Hare gene Masih Ragu?

Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”  (Mark 28 : 19-20)

Walau telah tiga tahun bersama Yesus, mengalami sendiri karya-karya-Nya yang penuh kuasa, mendengarkan pengajaran-pengajaran-Nya yang demikian dalam menyentuh nurani, menyaksikan deritaNya yang amat berat yang dijalani dengan penuh kerelaan dan kerendahan hati sampai wafat, sampai  kemudian berpuncak pada melihat kubur-Nya yang kosong karena Ia bangkit dari mati dan kembali hadir di tengah-tengah mereka, ternyata tingkat kesadaran para pengikut-Nya masih belum seluruhnya sama, belum seluruhnya mampu memahami hingga merasuk dalam sukma, siapakah Yesus itu dan apa yang sebenarnya sedang Ia kerjakan di dalam dunia.  Injil Matius mencatat dalam Mat 28:17, ketika melihat Dia mereka menyembahNya, tetapi beberapa orang ragu-ragu.  Demikian juga Markus mencatat  dalam Mark 16:14, sesaat sebelum Yesus naik ke surga, Yesus mencela  ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka,  karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia  sesudah kebangkitanNya.  Ya, wafatNya di kayu salib di depan mata mereka dan kebangkitanNya dari alam maut seakan merupakan peristiwa yang terlalu berat bagi akal budi mereka untuk dapat dicerna dan dipahami.  Semua yang pernah Dia nyatakan kepada mereka sebelum sengsara dan wafatNya, sesungguhnya seluruhnya telah menjadi kenyataan. Puncaknya adalah kebangkitanNya, yang juga telah Dia ramalkan dengan tepat sebelumnya kepada mereka, bahkan hingga beberapa kali, baik secara kiasan maupun secara eksplisit. Namun demikian cepatnya rangkaian peristiwa ajaib itu terjadi di depan mata mereka,  membingungkan pemahaman manusiawi mereka, yang membuat mereka lambat untuk mengerti.

Berbagai kondisi perasaan dan tingkat pemahaman spiritual para murid di saat Yesus mengucapkan kata-kata perpisahan dan pengutusan sebelum terangkat ke surga itu mengingatkan saya pada keadaan umat manusia yang menjadi murid-murid Kristus di jaman ini, termasuk saya.  Segala bentuk keraguan akan karya penyelenggaraan Tuhan masih menghantui manusia, terutama dalam berbagai penderitaan hidup. Keraguan akan kasih dan kuasa Kristus yang nyata, membuat kadang kita lebih sibuk mempertanyakan Tuhan, berdebat tanpa ujung pangkal mengenai kebenaran Tuhan yang telah dinyatakan dengan jelas dan luar biasa kuatnya di dalam Kitab Suci. Apakah Tuhan masih kurang mencurahkan rahmat dan kuasa-Nya? Waktu kita habis untuk mempertanyakan di mana Tuhan. Tenaga, perhatian, serta cinta yang selayaknya dipersembahkan kepada Tuhan melalui penyembahan dan puji-pujian serta upaya nyata untuk meringankan penderitaan sesama, tersita untuk mencari jawaban yang kadang bahkan melalui media-media lain yang bukan dari Tuhan, untuk memuaskan rasa penasaran kita.

Tetapi, apakah waktu kita cukup? Jam-jam kehidupan kita terus melaju tanpa bisa direm dengan kekuatan apa pun juga. Tidakkah kita melihat bahwa panggilan Tuhan untuk berbuat nyata dan mewartakan kasih-Nya ke segala penjuru itu sudah sedemikian mendesak di tengah dunia yang penuh dengan kegelapan, ketidakpastian, dan penyesatan ini.  Ancaman dari si jahat meraung-raung dari segala penjuru, datang dari televisi, musik, gaya hidup, tawaran konsumerisme dan hedonisme, kehausan yang berlebihan akan uang dan materi, kekuasaan, nama besar, dan segala yang serba enak-enak tetapi tidak mempunyai esensi apa-apa untuk kehidupan kekal. Siapa yang akan menjadi penahan lajunya kekuatan kegelapan itu di dalam dunia kalau bukan kita, anak-anak terang yang sudah dipilih dan diperlengkapiNya lewat rahmat pembaptisan dan kuasa Roh Kudus dan dicurahiNya kekuatan surgawi melalui sakramen-sakramen GerejaNya yang memberi hidup? Sudah selalu sadarkah kita bahwa kita adalah anak-anak yang diserahi tanggungjawab untuk melanjutkan pewartaan keselamatan yang telah diawaliNya dua ribu tahun yang lalu di dalam dunia ini dan di tengah-tengah manusia? Apakah kita akan terus merasa ragu-ragu dan bertanya tak henti-henti, berdebat mencari pemuasan ego pribadi dan pengakuan semu, sementara Tuhan sudah senantiasa mencurahkan berkat-Nya dalam hidup sehari hari dan menunggu kita untuk pergi ke seluruh dunia untuk mewartakan kasih-Nya? Keraguan kita yang tak henti dan pendewaan ego yang selalu merasa diri paling benar juga membahayakan persatuan anak-anak Tuhan, yang seharusnya justru saling bergandengan tangan dan bahu membahu untuk membangun Kerajaan Allah di dunia. Musuh kita yang sebenarnya adalah si jahat, yang ingin merebut kita dan dunia ini dari tangan kasih Allah, musuh kita bukanlah sesama kita, bukanlah sekedar  orang-orang yang berseberangan dengan kita. Mungkin jika himbauan Tuhan ini dibahasakan dalam gaya gaul anak muda jaman sekarang, himbauan ini akan melahirkan komentar yang berbunyi seperti ini, “Hare gene masih ragu-ragu juga? Masih debat kusir juga? Apa kata surga? “, (dan bukan hanya “apa kata dunia”…!)

Kini Yesus telah kembali ke Surga, supaya Roh Kudus yang dijanjikanNya dapat datang dan menyertai setiap tugas perutusan yang Tuhan ingin kita lanjutkan sebagai anak-anakNya dalam satu baptisan kudus. Tuhan memerlukan kita, Tuhan mempercayai kita, dan ia masih terus menantikan kita bergabung dalam tugas perutusan mulia itu untuk melanjutkan dan menuntaskan karya-karya keselamatan yang dirancangNya, untuk pergi dan menjadi saksi atas kasih dan keselamatan yang menjadi harapan umat manusia bagi kehidupan yang kekal. Melalui seluruh karya kasih dan pekerjaan Kristus selama hidupNya di dunia, Ia telah mengaruniakan banyak hikmat dan pengajaran yang menjadi kekuatan dan perlengkapan kita dalam memikul tugas mewartakan kabar gembira, melayani sesama di dalam kasih tanpa pamrih, sehingga melalui seluruh cara hidup kita, kita boleh turut mewartakan kabar kebebasan yang dibawa Tuhan kepada para tawanan, baik itu tawanan oleh karena kemiskinan rohani, tawanan oleh perbudakan dosa dan kebiasaan buruk, tawanan oleh rasa kecil hati karena perlakuan sesama yang sewenang-wenang. Pendeknya, kabar sukacita Kristus menjadi amanat kita, anak-anak yang telah diselamatkan oleh iman dan kasih kita kepada Dia, untuk digemakan ke seluruh pelosok kehidupan, dalam setiap langkah kita di mana pun berada.

Kita memang masih terus berjuang dengan pergumulan kita sendiri melawan dosa, kita juga masih bergumul dengan kepahitan-kepahitan hidup kita sendiri, kepedihan-kepedihan kita, dan harapan-harapan kita yang belum terpenuhi. Tetapi semua itu bukan halangan untuk terus maju membaktikan diri bagi karya nyata demi Kerajaan Allah yang kita cintai. Mengapa? Karena justru iman dan kasih kita dapat ikut bertumbuh dan dimurnikan melalui tugas-tugas perutusan kita itu. Marilah kita melihat kembali apa yang dinyatakan Rasul Paulus dalam Efesus 4 : 11-16, “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala. Dari padaNyalah seluruh tubuh, yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota – menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.

Tuhan sudah memanggil kita, menugaskan kita, memperlengkapi kita, apakah kita masih membiarkan Dia menunggu? Tidak ada yang lebih indah daripada sebuah kesadaran bahwa Tuhan Raja Semesta Alam membutuhkan komitmen kita, menunggu keterlibatan kita. Berarti Dia mempercayai kita, untuk turut memikul tugas mulia yang tidak diberikan kepada sembarang ciptaan, dan pasti Ia sudah selalu mempersiapkan kita untuk melakukan tugas kepercayaan itu (dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya, Mark 16 : 20b). Betapa bahagianya kita karena Tuhan mempercayakan tugas mulia kepada kita, inilah kesempatan emas yang selayaknya kita manfaatkan sebaik-baiknya dan sehabis-habisnya untuk membalas cinta-Nya kepada kita, dan berdoa kepadaNya dengan penuh sukacita sebagaimana para murid, “Tuhan, aku siap, inilah aku, pakailah aku seturut kemampuan dan keunikan yang Kau berikan padaku, untuk mewartakan kasih-Mu dalam segala bentuk ketaatan dan pelayananku bagi sesama dan bagi Engkau. Betapa bahagianya aku menjadi mitra-Mu untuk menyatakan keselamatan-Mu kepada dunia ini, bantulah aku untuk setia dengan komitmen ini, dan menantikan dengan rindu setiap pagi, karuniaMu yang selalu mencukupkan dan memampukan, agar aku boleh membawa sebanyak mungkin jiwa untuk juga turut mengalami betapa indahnya cinta-Mu dan betapa indahnya rencana-Mu bagi setiap manusia, supaya boleh selalu berada bersama dengan Engkau, dan bersatu dengan Engkau, di dalam dunia saat ini, dan selamanya di dalam Rumah-Mu yang kekal. Aku mencintaimu, Tuhan. Aku mau bekerja bagi-Mu, hari ini dan seterusnya, sampai akhir, saat kelak Engkau memanggilku pulang. Terpujilah nama-Mu selama-lamanya, amin. (Triastuti)

“Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya” (Ef 2 : 10).

5 1 vote
Article Rating
-1 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
-1
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x