
Pendahuluan
Ingatan saya melayang ke tahun-tahun yang silam, ketika saya masih bergabung dalam kegiatan mudika. Dalam kegiatan mudika waktu itu, kelihatannya tak banyak orang yang dengan suka cita mau menawarkan diri untuk memimpin doa. Kebanyakan, harus ditanya dahulu, dan jawabannya tak jarang yang seperti ini, “Kamu saja, ah, aku masih belum berani….” Semoga saja tidak demikian keadaannya sekarang, setelah semakin banyaknya kegiatan di paroki yang melibatkan perkembangan spiritualitas umat, termasuk para mudika dan OMK. Harus diakui, kita semua harus menyadari bahwa doa adalah nafas iman, dan karenanya kita harus menjadikan doa sebagai bagian yang terpenting dalam kehidupan kita. Maka sekarang pertanyaan yang sering muncul di benak kita adalah, “Jadi, bagaimana seharusnya kita berdoa?” Nah, kita tak perlu berkecil hati, karena ternyata para rasul juga pernah bertanya hal yang serupa kepada Kristus, “Tuhan, ajarlah kami berdoa…” (Luk 11:1), dan Tuhan Yesus mengajarkan kepada murid-murid-Nya, sebuah doa yang terindah: Doa Bapa Kami. Namun sayangnya, karena mungkin kita terlalu menghafalnya di kepala, maka malah makna perkataannya tidak turun sampai ke hati….
Doa yang sempurna yang harus didukung sikap batin
Doa Bapa kami merupakan salah satu warisan yang paling berharga, yang Tuhan Yesus berikan kepada kita. Melalui doa ini kita diajak oleh Kristus untuk memanggil Allah sebagai Bapa, sebab kita telah diangkat menjadi anak-anak Allah. Doa ini mengandung tujuh permohonan yang terbagi mejadi dua bagian, yang pertama untuk memuliakan Tuhan (6:9-10) sedangkan bagian kedua untuk kebutuhan kita yang berdoa (6:11-13). ((Lihat KGK 2765, 2781)). Doa ini mengandung pujian/ penyembahan kepada Allah, penyerahan diri kita kepada-Nya, pertobatan dan permohonan.
Namun, betapapun indahnya suatu doa, yang terpenting adalah bagaimana kita meresapkannya, sehingga kata-kata yang diucapkan bukan hanya sekedar hafalan tetapi sungguh-sungguh yang keluar dari hati. St. Teresa dari Avila memberikan satu tips yang sangat berharga, “Arahkanlah matamu ke dalam batin dan lihatlah di dalam dirimu…. Engkau akan menemukan Tuhanmu.” ((St. Teresa of Avila, The Way of Perfection, Text prepared by Kieran Kavanaugh OCD, (Washington DC: ICS Publication, 2000), p. 317)). Maka sebelum kita mengucapkan doa apapun, kita harus mempersiapkan batin terlebih dahulu, supaya kita sadar kepada Siapa kita akan mengajukan doa kita, dan betapa Mahabesar dan MahaKasih-nya Dia, sehingga kita dapat menempatkan diri kita dengan layak. Sepantasnya kita menyadari betapa kecil, lemah, dan berdosa-nya kita, namun juga betapa besarnya kita dikasihi oleh Allah, di dalam Kristus Yesus.
Doa Bapa Kami
(berdasarkan Mat 6:9-13)
Bapa Kami, yang ada di surga,
dimuliakanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu,
Jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam surga
Berilah kami rejeki pada hari ini,
dan ampunilah kesalahan kami
seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami
Dan janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan
Tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat. Amin.
Bapa Kami
Bapa, atau “Abba” (lih. Mk 14:36, Rom 8:15; Gal 4:6) dalam bahasa Aramaic adalah panggilan yang erat seorang anak kepada ayahnya. Oleh kasih-Nya kepada kita, Yesus mengizinkan kita memanggil Allah sebagai Bapa kita, karena Yesus mengangkat kita menjadi saudara- saudari angkatNya. Ya, setiap kita mengucapkan kata “Bapa”, selayaknya kita mengingat bahwa kita ini telah diangkat oleh Allah Bapa menjadi anak-anak-Nya oleh jasa Kristus Tuhan kita. Allah yang begitu agung dan mulia, Ia yang begitu besar dan berkuasa, dapat kita panggil sebagai “Bapa”. St. Teresa dari Avila pernah mengatakan bahwa dalam kesehariannya saat merenungkan Doa Bapa Kami ini, tak jarang ia hanya berhenti pada kata “Bapa” saja, dan Tuhan sudah berkenan memberikan karunia sukacita kontemplatif yang tak terkira. Mari kita belajar dari St. Teresa, bahwa saat kita mengucapkan kata “Bapa”, kita sungguh meresapkannya dalam hati kita: ya, kita manusia yang lemah ini, boleh memanggil Dia, Bapa, karena kasih-Nya yang tak terbatas kepada kita. Saat kita katakan, “Bapa”…. resapkanlah bahwa kita berada dalam hadirat Allah yang Maha Mulia, namun juga yang Maha Pengasih. Ia yang lebih dahulu rindu kepada kita, sehingga kita diberikan kerinduan untuk berdoa, dan memanggil nama-Nya.
Bapa Kami: Perkataan “kami” di sini mengingatkan kita bahwa kita dapat memanggil Allah sebagai “Bapa” karena Kristus. Alangkah baiknya, jika dalam mengucapkan doa ini kita membayangkan bahwa kita berada di antara para rasul pada saat pertama kali Yesus mengajarkan doa ini kepada mereka. Bayangkan bahwa kita memandang Kristus yang mengajar kita untuk memanggil Allah sebagai Bapa kami, karena Kristus tidak hanya mengangkat “saya saja” menjadi saudara angkat-Nya, tetapi juga orang-orang lain yang dipilih-Nya, yaitu anggota-anggota Gereja. Oleh karena itu, Doa Bapa Kami ini merupakan doa Gereja, ((KGK 2768)), doa yang ditujukan kepada Allah Bapa yang mengangkat kita semua menjadi anak-anak-Nya. Dan, mari kita renungkan juga, betapa besar harga yang telah dibayar oleh Kristus Sang Putera untuk mengangkat kita semua untuk menjadi anggota keluarga Allah! Sebab di kayu salib-lah Kristus telah menumpahkan Darah-Nya, Darah Perjanjian Baru dan Kekal, sehingga Darah itulah yang mengikat kita semua menjadi satu saudara.
Yang ada di surga: Ya, kita mempunyai seorang Bapa di surga, yang mengasihi kita sedemikian rupa, sehingga tak menyayangkan Anak-Nya sendiri untuk wafat bagi kita, supaya dosa-dosa kita diampuni dan kita dapat mengambil bagian dalam kehidupan ilahi-Nya. ((2 Pet 1:4; 1 Yoh 3:1; KGK 2766, 2780))
Dimuliakanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu: : Ini merupakan kerinduan kita agar semakin banyak orang dapat mengenal Allah yang mulia dan kudus. ((Mzm 111:9; Luk 1:49)) Dan ini juga seharusnya disertai dengan keinginan kita untuk dipakai Allah sebagai alat-Nya untuk memuliakan nama-Nya. “Dimuliakanlah nama-Mu, ya Tuhan, dalam keluargaku, pekerjaanku, perkataanku, segala sikapku….; Jadilah Engkau Raja dalam rumahku, pekerjaanku, studiku, dalam pikiran dan perbuatanku.” Ini mengingatkan kita agar kita jangan mencari dan mengejar kemuliaan diri sendiri dalam segala sesuatu, karena segala sesuatu yang ada pada diri kita sesungguhnya adalah milik Tuhan dan harus kita gunakan untuk kemuliaan nama Tuhan. Dan agar dalam setiap keputusan dan tindakan yang kita ambil, kita dapat menomorsatukan Tuhan, kiranya, keputusan/ tindakan apa yang terbaik yang bisa kulakukan untuk lebih memuliakan Tuhan?
Jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam surga: Ketaatan dan penyerahan diri pada kehendak orang lain mensyaratkan kerendahan hati, demikian pula penyerahan diri yang total kepada Tuhan. Sering manusia berkeras dalam memohon sesuatu kepada Allah, namun di sini kita melihat, Tuhan Yesus sendiri mengajarkan kepada kita untuk berserah kepada Allah Bapa. Sebab Bapa yang Maha Pengasih mengetahui apa yang kita butuhkan dan apa yang terbaik bagi kita, bukan saja untuk hidup kita di dunia, tetapi untuk hidup kita yang ilahi di surga kelak. Ungkapan penyerahan diri yang total ini mengingatkan kita akan doa Yesus di Taman Getsemani, “… tetapi bukanlah kehendak-Ku melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” (Luk 22:42). Karena ketaatan Yesus pada kehendak Bapa inilah, maka Ia menggenapi rencana keselamatan Allah Bapa, dengan wafat-Nya di salib dan kebangkitan-Nya. Semoga kitapun bisa taat dan menyerahkan diri kita secara total kepada Allah, sehingga kita dapat mengambil bagian dalam rencana keselamatan Allah bagi umat manusia.
Berilah kami rejeki pada hari ini: Yesus sangat mengasihi kita dan peduli pada kita, sehingga Ia mengajarkan kepada kita permohonan ini. Ia mengingatkan kepada kita bahwa rejeki dan nafkah kita, “our daily bread“, adalah berkat dari Tuhan. Tuhanlah yang mengizinkan kita mendapatkan rejeki hari ini, memiliki kesehatan dan hidup sampai pada saat ini, sehingga dapat menikmati rejeki yang Tuhan berikan. “Berilah padaku rejeki hari ini, ya Tuhan, dan ingatkanlah aku bahwa semua rejeki yang kuterima adalah semata-mata berkat-Mu, dan bukan milikku sendiri.” Maka kitapun harus teringat pada orang lain, terutama mereka yang berkekurangan, agar merekapun beroleh berkat Tuhan. Selanjutnya, para Bapa Gereja, terutama St. Agustinus mengkaitkan “our daily Bread” dengan Ekaristi, ((Letters of St. Augustine to Proba, CXXX, chap. XI- 21)) yang menjadi berkat/ rejeki rohani kita. Ini mengingatkan kepada kita agar kita tidak semata-mata mencari rejeki duniawi, tetapi juga berkat rohani. Bagi kita, berkat rohani yang tertinggi maknanya adalah Ekaristi, saat kita boleh menerima Kristus Sang Roti Hidup. Di sini kita diingatkan oleh para Bapa Gereja untuk memohon kehadiran Yesus, Sang Roti Hidup, di dalam hidup kita setiap hari. Dan jika “setiap hari” ini diucapkan setiap hari, maka artinya adalah selama-lamanya. “Semoga Tuhan Yesus, Sang Roti Hidup itu, sungguh menguatkanku dan menyembuhkanku hari ini, dan selama-lamanya.
Dan ampunilah kesalahan kami seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami: Dikatakan di sini bukan “ampunilah kami, seperti kami akan mengampuni yang bersalah kepada kami.” Maka seharusnya, pada saat kita mengucapkan doa ini, kita sudah harus mengampuni orang yang telah bersalah kepada kita atau yang menyakiti hati kita. Mari kita renungkan, kalimat yang sederhana ini namun sangat dalam artinya: Bahwa Tuhan akan mengampuni kita kalau kita terlebih dahulu mengampuni orang lain. Jadi artinya, kalau kita tidak mengampuni maka kitapun tidak beroleh ampun dari Tuhan. Betapa sulitnya perkataan ini kita ucapkan pada saat kita mengalami sakit hati yang dalam oleh karena sikap sesama, terutama jika itu disebabkan oleh mereka yang terdekat dengan kita. Namun Tuhan menghendaki kita mengampuni mereka, agar kitapun dapat diampuni oleh-Nya. Maka mengampuni orang lain sesungguhnya bukan saja demi orang itu, tetapi sebaliknya, demi kebaikan diri kita sendiri: supaya kita-pun diampuni oleh Tuhan.
Dan janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat: Mari kita sadari bahwa kita ini manusia yang lemah dan mudah jatuh ke dalam dosa dan kesalahan. Kita belum sampai pada tingkat di mana kita benar- benar terbebas dari segala godaan dan pencobaan. Pencobaan itu bisa bermacam- macam: ketakutan menghadapi masa depan, sakit penyakit, masalah keluarga dan pekerjaan, dst, namun bisa juga merupakan ‘pencobaan rohani’, terutama godaan untuk menjadi sombong, karena merasa telah diberkati dengan aneka karunia dan kebajikan. Untuk yang terakhir ini, St. Teresa, mengingatkan bahwa kita harus selalu rendah hati, tidak boleh terlalu yakin bahwa kita tidak akan jatuh ke dalam dosa. Jangan sampai kita bermegah akan suatu kebajikan. St Teresa mengambil contoh, bahwa kita tidak boleh terlalu cepat menganggap diri sabar, sebab akan ada saatnya bila seseorang hanya sedikit saja menyinggung hati kita, namun langsung kesabaran kita itu hilang. Maka sikap yang terbaik adalah selalu berjaga-jaga, menimba kekuatan dari Tuhan, dan menyadari bahwa kita sungguh tergantung kepada-Nya.
Ada banyak cara untuk meresapkan perkataan dalam doa Bapa Kami. Kita dapat berhenti sejenak, setelah kita mengucapkan satu kalimat, dan merenungkannya, atau kita dapat memilih satu bagian kalimat dalam doa Bapa Kami itu dan kita renungkan berulang kali sepanjang hari. Kedua cara ini dapat menghantar kita pada pemahaman yang lebih mendalam setiap kali kita mengulangi doa Bapa Kami di kemudian hari.
Contohnya, pada saat mengucapkan doa Bapa Kami, kita dapat meresapkannya demikian,
Bapa Kami yang ada di surga, …………………………………………… Betapa bersyukurnya aku boleh menyebut Engkau, “Bapa”
Dimuliakanlah nama-Mu, Datanglah kerajaan-Mu ………………… Biarlah nama-Mu dimuliakan di dalam hidupku
Jadilah kehendak-Mu, di atas bumi seperti di dalam surga …….. Aku mau taat dan menjadikan kehendakMu yang terutama
Berilah kami rejeki pada hari ini ……………………………………….. terutama rejeki rohani, yaitu Kristus Sang Roti Hidup
Dan ampunilah kesalahan kami ………………………………………… Kasihanilah aku, yang berdosa ini
seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami …….. Berilah aku kekuatan untuk mengampuni sesama
Dan janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan ……………… Sebab aku mengakui kelemahanku
tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat …………………………….. terutama terhadap kesombongan dan ketinggian hati
Kesimpulan
Maka jika kita perhatikan, walaupun singkat dan sederhana, sesungguhnya makna doa Bapa Kami sangatlah dalam. Jika kita belum melihatnya demikian, maka sudah saatnya kita mohon ampun kepada Tuhan, dan memohon kepada Roh Kudus untuk membantu kita untuk meresapkan doa ini. Sebab, jika kita perhatikan, doa spontan yang baik sesungguhnya mengambil sumber dari doa Bapa Kami ini. Misalnya: “Tuhan, aku bersyukur dan memuji Engkau (=Dimuliakanlah nama-Mu), karena Engkau sungguh baik (“Bapa”). Aku rindu menyenangkan-Mu, ya Tuhan, dan ingin melayani Engkau (Datanglah Kerajaan-Mu). Namun seringkali aku jatuh, dan melukai-Mu dengan dosa-dosaku. Kasihanilah aku ya Tuhan (Ampunilah kesalahan kami). Maka, kumohon ya Tuhan, dampingilah aku, supaya aku bisa memperbaiki diri, dan hidup lebih baik dari hari kemarin (Janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan). Dan kumohon juga dari-Mu, berkat jasmani dan rohani agar aku dapat menjalani hari ini dengan baik (Berilah kami rejeki pada hari ini). Engkaulah Tuhan dan Allahku, kepada-Mulah aku berserah… (Jadilah kehendak-Mu, di atas bumi seperti di dalam surga). Amin.
Dengan demikian, dengan meresapkan doa Bapa Kami, kitapun dapat menilai, apakah doa-doa kita selama ini sudah cukup baik. Selanjutnya, mari kita menilik hati kita masing-masing, apakah kita sudah meresapkan doa Bapa Kami, setiap kali kita mendaraskannya. Doa ini adalah doa yang diajarkan oleh Yesus, oleh karena itu selayaknya kita hayati dan kita resapkan di dalam hati. Jangan sampai kita kita hanya menghafalkan kata-katanya saja, tanpa menjadikan kata-kata itu ungkapan hati. Atau sebaliknya, kita tidak lagi rajin mengucapkannya, karena lebih menyukai doa- doa dengan perkataan kita sendiri. Alangkah baiknya, jika di samping doa- doa spontan maupun doa hening, kita tetap mengucapkan doa Bapa Kami ini dengan sikap batin yang baik. Sebab doa Bapa Kami adalah doa yang sempurna yang berasal dari Allah sendiri, dan karenanya marilah kita mengucapkannya dengan kasih yang besar kepada Dia yang telah mengajarkan-Nya kepada kita!
belum ada penjelasan untuk frase “di atas bumi seperti di dalam surga”. mohon penjelasan apa maksud Yesus dengan frase itu.
Shalom Yusup, Di dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK, 2822-2827) dipaparkan tentang doa Bapa Kami bagian “Jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam Surga”. Dalam doa ini, kita berdoa bahwa kehendak Bapa terjadi di atas bumi, yaitu agar semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran (1Tim 2:4). Dan hal ini dinyatakan secara sempurna dalam diri Kristus, yang senantiasa melaksanakan kehendak Bapa (lih. Yoh 8:29). Dengan demikian, doa ini berharap bahwa di atas bumi ini kehendak Bapa dapat terwujud secara sempurna sebagaimana kehendak-Nya terwujud secara sempurna di dalam Kerajaan Sorga. Dan bagaimana caranya? kita melihat apa yang dilakukan oleh Kristus,… Read more »
banyak terima kasih Pak Stef
Saya ingin menanyakan sbb:
*) dalam kredo”AKU PERCAYA” terkutib: “……..putranya yg tunggal “TUHAN KITA”……”
*) dalam doa BAPA KAMI terkutib: “BAPA KAMI….”
Yg saya ingin tahu mengapa yg pertama menggunakan ” KITA” dan yg kedua menggunakan “KAMI”, apakah memang ada perbedaan arti antara ” Tuhan Kita’ dan “Bapa Kami”
Salam,
Hary
Shalom Hary, Syahadat Aku percaya merupakan pernyataan iman kita sebagai seorang Kristiani. Inti pernyataan dalam syahadat tersebut diperoleh dari pengajaran para rasul, dan telah diyakini sejak zaman Gereja perdana. Maka dalam syahadat itu, dikatakan “Aku percaya…… akan Putra-Nya yang tunggal, Tuhan kita“, sebab para rasul, Gereja dan kita semua dalam kesatuan dengan Gereja memang percaya akan Kristus, Putra Allah yang tunggal, Tuhan kita. Sedangkan doa Bapa Kami itu adalah doa yang diajarkan oleh Kristus kepada para murid- murid-Nya. Perkataan “kami” di sini mengingatkan kita bahwa kita dapat memanggil Allah sebagai “Bapa” karena Kristus. Alangkah baiknya, jika dalam mengucapkan doa ini… Read more »
Berkah dalem, Saya sangat tersentuh dengan artikel ini. Minta ijin untuk saya print dan saya tempel di kamar saya. :) Sungguh saya pun akhir akhir ini bisa meneteskan mata apabila menyanyikan lagu Our Father ini (terlebih yang versi B. Inggris), sungguh sebuah doa yang lengkap, yang mengajarkan kerendahan hati kita akan pencipta kita. Sedikit pertanyaan, apakah kita boleh menambahi dan sedikit memodifikasi untuk personal kita? Misalnya ditambahkan kata kata untuk refleksi kehidupan kita hari ini? Terima kasih. Tuhan memberkati. [Dari Katolisitas: Silakan, jika Anda ingin mencetak artikel di atas untuk menjadi bahan permenungan Anda dan Anda tempelkan di kamar Anda.… Read more »
Terima kasih atas bantuan doanya….TUHAN memberkati yakub AMIN….
Dalam Misa apakah salah, bila doa Bapa Kami di ucapkan lebih dari satu kali, dalam perayaan Misa sementara Doa Bapa Kami itu sendiri sudah diucapkan setelah KONSEKRASI ?? Mohon tanggapannya.
Shalom Yohanes Kuat,
Sementara menunggu jawaban dari Rm Boli, izinkan saya menjawab pertanyaan Anda. Jika nanti Rm. Boli menjawab yang berbeda, silakan mengabaikan jawaban saya, karena beliaulah yang lebih kompeten dalam hal ini.
Secara liturgis, doa Bapa Kami dalam Misa Kudus hanya diucapkan sekali. Namun sebagai bentuk devosi pribadi, yaitu untuk diucapkan/didoakan secara pribadi di dalam hati, silakan saja, dapat dilakukan, misalnya sehabis Komuni ataupun di saat-saat doa pribadi di awal dan akhir Misa Kudus.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
“Berilah kami makanan secukupnya hari ini” versus “Ajakan berpikir dan membuat rencana hidup jangka panjang”. Doa Bapa Kami adalah doa yang paling sempurna yang diajarkan Yesus kepada umatNYA. Di dalam doa itu , Yesus mengajak umatNYA untuk hidup sederhana tidak serakah. Yang penting ada makanan secukupnya hari ini. Yesus tidak mengajak umat untuk berpikir terlalu jauh atau gelisah mengenai masa depan dan melakukan langkah-langkah antisipatif jika terjadi paceklik dan sebagainya. Di lain pihak, manusia modern telah diajari untuk merencanakan masa depannya dalam segala bidang, termasuk dalam hal pangan. Baik keluarga maupun pemerintah dituntut berpikir ke depan untuk mengelola ketersediaan pangan… Read more »
Shalom Herman Jay, Terima kasih atas pertanyaannya tentang doa Bapa Kami artikel yang ke-4, yaitu meminta rezeki. Secara prinsip, kita dapat melihat bahwa petisi 1-3 dari doa Bapa Kami adalah dalam hubungannya dengan rahmat spiritual, agar: (1) kekudusan dan kemulian Tuhan dinyatakan; (2) agar kita turut berpartisipasi dalam kehidupan kekal; (3) dan agar kehendak-Nya terwujud dalam diri kita. Walaupun tiga kehendak ini secara sempurnya dinyatakan dalam Kerajaan Sorga, namun dimulai di dunia ini. Oleh karena itu, kita minta, agar kita diberikan hal-hal yang perlu dalam hidup ini (yang bersifat sementara / temporal) untuk dapat menjalankan tiga petisi pertama. Dan inilah… Read more »
Mohon penjelasannya
1. Mengapa kalimat tersebut ada dalam kurung
(Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.) Mat 6: 13
2. Mengapa kalimat tersebut tidak diucapkan dalam Doa Bapa Kami
3. ” Rejeki ” dan “makanan kami yang secukupnya”, samakah arti kalimat/kata tersebut dalam naskah aslinya
Terima kasih.
Shalom Nien, Mat 6:9-13 dan Lukas 11:2-4 memberikan pengajaran akan doa Bapa Kami yang diajarkan oleh Yesus sendiri. Beberapa ahli Kitab Suci mengatakan bahwa dua teks ini mungkin diperoleh dari kejadian yang berbeda. Namun text lengkap doa Bapa Kami adalah berdasarkan dari text menurut Injil Matius (Mat 6:9-13). Text pertama yang ditemukan dalam Mat 6:13 ada yang memuat “Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.” dan satu text di ayat ke 13 tidak memuat kalimat tersebut. Dan disinilah perlunya “textual criticism”. Dan dari metode ini, Gereja Katolik dan juga sebagian gereja-gereja non- Katolik mengambil ayat… Read more »
Trima kasih Tuhan, aku baru menyadari ternyata do’a ku selama ini telah Engkau dengar, yaitu memberikan ku petunjuk selalu, agar menjalani kehidupan ini selalu bersama dengan Roh Kudus,
terima kasihku tak cukup, aku mohon ingatkan aku selalu agar dapat bersyukur kapanpun dan bagaimanapun dengan keadaanku,
terima kasih kuucapkan sekali lagi berkat artikel ini hatiku jadi terbuka
Shalom
1. Saya mempunyai kakak wanita yang hampir buta, meskipun sudah berobat kemana mana , namun hasilnya tidak ada. Dia sudah tidak bisa membaca lagi, untuk berdoa saya sarankan mungkin ada buku doa yang memakai huruf braille, namun dia tidak mau tetapi memilih memakai kasette. Umurnya sekitar 63 thn namun pendengarannya masih bagus sekali. Pertanyaan saya dimana dapat membeli kumpulan doa2 didalam kasete, sehingga nanti tinggal play saja.
2 Mohon arahan doa apa untuk seorang yang selalu mengalami musibah , i.e. kecelakaan dll
Terima kasih, Tuhan memberkati
Salam Regina, 1. Doa lisan merupakan unsur hakiki dalam kehidupan Kristen. Kristus mengajarkan doa lisan “bapa kami”. Yesus tidak hanya mendaraskan doa-doa liturgi dalam sinagoga, tetapi Ia pun mengangkat suara. Doa-doa-Nya terbentang dari “memuji Bapa dengan gembira” sampai “permohonan dalam sakrat maut di taman getsemani” (Mat 11:25-26; Mrk 14:36) (KGK # 2701). Doa lisan diarahkan dari dalam batin ke luar. Dan karenanya sangatlah manusiawi. “Kita harus sadar, kepada siapa kita berbicara” (St. Teresia dari Kanak-Kanak Yesus, cm. 26). Doa lisan menjadi cara pertama dari doa batin (KGK # 2703). Saya sangat mendukung jika Anda mendoakan teks tersebut lalu direkam. Rekamannya… Read more »
Dear Romo Dwi
Terima kasih banyak atas penjelasan dan nasehatnya mengenai Doa Bapa Kami. Secara pribadi, memang betul apabila dihayati Doa Bapak Kami sangat menyntuh, hal ini saya alami sendiri, setiap kali saya ikut Misa, pada saat Doa Bapak Kami didaraskan apalagi melalui pujian/nyanyian, tidak terasa air mata selalu menetes, sungguh agung namaNya
‘
Kalau tidak keberatan, mohon bantuan Romo Dwi membuatkan doa untuk kakak saya ( Robertha Widiningsih ), sehingga saya bisa membacanya untuk dia.
Terima kasih banyak, Tuhan Memberkati
regina
Salam Regina Doa-doa untuk kakak Anda (Robertha Widiningsih), bisa diambil dari buku-buku doa yang sudah ada seperti “Puji Syukur”, “Madah Bhakti” (dalam bahasa Jawa “Kidung Adi”), “Adoro Te” (Dalam bahasa Jawa “Padupan Kencana”), dan sebagainya yang juga ada yang dicetak dalam bahasa suku bangsa / bahasa daerah lainnya (Sunda, Batak, Mandarin, Dayak, Toraja, Nias,dll). Silahkan mendapatkannya di toko-toko buku. Saya buatkan doa dengan mengubah sedikit dari salah satu doa dari buku “Adoro Te” halaman 297-298 “Menyerahkan Penderitaan” : “Allah Bapa, aku (sebut nama…) membuka kedua belah tanganku, untuk menerima penderitaan ini sebagai ‘anugerah luhur’ dari – Mu. Allah Putera aku… Read more »
Dear Romo Dwi
Terima kasih banyak atas kiriman doanya. Tuhan Memberkati
Regina
Salam sejahtera.
Saya ingin bertanya mengenai doa Bapa Kami pada bagia “berilah kami rezeki pada hari ini”.
Dalam fersi inggrisnya “Give us this day our daily bread” (berliah kami hari ini roti harian kami).
Dalam fersi latin “Panem nostrum quotidianum da nobis hodie” (berilah kami hari ini roti harian kami).
kenapa dalam versi indonesianya roti diganti rezeki. Apakah dalam behasa lain atau negara lain juga demikian? atau cuma dalam versi indonesia yang demikian?
Terima kasih.
[Dari Katolisitas: Pertanyaan serupa sudah pernah ditanggapi di sini, silakan klik]
Saudara saudari terkasih dalam Kristus Tuhan, Saya hanya ingin menambahkan saja, semoga kita semua mau lebih memperdalam penghayatan tentang doa BAPA KAMI dengan membaca dengan sungguh sungguh buku karangan Scott Hahn dengan judul DOA BAPA KAMI – Refleksi dan Pemahaman menurut Kitab Suci, yang terdiri atas 12 Bab dan Bab 13 Penutup ditambah dengan TULISAN PARA BAPA GEREJA, Santo Siprianus, Santo Sirilus dari Yerusalem, Santo Yohanes Chrisostomus dan Santo Agustinus. Saya percaya banyak saudara saudari yang sudah baca buku ini dan merenungkannya, bagi yang belum saya kutipkan sedikit ulasan Scott Hahn di Kata Pengantar : Doa ini sangat penting. Ini… Read more »
Dengan doa Bapa Kami,
jangan dimaknai kita setara dengan Bapa, wuah jauh, ini menyatakan bahwa kita telah menerima anugerah yang tak terkira. Abdi diangkat jadi Anak, wajibnya kan bersyukur, jangan besar kepala.
Jadilah kehendakMu dibumi seperti didalam surga, ungkapan harapan. Bumi ini supaya kembali ke khitahnya, sesuai desain awalnya, nggak ada korupsi atau makelar kasus, ini hanya bisa terjadi kalau kita yang sudah terlanjur punya kebebasan( entah istilahnya Free Wiil) mau melakukannya. Ini tanggung jawab kita kita Tuhan nggak maksa.
Doa Bapa Kami bagi saya komplit, ada Pujian, Syukur, harapan dll. Saya mengalir percaya, begitu saja.
Salam
Shalom Widiatmono,
Ya, anda sangat benar. Bahwa biar bagaimanapun kita tidak mungkin setara dengan Allah Bapa, sebab Ia adalah Allah Pencipta kita, dan kita ini adalah mahluk ciptaan-Nya.
Doa Bapa Kami yang diajarkan Yesus ini, mengajak kita untuk terus mensyukuri rahmat Baptisan yang kita terima, sehingga diangkat menjadi anak-anak angkat Allah di dalam Kristus Allah Putera, sehingga kita dapat menyebut Allah sebagai Bapa. Namun ini tidak berarti bahwa kita menjadi setara dengan Allah Bapa.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Terima kasih atas jawabannya,
sebagai orang Jawa saya dengan teman-teman selalu mencari Purwaning Dumadi dengan “laku” istilahnya ” ilmu iku kelakone kanti laku”, dahulu saya rasakan sulit sekali. Sering dilambangkan Allah itu jauh tetapi juga dekat tanpa jarak.
Dengan kedatangan Kristus didunia, Allah sendiri mendatangi kita dengan merendahkan Diri. Saya menyadari sekarang, yang dahulu saya anggap sulit hampir mustahil, menjadi begitu mudah, syaratnya percaya. Secara sadar ini bukan hasil usaha saya, tetapi murni anugerah.
Hanya yang menggelisahkan saya, semangat “mati raga” kok hampir ditinggalkan, apa ada yang perlu dibenahi?
Tulisan ibu Ingrid menguatkan saya.
Salam.
Yth. mbak Ingrid…
saya, yosep saat ini dipercaya sebagai majelis pada GKP Bethani tanah tinggi, Jakarta… materi tentang Doa Bapa Kami, dan yang berkaitan dengan pembinaan anak muda sangat saya butuhkan……
Kiranya mbak inggrid dapat memberikan softcopy melalui email saya, terima kasih atas bantuannya.
Yosep
Shalom Musa Yosep, Jika anda melihat bahwa ulasan tentang doa Bapa Kami di atas, membantu anda, silakan anda copy and paste, dengan menyebutkan juga sumbernya yaitu katolisitas.org, untuk anda pergunakan dalam kegiatan pelayanan anda. Selanjutnya, jika anda ingin mendapat ulasan yang lebih mendalam tentang Bapa Kami, silakan anda membaca Katekismus Gereja Katolik, no. 2759 sampai 2865. Silakan anda mengunjungi situs imankatolik.or.id untuk membaca Katekismus Gereja Katolik secara online. Juga silakan membaca buku “The Way of Perfection” karangan St. Theresa of Avila, yang dengan sangat indahnya menjabarkan renungan tentang doa Bapa Kami ini. Silakan klik di link ini, baca chapter 27… Read more »
Shalom mbak Inggrid Listiati
Terima kasih atas bantuannya dan diperkanankannya menggunakan tulisan tersebut, GBU
Doa Bapa Kami merupakan Doa yang paling sempurna, artinya sangat dalam yang mengajarkan kita banyak hal yang perlu kita lakukan apapun bentuknya lewat dalam studi, pekerjaan, dan maupun dalam kehidupan kita setiap hari lepas hari. Tuhan Yesus Sungguh Baik mengajarkan kita melalui Doa Bapa Kami karena supaya kita selalu tidak berkecil hati ataupun kuatir apa yang harus kita katakan untuk berdoa pada Yahweh ” Yesus Kristus” yang selalu menunggu kita untuk serupa seperti Tuhan Yesus. Tuhan Memberkati ikutilah Teladan Tuhan Yesus jangan pernah Berkecil hati Tuhan Memberkatimu Selalu Yakinkan/Kalungkan Pada Hatimu Bahwa Tuhan Selalu Sangup MenolongMu setiap Detik, menit, jam… Read more »
Dear All, Doa Bapa Kami adalah doa yang sangat “Dasyat”, Doa ini adalah “firman” Tuhan melalui Yesus… Kenapa Yesus mengajarkan sebutan “Bapa” kepada kita untuk Allah Tuhan? Bukan sekedar “Betapa bersyukurnya aku boleh menyebut Engkau, “Bapa”” Melainkan sebuah kesadaran yang seharusnya… Kalau sudah seharusnya nilai syukur tidak lagi penting… ….Pemahaman syukur di sini seolah hanya “thank you”,kata ini hanya terjadi setelah “menerima”….Tanpa doa Bapa Kami pun hal itu sudah seharusnya dan senantiasa ‘bersyukur…’ makna “grateful” berbeda dengan “thanksgiving”…. silahkan menimbang sendiri pemaknaannya.. Sebutan Bapa adalah menyebutkan sebagai “KASIH”…. LOVE….. [Mat 7:9 -10 Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada… Read more »
Shalom Sahabat, Agaknya anda memiliki pengertian yang berbeda dengan renungan yang yang diajarkan oleh St. Teresa Avila tentang makna doa Bapa Kami ini. 1. Anda mengatakan, “Bukan sekedar “Betapa bersyukurnya aku boleh menyebut Engkau, “Bapa.” Melainkan sebuah kesadaran yang seharusnya… Kalau sudah seharusnya nilai syukur tidak lagi penting….Pemahaman syukur di sini seolah hanya “thank you”, kata ini hanya terjadi setelah “menerima”….Tanpa doa Bapa Kami pun hal itu sudah seharusnya dan senantiasa ‘bersyukur…’ Tentu tanpa doa Bapa Kami kita sudah selayaknya senantiasa bersyukur. Tetapi St. Teresa mengajak kita untuk merenungkan bagaimana kita dapat menyebut Allah sebagai “Bapa” kita. Hal ini bukan… Read more »
Dear, Ingrid Listiati, Free will adalah ruangan yang harus kita isi dalam kehidupan. Kita mengisinya dengan makna kehidupan kita. Dalam pemahaman transendental sering kita terbentur pada “wujud” sesuai imajinasi kita tentang Allah. Tidak sedikit yang mengimajinasikan ke bentuk fisik…. dan ini menyebabkan keterbatasan pemahamannya makin sempit. == Kita harus melihat kenyataan bahwa ada banyak umat manusia tidak mengenali Allah sebagai Pribadi, tetapi sebagai Sesuatu. == Allah “pribadi” yang sepeti apa dan bukan “sesuatu” yang seperti apa… ? == Namun Allah telah mengutus Putera-Nya yaitu Yesus Kristus, sehingga di dalam Kristus kita diangkat menjadi anak- anak angkat-Nya dan dapat memanggil-Nya sebagai… Read more »
Shalom Sahabat, 1. Anda mengatakan, “Free will adalah ruangan yang harus kita isi dalam kehidupan. Kita mengisinya dengan makna kehidupan kita.” Pandangan anda ini tidak sama dengan yang diajarkan oleh Gereja Katolik. Pengertian ‘free will’/ kehendak bebas menurut Katekismus Gereja Katolik: KGK 1730 Allah telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang berakal budi dan telah memberi kepadanya martabat seorang pribadi, yang bertindak seturut kehendak sendiri dan menguasai segaIa perbuatannya. “Allah bermaksud menyerahkan manusia kepada keputusannya sendiri” (Sir 15:14), supaya ia dengan sukarela mencari Penciptanya dan dengan mengabdi kepada-Nya secara bebas mencapai kesempurnaan sepenuhnya yang membahagiakan” (Gaudium et Spes 17). “Manusia itu… Read more »
dear, Ingrid Listiati! Sama dengan Stef, Tekstual. Banyak pernyataan dari Anda yang hanya mengandalkan teks di depan, sedangkan bagaimana mengelola jiwa justru hanya bumbu pemanis. Saya bukan pengikut paham new age, akan tetapi: == “Konsep Allah sebagai Energi ini umum diajarkan dalam pham New Age, namun tidak sesuai dengan ajaran Gereja Katolik” == Anda menempatkan diri dalam bingkai yang sempit karena Anda menggunakan logika dalam iman. Saya yakini Anda sendiri tidak menemukan makna ‘Doa Bapa Kami” , karena Anda menggunakan logika! Causa Prima ! == “In the beginning God created the heavens and the earth.” (Gen 1:1) == Tekstualitas, kalau… Read more »
Shalom Sahabat, Tidak apa jika anda menganggap saya ‘tekstual’. Namun anda selayaknya mengakui bahwa teks atau pengetahuan itu penting, sebelum anda dapat menghayati sesuatu. Seperti halnya kita baru dapat benar- benar mengasihi kalau kita terlebih dahulu mengenalnya. Maka hal tekstual tadi diperlukan agar kita dapat mengenal terlebih dahulu makna doa Bapa Kami. Ini juga berlaku dalam hal pengenalan akan Tuhan yang kita peroleh secara tekstual dari Kitab Suci dan Tradisi Suci. Setelah kita mengetahui apa yang disampaikan oleh Tuhan tentang Diri-Nya dan rencana keselamatan-Nya, barulah kita dapat tergerak untuk menanggapinya. Maka tepatlah jika Rasul Paulus mengatakan, bahwa Tuhan “menghendaki supaya… Read more »
Salam dalam Jesus Tuhan Kita,
Maaf saya jadi bingung kalau kita membicarakan Doa Bapa Kami (The Lord’s Prayer) kemudian sahabat campur adukkan dengan nama Allah yang setahu saya adalah Tuhan sembahan saudara kita yang beragama Islam. Setahu saya Tuhan Jesus tidak pernah mengatakan bahwa Bapa Di Sorga iti namanya Allah.
Salam,
sahat
[dari katolisitas: silakan melihat link ini – silakan klik dan ini – klik ini]
Doa ini menurut saya mengandung inti terdalam dari ajaran Kasih. Ada begitu banyak bentuk cinta kasih di dunia ini tetapi hanya satu yang paling besar. Kasih yang paling besar adalah Pengampunan. Kenapa? Tanyakan saja pada diri kita. Berapa orang yang belum kita ampuni atau maafkan sampai hari ini? Mungkin saja justru diri kita sendiri…..yang belum kita maafkan.
aku baru tau ternyata d d dlm doa bapa kami terkandung makna yg sangat dalam artinya n sangat indah
saya memang selalu terharu ( bahagia campur sedih karena merasa berdosa dihadapan Allah ) bila saat menyanyikan lagi Bapa Kami….memang doa Bapa Kami adalah doa yang benar benar langsung diajarkan Allah sendiri kepada kita umat manusia.
baru tau dan ga nyangka selama ini hanya membaca sebuah hafalan, tanpa tau ternyata begitu mendalam makna dari Doa Bapa Kami ini.
Thanks for the article, nice article.
Saya setuju doa Bapa Kami itu adalah doa yang paling komplit. Di saat kita buntu dan kehilangan kata2, doa Bapa Kami sudah mewakili semuanya. Baru2 ini saya mengikuti seminar Doa Bapa Kami yang diselenggarakan di Paroki Matius, Bintaro oleh Rm Daniel SX. Seharusnya cukup 1 weekend saja (Jumat-Sabtu-Minggu) ternyata.. tak diduga itu tidak cukup untuk membahas semuanya karena tiap sesi adalah tiap kalimat satu persatu. Karena ternyata doa Bapa Kami mewakili isi 1 Alkitab! Akhirnya mau tidak mau kami adakan lagi 1 week end untuk menyelesaikan seluruh sesi sesuai jadwal. Hal ini di luar dugaan saya pribadi sebelumnya yang tadinya… Read more »