa untuk kekuasaan, dan akhirnya pecah karena… Read more »

Michael Angello
Michael Angello
14 years ago

Syallom…… Berikut ini saya mengutip : 3) ” Warga beriman Kristen: dalam hal ini adalah umat yang telah dibaptis. Kita tahu bahwa Sakramen Baptis adalah gerbang untuk semua sakramen dan berkat-berkat yang lain. Persyaratan yang lain adalah tidak terkena ekskomunikasi, dan dalam kondisi rahmat pada waktu melaksakan indulgensi yang ditetapkan.”[5] PERTANYAAN : 1. Apa yg dimaksud dng “dalam kondisi rahmat”????? 2. Bagaimana mengetahui bahwa seseorang berada dalam ondisi rahmat??? “Indulgensi ini hanya dapat diberikan oleh Paus dan orang-orang yang mempunyai kuasa oleh hukum yang diberikan oleh Paus”.[6] PERTANYAAN: Mengapa hak pemberian indulgensi hanya berlaku bagi Paus dan orang-orang yg mempunyai… Read more »

Michael Angello
Reply to  Stefanus Tay
14 years ago

Syalom Pak.Stevanus, Dengan demikian menjadi jelas kepada siapa ayat Mat 16:19 ini ditujukan, yaitu kepada Petrus, para penerus Petrus dan orang-orang yg diberi kuasa oleh Paus. TERIMA KASIH PAK STEV!!! Mt 16 “(16) Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” (17) Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. (18) Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. (19) Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di… Read more »

dewi
dewi
14 years ago

Stef dan Inggrid,

terima kasih atas pencerahan ini. Semoga Tuhan selalu memberkati. Sangat menjawab pertanyaan saya selama ini. Tak mengira indulgensi adalah harta yg sangat berharga bagi kehidupan di dunia ini.
maaf kalau menyimpang, sy coba search artikel mengenai luka batin, tapi tidak berhasil. mungkin bisa ditunjukkan apa mungkin sudah pernah di post?

Tuhan berkati
dewi

Ingrid Listiati
Reply to  dewi
14 years ago

Shalom Dewi,
Kami memang belum mempunyai artikel mengenai luka batin. Mungkin di suatu saat nanti baru kami dapat membahasnya. Mohon maaf ya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid & Stef – https://www.katolisitas.org

albert setiaan
albert setiaan
14 years ago

Shalom,

Saya ingin bertanya, apakah dosa berat yang dimaksudkan pada artikel ini ada kaitannya dengan 7 dosa maut (7 deadly sins) yang saya sering dengar? mohon penerangan, terima kasih.

Semoga Tuhan memberkati :)

V.P.Kusnadi Sutedjo
V.P.Kusnadi Sutedjo
14 years ago

Dear Stef yg canggih; Terima kasih sekali utk artikel indulgensi nya.ada beberapa pertanyaan yg ingin saya ajukan 1.Dalam pengertian saya dahulu,indulgensi itu baru bisa kita peroleh kalau ada pengumuman dari hirarki bahwa silakan lakukan ini atau itu,maka akan ada indulgensi.misalnya dahulu pernah diumumkan barang siapa melewati pintu sisi kanan kalau kita menghadap St.Peter yg selalu ditutup(dgn tembok) dan baru dibuka 25 thn sekali,akan mendapatkan indulgensi,atau pengumuman dari uskup,siapa berdoa di goa Maria …… akan mendapatkan indulgensi.Tetapi setelah saya baca artikel Stef,nampaknya pengertian saya itu salah,karena sepertinya indulgensi itu bisa kita dapatkan kapan saja.,asal syarat2-nya kita penuhi 2.Untuk mendapatkan indulgensi sebagian,dgn… Read more »

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
66
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x