Pengantar dari editor:
Terima kasih, Romo Santo. Alangkah luar biasa kesaksian Romo ini, dan kami bersyukur Romo mau membagikannya kepada kami semua. Kesaksian Romo semakin menguatkan iman kita, bahwa Tuhan hadir di dalam Gereja-Nya terutama di dalam Sakramen Maha Kudus. Secara khusus, Kristus menyertai para imam-Nya, dan sakramen Imamat yang diberikan kepada mereka merupakan rahmat tak ternilai yang diberikan kepada semua orang percaya. Sebab melalui para imamNya, Tuhan menjaga dan melindungi GerejaNya. Pengalaman Romo Santo ini menjadi bukti akan sabda Tuhan kepada para murid-Nya, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di surga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di surge. (Mat 18:18)….”Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu sampai kepada akhir jaman.” (Mat 28:20). Sungguh ada kuasa dalam nama Yesus, yang mematahkan segala ikatan kuasa jahat. Sebab “dalam nama Yesus, bertekuk lutut segala yang ada di langit dan di bumi, dan segala lidah mengaku “Yesus Kristus adalah Tuhan” bagi kemuliaan Allah, Bapa!” (Flp 2:11) Terpujilah Allah Bapa dan Putera Raja semesta alam, dalam persekutuan dengan Roh Kudus, bersama semua para malaikat dan para orang kudus-Nya. Biarlah kekuatan surga dan kerajaan Allah semakin meraja di seluruh bumi!
Pengalaman tak terlupakan
Saudara-Saudari terkasih, dan para imam yang terhormat. Rasa hati saya masih menggelegak, bergetar, tremendum-fascinoscum oleh pengalaman pertama saya melakukan eksorsisme. Pertama-tema saya mengucapkan terima kasih kepada Bruder Yohanes FC yang telah pernah memposting teks resmi mengenai doa exorcism dari Vatikan ke milist komunikasi KAS. Saya sempat membacanya sambil lalu waktu itu, namun puji Tuhan, saya dapat ingat akan apa yang tertulis di postingan bruder ketika harus menghadapinya sendiri. Melalui pengalaman saya melakukan eksorsisme, sayapun semakin bersyukur atas rahmat Sakramen Imamat kepada Gereja, yang ternyata memang menjadi sasaran tembak utama setan namun sekaligus juga alasan ketakutan setan.
Panggilan menjelang tengah malam
Kisahnya demikian: Pada hari Sabtu, tanggal 27 November 2010, saya mendampingi rekoleksi OMK (Orang Muda Katolik) Stasi Tambun paroki Bekasi di Cipanas. Dewan Stasi dan Paroki turut mendampingi. Acara berlangsung dengan baik dan inspiratif sampai malam hari. Setelah acara api unggun, semua peserta dan penyelenggara bersiap untuk tidur. Sayapun masuk ke kamar saya. Baru saja saya jatuh tertidur, pintu kamar saya diketuk. Saudari Marta dan Anton serta beberapa orang yang lain memberitahu saya, bahwa di Cibulan di daerah bawah Cisarua, ada sekelompok Mahasiswa KAJ dekenat Timur yang sedang rekoleksi, dan mereka membutuhkan bantuan imam untuk menghadapi empat orang mahasiswi yang sedang kesurupan. Satu orang di antara mereka bahkan telah menghilang dan tidak ada di villa. Romo pendamping sudah pulang dan tidak akan kembali lagi ke sana.
Saya terhenyak. Pikiran saya langsung bekerja: jarak antara Cipanas hingga Cibulan adalah sekitar 15 Km. Cukup jauh. Menjelang pukul sebelas malam begini pula…. Namun hati saya tergerak untuk menolong. Akhirnya saya memutuskan untuk berangkat ke sana disertai oleh Martha dan Anton. Sambil mengemudikan mobil, saya mengingat kembali postingan bruder Yohanes dalam milist, apakah ciri-ciri orang kerasukan setan dan perbedaannya dengan orang yang mengalami stress berat/depresi. Lalu saya berpikir, ah, jangan-jangan mereka hanya depresi saja. Biasanya perempuanlah yang suka kesurupan, dan benar juga, perempuanlah yang dikatakan kesurupan malam ini. Jujur saja, sebenarnya saya termasuk golongan orang yang skeptis dalam urusan semacam ini. Maksud saya datang hanyalah sekedar menenangkan anak-anak itu saja. Kehadiran pastoral sajalah, demikian pikir saya. Namun demikian, saya tetap mencoba mengingat- ingat kembali teks itu. Kebetulan handphone BB saya hang setelah tersiram air teh di gerbong kereta api saat saya kembali dari Jogja ke Jakarta hari Jumat dinihari kemarin. Karena itu, saya tidak dapat membuka kembali teks dari milist itu. Saat itu saya tak punya pilihan lain, selain berusaha mengingat- ingat sendiri saja, sambil berbincang-bincang dengan Anton dan Martha.
Villa tua, tempat si jahat beraksi
Sesampainya kami di villa tua itu, terlihat para “pasien” sudah terlentang dan tengkurap tidur. Mereka dipisahkan di tiga tempat. ’Pasien’ yang hilang sudah ditemukan. Menurut berita, ia kini berada di kamar atas. Dari keempat anak itu, ada satu orang yang kata mereka paling kuat. Karena villa itu tidak dikelola Gereja dan bukan tempat khusus retret, maka reaksi spontan orang sekitar villa adalah memanggil orang yang dianggap “pintar” di daerah tersebut. “Orang pintar” itu sudah dipanggil sejak pukul tujuh malam tadi dan gagal, lalu pulang. Kata “orang pintar” tersebut, jenis ini bukan yang dia ketahui. Mereka memanggil pula pemuka agama lain yang dekat dengan daerah tersebut. Namun kata mereka, orang tersebut juga menyatakan tak sanggup pula, lalu pulang. Terlihat para mahasiswa masih menggenggam rosario dan berdoa bersama. Ada salib besi tergeletak di sofa. Pasien terparah itu adalah seorang perempuan berperawakan kecil saja. Ia tergolek tengkurap di sofa, ditunggui oleh teman-temannya. ”Ia sudah tidur”, demikian kata mereka. Karena kondisi sudah tenang, saya spontan memutuskan: ”Ya sudah saya kembali saja, kan anaknya sudah tidur… ” Tetapi beberapa mahasiswa meminta saya melihat dulu kondisi gadis yang terparah itu. Kata mereka, tadi dia kuat sekali. Delapan orang mahasiswa lelaki yang kuat pun dia hempaskan. Rosario yang mereka kalungkan di lehernya ia putuskan, dan ia lemparkan ke halaman. Anehnya, rosario itu kemudian mereka temukan berada di WC villa. Salib besi itu juga telah ia ludahi. Kata mereka, suaranya pun berubah seperti bukan suara gadis itu. Hhmm… Masih dengan agak skeptis, saya mendekatinya.
Kuncinya: jangan berkompromi dengan setan
Terlihat badan gadis itu tengkurap, mata terpejam separuh. Dari situ terlihat manik matanya…. melihat ke arah mata saya… Aneh… Saya agak tersinggung. Lha kok dia melirik ke saya terus. Kepalan tangannya menggenggam erat. Saya duduk di sofa yang sama, dekat punggungnya. Ia mengais punggung bawah sambil keluar bunyi desis dari mulutnya, sampai bajunya terlihat sobek sedikit. Desisnya berbunyi ”panasss” …..Lalu, saya nekad… Saya pegang tangannya. Ia memberontak. Saya buka genggaman tangannya, dia melawan dengan sebaliknya. Posisinya masih menelungkup. Saya ingat postingan teks dari bruder Yohanes. Ciri kerasukan setan yang membedakannya dari depresi antara lain adalah, jika disebut nama Malaikat Agung Santo Mikael, atau nama Para Kudus, juga Bunda Maria dan Tuhan Yesus Kristus, maka ia tentu akan bereaksi dengan keras. Agak skeptis, namun tetap dengan memegang erat jari-jari kaku yang mencekam dari anak itu, saya katakan dengan suara wajar namun jelas terdengar, ”Keluarlah dari badan anak ini! Dalam nama Yesus Kristus Tuhanmu, serta Malaikat Agung Santo Mikael yang kepadanya kamu membangkang, keluarlah”.
Namun reaksi anak itu begitu mengejutkan kami semua, termasuk saya sendiri. Dengan gerakan cepat dan tak terpahami dari sudut mekanika badan manusia, ia berkelit langsung menatap wajahku, face to face, eyes to eyes….Ia mendesis menatap lurus ke mata saya, matanya penuh kebencian… Lalu dia berkata: ”Jangan sebut nama itu! Itu musuh kami!”. Dia bertanya : ”Apakah kamu takut, Bapa?” Saya menjawab, ”Kamulah yang takut!” Kemudian, dengan tatapannya yang tajam dia bertanya, ”Mengapa Bapa mengusir saya? Saya juga anak Tuhan. Kalau tidak, tentu saya tidak ada!” Segera kujawab, ”Kamu anak Tuhan yang tidak taat, sombong. Mengapa kamu memasuki anak ini?” Namun setan itu menjawab enteng saja, ”Tempat ini nyaman. Saya mau pergi asalkan anak ini kubawa. Saya telah menambah penyakit pada dirinya, meremas alat cernanya, dan membunuhnya. Itu salah Bapa kalau Bapa memaksakan kehendak”. Saya tidak mau diajak tawar menawar dengan setan. Maka saya menjawab: ”Tidak ada kompromi. Kamu tidak bisa membunuh anak ini dan tidak akan mampu membawa nyawanya”. Setan inipun menantang saya dengan mengatakan bahwa ia tidak takut pada imamNya, tidak takut pada Sakramen dan tidak takut pada Yesus, karena dia juga mengaku sebagai anakNya.
Pergumulan dari tengah malam sampai dini hari
Maka sejak pukul 23.45 hingga memasuki hari Minggu dini hari, saya dan para mahasiswa Katolik di sana bergumul untuk mengusir setan dari anak itu. Ia yang kesurupan itupun berubah dari waktu ke waktu. Kadang-kadang suaranya berubah menjadi lembut bak wanita cantik, namun kemudian menjadi ganas. Kadang ia tertawa ngikik, kadang menantang, kadang merunduk sok kalah. Kadangkala ia merajuk minta dikasihani. Anak itu muntah-muntah berkali-kali. Kadang setan melepaskan anak itu, lalu masuk lagi. Ketika anak itu dilepas, si anak mengeluh, ”Romo, saya tak kuat, badan saya dan usus serta lambung sakit semua. Saya mau mati saja, dan takut”. Kami menguatkan agar ia berani melawan. Ternyata si anak ini juga diberitahu oleh setan bahwa Romo akan dibunuhnya jika anak itu tidak taat padanya. Maka si anak merasa lemah, karena tak mau Romo diapa-apakan oleh setan.
Namun, yang paling mengejutkan ialah, walaupun setan itu dapat keluar meninggalkan anak itu tetapi selang beberapa menit, namun kemudian setan kembali memasuki anak itu dengan jumlah yang makin banyak. ”Kami ini Legion”, katanya jelas sekali. Ia fasih berbahasa Inggris dan Jawa. Hal ini terjadi ketika saya mengajak dia berdialog dalam bahasa Inggris dan Jawa, sekedar mengetes apakah itu benar-benar setan ataukah hanya ’acting’ anak itu. Saya tetap mengingat teks postingan bruder di milist itu, dan makin yakin akan kebenaran isinya. Saya katakan padanya, ”Kekuatanmu hanya seperempat. Masih ada Malaikat Agung Santo Mikael, serta Gabriel dan Rafael.” Mendengar ini, ia mundur dan melepaskan anak itu. Tiba-tiba ia masuk lagi dan berkata, ”You are stupid, Father”, lalu menghantam saya. Suatu saat ia terjatuh tepat di salib, dan kontan ia menjerit kepanasan. Maka para mahasiswa menempelkan salib-salib mereka. Ia berteriak kepanasan dan tersiksa. Begitulah, si setan itu pergi lagi. Namun dengan cepat ia kembali lagi, dengan membawa lebih banyak lagi setan bersamanya. Ia mau menguras kekuatan saya. ”Sampai kapan Bapa bisa bertahan? Akan kukuras tenagamu, Bapa!”. Saya menjawab sambil teringat Mzm 121:2, ”Kekuatanku datang dari Allah, yang menjadikan langit dan bumi”. Kami bertempur lagi. Si setan menjerit-jerit, dan kemudian ia lari lagi… Lalu saya mendengar berita bahwa ketiga mahasiswi lain sudah dilepaskan. Semua setan kemudian berpindah merasuki mahasiswi yang satu ini.
”Aku, Lucifer”
Ketika masuk lagi yang terakhir kali ke dalam anak itu, dia memeluk saya. Dengan seolah suara si mahasiswi, dia mengendus tengkuk saya sambil berbisik, ”Aku Lucifer”. Saya merinding. Terasa bulu kuduk saya berdiri dan ketakutan mendera. ”Kamu takut, Romo?” katanya dengan lembut di telinga saya. ”Aku akan mengincarmu terus sampai kapanpun”. Tiba- tiba bangkitlah keberanian saya. Saya berteriak kepada para mahasiswa: ”Kita mendapat kehormatan, sampai Lucifer sendiri, si penghulu Setan, datang!” Para mahasiswa terbawa emosi, mereka berdoa makin keras. Ada pula yang berteriak, ”Hancurkan saja… Sikat dia, Romo!”. Setan itu berkata, ”Paus Yohanes Paulus II memarahiku”. Kujawab, ”Tak hanya Paus Yohanes Paulus II, semua paus dan uskup, dan imam memarahimu, bahkan Tuhanmu Yesus dan Malaikat Agung Mikael atasan langsungmu! Taatlah kepadaNya!” ”Sayalah tuhan”, jawabnya sinis. Saya membanting dia, dan kami berpegangan tangan sambil saling melawan. Saya mulai berkeringat dan tenaga saya terkuras, tetapi tetap saja saya melawannya. Saya mengatakan, ”Kamulah yang ketakutan, melihat kami semua dan Tuhanmu! Lepaskan badan anak ini, karena dia sudah menerima Sakramen Ekaristi! ” Lucifer menjawab: ”Aih, itu hanya roti biasa! Dan kalian imam-imam semua bodoh!” Mendengar perkataannya, saya marah sekali. ”Kamu sudah melawan kuasa imamat rajawi Tuhan Yesus Kristus! Kamu mau melawan imamatNya?” Lalu ia menjawab dengan nada meremehkan, ”Aku tak takut, Romo, pada imamatmu!”
Ke kapel Lembah Karmel kami membawanya
Ketika roh jahat yang mengaku Lucifer menantang imamat saya, saya marah. Saya minta tas saya kepada para mahasiswa. Saya melepaskan dia dulu untuk mengambil peralatan aspergil dan stola serta minyak suci, sementara dia ditahan oleh para mahasiswa yang ”menimbunnya”: dengan doa-doa Salam Maria, Bapa Kami, Aku Percaya, serta menindihnya dengan tubuh-tubuh kuat mereka. Ketika saya datang lagi, saya percikkan dia dengan air suci. Ia menjerit kepanasan, dan lari. Saat itu, saya berpikir, ini sudah dini hari, semua akan kacau jika tak diakhiri. Oleh karena itu, saya memerintahkan agar tubuh mahasiswi ini digotong dan dievakuasi. Mereka menggotongnya masuk ke mobil saya, lalu saya tancap gas dengan tujuan ke Lembah Karmel. Saya menelpon Mbak Sari dan Suster Lisa P Karm. Mbak Sari dengan sigap telah meminta Satpam membuka gerbang dan pintu kapel.
Si mahasiswi dipegangi oleh Martha, Anton dan Asrul. Ia berteriak, ”Cepat Romo, cepat… dia mengejar…” katanya panik. Kami tetap berdoa Aku Percaya, Bapa Kami, dan Salam Maria. Tiba-tiba suara mahasiswi berubah lagi, ”Haaa. Mau dibawa ke mana anak ini, Bapa? Aku telah menambah lagi penyakitnya. Aku meremas jerohannya… Anak ini hanya sampai dini hari ini, Bapa. Bapalah yang harus tanggungjawab atas kematiannya!” Kemudian, anak itu muntah-muntah di mobil. Anton, Asrul dan Marta tetap berdoa dengan memeganginya yang berontak ke sana kemari. Saya mengatakan kepada Setan itu, ”Kamulah yang harus bertanggungjawab. Jangan memutarbalik fakta, dasar setan! Kamu telah melecehkan Sakramen Mahakudus. Kamu akan kubawa ke hadapan Yesus, supaya tahu rasa kamu nanti. Mau lepaskan dia sekarang, atau nanti kamu makin sengsara di hadapan Raja Semesta Alam!” Lalu dia mulai merayu lagi, ”Sia-sia semua ini Bapa… Bapa besok banyak acara kan? Ditunggu banyak umat.. sudahlah Bapa kembali saja istirahat”. Saya jawab: “Acara satu-satunya imam Tuhan ialah mengenyahkan kamu ke neraka!” Di situlah selama perjalanan ia menawari saya apapun akan diberikan asalkan saya tunduk pada keinginannya. Namun, saya tak mau berkompromi. Saya katakan dengan tegas bahwa dia yang harus tunduk pada Kristus! Mendengar ini ia berkata, ”Sayalah tuhan, I am the Lord”. Saya tertawakan dia. Lalu ia mengancam akan menggulingkan mobil. Saya menjawab, ”Ini mobil para uskup Indonesia. Tak bakalan kau berhasil menggulingkannya!” Saya mengingatkannya akan Santo Yohanes Maria Vianney yang dia bakar tempat tidurnya gara-gara tak mampu mengalahkan imam kudus itu. Di hatiku aku berharap, Santo Yohanes Maria Vianney, kumohon agar engkau mendoakan aku untuk mengalahkan Setan ini…
Lalu si Setan lalu merajuk lagi, ”Ah kenapa tenagaku melemah, tak sekuat tadi”. Anak-anak mahasiswa ikut menjawab, ”Rasain lu.” Dia mendamprat : ”Apa lo, bocah kemarin sore!” Saya menjawabnya, ”Mereka bukan bocah kemarin sore. Mereka anak-anak Tuhan semesta alam”. Sepanjang jalan kami berdebat dengan bahasa Inggris, Jawa, dan Indonesia. Mobil bagaikan terbang… dalam setengah jam kami mendekati Lembah Karmel, dan semakin mendekati Sakramen Mahakudus. Lagi- lagi, Setan itu mulai menendang dan berontak. Kukatakan padanya, ”No place for evil, you know!” Kutantang dia, ”Kenapa kau kuasai anak ini. Apa salahnya?” Dia menjawab, “Bukan salah anak ini, tetapi ayahnya”. Kujawab: “Ya, aku tahu, berarti ayahnya mengikat perjanjian kegelapan denganmu. Nanti acara kita di rumah Tuhan hanya satu, ialah memutus perjanjian leluhur anak ini dengan Lucifer keparat ini!” Kemudian dia mengikik mirip nenek Lampir dalam film Misteri Gunung Merapi, atau mirip kuntilanak. Dia katakan: “Bukan, bukan begitu imam bodoh. Kamu memang imam munafik dan pendosa!” Aku menjawab, “Aku memang pendosa, namun tidak memberontak kepada Tuhan seperti kamu!”. Dia menjawab lagi, “Ayahnyalah yang mempersembahkan diri kepadaku, Bodooh!” Kupancing dia, “Jadi, ayahnya mengikat perjanjian denganmu bukan?” Dia jawab: “Bukan, bodoh! Kamu keliru, imam bodoh. Ayahnya mempersembahkan diri kepada Kristus. Leluhurnyalah yang mempersembahkan diri kepadaku”. Dia tertawa ngekek lagi. Saya juga, mentertawakan kekeliruan saya. Jadinya kami terkekeh bersama. Namun dengan tegas kukatakan: “Kamu setan bodoh. Gampang dipancing ya hahaha… Maka acara kita satu-satunya di depan Sakramen Mahakudus nanti hanyalah memutuskan perjanjian itu dan kamu akan mengalami sengsara kekal. Go to hell! Kalau kamu ingin bahagia, ajaklah anak buahmu dan dirimu sendiri bertobat, kembali menyembah Allah yang benar! Jangan iri lagi karena Putra-Allah menjadi Manusia”… Mendengar perkataan ini, dia meradang, ”I hate you.. I hate all priests of Christ…!!!” Namun, setelah mendengar betapa ia membenci para imam, saya merasa mendapatkan kekuatan dan keharuan. Sebab itu artinya kami berada di pihak yang benar, sehingga kerenanya, Setan membenci kami. Saya membayangkan jajaran imam Tuhan dan uskup yang berada di pihak saya. Sungguh itu menguatkan batin saya.
Setan kalah di hadapan Kristus dalam Sakramen Mahakudus
Sementara itu pohon-pohon bambu Lembah Karmel sudah mulai tampak… Si Setan berteriak lagi, ”Rumah jelek! Mosok Tuhan mau tinggal di rumah jelek! Akulah tuhan.” Aku menjawabnya, ”Itulah bedanya Kristus dengamu, Jelek! Dia mau merendahkan diri, sedangkan kamu malah menyombongkan diri! Rasakan akibatnya, kebencian abadi bersamamu sajalah!’ Lalu kudengar ia merajuk lagi, ”Romo, ini saya, saya sudah sadar… saya mau pulang ke Bekasi, ke Jatibening, ini mau dibawa ke mana?” Tak terpengaruh atas rajukannya, saya menjawab, ”Sadar gundulmu kuwi! Kami mau membawamu ke hadapan Sakramen Mahakudus, Raja Semesta Alam yang penuh kuasa. Hanya kepadaNya semua lidah mengaku dan segala lutut bertelut, termasuk kamu!”
Pak Satpam membuka gerbang. Ia mengawal kami sampai ke samping kapel kecil (yang sebenarnya besar sekali). Mobil berhenti di jalan menanjak di samping kapel, di depan wisma St. Antonius. Tubuh mahasiswi itu kami bopong keluar mobil. Aneh sekali, badan yang kecil itu mempunyai bobotnya berlipat-lipat. Dia tertawa ngikik. Mengerikan sekali. Melihat pak Satpam yang tinggi besar, dia berkata seolah suara mahasiswi itu : ”Wah, ini dia bapakku”. Tapi segera dia mendesis-desis dan mengikik ketika kami bopong ke kapel, ” Kalian tak kan berhasil… tak kan berhasil kikikiiiiikkk….” Tubuh kecil namun berbobot itu kami baringkan di depan panti imam, di bawah altar, di lantai sebelum trap pertama. Jika dilihat dari ruang umat, kepalanya kami letakkan di sebelah kiri. Anton, Asrul dan Martha memegangi tangan dan kakinya. Saya minta dipinjamkan korek api dari pak Satpam untuk menyalakan lilin di kanan kiri tabernakel. Pak Satpam menyalakan lampu di patung Bunda Maria. Suasana temaram, dan dingin dini hari menggigit. Pukul 03.45. Saya berlutut di hadapan tabernakel. Saya memohon kekuatan dari Tuhan sendiri. Lalu saya turun, berlutut lagi di trap di sisi kiri si mahasiswi. Saya mengajak anak-anak mahasiswa itu berdoa. Saya berdoa: ”Tuhan Yesus yang hadir dalam Sakramen Mahakudus, dengan rendah hati kami bawa ke hadapanmu tubuh anakMu yang sedang dirasuki si Jahat. Kami tidak sanggup mengusirnya dengan kekuatan kami sendiri. Bertindaklah Tuhan atas dia, utuslah malaikat agungMu dan balatentara sorgawi membebaskan dia. Amin”. Lalu saya menghadapi tubuh mahasiswi itu dari trap, membelakangi altar dan Sakramen Mahakudus. Dengan duduk karena lelah, saya angkat tangan kanan saya di atasnya dan membuat gerakan tanda salib berkat dengan berkata (saya heran mengapa saya bisa mengatakan ini): ”Atas kuasa imamat rajawi yang diberikan Tuhan Yesus Kristus kepada GerejaNya dan kepadaku, aku melepaskan ikatan perjanjian kegelapan antara kamu dengan leluhur anak ini. Dalam Nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus, Amin.”
Tubuh anak yang berbaring itu tiba-tiba terjungkit, duduk, melengos ke depan, menatap tajam ke Asrul yang memegangi kakinya, lalu menoleh menatap tajam ke kiri menatap langsung ke mata saya….. Sedetik kemudian terkulailah tubuh si mahasiswi ini… Si jahat sudah keluar dari tubuhnya. Si mahasiswi ini lalu merintih : ”Romo, itu Tuhan Yesus… ooo Tuhan”, tangan kiri dan tangannya nya menggapai ke arah altar. Tapi kami bawa keluar dengan dituntun. Tapi ia melihat ke atas, ”Ooo… malaikat banyak sekali… oooh.. Romo, lihat?.. Ooo… Dia yang terjelek, hitam, telah diborgol… dimasukkan ke dalam kereta… Ooo Malaikat Agung Santo Mikael… ooh.. Sampai di pintu utama, anak itu minta kembali ke dalam, ”Romo, teman-teman, saya harus kembali… Itu Tuhan…” Dia kutuntun, dan dengan tangannya ia menggapai ke arah Tabernakel…” Sampai di panti imam, di samping kanan altar ia mencium patung kaki Kristus… Lalu menuju tabernakel, ia memeluk tabernakel itu erat-erat. ”Tuhan Yesus terima kasih.. Syukur kepadamu.. ” lalu ia menangis di situ beberapa saat. Setelah selesai, ia ke altar Bunda Maria, ia memeluk kaki patung Bunda Maria dan menangis: “Bunda, terima kasih atas doamu. Aku tak akan meninggalkan engkau dan putramu”…
Iman lebih kuat daripada segala yang jahat
Pak Satpam menyerahkan kunci wisma Antonius. Anak itu mulai mengeluh lapar dan haus. Pak Satpam menggendongnya. Kini ia tidak berat lagi. Dia membersihkan diri di wisma, sementara teman-teman yang lain membelikan makanan dan minuman di warung yang memang agak jauh, karena dapur rumah retret belum buka. Hari masih pukul 04.30 pagi. Setelah makan minum, anak itu bercerita kepada kami tentang kejadian semalam. Bahwa setelah makan malam, ia masuk kamar di villa, dan melihat dua orang manusia bertanduk. Ia takut, lalu menceritakan hal ini kepada temannya. Kedua makhluk itu marah karena diceritakan keberaadaannya kepada orang lain. Mereka mengancam akan merasuki semua peserta Rekoleksi KMK KAJ itu. Si mahasiswi menawar, karena ketakutan serta kasihan kalau semua peserta kesurupan, maka spontan dia mempersilakan mahluk itu merasuki dirinya saja. Ketika di depan altar itulah, sebenarnya dia hampir saja mengikuti kehendak Lucifer untuk mengikutinya. Pasalnya, Lucifer mengancam, jika ia tidak mau ikut, maka imam itulah yang akan dibunuhnya. Karena kasihan pada Romo, ia akan ikut saja. Tetapi melesat ada malaikat yang membisikinya, ”Romo itu baik-baik saja, maka lawanlah Lucifer, sementara kami akan menariknya keluar dari tubuhmu.” Maka ia berani melawan, dan Lucifer ditarik oleh balatentara malaikat, diborgol lalu dimasukkan ke dalam kereta yang melesat membuangnya ke neraka. Setelah itu tinggal Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang memeluk dan mendukungnya. Begitulah kesaksiannya. Namun bagi saya, ini juga adalah suatu kejadian iman melawan kuasa jahat di awal masa Adven 2010, tepat di Minggu pertama.
Sampai Minggu sore tak habis-habisnya saya, Asrul, Anton, Martha membicarakan hal ini. Juga teman-teman peserta rekoleksi KMK-KAJ Dekenat Timur dan OMK Wilayah Mikael Malaikat Agung dan St. Andreas. Semua membuahkan satu kenyataan: bahwa iman lebih kuat daripada kebencian, apalagi setan. Saya sendiri merasa dikuatkan dalam iman dan imamat saya, dan disadarkan akan kelemahan diri serta pertobatan. Saya makin yakin dan percaya bahwa alam maut tak akan menguasai Gereja sampai kapanpun sesuai dengan janji Tuhan. ”Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.” (Mat 16:18). Sungguh, kuasa Allah mengatasi segalanya. Berbahagialah semua orang yang percaya yang bersandar kepada-Nya dan mengandalkan Dia.
”Tuhan Yesus, hamba-Mu bersyukur atas pengalaman yang tak terlupakan ini. Aku semakin teguh mengimani kehadiran-Mu di dalam sakramen- sakramen-Mu. Syukur tak terkira untuk kuasa-Mu di dalam Sakramen Maha Kudus dan Imamat yang Engkau karuniakan kepadaku. Segala hormat, pujian dan syukur, kusampaikan kepada-Mu, Ya Tuhan Raja semesta alam. Amin.”
Terima kasih kepada semua yang telah membaca kisah sharing ini. Semoga kesaksian ini berguna bagi iman, harapan, dan kasih para pembaca, kepada Allah pencipta langit dan bumi.
Salam saya,
Yohanes Dwi Harsanto Pr.
Tanggapan umum dari Romo Santo (16 Des 2010)
Saudara-Saudari terkasih. Saya berterima kasih atas tanggapan Anda mengenai sharing iman saya. Yang namanya sharing iman sesuai dengan sifatnya, seharusnya tidak untuk dijadikan bahan diskusi. Jika berguna bagi iman Anda, silahkan dipakai, jika tidak berguna, silahkan ditinggalkan. Tentu saja harapannya ialah berguna membangun iman. Namun toh muncul berbagai pernyataan dan pertanyaan. Maka saya tertuntut untuk menanggapi walaupun secara umum saja.
1. Yang saya bagikan dalam sharing itu ialah apa yang saya alami dengan disaksikan dan didengarkan oleh orang-orang lain di tempat itu. Selebihnya saya tidak tahu, serta kenyataannya ialah bahwa tugas pokok saya dan karena itu juga minat saya bukan dalam hal ini. Namun, berdasarkan pembacaan saya atas buku terjemahan karangan romo Gabriele Armoth berjudul “Seorang Eksorsis Menceritakan Kisahnya” terbitan Marian Centre Indonesia Jakarta cetakan kedua 2010, imprimatur Mgr Hieronimus Bunbun (Uskup Keuskupan Agung Pontianak), maka saya menemukan beberapa hal yang membuka perspektif. Terima kasih pada seseorang ibu yang memberikan buku itu sehingga saya bisa membaca buku tersebut setelah ibu tersebut membaca apa yang saya sharingkan di website katolisitas. Saya bisa menyimpulkan bahwa yang saya alami dalam sharing saya di website katolisitas tak bertentangan dengan apa yang tertulis oleh buku tersebut, yang merupakan pengalaman eksorsis resmi salah satu keuskupan di Italia yang tentu saja isi bukunya sangat sesuai dengan Ajaran Katolik. Saya tuliskan saja jawaban atas pertanyaan saudara-saudari berdasar dari informasi buku setebal 259 halaman itu yang saya tuangkan pada point 2 hingga 10 berikut ini.
2. Setan merupakan ciptaan Allah. Mereka ialah makhluk rohani yang punya kebebasan dan kemauan karena mereka eks-malaikat. Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru memberikan banyak pernyataan mengenai setan dan bagaimana perlawanannya terhadap Kristus dan pemerintahan Kristus. Iblis (eks malaikat) menjadi yang terjahat. Para setan tetap berada dalam hirarki yang sama seperti dulu yang diberikan ketika masih malaikat: Pemerintah (Principalities), Singgasana (Thrones), Kerajaan (Dominion), dan seterusnya. Ia disebut pula pangeran dunia, penguasa kegelapan, pendusta, pendengki, si jahat dan semacamnya. Karena mereka pendusta, maka bisa saja ia berdusta, berbohong mengancam, memutarbalikkan fakta dan semacamnya. Tujuannya hanya satu, ialah menghalangi atau menjauhkan manusia dari Kristus. Mereka iri mengapa Sabda Allah menjadi manusia, memberontak, dilemparkan ke bumi (Lihat kitab Wahyu 12).
3. Setan bagaimanapun ciptaan Allah dan atas seizin Allah belaka mereka bergerak dengan kehendak bebas. Seperti juga bahwa kejahatan meruyak di dunia oleh kehendak bebas manusia, setan pun bergerak menyebarkan kejahatan dengan kehendak bebasnya. Mengenai bagaimana lepasnya lagi Iblis dari neraka, juga merupakan misteri Ilahi. Dalam Kitab Wahyu 12, iblis jatuh ke dunia. Pertempuran berlanjut di dunia. Yang jelas, Kristus memerintahkan dengan penuh cinta kasih, para malaikat dan para kudus serta Bunda Maria sendiri untuk membantu kita dengan perlindungan dan doa-doa mereka untuk melawan si jahat.
4. Mengenai pertanyaan apakah Gereja melalui Konsili Vatikan II (1962-1965) sudah mencabut buku upacara eksorsisme. Dengan tegas saya menjawab: tak pernah ada pencabutan. Konsili Vatikan II bahkan memperbaharui seluruh liturgi sakramen dan upacara sakramentalia, termasuk Rituale Exorcisme. Rituale ini telah terbit tahun 1985 dan yang terbaru terbit tahun 1999. Tak ada satu dokumen pun dari seluruh Konsili Vatikan II yang menyatakan pelarangan terhadap eksorsisme.
5. Pandangan Gereja mengenai Konsili Vatikan II bahkan menyebutnya dengan jelas perlawanan setan: “Sebab seluruh sejarah manusia sarat dengan perjuangan sengit melawan kekuatan kegelapan. Pergulatan itu mulai sejak awal mula (Gaudium et Spes artikel 37). “Akan tetapi manusia yang diciptakan Allah dalam kebenaran, sejak awal mula sejarah, atas bujukan si jahat, telah menyalahgunakan kebebasannya. Manusia memberontak melawan Allah dan ingin mencapai tujuannya di luar Allah. Meskipun orang-orang mengenal Allah, namun mereka tidak mau memuliakanNya sebagai Allah melainkan hati mereka yang bodoh diliputi kegelapan, dan mereka memilih mengabdi makhluk daripada Sang Pencipta” (GS artikel 13). “Allah telah mengutus PutraNya dalam daging kita. Allah bermaksud merebut manusia dari kuasa kegelapan iblis (Ad Gentes artikel 3).
Romo Armorth menyatakan: “Maka, mereka yang menyangkal keberadaan dan kegiatan iblis, tak mampu memahami pencapaian yang dilakukan oleh Kristus”. Orang Katolik berdasar credo (syahadat, khususnya syahadat yang panjang) percaya bahwa ada makhluk yang tidak tampak pun diciptakan oleh Allah Bapa. Iblis yang dikalahkan Kristus berperang melawan pengikut-pengikut Kristus. Pertempuran melawan roh-roh jahat “dimulai sejak awal dunia dan menurut amanat Tuhan akan tetap berlangsung hingga kiamat” (GS artikel 37). Maka tugas kita ialah berusaha agar dalam segalanya berkenan pada Tuhan (bdk. 2Kor 5:9). Kita pun harus “mengenakan perlengkapan senjata Allah supaya kita mampu bertahan menentang tipu muslihat setan serta mengadakan perlawanan pada hari yang jahat… Sebab sebelum memerintah bersama Kristus dalam kemuliaanNya, kita akan menghadap tahta pengadilan Kristus supaya masing-masing menerima ganjaran bagi apa yang dijalankannya dalam hidupnya ini, entah itu baik atau jahat” (bdk. 2Kor 5:10, LG 48).
6. Buku Upacara Sakramentalia untuk Eksorsisme yang sebagian doa-doanya dikutip Romo Gabriel Armorth dalam bagian akhir bukunya (hlm 253 dst) ialah buku resmi dari tahun 1985. Pada tahun 1999 telah diterbit buku yang baru. Buku-buku eksorsisme ini, baik yang lama (1985) maupun yang baru (1999) belum diterjemahkan secara resmi ke dalam bahasa Indonesia oleh Komisi Liturgi KWI. Dalam buku ini disebut sarana-sarana sakramentalia yaitu air suci, air suci, minyak suci, garam yang diberkati, salib, dan benda-benda kudus lain, serta stola imam.Memang, karena buku eksorsisme merupakan pegangan imam, seperti halnya buku Tata Perayaan Ekaristi dan buku-buku Sakramen, maka hanya imamlah yang boleh melakukan upacara eksorsisme menurut dengan langkah-langkah dalam buku itu. Sedangkan di luar itu tidak boleh disebut sebagai eksorsisme melainkan pelepasan yang bisa dilakukan siapapun dalam nama Yesus Kristus.
7. Meskipun peperangan melawan iblis berlangsung dengan melibatkan semua manusia sepanjang zaman, namun kekuasaan iblis lebih hebat jika kedosaan dan kemerosotan moral masyarakat meningkat. Hendaknya kita mengingat perkataan Santa Theresia Avilla seperti dikutip dalam buku tersebut pada halaman 85-88. Romo Armorth meminta kita menghapuskan ketakutan yang tak beralasan mengenai setan ini. Sebagian kutipannya sebagai berikut: “…saya tidak pernah takut pada mereka melainkan tampaknya merekalah yang takut pada saya. Saya tidak pernah memberikan perharian kepada mereka lebih dari kepada lalat-lalat. Saya rasa mereka ialah pengecut. Musuh-musuh ini tidak tahu bagaimana menyerang, kecuali menyerang mereka yang takluk kepada mereka, atau ketika Allah mengizinkan mereka melakukan itu demi kebaikan yang lebih besar bagi pelayan-pelayan-Nya… Kita memahami bahwa kerusakan yang lebih besar dapat menimpa kita akibat satu dosa ringan dibandingkan dari seluruh neraka bersatu karena hal ini demikianlah adanya. Betapa para setan ini membuat kita takut karena kita ingin dibuat takut melalui keterikatan-keterikatan lain: terhadap penghormatan, kepemilikan dan kesenangan-kesenangan! … Namun jika kita membenci itu semua untuk Allah dan kita memeluk salib serta melayani Allah, maka setan akan kabur. Setan ialah sahabat kebohongan dan setan ialah kebohongan itu sendiri. Setan tidak akan membuat perjanjian dengan siapapun yang berjalan dalam kebenaran”.
8. Mengenai siapa yang bisa melepaskan orang dari kerasukan setan. Siapapun pengikut Kristus dan setiap orang serta komunitas yang berseru dalam nama Yesus Kristus mampu melakukannya dengan baik. Namun hal ini harus dalam rangka pelayanan, bukan mencari keuntungan pribadi. Dalam Gereja Katolik, walaupun tiap orang baik awam maupun imam diberi kuasa (dan untuk imam kuasanya khusus karena imamatnya), namun secara resmi, praktek mengenai hal ini hanya diberikan oleh Uskup dan hanya untuk imam-imam tertentu saja. Maksudnya agar ketertiban dan fokus pastoral keuskupan tetap terjaga. Maka yang penting bagi umat dan imam pada umumnya ialah melakukan tugas sebaik-baiknya di bidang masing-masing dan saling berkomunikasi dengan baik. Buah-buah dari karya pelayanan ini pastilah baik jika dilakukan menurut ketaatan pada otoritas Gerejawi setempat. Kegiatan di luar itu disebut pelepasan atau pembebasan dari setan, bukan eksorsisme, karena eksorsisme sebenarnya ialah ritual atau upacara sakramentali yang ada buku pedomannya, seperti halnya tata ibadat lainnya dalam Gereja Katolik. Yang saya lakukan itu ialah keadaan darurat.
9. Mengenai pendosa yang melepaskan setan, maka hal itu tidak masalah. Setiap orang berdusta jika mengatakan tak berdosa. Namun Roh kudus dengan kebebasan ilahi, memberikan karismaNya sekehendak hatiNya. Karisma tidak diberikan untuk kemuliaan dan keuntungan pribadi si penerima, namun sebagai suatu pelayanan kepada saudara-saudarinya. Maka hal ini mesti diatur. Gereja mempunyai karisma untuk mengatur karisma-karisma, dan melakukan discernment oleh otoritas Gerejawi (op cit hlm. 197-198).
10. Katekismus Gereja Katolik menyatakan dengan tegas melarang umat melakukan kerjasama dengan kuasa kegelapan (okultisme dll).
KGK 2116 Segala macam ramalan harus ditolak: mempergunakan setan dan roh jahat, pemanggilan arwah atau tindakan-tindakan lain, yang tentangnya orang berpendapat tanpa alasan, seakan-akan mereka dapat “membuka tabir” masa depan Bdk. Ul 18:10; Yer 29:8.. Di balik horoskop, astrologi, membaca tangan, penafsiran pratanda dan orakel (petunjuk gaib), paranormal dan menanyai medium, terselubung kehendak supaya berkuasa atas waktu, sejarah dan akhirnya atas manusia; demikian pula keinginan menarik perhatian kekuatan-kekuatan gaib. Ini bertentangan dengan penghormatan dalam rasa takwa yang penuh kasih, yang hanya kita berikan kepada Allah.
Segala macam ramalan harus ditolak: mempergunakan setan dan roh jahat, pemanggilan arwah atau tindakan-tindakan lain, yang tentangnya orang berpendapat tanpa alasan, seakan-akan mereka dapat “membuka tabir” masa depan (Bdk Ul 18:10; Yer 29:8). Di balik horoskop, astrologi, membaca tangan, penafsiran pratanda dan orakel (petunjuk gaib), paranormal dan menanyai medium, terselubung kehendak supaya berkuasa atas waktu, sejarah dan akhirnya atas manusia; demikian pula keinginan menarik perhatian kekuatan-kekuatan gaib. Ini bertentangan dengan penghormatan dalam rasa takwa yang penuh kasih, yang hanya kita berikan kepada Allah.
Itulah sebabnya, orang yang sudah dibaptis dan menerima Kristus pun bisa kerasukan karena di samping setan itu makhluk rohani yang punya kebebasan untuk menyerang ataupun pasif, manusia pun ialah makhluk yg punya kebebasan untuk melakukan apapun termasuk melakukan hal-hal yg melemahkan dirinya sendiri, seperti melakukan dosa, ataupun menyerahkan orang lain pada pihak si jahat. Yudas ialah contoh paling tepat untuk hal ini. Setelah ia menyantap roti bersama Kristus, ia malah kerasukan iblis.
KGK 2117 Semua praktik magi dan sihir, yang dengannya orang ingin menaklukkan kekuatan gaib, supaya kekuatan itu melayaninya dan supaya mendapatkan suatu kekuatan adikodrati atas orang lain – biarpun hanya untuk memberi kesehatan kepada mereka – sangat melanggar keutamaan penyembahan kepada Allah. Tindakan semacam itu harus dikecam dengan lebih sungguh lagi, kalau dibarengi dengan maksud untuk mencelakakan orang lain, atau kalau mereka coba untuk meminta bantuan roh jahat. Juga penggunaan jimat harus ditolak. Spiritisme sering dihubungkan dengan ramalan atau magi. Karena itu Gereja memperingatkan umat beriman untuk tidak ikut kebiasaan itu. Penerapan apa yang dinamakan daya penyembuhan alami tidak membenarkan seruan kepada kekuatan-kekuatan jahat maupun penghisapan orang-orang lain yang gampang percaya.
Semua praktik magi dan sihir, yang dengannya orang ingin menaklukkan kekuatan gaib, supaya kekuatan itu melayaninya dan supaya mendapatkan suatu kekuatan adikodrati atas orang lain – biarpun hanya untuk memberi kesehatan kepada mereka – sangat melanggar keutamaan penyembahan kepada Allah. Tindakan semacam itu harus dikecam dengan lebih sungguh lagi, kalau dibarengi dengan maksud untuk mencelakakan orang lain, atau kalau mereka coba untuk meminta bantuan roh jahat. Juga penggunaan jimat harus ditolak. Spiritisme sering dihubungkan dengan ramalan atau magi. Karena itu Gereja memperingatkan umat beriman untuk tidak ikut kebiasaan itu. Penerapan apa yang dinamakan daya penyembuhan alami tidak membenarkan seruan kepada kekuatan-kekuatan jahat maupun penghisapan orang-orang lain yang gampang percaya.
Sekali lagi saya pun berpengetahuan minim mengenai hal ini, juga setelah mengalami proses yang saya sharingkan itu. Saya baru mendapat sedikit pencerahan mengenai hal ini setelah saya selesai membaca buku tersebut di atas. Oh, ya mengenai pertanyaan apakah anak tersebut ialah anak salah seorang ibu yang bertanya, dengan tegas saya katakan bukan, karena identitas ibu tersebut lain sekali dari identitas si penanya. Sekali lagi, mari kita lanjutkan pekerjaan kita dengan tetap berfokus pada pelaksanaan kehendak Allah melalui Kristus dalam Roh Kudus dengan memperhatikan fokus pastoral keuskupan dan paroki.
Demikian jawaban saya. Terima kasih dan berkat Tuhan.
Salam
Y Dwi Harsanto Pr
ngantar dari editor:
Terima kasih, Romo Santo. Alangkah luar biasa kesaksian Romo ini, dan kami bersyukur Romo mau membagikannya kepada kami semua. Kesaksian Romo semakin menguatkan iman kita, bahwa Tuhan hadir di dalam Gereja-Nya terutama di dalam Sakramen Maha Kudus. Secara khusus, Kristus menyertai para imam-Nya, dan sakramen Imamat yang diberikan kepada mereka merupakan rahmat tak ternilai yang diberikan kepada semua orang percaya. Sebab melalui para imamNya, Tuhan menjaga dan melindungi GerejaNya. Pengalaman Romo Santo ini menjadi bukti akan sabda Tuhan kepada para murid-Nya, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di surga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di surge. (Mat 18:18)….”Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu sampai kepada akhir jaman.” (Mat 28:20). Sungguh ada kuasa dalam nama Yesus, yang mematahkan segala ikatan kuasa jahat. Sebab “dalam nama Yesus, bertekuk lutut segala yang ada di langit dan di bumi, dan segala lidah mengaku “Yesus Kristus adalah Tuhan” bagi kemuliaan Allah, Bapa!” (Flp 2:11) Terpujilah Allah Bapa dan Putera Raja semesta alam, dalam persekutuan dengan Roh Kudus, bersama semua para malaikat dan para orang kudus-Nya. Biarlah kekuatan surga dan kerajaan Allah semakin meraja di seluruh bumi!
Saudara-Saudari terkasih, dan para imam yang terhormat. Rasa hati saya masih menggelegak, bergetar, tremendum-fascinoscum oleh pengalaman pertama saya melakukan eksorsisme. Pertama-tema saya mengucapkan terima kasih kepada Bruder Yohanes FC yang telah pernah memposting teks resmi mengenai doa exorcism dari Vatikan ke milist komunikasi KAS. Saya sempat membacanya sambil lalu waktu itu, namun puji Tuhan, saya dapat ingat akan apa yang tertulis di postingan bruder ketika harus menghadapinya sendiri. Melalui pengalaman saya melakukan eksorsisme, sayapun semakin bersyukur atas rahmat Sakramen Imamat kepada Gereja, yang ternyata memang menjadi sasaran tembak utama setan namun sekaligus juga alasan ketakutan setan.
Panggilan menjelang tengah malam
Kisahnya demikian: Pada hari Sabtu, tanggal 27 November 2010, saya mendampingi rekoleksi OMK (Orang Muda Katolik) Stasi Tambun paroki Bekasi di Cipanas. Dewan Stasi dan Paroki turut mendampingi. Acara berlangsung dengan baik dan inspiratif sampai malam hari. Setelah acara api unggun, semua peserta dan penyelenggara bersiap untuk tidur. Sayapun masuk ke kamar saya. Baru saja saya jatuh tertidur, pintu kamar saya diketuk. Saudari Marta dan Anton serta beberapa orang yang lain memberitahu saya, bahwa di Cibulan di daerah bawah Cisarua, ada sekelompok Mahasiswa KAJ dekenat Timur yang sedang rekoleksi, dan mereka membutuhkan bantuan imam untuk menghadapi empat orang mahasiswi yang sedang kesurupan. Satu orang di antara mereka bahkan telah menghilang dan tidak ada di villa. Romo pendamping yakni Rm. Hari Sulistyo sudah pulang dan tidak akan kembali lagi ke sana.
Saya terhenyak. Pikiran saya langsung bekerja: jarak antara Cipanas hingga Cibulan adalah sekitar 15 Km. Cukup jauh. Menjelang pukul sebelas malam begini pula…. Namun hati saya tergerak untuk menolong. Akhirnya saya memutuskan untuk berangkat ke sana disertai oleh Martha dan Anton. Sambil mengemudikan mobil, saya mengingat kembali postingan bruder Yohanes dalam milist, apakah ciri-ciri orang kerasukan setan dan perbedaannya dengan orang yang mengalami stress berat/depresi. Lalu saya berpikir, ah, jangan-jangan mereka hanya depresi saja. Biasanya perempuanlah yang suka kesurupan, dan benar juga, perempuanlah yang dikatakan kesurupan malam ini. Jujur saja, sebenarnya saya termasuk golongan orang yang skeptis dalam urusan semacam ini. Maksud saya datang hanyalah sekedar menenangkan anak-anak itu saja. Kehadiran pastoral sajalah, demikian pikir saya. Namun demikian, saya tetap mencoba mengingat- ingat kembali teks itu. Kebetulan handphone BB saya hang setelah tersiram air teh di gerbong kereta api saat saya kembali dari Jogja ke Jakarta hari Jumat dinihari kemarin. Karena itu, saya tidak dapat membuka kembali teks dari milist itu. Saat itu saya tak punya pilihan lain, selain berusaha mengingat- ingat sendiri saja, sambil berbincang-bincang dengan Anton dan Marta.
Villa tua, tempat si jahat beraksi
Sesampainya kami di villa tua itu, terlihat para “pasien” sudah terlentang dan tengkurap tidur. Mereka dipisahkan di tiga tempat. ’Pasien’ yang hilang sudah ditemukan. Menurut berita, ia kini berada di kamar atas. Dari keempat anak itu, ada satu orang yang kata mereka paling kuat. Karena villa itu tidak dikelola Gereja dan bukan tempat khusus retret, maka reaksi spontan orang sekitar villa adalah memanggil Pak Kiyai/dukun setempat. Mbah dukun itu sudah dipanggil sejak pukul tujuh malam tadi dan gagal, lalu pulang. Kata mbah dukun, jenis ini bukan yang dia ketahui. Mereka memanggil pula pak Pendeta Protestan dari gereja terdekat. Namun kata mereka, Pak pendeta juga menyatakan tak sanggup pula, lalu pulang. Terlihat para mahasiswa masih menggenggam rosario dan berdoa bersama. Ada salib besi tergeletak di sofa. Pasien terparah itu adalah seorang perempuan berperawakan kecil saja. Ia tergolek tengkurap di sofa, ditunggui oleh teman-temannya. ”Ia sudah tidur”, demikian kata mereka. Karena kondisi sudah tenang, saya spontan memutuskan: ”Ya sudah saya kembali saja, kan anaknya sudah tidur… ” Tetapi beberapa mahasiswa meminta saya melihat dulu kondisi gadis yang terparah itu. Kata mereka, tadi dia kuat sekali. Delapan orang mahasiswa lelaki yang kuat pun dia hempaskan. Rosario yang mereka kalungkan di lehernya ia putuskan, dan ia lemparkan ke halaman. Anehnya, rosario itu kemudian mereka temukan berada di WC villa. Salib besi itu juga telah ia ludahi. Kata mereka, suaranya pun berubah seperti bukan suara gadis itu. Hhmm… Masih dengan agak skeptis, saya mendekatinya.
Kuncinya: jangan berkompromi dengan setan
Terlihat badan gadis itu tengkurap, mata terpejam separuh. Dari situ terlihat manik matanya…. melihat ke arah mata saya… Aneh… Saya agak tersinggung. Lha kok dia melirik ke saya terus. Kepalan tangannya menggenggam erat. Saya duduk di sofa yang sama, dekat punggungnya. Ia mengais punggung bawah sambil keluar bunyi desis dari mulutnya, sampai bajunya terlihat sobek sedikit. Desisnya berbunyi ”panasss” …..Lalu, saya nekad… Saya pegang tangannya. Ia memberontak. Saya buka genggaman tangannya, dia melawan dengan sebaliknya. Posisinya masih menelungkup. Saya ingat postingan teks dari bruder Yohanes. Ciri kerasukan setan yang membedakannya dari depresi antara lain adalah, jika disebut nama Malaikat Agung Santo Mikael, atau nama Para Kudus, juga Bunda Maria dan Tuhan Yesus Kristus, maka ia tentu akan bereaksi dengan keras. Agak skeptis, namun tetap dengan memegang erat jari-jari kaku yang mencekam dari anak itu, saya katakan dengan suara wajar namun jelas terdengar, ”Keluarlah dari badan anak ini! Dalam nama Yesus Kristus Tuhanmu, serta Malaikat Agung Santo Mikael yang kepadanya kamu membangkang, keluarlah”.
Namun reaksi anak itu begitu mengejutkan kami semua, termasuk saya sendiri. Dengan gerakan cepat dan tak terpahami dari sudut mekanika badan manusia, ia berkelit langsung menatap wajahku, face to face, eyes to eyes….Ia mendesis menatap lurus ke mata saya, matanya penuh kebencian… Lalu dia berkata: ”Jangan sebut nama itu! Itu musuh kami!”. Dia bertanya : ”Apakah kamu takut, Bapa?” Saya menjawab, ”Kamulah yang takut!” Kemudian, dengan tatapannya yang tajam dia bertanya, ”Mengapa Bapa mengusir saya? Saya juga anak Tuhan. Kalau tidak, tentu saya tidak ada!” Segera kujawab, ”Kamu anak Tuhan yang tidak taat, sombong. Mengapa kamu memasuki anak ini?” Namun setan itu menjawab enteng saja, ”Tempat ini nyaman. Saya mau pergi asalkan anak ini kubawa. Saya telah menambah penyakit pada dirinya, meremas alat cernanya, dan membunuhnya. Itu salah Bapa kalau Bapa memaksakan kehendak”. Saya tidak mau diajak tawar menawar dengan setan. Maka saya menjawab: ”Tidak ada kompromi. Kamu tidak bisa membunuh anak ini dan tidak akan mampu membawa nyawanya”. Setan inipun menantang saya dengan mengatakan bahwa ia tidak takut pada imamNya, tidak takut pada Sakramen dan tidak takut pada Yesus, karena dia juga mengaku sebagai anakNya.
Pergumulan dari tengah malam sampai dini hari
Maka sejak pukul 23.45 hingga memasuki hari Minggu dini hari, saya dan para mahasiswa Katolik di sana bergumul untuk mengusir setan dari anak itu. Ia yang kesurupan itupun berubah dari waktu ke waktu. Kadang-kadang suaranya berubah menjadi lembut bak wanita cantik, namun kemudian menjadi ganas. Kadang ia tertawa ngikik, kadang menantang, kadang merunduk sok kalah. Kadangkala ia merajuk minta dikasihani. Anak itu muntah-muntah berkali-kali. Kadang setan melepaskan anak itu, lalu masuk lagi. Ketika anak itu dilepas, si anak mengeluh, ”Romo, saya tak kuat, badan saya dan usus serta lambung sakit semua. Saya mau mati saja, dan takut”. Kami menguatkan agar ia berani melawan. Ternyata si anak ini juga diberitahu oleh setan bahwa Romo akan dibunuhnya jika anak itu tidak taat padanya. Maka si anak merasa lemah, karena tak mau Romo diapa-apakan oleh setan.
Namun, yang paling mengejutkan ialah, walaupun setan itu dapat keluar meninggalkan anak itu tetapi selang beberapa menit, namun kemudian setan kembali memasuki anak itu dengan jumlah yang makin banyak. ”Kami ini Legion”, katanya jelas sekali. Ia fasih berbahasa Inggris dan Jawa. Hal ini terjadi ketika saya mengajak dia berdialog dalam bahasa Inggris dan Jawa, sekedar mengetes apakah itu benar-benar setan ataukah hanya ’acting’ anak itu. Saya tetap mengingat teks postingan bruder di milist itu, dan makin yakin akan kebenaran isinya. Saya katakan padanya, ”Kekuatanmu hanya seperempat. Masih ada Malaikat Agung Santo Mikael, serta Gabriel dan Rafael.” Mendengar ini, ia mundur dan melepaskan anak itu. Tiba-tiba ia masuk lagi dan berkata, ”You are stupid, Father”, lalu menghantam saya. Suatu saat ia terjatuh tepat di salib, dan kontan ia menjerit kepanasan. Maka para mahasiswa menempelkan salib-salib mereka. Ia berteriak kepanasan dan tersiksa. Begitulah, si setan itu pergi lagi. Namun dengan cepat ia kembali lagi, dengan membawa lebih banyak lagi setan bersamanya. Ia mau menguras kekuatan saya. ”Sampai kapan Bapa bisa bertahan? Akan kukuras tenagamu, Bapa!”. Saya menjawab sambil teringat Mzm 121:2, ”Kekuatanku datang dari Allah, yang menjadikan langit dan bumi”. Kami bertempur lagi. Si setan menjerit-jerit, dan kemudian ia lari lagi… Lalu saya mendengar berita bahwa ketiga mahasiswi lain sudah dilepaskan. Semua setan kemudian berpindah merasuki mahasiswi yang satu ini.
”Aku, Lucifer”
Ketika masuk lagi yang terakhir kali ke dalam anak itu, dia memeluk saya. Dengan seolah suara si mahasiswi, dia mengendus tengkuk saya sambil berbisik, ”Aku Lucifer”. Saya merinding. Terasa bulu kuduk saya berdiri dan ketakutan mendera. ”Kamu takut, Romo?” katanya dengan lembut di telinga saya. ”Aku akan mengincarmu terus sampai kapanpun”. Tiba- tiba bangkitlah keberanian saya. Saya berteriak kepada para mahasiswa: ”Kita mendapat kehormatan, sampai Lucifer sendiri, si penghulu Setan, datang!” Para mahasiswa terbawa emosi, mereka berdoa makin keras. Ada pula yang berteriak, ”Hancurkan saja… Sikat dia,Romo!”. Setan itu berkata, ”Paus Yohanes Paulus II memarahiku”. Kujawab, ”Tak hanya Paus Yohanes Paulus II, semua paus dan uskup, dan imam memarahimu, bahkan Tuhanmu Yesus dan Malaikat Agung Mikael atasan langsungmu! Taatlah kepadaNya!” ”Sayalah tuhan”, jawabnya sinis. Saya membanting dia, dan kami berpegangan tangan sambil saling melawan. Saya mulai berkeringat dan tenaga saya terkuras, tetapi tetap saja saya melawannya. Saya mengatakan, ”Kamulah yang ketakutan, melihat kami semua dan Tuhanmu! Lepaskan badan anak ini, karena dia sudah menerima Sakramen Ekaristi! ” Lucifer menjawab: ”Aih, itu hanya roti biasa! Dan kalian imam-imam semua bodoh!” Mendengar perkataannya, saya marah sekali. ”Kamu sudah melawan kuasa imamat rajawi Tuhan Yesus Kristus! Kamu mau melawan imamatNya?” Lalu ia menjawab dengan nada meremehkan, ”Aku tak takut, Romo, pada imamatmu!”
Ke kapel Lembah Karmel kami membawanya
Ketika Lucifer menantang imamat saya, saya marah. Saya minta tas saya kepada para mahasiswa. Saya melepaskan dia dulu untuk mengambil peralatan aspergil dan stola serta minyak suci, sementara dia ditahan oleh para mahasiswa yang ”menimbunnya”: dengan doa-doa Salam Maria, Bapa Kami, Aku Percaya, serta menindihnya dengan tubuh-tubuh kuat mereka. Ketika saya datang lagi, saya percikkan dia dengan air suci. Ia menjerit kepanasan, dan lari. Saat itu, saya berpikir, ini sudah dini hari, semua akan kacau jika tak diakhiri. Oleh karena itu, saya memerintahkan agar tubuh mahasiswi ini digotong dan dievakuasi. Mereka menggotongnya masuk ke mobil saya, lalu saya tancap gas dengan tujuan ke Lembah Karmel. Saya menelpon Mbak Sari dan Suster Lisa P Karm. Mbak Saridengan sigap telah meminta Satpam membuka gerbang dan pintu kapel.
Si mahasiswi dipegangi oleh Martha, Anton dan Asrul. Ia berteriak, ”Cepat Romo, cepat… dia mengejar…” katanya panik. Kami tetap berdoa Aku Percaya, Bapa Kami, dan Salam Maria. Tiba-tiba suara mahasiswi berubah lagi, ”Haaa. Mau dibawa ke mana anak ini, Bapa? Aku telah menambah lagi penyakitnya. Aku meremas jerohannya… Anak ini hanya sampai dini hari ini, Bapa. Bapalah yang harus tanggungjawab atas kematiannya!” Kemudian, anak itu muntah-muntah di mobil. Anton, Asrul dan Marta tetap berdoa dengan memeganginya yang berontak ke sana kemari. Saya mengatakan kepada Setan itu, ”Kamulah yang harus bertanggungjawab. Jangan memutarbalik fakta, dasar setan! Kamu telah melecehkan Sakramen Mahakudus. Kamu akan kubawa ke hadapan Yesus, supaya tahu rasa kamu nanti. Mau lepaskan dia sekarang, atau nanti kamu makin sengsara di hadapan Raja Semesta Alam!” Lalu dia mulai merayu lagi, ”Sia-sia semua ini Bapa… Bapa besok banyak acara kan? Ditunggu banyak umat.. sudahlah Bapa kembali saja istirahat”. Saya jawab: “Acara satu-satunya imam Tuhan ialah mengenyahkan kamu ke neraka!” Di situlah selama perjalanan ia menawari saya apapun akan diberikan asalkan saya tunduk pada keinginannya. Namun, saya tak mau berkompromi. Saya katakan dengan tegas bahwa dia yang harus tunduk pada Kristus! Mendengar ini ia berkata, ”Sayalah tuhan, I am the Lord”. Saya tertawakan dia. Lalu ia mengancam akan menggulingkan mobil. Saya menjawab, ”Ini mobil para uskup Indonesia. Tak bakalan kau berhasil menggulingkannya!”Saya mengingatkannya akan Santo Yohanes Maria Vianney yang dia bakar tempat tidurnya gara-gara tak mampu mengalahkan imam kudus itu. Di hatiku aku berharap, Santo Yohanes Maria Vianney, kumohon agar engkau mendoakan aku untuk mengalahkan Setan ini…
Lalu si Setan lalu merajuk lagi, ”Ah kenapa tenagaku melemah, tak sekuat tadi”. Anak-anak mahasiswa ikut menjawab, ”Rasain lu.” Dia mendamprat : ”Apa lo, bocah kemarin sore!” Saya menjawabnya, ”Mereka bukan bocah kemarin sore. Mereka anak-anak Tuhan semesta alam”. Sepanjang jalan kami berdebat dengan bahasa Inggris, Jawa, dan Indonesia. Mobil bagaikan terbang… dalam setengah jam kami mendekati Lembah Karmel, dan semakin mendekati Sakramen Mahakudus. Lagi- lagi, Setan itu mulai menendang dan berontak. Kukatakan padanya, ”No place for evil, you know!” Kutantang dia, ”Kenapa kau kuasai anak ini. Apa salahnya?” Dia menjawab, “Bukan salah anak ini, tetapi ayahnya”. Kujawab: “Ya, aku tahu, berarti ayahnya mengikat perjanjian kegelapan denganmu. Nanti acara kita di rumah Tuhan hanya satu, ialah memutus perjanjian leluhur anak ini dengan Lucifer keparat ini!” Kemudian dia mengikik mirip nenek Lampir dalam film Misteri Gunung Merapi, atau mirip kuntilanak. Dia katakan: “Bukan, bukan begitu imam bodoh.Kamu memang imam munafik dan pendosa!” Aku menjawab, “Aku memang pendosa, namun tidak memberontak kepada Tuhan seperti kamu!”. Dia menjawab lagi, “Ayahnyalah yang mempersembahkan diri kepadaku, Bodooh!” Kupancing dia, “Jadi, ayahnya mengikat perjanjian denganmu bukan?” Dia jawab: “Bukan, bodoh! Kamu keliru, imam bodoh. Ayahnya mempersembahkan diri kepada Kristus. Leluhurnyalah yang mempersembahkan diri kepadaku”. Dia tertawa ngekek lagi. Saya juga, mentertawakan kekeliruan saya. Jadinya kami terkekeh bersama. Namun dengan tegas kukatakan: “Kamu setan bodoh. Gampang dipancing ya hahaha… Makaacara kita satu-satunya di depan Sakramen Mahakudus nanti hanyalah memutuskan perjanjian itu dan kamu akan mengalami sengsara kekal. Go to hell! Kalau kamu ingin bahagia, ajaklah anak buahmu dan dirimu sendiri bertobat, kembali menyembah Allah yang benar! Jangan iri lagi karena Putra-Allah menjadi Manusia”… Mendengar perkataan ini, dia meradang, ”I hate you.. I hate all priests of Christ…!!!” Namun, setelah mendengar betapa ia membenci para imam, saya merasa mendapatkan kekuatan dan keharuan. Sebab itu artinya kami berada di pihak yang benar, sehingga kerenanya, Setan membenci kami. Saya membayangkan jajaran imam Tuhan dan uskup yang berada di pihak saya. Sungguh itu menguatkan batin saya.
Setan kalah di hadapan Kristus dalam Sakramen Mahakudus
Sementara itu pohon-pohon bambu Lembah Karmel sudah mulai tampak… Si Setan berteriak lagi, ”Rumah jelek! Mosok Tuhan mau tinggal di rumah jelek! Akulah tuhan.” Aku menjawabnya, ”Itulah bedanya Kristus dengamu, Jelek! Dia mau merendahkan diri, sedangkan kamu malah menyombongkan diri! Rasakan akibatnya, kebencian abadi bersamamu sajalah!’ Lalu kudengar ia merajuk lagi, ”Romo, ini saya, saya sudah sadar… saya mau pulang ke Bekasi, ke Jatibening, ini mau dibawa ke mana?” Tak terpengaruh atas rajukannya, saya menjawab, ”Sadar gundulmu kuwi! Kami mau membawamu ke hadapan Sakramen Mahakudus, Raja Semesta Alam yang penuh kuasa. Hanya kepadaNya semua lidah mengaku dan segala lutut bertelut, termasuk kamu!”.
Pak Satpam membuka gerbang. Ia mengawal kami sampai ke samping kapel kecil (yang sebenarnya besar sekali). Mobil berhenti di jalan menanjak di samping kapel, di depan wisma St. Antonius. Tubuh mahasiswi itu kami bopong keluar mobil. Aneh sekali, badan yang kecil itu mempunyai bobotnya berlipat-lipat. Dia tertawa ngikik. Mengerikan sekali. Melihat pak Satpam yang tinggi besar, dia berkata seolah suara mahasiswi itu : ”Wah, ini dia bapakku”. Tapi segera dia mendesis-desis dan mengikik ketika kami bopong ke kapel, ” Kalian tak kan berhasil… tak kan berhasil kikikiiiiikkk….” Tubuh kecil namun berbobot itu kami baringkan di depan panti imam, di bawah altar, di lantai sebelum trap pertama. Jika dilihat dari ruang umat, kepalanya kami letakkan di sebelah kiri. Anton, Asrul dan Martha memegangi tangan dan kakinya. Saya minta dipinjamkan korek api dari pak Satpam untuk menyalakan lilin di kanan kiri tabernakel. Pak Satpam menyalakan lampu di patung Bunda Maria. Suasana temaram, dan dingin dini hari menggigit. Pukul 03.45. Saya berlututdi hadapan tabernakel. Saya memohon kekuatan dari Tuhan sendiri. Lalu saya turun, berlutut lagi di trap di sisi kiri si mahasiswi. Saya mengajak anak-anak mahasiswa itu berdoa. Saya berdoa: ”Tuhan Yesus yang hadir dalam Sakramen Mahakudus, dengan rendah hati kami bawa ke hadapanmu tubuh anakMu yang sedang dirasuki si Jahat. Kami tidak sanggup mengusirnya dengan kekuatan kami sendiri. Bertindaklah Tuhan atas dia, utuslah malaikat agungMu dan balatentara sorgawi membebaskan dia. Amin”. Lalu saya menghadapi tubuh mahasiswi itu dari trap, membelakangi altar dan Sakramen Mahakudus. Dengan duduk karena lelah, saya angkat tangan kanan saya di atasnya dan membuat gerakan tanda salib berkat dengan berkata (saya heran mengapa saya bisa mengatakan ini): ”Atas kuasa imamat rajawi yang diberikan Tuhan Yesus Kristus kepada GerejaNya dan kepadaku, aku melepaskan ikatan perjanjian kegelapan antara kamu dengan leluhur anak ini. Dalam Nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus, Amin”.
Tubuh anak yang berbaring itu tiba-tiba terjungkit, duduk, melengos ke depan, menatap tajam ke Asrul yang memegangi kakinya, lalumenoleh menatap tajam ke kiri menatap langsung ke mata saya….. Sedetik kemudianterkulailah tubuh si mahasiswi ini… Si jahat sudah keluar dari tubuhnya. Si mahasiswi ini lalu merintih : ”Romo, itu Tuhan Yesus… ooo Tuhan”, tangan kiri dan tangannya nya menggapai ke arah altar. Tapi kami bawa keluar dengan dituntun. Tapi ia melihat ke atas, ”Ooo… malaikat banyak sekali… oooh.. Romo, lihat?.. Ooo… Dia yang terjelek, hitam, telah diborgol… dimasukkan ke dalam kereta… Ooo Malaikat Agung Santo Mikael… ooh.. Sampai di pintu utama, anak itu minta kembali ke dalam, ”Romo, teman-teman, saya harus kembali… Itu Tuhan…”Dia kutuntun, dan dengan tangannya ia menggapai ke arah Tabernakel…” Sampai di panti imam, di samping kanan altar ia mencium patung kaki Kristus… Lalu menuju tabernakel, ia memeluk tabernakel itu erat-erat. ”Tuhan Yesus terima kasih.. Syukur kepadamu.. ” lalu ia menangis di situ beberapa saat. Setelah selesai, ia ke altar Bunda Maria, ia memeluk kaki patung Bunda Maria dan menangis: “Bunda, terima kasih atas doamu. Aku tak akan meninggalkan engkau dan putramu”…
Iman lebih kuat dari segala yang jahat
Pak Satpam menyerahkan kunci wisma Antonius. Anak itu mulai mengeluh lapar dan haus. Pak Satpam menggendongnya. Kini ia tidak berat lagi. Dia membersihkan diri di wisma, sementara teman-teman yang lain membelikan makanan dan minuman di warung yang memang agak jauh, karena dapur rumah retret belum buka. Hari masih pukul 04.30 pagi. Setelah makan minum, anak itu bercerita kepada kami tentang kejadian semalam. Bahwa setelah makan malam, ia masuk kamar di villa, dan melihat dua orang manusia bertanduk. Ia takut, lalu menceritakan hal ini kepada temannya. Kedua makhluk itu marah karena diceritakan keberaadaannya kepada orang lain. Mereka mengancam akan merasuki semua peserta Rekoleksi KMK KAJ itu. Si mahasiswi menawar, karena ketakutan serta kasihan kalau semua peserta kesurupan, maka spontan dia mempersilakan mahluk itu merasuki dirinya saja. Ketika di depan altar itulah, sebenarnya dia hampir saja mengikuti kehendak Lucifer untuk mengikutinya. Pasalnya, Lucifer mengancam, jika ia tidak mau ikut, maka imam itulah yang akan dibunuhnya. Karena kasihan pada Romo, ia akan ikut saja. Tetapi melesat ada malaikat yang membisikinya, ”Romo itu baik-baik saja, maka lawanlah Lucifer, sementara kami akan menariknya keluar dari tubuhmu.” Maka ia berani melawan, dan Lucifer ditarik oleh balatentara malaikat, diborgol lalu dimasukkan ke dalam kereta yang melesat membuangnya ke neraka. Setelah itu tinggal Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang memeluk dan mendukungnya. Begitulah kesaksiannya. Namun bagi saya, ini juga adalah suatu kejadian iman melawan kuasa jahat di awal masa Adven 2010, tepat di Minggu pertama.
Sampai Minggu sore tak habis-habisnya saya, Asrul, Anton, Martha membicarakan hal ini. Juga teman-teman peserta rekoleksi KMK-KAJ Dekenat Timur dan OMK Wilayah Mikael Malaikat Agungdan St. Andreas. Semua membuahkan satu kenyataan: bahwa iman lebih kuat daripada kebencian, apalagi setan. Saya sendiri merasa dikuatkan dalam iman dan imamat saya, dan disadarkan akan kelemahan diri serta pertobatan. Saya makin yakin dan percaya bahwa alam maut tak akan menguasai Gereja sampai kapanpun sesuai dengan janji Tuhan. ”Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.” (Mat 16:18)
Pengantar dari editor:
Terima kasih, Romo Santo. Alangkah luar biasa kesaksian Romo ini, dan kami bersyukur Romo mau membagikannya kepada kami semua. Kesaksian Romo semakin menguatkan iman kita, bahwa Tuhan hadir di dalam Gereja-Nya terutama di dalam Sakramen Maha Kudus. Secara khusus, Kristus menyertai para imam-Nya, dan sakramen Imamat yang diberikan kepada mereka merupakan rahmat tak ternilai yang diberikan kepada semua orang percaya. Sebab melalui para imamNya, Tuhan menjaga dan melindungi GerejaNya. Pengalaman Romo Santo ini menjadi bukti akan sabda Tuhan kepada para murid-Nya, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di surga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di surge. (Mat 18:18)….”Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu sampai kepada akhir jaman.” (Mat 28:20). Sungguh ada kuasa dalam nama Yesus, yang mematahkan segala ikatan kuasa jahat. Sebab “dalam nama Yesus, bertekuk lutut segala yang ada di langit dan di bumi, dan segala lidah mengaku “Yesus Kristus adalah Tuhan” bagi kemuliaan Allah, Bapa!” (Flp 2:11) Terpujilah Allah Bapa dan Putera Raja semesta alam, dalam persekutuan dengan Roh Kudus, bersama semua para malaikat dan para orang kudus-Nya. Biarlah kekuatan surga dan kerajaan Allah semakin meraja di seluruh bumi!
Saudara-Saudari terkasih, dan para imam yang terhormat. Rasa hati saya masih menggelegak, bergetar, tremendum-fascinoscum oleh pengalaman pertama saya melakukan eksorsisme. Pertama-tema saya mengucapkan terima kasih kepada Bruder Yohanes FC yang telah pernah memposting teks resmi mengenai doa exorcism dari Vatikan ke milist komunikasi KAS. Saya sempat membacanya sambil lalu waktu itu, namun puji Tuhan, saya dapat ingat akan apa yang tertulis di postingan bruder ketika harus menghadapinya sendiri. Melalui pengalaman saya melakukan eksorsisme, sayapun semakin bersyukur atas rahmat Sakramen Imamat kepada Gereja, yang ternyata memang menjadi sasaran tembak utama setan namun sekaligus juga alasan ketakutan setan.
Panggilan menjelang tengah malam
Kisahnya demikian: Pada hari Sabtu, tanggal 27 November 2010, saya mendampingi rekoleksi OMK (Orang Muda Katolik) Stasi Tambun paroki Bekasi di Cipanas. Dewan Stasi dan Paroki turut mendampingi. Acara berlangsung dengan baik dan inspiratif sampai malam hari. Setelah acara api unggun, semua peserta dan penyelenggara bersiap untuk tidur. Sayapun masuk ke kamar saya. Baru saja saya jatuh tertidur, pintu kamar saya diketuk. Saudari Marta dan Anton serta beberapa orang yang lain memberitahu saya, bahwa di Cibulan di daerah bawah Cisarua, ada sekelompok Mahasiswa KAJ dekenat Timur yang sedang rekoleksi, dan mereka membutuhkan bantuan imam untuk menghadapi empat orang mahasiswi yang sedang kesurupan. Satu orang di antara mereka bahkan telah menghilang dan tidak ada di villa. Romo pendamping yakni Rm. Hari Sulistyo sudah pulang dan tidak akan kembali lagi ke sana.
Saya terhenyak. Pikiran saya langsung bekerja: jarak antara Cipanas hingga Cibulan adalah sekitar 15 Km. Cukup jauh. Menjelang pukul sebelas malam begini pula…. Namun hati saya tergerak untuk menolong. Akhirnya saya memutuskan untuk berangkat ke sana disertai oleh Martha dan Anton. Sambil mengemudikan mobil, saya mengingat kembali postingan bruder Yohanes dalam milist, apakah ciri-ciri orang kerasukan setan dan perbedaannya dengan orang yang mengalami stress berat/depresi. Lalu saya berpikir, ah, jangan-jangan mereka hanya depresi saja. Biasanya perempuanlah yang suka kesurupan, dan benar juga, perempuanlah yang dikatakan kesurupan malam ini. Jujur saja, sebenarnya saya termasuk golongan orang yang skeptis dalam urusan semacam ini. Maksud saya datang hanyalah sekedar menenangkan anak-anak itu saja. Kehadiran pastoral sajalah, demikian pikir saya. Namun demikian, saya tetap mencoba mengingat- ingat kembali teks itu. Kebetulan handphone BB saya hang setelah tersiram air teh di gerbong kereta api saat saya kembali dari Jogja ke Jakarta hari Jumat dinihari kemarin. Karena itu, saya tidak dapat membuka kembali teks dari milist itu. Saat itu saya tak punya pilihan lain, selain berusaha mengingat- ingat sendiri saja, sambil berbincang-bincang dengan Anton dan Marta.
Villa tua, tempat si jahat beraksi
Sesampainya kami di villa tua itu, terlihat para “pasien” sudah terlentang dan tengkurap tidur. Mereka dipisahkan di tiga tempat. ’Pasien’ yang hilang sudah ditemukan. Menurut berita, ia kini berada di kamar atas. Dari keempat anak itu, ada satu orang yang kata mereka paling kuat. Karena villa itu tidak dikelola Gereja dan bukan tempat khusus retret, maka reaksi spontan orang sekitar villa adalah memanggil Pak Kiyai/dukun setempat. Mbah dukun itu sudah dipanggil sejak pukul tujuh malam tadi dan gagal, lalu pulang. Kata mbah dukun, jenis ini bukan yang dia ketahui. Mereka memanggil pula pak Pendeta Protestan dari gereja terdekat. Namun kata mereka, Pak pendeta juga menyatakan tak sanggup pula, lalu pulang. Terlihat para mahasiswa masih menggenggam rosario dan berdoa bersama. Ada salib besi tergeletak di sofa. Pasien terparah itu adalah seorang perempuan berperawakan kecil saja. Ia tergolek tengkurap di sofa, ditunggui oleh teman-temannya. ”Ia sudah tidur”, demikian kata mereka. Karena kondisi sudah tenang, saya spontan memutuskan: ”Ya sudah saya kembali saja, kan anaknya sudah tidur… ” Tetapi beberapa mahasiswa meminta saya melihat dulu kondisi gadis yang terparah itu. Kata mereka, tadi dia kuat sekali. Delapan orang mahasiswa lelaki yang kuat pun dia hempaskan. Rosario yang mereka kalungkan di lehernya ia putuskan, dan ia lemparkan ke halaman. Anehnya, rosario itu kemudian mereka temukan berada di WC villa. Salib besi itu juga telah ia ludahi. Kata mereka, suaranya pun berubah seperti bukan suara gadis itu. Hhmm… Masih dengan agak skeptis, saya mendekatinya.
Kuncinya: jangan berkompromi dengan setan
Terlihat badan gadis itu tengkurap, mata terpejam separuh. Dari situ terlihat manik matanya…. melihat ke arah mata saya… Aneh… Saya agak tersinggung. Lha kok dia melirik ke saya terus. Kepalan tangannya menggenggam erat. Saya duduk di sofa yang sama, dekat punggungnya. Ia mengais punggung bawah sambil keluar bunyi desis dari mulutnya, sampai bajunya terlihat sobek sedikit. Desisnya berbunyi ”panasss” …..Lalu, saya nekad… Saya pegang tangannya. Ia memberontak. Saya buka genggaman tangannya, dia melawan dengan sebaliknya. Posisinya masih menelungkup. Saya ingat postingan teks dari bruder Yohanes. Ciri kerasukan setan yang membedakannya dari depresi antara lain adalah, jika disebut nama Malaikat Agung Santo Mikael, atau nama Para Kudus, juga Bunda Maria dan Tuhan Yesus Kristus, maka ia tentu akan bereaksi dengan keras. Agak skeptis, namun tetap dengan memegang erat jari-jari kaku yang mencekam dari anak itu, saya katakan dengan suara wajar namun jelas terdengar, ”Keluarlah dari badan anak ini! Dalam nama Yesus Kristus Tuhanmu, serta Malaikat Agung Santo Mikael yang kepadanya kamu membangkang, keluarlah”.
Namun reaksi anak itu begitu mengejutkan kami semua, termasuk saya sendiri. Dengan gerakan cepat dan tak terpahami dari sudut mekanika badan manusia, ia berkelit langsung menatap wajahku, face to face, eyes to eyes….Ia mendesis menatap lurus ke mata saya, matanya penuh kebencian… Lalu dia berkata: ”Jangan sebut nama itu! Itu musuh kami!”. Dia bertanya : ”Apakah kamu takut, Bapa?” Saya menjawab, ”Kamulah yang takut!” Kemudian, dengan tatapannya yang tajam dia bertanya, ”Mengapa Bapa mengusir saya? Saya juga anak Tuhan. Kalau tidak, tentu saya tidak ada!” Segera kujawab, ”Kamu anak Tuhan yang tidak taat, sombong. Mengapa kamu memasuki anak ini?” Namun setan itu menjawab enteng saja, ”Tempat ini nyaman. Saya mau pergi asalkan anak ini kubawa. Saya telah menambah penyakit pada dirinya, meremas alat cernanya, dan membunuhnya. Itu salah Bapa kalau Bapa memaksakan kehendak”. Saya tidak mau diajak tawar menawar dengan setan. Maka saya menjawab: ”Tidak ada kompromi. Kamu tidak bisa membunuh anak ini dan tidak akan mampu membawa nyawanya”. Setan inipun menantang saya dengan mengatakan bahwa ia tidak takut pada imamNya, tidak takut pada Sakramen dan tidak takut pada Yesus, karena dia juga mengaku sebagai anakNya.
Pergumulan dari tengah malam sampai dini hari
Maka sejak pukul 23.45 hingga memasuki hari Minggu dini hari, saya dan para mahasiswa Katolik di sana bergumul untuk mengusir setan dari anak itu. Ia yang kesurupan itupun berubah dari waktu ke waktu. Kadang-kadang suaranya berubah menjadi lembut bak wanita cantik, namun kemudian menjadi ganas. Kadang ia tertawa ngikik, kadang menantang, kadang merunduk sok kalah. Kadangkala ia merajuk minta dikasihani. Anak itu muntah-muntah berkali-kali. Kadang setan melepaskan anak itu, lalu masuk lagi. Ketika anak itu dilepas, si anak mengeluh, ”Romo, saya tak kuat, badan saya dan usus serta lambung sakit semua. Saya mau mati saja, dan takut”. Kami menguatkan agar ia berani melawan. Ternyata si anak ini juga diberitahu oleh setan bahwa Romo akan dibunuhnya jika anak itu tidak taat padanya. Maka si anak merasa lemah, karena tak mau Romo diapa-apakan oleh setan.
Namun, yang paling mengejutkan ialah, walaupun setan itu dapat keluar meninggalkan anak itu tetapi selang beberapa menit, namun kemudian setan kembali memasuki anak itu dengan jumlah yang makin banyak. ”Kami ini Legion”, katanya jelas sekali. Ia fasih berbahasa Inggris dan Jawa. Hal ini terjadi ketika saya mengajak dia berdialog dalam bahasa Inggris dan Jawa, sekedar mengetes apakah itu benar-benar setan ataukah hanya ’acting’ anak itu. Saya tetap mengingat teks postingan bruder di milist itu, dan makin yakin akan kebenaran isinya. Saya katakan padanya, ”Kekuatanmu hanya seperempat. Masih ada Malaikat Agung Santo Mikael, serta Gabriel dan Rafael.” Mendengar ini, ia mundur dan melepaskan anak itu. Tiba-tiba ia masuk lagi dan berkata, ”You are stupid, Father”, lalu menghantam saya. Suatu saat ia terjatuh tepat di salib, dan kontan ia menjerit kepanasan. Maka para mahasiswa menempelkan salib-salib mereka. Ia berteriak kepanasan dan tersiksa. Begitulah, si setan itu pergi lagi. Namun dengan cepat ia kembali lagi, dengan membawa lebih banyak lagi setan bersamanya. Ia mau menguras kekuatan saya. ”Sampai kapan Bapa bisa bertahan? Akan kukuras tenagamu, Bapa!”. Saya menjawab sambil teringat Mzm 121:2, ”Kekuatanku datang dari Allah, yang menjadikan langit dan bumi”. Kami bertempur lagi. Si setan menjerit-jerit, dan kemudian ia lari lagi… Lalu saya mendengar berita bahwa ketiga mahasiswi lain sudah dilepaskan. Semua setan kemudian berpindah merasuki mahasiswi yang satu ini.
”Aku, Lucifer”
Ketika masuk lagi yang terakhir kali ke dalam anak itu, dia memeluk saya. Dengan seolah suara si mahasiswi, dia mengendus tengkuk saya sambil berbisik, ”Aku Lucifer”. Saya merinding. Terasa bulu kuduk saya berdiri dan ketakutan mendera. ”Kamu takut, Romo?” katanya dengan lembut di telinga saya. ”Aku akan mengincarmu terus sampai kapanpun”. Tiba- tiba bangkitlah keberanian saya. Saya berteriak kepada para mahasiswa: ”Kita mendapat kehormatan, sampai Lucifer sendiri, si penghulu Setan, datang!” Para mahasiswa terbawa emosi, mereka berdoa makin keras. Ada pula yang berteriak, ”Hancurkan saja… Sikat dia, Romo!”. Setan itu berkata, ”Paus Yohanes Paulus II memarahiku”. Kujawab, ”Tak hanya Paus Yohanes Paulus II, semua paus dan uskup, dan imam memarahimu, bahkan Tuhanmu Yesus dan Malaikat Agung Mikael atasan langsungmu! Taatlah kepadaNya!” ”Sayalah tuhan”, jawabnya sinis. Saya membanting dia, dan kami berpegangan tangan sambil saling melawan. Saya mulai berkeringat dan tenaga saya terkuras, tetapi tetap saja saya melawannya. Saya mengatakan, ”Kamulah yang ketakutan, melihat kami semua dan Tuhanmu! Lepaskan badan anak ini, karena dia sudah menerima Sakramen Ekaristi! ” Lucifer menjawab: ”Aih, itu hanya roti biasa! Dan kalian imam-imam semua bodoh!” Mendengar perkataannya, saya marah sekali. ”Kamu sudah melawan kuasa imamat rajawi Tuhan Yesus Kristus! Kamu mau melawan imamatNya?” Lalu ia menjawab dengan nada meremehkan, ”Aku tak takut, Romo, pada imamatmu!”
Ke kapel Lembah Karmel kami membawanya
Ketika Lucifer menantang imamat saya, saya marah. Saya minta tas saya kepada para mahasiswa. Saya melepaskan dia dulu untuk mengambil peralatan aspergil dan stola serta minyak suci, sementara dia ditahan oleh para mahasiswa yang ”menimbunnya”: dengan doa-doa Salam Maria, Bapa Kami, Aku Percaya, serta menindihnya dengan tubuh-tubuh kuat mereka. Ketika saya datang lagi, saya percikkan dia dengan air suci. Ia menjerit kepanasan, dan lari. Saat itu, saya berpikir, ini sudah dini hari, semua akan kacau jika tak diakhiri. Oleh karena itu, saya memerintahkan agar tubuh mahasiswi ini digotong dan dievakuasi. Mereka menggotongnya masuk ke mobil saya, lalu saya tancap gas dengan tujuan ke Lembah Karmel. Saya menelpon Mbak Sari dan Suster Lisa P Karm. Mbak Sari dengan sigap telah meminta Satpam membuka gerbang dan pintu kapel.
Si mahasiswi dipegangi oleh Martha, Anton dan Asrul. Ia berteriak, ”Cepat Romo, cepat… dia mengejar…” katanya panik. Kami tetap berdoa Aku Percaya, Bapa Kami, dan Salam Maria. Tiba-tiba suara mahasiswi berubah lagi, ”Haaa. Mau dibawa ke mana anak ini, Bapa? Aku telah menambah lagi penyakitnya. Aku meremas jerohannya… Anak ini hanya sampai dini hari ini, Bapa. Bapalah yang harus tanggungjawab atas kematiannya!” Kemudian, anak itu muntah-muntah di mobil. Anton, Asrul dan Marta tetap berdoa dengan memeganginya yang berontak ke sana kemari. Saya mengatakan kepada Setan itu, ”Kamulah yang harus bertanggungjawab. Jangan memutarbalik fakta, dasar setan! Kamu telah melecehkan Sakramen Mahakudus. Kamu akan kubawa ke hadapan Yesus, supaya tahu rasa kamu nanti. Mau lepaskan dia sekarang, atau nanti kamu makin sengsara di hadapan Raja Semesta Alam!” Lalu dia mulai merayu lagi, ”Sia-sia semua ini Bapa… Bapa besok banyak acara kan? Ditunggu banyak umat.. sudahlah Bapa kembali saja istirahat”. Saya jawab: “Acara satu-satunya imam Tuhan ialah mengenyahkan kamu ke neraka!” Di situlah selama perjalanan ia menawari saya apapun akan diberikan asalkan saya tunduk pada keinginannya. Namun, saya tak mau berkompromi. Saya katakan dengan tegas bahwa dia yang harus tunduk pada Kristus! Mendengar ini ia berkata, ”Sayalah tuhan, I am the Lord”. Saya tertawakan dia. Lalu ia mengancam akan menggulingkan mobil. Saya menjawab, ”Ini mobil para uskup Indonesia. Tak bakalan kau berhasil menggulingkannya!” Saya mengingatkannya akan Santo Yohanes Maria Vianney yang dia bakar tempat tidurnya gara-gara tak mampu mengalahkan imam kudus itu. Di hatiku aku berharap, Santo Yohanes Maria Vianney, kumohon agar engkau mendoakan aku untuk mengalahkan Setan ini…
Lalu si Setan lalu merajuk lagi, ”Ah kenapa tenagaku melemah, tak sekuat tadi”. Anak-anak mahasiswa ikut menjawab, ”Rasain lu.” Dia mendamprat : ”Apa lo, bocah kemarin sore!” Saya menjawabnya, ”Mereka bukan bocah kemarin sore. Mereka anak-anak Tuhan semesta alam”. Sepanjang jalan kami berdebat dengan bahasa Inggris, Jawa, dan Indonesia. Mobil bagaikan terbang… dalam setengah jam kami mendekati Lembah Karmel, dan semakin mendekati Sakramen Mahakudus. Lagi- lagi, Setan itu mulai menendang dan berontak. Kukatakan padanya, ”No place for evil, you know!” Kutantang dia, ”Kenapa kau kuasai anak ini. Apa salahnya?” Dia menjawab, “Bukan salah anak ini, tetapi ayahnya”. Kujawab: “Ya, aku tahu, berarti ayahnya mengikat perjanjian kegelapan denganmu. Nanti acara kita di rumah Tuhan hanya satu, ialah memutus perjanjian leluhur anak ini dengan Lucifer keparat ini!” Kemudian dia mengikik mirip nenek Lampir dalam film Misteri Gunung Merapi, atau mirip kuntilanak. Dia katakan: “Bukan, bukan begitu imam bodoh. Kamu memang imam munafik dan pendosa!” Aku menjawab, “Aku memang pendosa, namun tidak memberontak kepada Tuhan seperti kamu!”. Dia menjawab lagi, “Ayahnyalah yang mempersembahkan diri kepadaku, Bodooh!” Kupancing dia, “Jadi, ayahnya mengikat perjanjian denganmu bukan?” Dia jawab: “Bukan, bodoh! Kamu keliru, imam bodoh. Ayahnya mempersembahkan diri kepada Kristus. Leluhurnyalah yang mempersembahkan diri kepadaku”. Dia tertawa ngekek lagi. Saya juga, mentertawakan kekeliruan saya. Jadinya kami terkekeh bersama. Namun dengan tegas kukatakan: “Kamu setan bodoh. Gampang dipancing ya hahaha… Maka acara kita satu-satunya di depan Sakramen Mahakudus nanti hanyalah memutuskan perjanjian itu dan kamu akan mengalami sengsara kekal. Go to hell! Kalau kamu ingin bahagia, ajaklah anak buahmu dan dirimu sendiri bertobat, kembali menyembah Allah yang benar! Jangan iri lagi karena Putra-Allah menjadi Manusia”… Mendengar perkataan ini, dia meradang, ”I hate you.. I hate all priests of Christ…!!!” Namun, setelah mendengar betapa ia membenci para imam, saya merasa mendapatkan kekuatan dan keharuan. Sebab itu artinya kami berada di pihak yang benar, sehingga kerenanya, Setan membenci kami. Saya membayangkan jajaran imam Tuhan dan uskup yang berada di pihak saya. Sungguh itu menguatkan batin saya.
Setan kalah di hadapan Kristus dalam Sakramen Mahakudus
Sementara itu pohon-pohon bambu Lembah Karmel sudah mulai tampak… Si Setan berteriak lagi, ”Rumah jelek! Mosok Tuhan mau tinggal di rumah jelek! Akulah tuhan.” Aku menjawabnya, ”Itulah bedanya Kristus dengamu, Jelek! Dia mau merendahkan diri, sedangkan kamu malah menyombongkan diri! Rasakan akibatnya, kebencian abadi bersamamu sajalah!’ Lalu kudengar ia merajuk lagi, ”Romo, ini saya, saya sudah sadar… saya mau pulang ke Bekasi, ke Jatibening, ini mau dibawa ke mana?” Tak terpengaruh atas rajukannya, saya menjawab, ”Sadar gundulmu kuwi! Kami mau membawamu ke hadapan Sakramen Mahakudus, Raja Semesta Alam yang penuh kuasa. Hanya kepadaNya semua lidah mengaku dan segala lutut bertelut, termasuk kamu!”.
Pak Satpam membuka gerbang. Ia mengawal kami sampai ke samping kapel kecil (yang sebenarnya besar sekali). Mobil berhenti di jalan menanjak di samping kapel, di depan wisma St. Antonius. Tubuh mahasiswi itu kami bopong keluar mobil. Aneh sekali, badan yang kecil itu mempunyai bobotnya berlipat-lipat. Dia tertawa ngikik. Mengerikan sekali. Melihat pak Satpam yang tinggi besar, dia berkata seolah suara mahasiswi itu : ”Wah, ini dia bapakku”. Tapi segera dia mendesis-desis dan mengikik ketika kami bopong ke kapel, ” Kalian tak kan berhasil… tak kan berhasil kikikiiiiikkk….” Tubuh kecil namun berbobot itu kami baringkan di depan panti imam, di bawah altar, di lantai sebelum trap pertama. Jika dilihat dari ruang umat, kepalanya kami letakkan di sebelah kiri. Anton, Asrul dan Martha memegangi tangan dan kakinya. Saya minta dipinjamkan korek api dari pak Satpam untuk menyalakan lilin di kanan kiri tabernakel. Pak Satpam menyalakan lampu di patung Bunda Maria. Suasana temaram, dan dingin dini hari menggigit. Pukul 03.45. Saya berlutut di hadapan tabernakel. Saya memohon kekuatan dari Tuhan sendiri. Lalu saya turun, berlutut lagi di trap di sisi kiri si mahasiswi. Saya mengajak anak-anak mahasiswa itu berdoa. Saya berdoa: ”Tuhan Yesus yang hadir dalam Sakramen Mahakudus, dengan rendah hati kami bawa ke hadapanmu tubuh anakMu yang sedang dirasuki si Jahat. Kami tidak sanggup mengusirnya dengan kekuatan kami sendiri. Bertindaklah Tuhan atas dia, utuslah malaikat agungMu dan balatentara sorgawi membebaskan dia. Amin”. Lalu saya menghadapi tubuh mahasiswi itu dari trap, membelakangi altar dan Sakramen Mahakudus. Dengan duduk karena lelah, saya angkat tangan kanan saya di atasnya dan membuat gerakan tanda salib berkat dengan berkata (saya heran mengapa saya bisa mengatakan ini): ”Atas kuasa imamat rajawi yang diberikan Tuhan Yesus Kristus kepada GerejaNya dan kepadaku, aku melepaskan ikatan perjanjian kegelapan antara kamu dengan leluhur anak ini. Dalam Nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus, Amin”.
Tubuh anak yang berbaring itu tiba-tiba terjungkit, duduk, melengos ke depan, menatap tajam ke Asrul yang memegangi kakinya, lalu menoleh menatap tajam ke kiri menatap langsung ke mata saya….. Sedetik kemudian terkulailah tubuh si mahasiswi ini… Si jahat sudah keluar dari tubuhnya. Si mahasiswi ini lalu merintih : ”Romo, itu Tuhan Yesus… ooo Tuhan”, tangan kiri dan tangannya nya menggapai ke arah altar. Tapi kami bawa keluar dengan dituntun. Tapi ia melihat ke atas, ”Ooo… malaikat banyak sekali… oooh.. Romo, lihat?.. Ooo… Dia yang terjelek, hitam, telah diborgol… dimasukkan ke dalam kereta… Ooo Malaikat Agung Santo Mikael… ooh.. Sampai di pintu utama, anak itu minta kembali ke dalam, ”Romo, teman-teman, saya harus kembali… Itu Tuhan…” Dia kutuntun, dan dengan tangannya ia menggapai ke arah Tabernakel…” Sampai di panti imam, di samping kanan altar ia mencium patung kaki Kristus… Lalu menuju tabernakel, ia memeluk tabernakel itu erat-erat. ”Tuhan Yesus terima kasih.. Syukur kepadamu.. ” lalu ia menangis di situ beberapa saat. Setelah selesai, ia ke altar Bunda Maria, ia memeluk kaki patung Bunda Maria dan menangis: “Bunda, terima kasih atas doamu. Aku tak akan meninggalkan engkau dan putramu”…
Iman lebih kuat dari segala yang jahat
Pak Satpam menyerahkan kunci wisma Antonius. Anak itu mulai mengeluh lapar dan haus. Pak Satpam menggendongnya. Kini ia tidak berat lagi. Dia membersihkan diri di wisma, sementara teman-teman yang lain membelikan makanan dan minuman di warung yang memang agak jauh, karena dapur rumah retret belum buka. Hari masih pukul 04.30 pagi. Setelah makan minum, anak itu bercerita kepada kami tentang kejadian semalam. Bahwa setelah makan malam, ia masuk kamar di villa, dan melihat dua orang manusia bertanduk. Ia takut, lalu menceritakan hal ini kepada temannya. Kedua makhluk itu marah karena diceritakan keberaadaannya kepada orang lain. Mereka mengancam akan merasuki semua peserta Rekoleksi KMK KAJ itu. Si mahasiswi menawar, karena ketakutan serta kasihan kalau semua peserta kesurupan, maka spontan dia mempersilakan mahluk itu merasuki dirinya saja. Ketika di depan altar itulah, sebenarnya dia hampir saja mengikuti kehendak Lucifer untuk mengikutinya. Pasalnya, Lucifer mengancam, jika ia tidak mau ikut, maka imam itulah yang akan dibunuhnya. Karena kasihan pada Romo, ia akan ikut saja. Tetapi melesat ada malaikat yang membisikinya, ”Romo itu baik-baik saja, maka lawanlah Lucifer, sementara kami akan menariknya keluar dari tubuhmu.” Maka ia berani melawan, dan Lucifer ditarik oleh balatentara malaikat, diborgol lalu dimasukkan ke dalam kereta yang melesat membuangnya ke neraka. Setelah itu tinggal Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang memeluk dan mendukungnya. Begitulah kesaksiannya. Namun bagi saya, ini juga adalah suatu kejadian iman melawan kuasa jahat di awal masa Adven 2010, tepat di Minggu pertama.
Sampai Minggu sore tak habis-habisnya saya, Asrul, Anton, Martha membicarakan hal ini. Juga teman-teman peserta rekoleksi KMK-KAJ Dekenat Timur dan OMK Wilayah Mikael Malaikat Agung dan St. Andreas. Semua membuahkan satu kenyataan: bahwa iman lebih kuat daripada kebencian, apalagi setan. Saya sendiri merasa dikuatkan dalam iman dan imamat saya, dan disadarkan akan kelemahan diri serta pertobatan. Saya makin yakin dan percaya bahwa alam maut tak akan menguasai Gereja sampai kapanpun sesuai dengan janji Tuhan. ”Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.” (Mat 16:18). Sungguh, kuasa Allah mengatasi segalanya. Berbahagialah semua orang yang percaya yang bersandar kepada-Nya dan mengandalkan Dia.
”Tuhan Yesus, hamba-Mu bersyukur atas pengalaman yang tak terlupakan ini. Aku semakin teguh mengimani kehadiran-Mu di dalam sakramen- sakramen-Mu. Syukur tak terkira untuk kuasa-Mu di dalam Sakramen Maha Kudus dan Imamat yang Engkau karuniakan kepadaku. Segala hormat, pujian dan syukur, kusampaikan kepada-Mu, Ya Tuhan Raja semesta alam. Amin.”
Terima kasih kepada semua yang telah membaca kisah sharing ini. Semoga kesaksian ini berguna bagi iman, harapan, dan kasih para pembaca, kepada Allah pencipta langit dan bumi. Salam saya, Yohanes Dwi Harsanto Pr.
. Sungguh, kuasa Allah mengatasi segalanya. Berbahagialah semua orang yang percaya yang bersandar kepada-Nya dan mengandalkan Dia.
”Tuhan Yesus, hamba-Mu bersyukur atas pengalaman yang tak terlupakan ini. Aku semakin teguh mengimani kehadiran-Mu di dalam sakramen- sakramen-Mu. Syukur tak terkira untuk kuasa-Mu di dalam Sakramen Maha Kudus dan Imamat yang Engkau karuniakan kepadaku. Segala hormat, pujian dan syukur, kusampaikan kepada-Mu, Ya Tuhan Raja semesta alam. Amin.”
Terima kasih kepada semua yang telah membaca kisah sharing ini. Semoga kesaksian ini berguna bagi iman, harapan, dan kasih para pembaca, kepada Allah pencipta langit dan bumi. Salam saya, Yohanes Dwi Harsanto Pr.
Romo Santo,
Dikatakan bahwa setan itu awalnya adalah malaikat.
Apakah itu berarti untuk saat ini dan yang akan datang masih akan ada malaikat yang “jatuh” dan berubah jadi setan?
Jika jawabannya adalah ‘tidak’, maka pertanyaannya adalah mengapa hal itu tidak akan terjadi lagi?
terima kasih dan mohon tanggapan.
[Dari Katolisitas: Malaikat adalah mahluk rohani yang murni, yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu seperti manusia. Para malaikat itu telah diciptakan semuanya, sebelum dunia ini diciptakan; dan sebagian dari mereka telah memilih menolak Allah. Selanjutnya silakan membaca di sini, silakan klik.]
Salam Y.Sumarno, Jawabannya ialah tidak. Jawaban ini didasarkan pada KGK # 391-395 serta acuannya KGK # 2538, 1850, 2482, 1033-1037, 1022, 538-540, 550, 2846-2849, 309, 167, 412, 2850-2854. Saya bahas beberapa nomer sebagai berikut. KGK # 392-393: “Kitab Suci berbicara mengenai dosa para malaikat yang jatuh (bdk. 2 Ptr 2:4). Jatuhnya mereka dalam dosa merupakan keputusan bebas roh-roh tercipta ini, yang menolak Allah dan Kerajaan-Nya secara radikal dan tetap. Kita mendengar satu gema dari pemberontakan ini dalam apa yang setan katakan kepada nenek moyang kita: “Kamu akan menjadi seperti Allah” (Kej 3:5). Setan adalah pendosa dari mulanya (1 Yoh 3:8),… Read more »
Katolisitas dan Romo Santo,
banyak terima kasih atas jawaban yang lengkap dan gamblang. Sehat selalu untuk team katolisitas dan Romo Santo.
Salam Sejahtera Romo Yohanes, Semoga Damai Kristus menyertai kita. Amin Pengalaman yang Romo miliki sangat inspiratif sekali, jujur membuat saya semakin yakin bahwa demon/iblis meyakini bahwa Tuhan itu ada, buktinya mereka takut. Saya seorang Katolik awam, setelah membaca sharing iman Romo saya tertarik dengan tulisan di kolom Tanggapan Romo, maaf saya kutip “Semua praktik magi dan sihir, yang dengannya orang ingin menaklukkan kekuatan gaib, supaya kekuatan itu melayaninya dan supaya mendapatkan suatu kekuatan adikodrati atas orang lain – biarpun hanya untuk memberi kesehatan kepada mereka – sangat melanggar keutamaan penyembahan kepada Allah. Tindakan semacam itu harus dikecam dengan lebih sungguh… Read more »
Shalom Christ Army, 1&2. Tidak benar bahwa Paus Honorius III menyusun buku grimoire, (textbook tentang Magis di abad 18 atau 19), sebab Paus Honorius sendiri telah wafat 600 tahun sebelum buku itu ditulis. Paus Honorius III (1148-1227) menjabat sebagai Paus di abad ke-13, yaitu tahun 1216-1227. Gereja Katolik menentang segala praktek ilmu hitam dan magis, dan ini merupakan ajaran Gereja sejak awal mula. Katekismus Gereja Katolik, 2117 jelas mengajarkan tentang hal itu, yang juga sudah Anda kutip di atas. Selanjutnya, tanggapan untuk no.3 dan 4 silakan membaca jawaban Rm. Santo berikut ini: 3. Bekerjasama dengan iblis atau setan atau “fallen… Read more »
maaf, saya tidak bisa melihat reply yang diberikan kepada pertanyaan saya, karena mengacu pada halaman ini, tapi tidak bisa di buka, katolisitas.org/5698/eksorsisme-pengalaman-yang-tak-terlupakan/comment-page-36#comment-179585 ini linknya, tidak bisa dibuka. harap bantuannya
[dari katolisitas: silakan dicoba lagi. Saya sudah koreksi linknya]
Selamat pagi Romo dan team Katolisitas.. Saya ingin bertanya tentang masalah kakak sy, kakak sy sepertinya sedang diganggu oleh roh jahat. Ceritanya sebelum ia kuliah ia baik-baik saja, suatu hari ia mengikuti kegiatan di kampusnya (kegiatan anak muda Katholik), acaranya kalau tidak salah di dekat hutan (Camping). Setelah ia pulang dari kegiatan di kampusnya, tingkah lakunya menjadi berbeda, menjadi pemarah dan sering tidak fokus. Ada yg bilang bahwa kakak saya kena gangguan roh halus/jahat. Pernah pergi ke “orang pintar”, agak baikan setelah dibawa, tetapi sekitar 5 atau 7 hari kemudian balik lagi seperti itu.. Pertanyaan saya.. Apa yang harus sy… Read more »
Salam Ricky Untuk hal negatif yang menimpa kakaknda itu, kita semua ikut berprihatin. Saya menyarankan agar Anda sekeluarga mempergunakan seluruh perlengkapan senjata rohani yang telah Allah anugerahkan dalam dan melalui Gereja Katolik. Aneka perlengkapan senjata rohani dari Allah itu ada disebutkan dalam artikel dan tanya jawab ini. Mereka ialah: Sakramen Tobat, Sakramen Ekaristi, doa di hadapan Sakramen Mahakudus, doa dalam pergumulan melawan kuasa kegelapan (klik di sini), air dan garam berkat dari imam. Kemudian, secara manusiawi, Anda sekeluarga mengasihi dan memperhatikan serta mendengarkan kakak Anda itu. Kasih dan pengampunan bagaimanapun mengalahkan kejahatan. Masuklah dalam kolom ‘Pojok Doa’ di website ini.… Read more »
Selamat siang Romo, sy meliana,romo sy mw tnya mengenai apa yg sedang sy rasakan. sudah 2 hari ini perasaan sy tidak nyaman sekali .perasaan dan pikiran sy bsa membayangka hal hal aneh dan tidak bsa tdr,sy berpikir kl sy tidur sy takut tdk bsa bangun bsk pagi.sy tkut ini firasat atau krn perasaan sy sj. Sy bisa terbayang seperti itu karena taun lalu 3org dikeluarga sy meninggal dgn wkt yg tidak jauh.pertma nenek lalu kakek dan terakhir papa sy yg meninggal tenggah mlm. sehingga entah mengapa otak 2 hati ini terpikirkan dan terbayangkan seperti sy yg ada di posisi it.Romo… Read more »
Salam Meliana,
Perasaan negatif atau ketakutan akan masa depan maupun penyesalan berlebihan akan masa lalu merupakan gejala psikologis. Berserah dan beryukur merupakan sikap yang selalu dianjurkan oleh Gereja. Selain itu, rajin menerima Sakramen Pengampunan dan Ekaristi akan sangat menolong. Semoga menjawab.
Salam
RD. Yohanes Dwi Harsanto
Dear Romo Yohanes,
Iya Romo,sekarang sy lebih menghadirkan Tuhan dalam setiap kegiatan sy, sy lbh percaya lagi dengan iman sy.
Terima kasih Romo atas saran dan doanya.
Tuhan memberkati.