Dialog tentang Wahyu Allah dan kebenaran

Pertanyaan:

Selamat jumpa pak stev dan Ibu Ingrit saya Lisa umat Protestan ada beberapa hal tanggapan saya soal wahyu, tolong ditanggapi menurut iman Katolik bagaimana? kalo tidak sama dimana letak ketidaksamaannya. Terima kasih jika mau menanggapi.
Wahyu Allah itu disampaikan dalam Alkitab
Karena itu benarlah jika hanya ada satu-satunya Alkitab dalam Otoritas Tunggal dalam Gereja
Kasih karunia melahirkan Iman
Iman bukanlah suatu kondisi yang stagnan, melainkan dinamis tergantung dari respon orang percaya tersebut
Rom 10:17 Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman KRISTUS.
Iman tidak lagi mencari kebenaran, kebenaran sudah ditemukan, dan untuk selanjutnya diperdalam
Iman pun tanpa kebajikan dan pengetahuan tidak menghasilkan kesalehan
2Pe 1:5 Justru karena itu kami harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan,
2Pe 1:6 dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan,
Dalam kaitan inilah saya ingin mengajak setiap kita tidak sekedar beriman melainkan tekun untuk kesalehan
Pengetahuan akan kebenaran bukan hanya milik Bapak Gereja, bukan juga milik Rasul-Rasul KRISTUS, pengetahuan akan kebenaran adalah kasih karunia kepada setiap orang-orang pilihan Allah
Tit 1:1 Dari Paulus, hamba Allah dan rasul YESUS KRISTUS untuk memelihara iman orang-orang pilihan Allah dan pengetahuan akan kebenaran seperti yang nampak dalam ibadah kita,
Kemudian
Orang percaya beriman kepada Tuhan YESUS KRISTUS
Bukan kepada Ajaran Gereja, bukan kepada Dogma Gereja atau apapun
Pengetahuan akan kebenaran itu pun terus bertumbuh sesuai dengan kasih karunia dan repson orang percaya
Eph 4:13 sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan KRISTUS,
Rom 12:3 Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.
Dan pencarian akan kebenaran itu tidak akan mentok, karena Allah sendiri yang menjanjikan kesempurnaan kita
2Jn 1:3 Kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa, dan dari YESUS KRISTUS, Anak Bapa, akan menyertai kita dalam kebenaran dan kasih.
1Jn 5:6 Inilah Dia yang telah datang dengan air dan darah, yaitu YESUS KRISTUS, bukan saja dengan air, tetapi dengan air dan dengan darah. Dan Rohlah yang memberi kesaksian, karena Roh adalah kebenaran.
1Jn 5:7 Sebab ada tiga yang memberi kesaksian (di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu.
Bagi saya ALKITAB-lah sumber segala Iman.

Jawaban:

Shalom Lisa,

Selamat datang di situs ini. Terima kasih atas pemaparannya tentang Wahyu Allah dan kebenaran. Berikut ini adalah tanggapan yang dapat saya berikan:

1) Lisa mengatakan “Wahyu Allah itu disampaikan dalam Alkitab. Karena itu benarlah jika hanya ada satu-satunya Alkitab dalam Otoritas Tunggal dalam Gereja

a) Dalam point ini, Lisa mengungkapkan tentang sola scriptura atau hanya Alkitab saja. Namun, Gereja Katolik percaya akan tiga pilar kebenaran, yaitu: 1) Tradisi Suci, 2) Kitab Suci, 3) Magisterium (kewenangan mengajar). Di dalam artikel ini (silakan klik), dituliskan:

1) Tradisi Suci

Tradisi Suci adalah Tradisi yang berasal dari para rasul yang meneruskan apa yang mereka terima dari ajaran dan contoh Yesus dan bimbingan dari Roh Kudus. Oleh Tradisi, Sabda Allah yang dipercayakan Yesus kepada para rasul, disalurkan seutuhnya kepada para pengganti mereka, supaya dalam pewartaannya, mereka memelihara, menjelaskan dan menyebarkannya dengan setia.[5] Maka Tradisi Suci ini bukan tradisi manusia yang hanya merupakan ‘adat kebiasaan’. Dalam hal ini, perlu kita ketahui bahwa Yesus tidak pernah mengecam seluruh adat kebiasaan manusia, Ia hanya mengecam adat kebiasaan yang bertentangan dengan perintah Tuhan (Mrk 7:8).

Jadi, Tradisi Suci dan Kitab Suci tidak akan pernah bertentangan. Pengajaran para rasul seperti Allah Tritunggal, Api penyucian, Keperawanan Maria, telah sangat jelas diajarkan melalui Tradisi dan tidak bertentangan dengan Kitab Suci, meskipun hal-hal itu tidak disebutkan secara eksplisit di dalam Kitab Suci. Janganlah kita lupa, bahwa Kitab Suci sendiri mengajarkan agar kita memegang teguh Tradisi yang disampaikan kepada kita secara tertulis ataupun lisan (2Tes 2:15, 1Kor:2).

Juga perlu kita ketahui bahwa Tradisi Suci bukanlah kebiasaan-kebiasaan seperti doa rosario, berpuasa setiap hari Jumat, ataupun selibat para imam. Walaupun semua kebiasaan tersebut baik, namun hal-hal tersebut bukanlah doktrin. Tradisi Suci meneruskan doktrin yang diajarkan oleh Yesus kepada para rasulNya yang kemudian diteruskan kepada Gereja di bawah kepemimpinan penerus para rasul, yaitu para Paus dan uskup.

2) Kitab Suci

Allah memberi inspirasi kepada manusia yaitu para penulis suci yang dipilih Allah untuk menuliskan kebenaran. Allah melalui Roh KudusNya berkarya dalam dan melalui para penulis suci tersebut, dengan menggunakan kemampuan dan kecakapan mereka. “Oleh sebab itu, segala sesuatu yang dinyatakan oleh para pengarang yang diilhami tersebut, harus dipandang sebagai pernyataan Roh Kudus.”[6] Jadi jelaslah bahwa Kitab Suci yang mencakup Perjanjian Lama dan Baru adalah tulisan yang diilhami oleh Allah sendiri (2Tim 3:16). Kitab-kitab tersebut mengajarkan kebenaran dengan teguh dan setia, dan tidak mungkin keliru. Karena itu, Allah menghendaki agar kitab-kitab tersebut dicantumkan dalam Kitab Suci demi keselamatan kita.[7]

Mungkin ada orang Kristen yang berkata, bahwa keselamatan [edit 05 Feb 2010: seharusnya kebenaran] mereka diperoleh melalui Kitab Suci saja. Namun, jika kita mau jujur, kita akan melihat bahwa hal itu tidak pernah diajarkan oleh Kitab Suci itu sendiri. Malah yang ada adalah sebaliknya, bahwa Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri (2Pet 1:20-21) sebab ada kemungkinan dapat diartikan keliru (2Pet 3:15-16). Gereja pada abad-abad awal juga tidak menerapkan teori ini. Teori ‘hanya Kitab Suci’ atau ‘Sola Scriptura’ ini adalah salah satu inti dari pengajaran pada zaman Reformasi pada tahun 1500-an, yang jika kita teliti, malah tidak berdasarkan Kitab Suci. Silakan melihat artikel ini (silakan klik).

Pada kenyataannya, Kitab Suci tidak dapat diinterpretasikan sendiri-sendiri, karena dapat menghasilkan pengertian yang berbeda-beda. Sejarah membuktikan hal ini, di mana dalam setiap tahun timbul berbagai gereja baru yang sama-sama mengklaim “Sola Scriptura” dan mendapat ilham dari Roh Kudus. Ini adalah suatu kenyataan yang memprihatinkan, karena menunjukkan bahwa pengertian mereka tentang Kitab suci berbeda-beda, satu dengan yang lainnya. Jika kita percaya bahwa Roh Kudus tidak mungkin menjadi penyebab perpecahan (lih. 1Kor14:33) dan Allah tidak mungkin menyebabkan pertentangan dalam hal iman, maka kesimpulan kita adalah: “Sola Scriptura” itu teori yang keliru.

3) Magisterium (Wewenang mengajar) Gereja

Dari uraian di atas, kita mengetahui pentingnya peran Magisterium yang “bertugas untuk menafsirkan secara otentik Sabda Allah yang tertulis atau diturunkan itu yang kewibawaannya dilaksanakan dalam nama Yesus Kristus.”[8] Magisterium ini tidak berada di atas Sabda Allah, melainkan melayaninya, supaya dapat diturunkan sesuai dengan yang seharusnya. Dengan demikian, oleh kuasa Roh Kudus, Magisterium yang terdiri dari Bapa Paus dan para uskup pembantunya [yang dalam kesatuan dengan Bapa Paus]  menjaga dan melindungi Sabda Allah itu dari interpretasi yang salah.

Kita perlu mengingat bahwa Gereja sudah ada terlebih dahulu sebelum keberadaan kitab-kitab Perjanjian Baru. Para pengarang/ penulis suci dari kitab-kitab tersebut adalah para anggota Gereja yang diilhami oleh Tuhan, sama seperti para penulis suci yang menuliskan kitab-kitab Perjanjian Lama. Magisterium dibimbing oleh Roh Kudus diberi kuasa untuk meng-interpretasikan kedua Kitab Perjanjian tersebut.

Jelaslah bahwa Magisterium sangat diperlukan untuk memahami seluruh isi Kitab Suci. Karunia mengajar yang ‘infallible‘ (tidak mungkin sesat) itu diberikan kepada Magisterium pada saat mereka mengajarkan secara resmi doktrin-doktrin Gereja. Karunia ini adalah pemenuhan janji Kritus untuk mengirimkan Roh KudusNya untuk memimpin para rasul dan para penerus mereka kepada seluruh kebenaran (Yoh 16:12-13).

b) Dari pemaparan di atas, maka kita melihat ada dua sumber wahyu Allah, yaitu dalam bentuk lisan maupun tertulis (lih. 2 Tes 2:15). Bentuk lisan ini janganlah salah dimengerti bahwa ini hanyalah suatu pengajaran lisan tanpa ada dokumen tertulis. Yang termasuk dalam Tradisi Suci juga dituliskan, sehingga kita mempunyai bukti-bukti otentik, seperti tulisan-tulisan dari Bapa Gereja, yang mempunyai hubungan dengan para rasul yang ditunjuk oleh Kristus sendiri. Dan Magisterium Gereja mempunyai fungsi agar wahyu Allah ini dapat diwariskan dan dimengerti oleh seluruh generasi dengan benar dan murni. Oleh karena itu, Kitab Suci dan Tradisi Suci tidak dapat bertentangan satu sama lain, karena keduanya bersumber pada sumber yang sama, yaitu Kristus. Dan Magisterium Gereja tidak dapat mengajarkan sesuatu yang berlawan dengan Alkitab dan Tradisi Suci. Jadi ketiganya saling terkait, menjadi satu pondasi yang kokoh, sehingga kebenaran tidak goyah.

c) Kalau memang satu-satunya sumber wahyu Allah adalah Alkitab, bagaimana kita dapat menjelaskan kehidupan jemaat awal, sebelum Alkitab (Perjanjian Baru) ditulis. Kita tahu bahwa kitab-kitab PB ditulis pada tahun-tahun sebagai berikut: Matius (50-55) dan 1 & 2 Tes (51-52), Yakobus (50-60), Galatia (54), sampai Yohanes (98-100). Apakah pegangan mereka dari tahun 33 (tahun setelah kematian Kristus) – 100 (tahun sampai semua kitab PB tertulis)? Bukankah dari tahun 33-100, Alkitab Perjanjian Baru belum terbentuk secara lengkap?

Kita juga tahu bahwa Alkitab bukanlah diberikan oleh Kristus dalam bentuk buku Alkitab yang kita kenal saat ini. Dan kita tahu bahwa pada masa awal, ada begitu banyak buku-buku yang lain. Pertanyaannya, kalau Alkitab menjadi satu-satunya pegangan bagi Gereja, bagaimana pegangan ini dapat menjadi satu-satunya pegangan sebelum ditentukan oleh Gereja sebagai suatu pegangan yang pasti? Apakah dengan demikian satu-satunya pegangan yang pasti (Alkitab) memerlukan pegangan yang lain, sehingga kita dapat yakin bahwa pegangan yang pasti tersebut tidak mungkin salah? Kalau begitu, apakah pegangan yang lain mungkin salah? Kalau mungkin salah, bukankah pengangan yang tidak mungkin salah (Alkitab) dapat saja salah, karena ditentukan oleh pegangan yang mungkin salah?

Dan bagaimana Gereja dapat menentukan bahwa buku yang termasuk dalam Alkitab adalah seperti yang kita kenal saat ini? Apakah parameternya? Apakah Tradisi Suci, dalam hal ini adalah kesaksian dari Bapa Gereja, memegang peranan penting dalam menentukan kitab mana yang menjadi bagian dari Alkitab yang kita kenal? Apakah kesaksian dari St. Irenaeus (180 AD) dan Eusebius memegang peranan penting dalam menentukan keaslian Injil, karena mereka mengatakan:

“Kita telah mengetahui bukan dari siapapun tentang rencana keselamatan kita kecuali dari mereka yang melaluinya Injil telah diturunkan kepada kita, yang pada suatu saat mereka ajarkan di hadapan publik, dan yang kemudian, sesuai dengan kehendak Tuhan, diturunkan kepada kita di dalam Kitab Suci, untuk menjadi dasar dan tonggak dari iman kita…. Sebab setelah Tuhan kita bangkit dari mati [para rasul] diberikan kuasa dari atas, ketika Roh Kudus turun [atas mereka] dan dipenuhi oleh semua karunia-Nya, dan mempunyai pengetahuan yang sempurna: mereka berangkat menuju ujung-ujung bumi, mengajarkan kabar gembira yang diberikan oleh Tuhan kepada kita…. Matius... menuliskan Injil untuk diterbitkan di antara orang Yahudi di dalam bahasa mereka, sementara Petrus dan Paulus berkhotbah dan mendirikan Gereja di Roma…. Markus, murid dan penerjemah Petrus, juga memmeneruskan kepada kita secara tertulis, apa yang biasanya dikhotbahkan oleh Petrus. Dan Lukas, rekan sekerja Paulus, juga menyusun Injil yang biasanya dikhotbahkan Paulus. Selanjutnya, Yohanes, murid Tuhan Yesus ….juga menyusun Injil ketika tinggal di Efesus, Asia Minor.” (St. Irenaeus, Against the Heresies, Buku III, bab 1,1)

“[Injil] yang pertama dituliskan oleh Matius, yang adalah seorang publikan tetapi kemudian menjadi rasul Yesus Kristus, yang menerbitkannya untuk umat Yahudi, dituliskan dalam bahasa Ibrani. [Injil] kedua oleh Markus, yang disusun di bawah bimbingan St. Petrus, yang telah mengangkatnya sebagai anak… (1 Pet 5:13). Dan ketiga, menurut Lukas, yang menyusunnya untuk umat non-Yahudi, Injil yang dibawakan oleh Rasul Paulus; dan setelah semuanya itu, [Injil] menurut Yohanes. (Eusebius, His eccl 6.25.3-6).

Kalau kesaksian di atas tidak dianggap sama sekali sebagai sumber kebenaran, bagaimana kita dapat tahu bahwa Injil hanya ada empat (Matius, Markus, Lukas, Yohanes) dan tidak termasuk injil-injil yang lain?

2) Lisa menuliskan “Kasih karunia melahirkan Iman
Iman bukanlah suatu kondisi yang stagnan, melainkan dinamis tergantung dari respon orang percaya tersebut”

a) Saya menyetujui bahwa iman adalah suatu pemberian dari Tuhan. Mungkin pernyataan bahwa iman bukanlah suatu kondisi yang stagnan, melainkan dinamis, harus didefinisikan lebih lanjut. Sebelum saya menanggapi pernyataan ini, saya ingin bertanya terlebih dahulu kepada Lisa: 1) Apakah definisi dari iman? 2) Apakah parameter yang menentukan bahwa seseorang mempunyai iman yang benar? 3) Darimana kita tahu bahwa parameter yang digunakan (jawaban no:2) adalah benar? 4) Kalau iman adalah sesuatu yang dinamis, dari mana orang dapat yakin bahwa iman yang dipercayainya saat ini adalah suatu kebenaran yang tetap?

b) Tentang ayat-ayat yang Lisa kutip (Rm 10:17; 2 Pet 1:5-6) adalah memang benar, dimana iman yang benar seharusnya menghasilkan buah-buah Roh Kudus. Dan saya sangat setuju untuk ajakan untuk bertekun dalam kesalehan – mungkin lebih tepat dalam kekudusan.

c) Kemudian anda menuliskan “Pengetahuan akan kebenaran bukan hanya milik Bapak Gereja, bukan juga milik Rasul-Rasul KRISTUS, pengetahuan akan kebenaran adalah kasih karunia kepada setiap orang-orang pilihan Allah

1) Memang benar sekali apa yang dikatakan Lisa bahwa pengetahuan akan kebenaran bukan hanya milik Bapa Gereja dan rasul-rasul Kristus. Bahkan Gereja Katolik mengajak semua anggota Gereja tanpa kecuali untuk hidup kudus (yang menjadi buah dari pengetahuan dan kebenaran).

2) Namun, bukankah menjadi suatu kenyataan bahwa kita juga “berhutang” (dalam tanda kutip) kepada rasul-rasul yang telah dipilih oleh Kristus sendiri, dan juga para Bapa Gereja dan Magisterium Gereja, yang membuat kita dapat mengenal kebenaran Wahyu Allah, seperti yang dituliskan di Alkitab? Tanpa mereka (para rasul, bapa Gereja, magisterium Gereja), bukankah kita tidak mempunyai Alkitab seperti yang kita kenal saat ini?

3) Kalau kebenaran adalah kasih karunia kepada setiap orang-orang pilihan Allah, apakah mungkin terjadi bahwa ada kebenaran yang saling bertentangan? Bukankah kalau saling bertentangan tidak mungkin keduanya benar, karena di dalam kebenaran tidak ada kontradiksi? Sebagai contoh: Dikatakan di Mt 24:36 “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri” Apakah mungkin di antara umat beriman, ada yang mengatakan bahwa 1) Yesus tahu hari kiamat atau 2) Yesus tidak tahu hari kiamat. Jawabannya adalah “ya” dan “tidak”, dan tidak mungkin keduanya benar, karena keduanya saling bertentangan. Dalam hal ini, kalau kebenaran hanya masalah pribadi, antara kasih karunia Allah dan setiap umat beriman, maka seharusnya tidak boleh ada jawaban yang bertentangan, karena kasih karunia Allah tidak mungkin salah. Namun, kalau ada pertentangan, bukankah ini membuktikan bahwa masing-masing pribadi tidak dapat dijadikan tolak ukur kebenaran, karena masing-masing pribadi dapat salah menafsirkan ayat tersebut? Kalau demikian, bagaimana agar tidak terjadi pertentangan?

3) Lisa menuliskan “Orang percaya beriman kepada Tuhan YESUS KRISTUS. Bukan kepada Ajaran Gereja, bukan kepada Dogma Gereja atau apapun. Pengetahuan akan kebenaran itu pun terus bertumbuh sesuai dengan kasih karunia dan repson orang percaya

a) Pernyataan bahwa orang beriman kepada Tuhan Yesus Kristus adalah benar. Namun pertanyaannya adalah: Tuhan Yesus Kristus yang seperti apa? Yang tahu hari kiamat atau yang tidak tahu hari kiamat? Yang mempunyai satu akal budi atau dua akal budi? Yesus yang memperbolehkan baptis bayi atau tidak? Yesus yang menginstitusikan Sakramen Baptis sebagai syarat keselamatan atau tidak? Cobalah diskusikan dengan beberapa teman Lisa pertanyaan-pertanyaan tersebut. Kalau anda mendapatkan jawaban-jawaban yang berbeda-beda, maka pendapat siapa yang benar? Dan bagaimana Lisa menentukan bahwa jawaban A benar dan jawaban B salah.

b) Dikatakan bahwa pengetahuan dan kebenaran terus bertumbuh. Pengetahuan memang terus bertumbuh, dimana semakin kita diberikan rahmat oleh Allah dan kita terus berusaha belajar mendalami iman kita, maka kita akan mendapatkan pengetahuan yang lebih mendalam. Namun, apakah kebenaran terus bertumbuh? Apakah yang dimaksud kebenaran terus bertumbuh? Apakah mungkin suatu kebenaran dari “ya” menjadi “tidak” atau sebaliknya dari “tidak” menjadi “ya”? Sebagai contoh: Apakah kontrasepsi berdosa? Cobalah untuk menjawab pertanyaan ini dengan alur pemikiran yang Lisa berikan di point ini.

c) Lisa mengutip Ef 4:13 dan Rm 12:3 untuk mendukung bahwa setiap orang dapat mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar. Pertanyaan saya, kalau masing-masing orang pasti dapat mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar, mengapa jemaat di Korintus saling bertentangan, sehingga Rasul Paulus sampai mengatakan “Sebab pertama-tama aku mendengar, bahwa apabila kamu berkumpul sebagai Jemaat, ada perpecahan di antara kamu, dan hal itu sedikit banyak aku percaya.” (1 Kor 11:18). Dan bagaimana jemaat perdana memutuskan permasalahan tentang sunat di konsili Yerusalem? Bukankah mereka tidak dapat memutuskan mana yang benar secara sendiri-sendiri? Bukankah rasul Paulus juga mengatakan “Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat (Ecclesia = Gereja) dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran.” (1 Tim 3:15)

Kalau kita melihat dalam lingkup yang lebih luas, yaitu seluruh dunia, maka apakah yang menjadi pegangan kalau terjadi perbedaan doktrin atau pengajaran di dalam gereja-gereja yang mengklaim seluruh pengajarannya bersumber pada Alkitab? Bahkan ada yang mengklaim pengajarannya dari Alkitab (seperti saksi Yehuwa) tidak mempercayai bahwa Yesus adalah pribadi kedua dari Trinitas.

4) Lisa mengatakan “Dan pencarian akan kebenaran itu tidak akan mentok, karena Allah sendiri yang menjanjikan kesempurnaan kita

a) Silakan menjawab beberapa pertanyaan yang saya ajukan di atas, sehingga mungkin Lisa dapat melihat pencarian kebenaran dari sisi yang berbeda. 2 Yoh 1:3 mengatakan “Kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa, dan dari Yesus Kristus, Anak Bapa, akan menyertai kita dalam kebenaran dan kasih.” Pertanyaannya bukanlah keraguan kita akan kasih karunia Allah, namun apakah kita berada dalam kebenaran dan kasih. Karena kalau kita tidak mempunyai kebenaran dan kasih, maka kita tidak di dalam Kristus, karena Allah adalah kebenaran (lih. Yoh 14:6) dan kasih (lih. 1 Yoh 4:8).

b) Pencarian kebenaran memang harus ditempatkan lebih tinggi dari kepentingan pribadi. Namun, kebenaran yang seperti apa? Silakan melihat beberapa kasus yang saya ajukan di atas. Contoh yang lain adalah: umat Katolik percaya bahwa Yesus (tubuh, jiwa dan ke-Allahan-Nya) hadir dalam rupa roti dan anggur. Umat non-Katolik tidak mempercayainya. Namun, keduanya mengambil dasar dari Alkitab. Pertanyaannya adalah mana yang benar? Saya bukan hendak membahas topik ini, namun hanya mencoba memperlihatkan bahwa harus ada satu parameter untuk menentukan bahwa sesuatu tetap disebut benar, baik kita setuju maupun kita tidak setuju, karena kebenaran lebih tinggi dari diri kita masing-masing. Kalau kita hanya menganggap sesuatu adalah benar, karena kita merasa bahwa hal tersebut adalah benar, maka parameternya adalah diri kita sendiri, perasaan kita, yang mungkin dapat salah. Dan tentu saja, ini bukan parameter yang baik.

Pernyataan kebenaran tidak “mentok“, perlu dianalisa lebih jauh. Seperti yang saya sebutkan di point sebelumnya, apakah mungkin dari “ya” menjadi “tidak” dan dari “tidak” menjadi “ya”? Silakan melihat point 3b).

c) Lisa mengutip 1 Yoh 5:6 “Inilah Dia yang telah datang dengan air dan darah, yaitu YESUS KRISTUS, bukan saja dengan air, tetapi dengan air dan dengan darah. Dan Rohlah yang memberi kesaksian, karena Roh adalah kebenaran.” Namun, Roh yang sama juga menjadi Roh dari Gereja, karena Yesus sendiri mengatakan “22 Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: “Terimalah Roh Kudus. 23  Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.” Dan ini juga sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Yesus kepada Petrus, yang menjadi Paus pertama “18. Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku (Gereja-Ku) dan alam maut tidak akan menguasainya. 19.  Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.” (Mt 16:18-19).

Oleh karena itu, kebenaran yang adalah Roh Allah berdiri dengan teguh di atas batu karang, atau Petrus – yang diteruskan oleh pengantinya, yaitu para paus – sehingga kebenaran tetap menjadi suatu kebenaran dan tidak dapat dibelokan, karena Yesus sendiri yang menjanjikan bahwa alam maut tidak menguasainya.

Sebagai kesimpulan, saya menyetujui bahwa Alkitab adalah sumber kebenaran dan merupakan wahyu Allah. Namun, Alkitab bukanlah satu-satunya sumber kebenaran, karena Alkitab sendiri tidak menyatakannya demikian. Bahkan Gereja ada terlebih dahulu dari Alkitab. Dan melalui kesaksian Bapa Gereja (Tradisi Suci) dan keputusan konsili-konsili (Magisterium Gereja), maka Kitab Suci dapat menjadi sumber kebenaran seperti yang kita kenal saat ini. Tanpa adanya Tradisi Suci dan Magisterium Gereja, maka kita tidak mengenal Alkitab sebagai sumber kebenaran. Kalau Gereja dapat menentukan kitab-kitab mana yang menjadi bagian dari Alkitab, maka apa yang menghalangi Gereja untuk menginterpretasikan Alkitab, sehingga ada kesatuan doktrin bagi seluruh umat beriman? Bukankah Yesus sendiri yang menjanjikan bahwa alam maut tidak akan menguasai Gereja, yang berarti Gereja dapat menjadi pilar kebenaran (lih. 1 Tim 3:15)? Oleh karena itu, kebenaran bukanlah hanya “saya” dan “Alkitab”. Kalau demikian halnya, maka akan terjadi begitu banyak perpecahan, seperti yang telah dibuktikan oleh sejarah.

Semoga Lisa dapat melihat bahwa ada dasar yang kuat kalau Gereja Katolik mengatakan bahwa ada tiga pilar kebenaran, yang terdiri dari Kitab Suci, Tradisi Suci, dan Magisterium Gereja.

Saya ingin menyarankan agar Lisa juga dapat membaca artikel tentang Gereja Katolik di sini (silakan klik). Mari kita bersama-sama berjuang untuk senantiasa hidup dalam kebenaran dan kasih.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – www.katolisitas.org

5 3 votes
Article Rating
19 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Dominicus Endy
Dominicus Endy
12 years ago

Bapak Stef dan Ibu Inggrid, Bila saya berdiskusi dengan saudara kita protestan mereka menolak tradisi suci yang ada pada Katolik dan apa saja di katolik yang menurut mereka tidak ter sebut secara Ekplisit di Alkitab, dan hanya berpatokan pada Sola Scriptura/kitab suci saja, mereka berargumen “Jika memang Penting mangapa tidak disebutkan secara ekplisit?seharusnya jika penting disebutkan secara eksplisit di kitab suci, jadi jika tidak disebutkan berarti tidak penting “. Sebagai contoh: Api Pencucian, mereka beranggapan jika memang ada api pencucian seharusnya disebutkan secara eksplisit di Kitab Suci, walau saya sudah berargumen seperti artikel di Katolisitas tentang Api Pencucian namun tetap… Read more »

thomas vernando
thomas vernando
12 years ago

Kak, katanya Lukas 1:43 itu tidak begitu membantu karena TUHAN=ELOHIM tapi Tuhan=semacam sebutan atau gelar seperti di ayat tersebut.
bagaimana menanggapi hal tersebut?
terima kasih.

thomas vernando
thomas vernando
Reply to  Stefanus Tay
12 years ago

Kakak, terima kasih sekali.
Tuhan memberkati :)

Tristan
Tristan
13 years ago

Shalom Bpk Steve, Ibu Ingrid dan team Katolisitas kalau mau lihat dasar gereja yang benar bacalah Efesus 2:19 – 21: “Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah,yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan KRISTUS YESUS sebagai batu penjuru. Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan.” 1. Anggota keluarga Allah dibangun diatas dasar para rasul dan nabi berarti jemaat Tuhan sekarang hanya berdiri diatas landasan wahyu yang ditulis oleh para rasul dan nabi yaitu Alkitab.Tidak ada lagi… Read more »

John Henry Newman
John Henry Newman
Reply to  Stefanus Tay
13 years ago

Syallom, Katolisitas
saya bertanya bagaimana keselamatan tokoh-tokoh iman di PL, waktu itu kan belum ada gereja, sakramen dan alkitab, tradisi suci dan magisterium dan bagaimana penjahat yang disalib disebelah Tuhan Yesus, ia hanya mengatakan kepada Yesus ingat kepada Ia, bila Ia datang sebagai raja, Tuhan Yesus malah bilang hari ini juga engkau ada bersama aku di Firdaus, ia selamat langsung dan Tuhan sendiri yang bicara pada dia.
Dan bagaimana perumpamaan Tuhan Yesus tentang Lazarus dan orang kaya? di situ tidak ada disinggung sama sekali tentang api penyucian. Lazarus selamat dan orang kaya binasa.

Ingrid Listiati
Reply to  John Henry Newman
13 years ago

Shalom John Henry Newman, Mengenai kisah orang kaya dan Lazarus, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik. Di sana disebutkan adanya tempat/ kondisi yang disebutkan sebagai pangkuan Abraham (Luk 16:22), yaitu tempat jiwa- jiwa orang benar menikmati kebersamaan dengan para malaikat sambil menantikan kedatangan Kristus. Sedangkan tentang penjahat yang disalib di sebelah kanan Yesus, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik. Perikop- perikop tersebut memang tidak langsung mengisahkan tentang Api Penyucian, karena Tuhan Yesus tidak mengajarkan segala sesuatunya secara sekaligus dalam suatu perikop. Ia mengajar dengan perumpamaan dalam banyak kesempatan, dan masing- masing kisah menyampaikan makna tertentu, tidak semua hal… Read more »

johanes
johanes
Reply to  Stefanus Tay
13 years ago

Tristan menulis: “Anggota keluarga Allah dibangun diatas dasar para rasul dan nabi berarti jemaat Tuhan sekarang hanya berdiri diatas landasan wahyu yang ditulis oleh para rasul dan nabi yaitu Alkitab.Tidak ada lagi nabi dan rasul yang baru apalagi wahyu baru.” Kenyataannya: Kalau membaca tulisan tulisan anda, saya menyimpulkan anda berasal dari gereja Karismatik pentacostal, Coba anda bandingkan dengan gereja anda : betapa seringnya para pendeta mengklaim mereka bernubuat, bahkan jemaat pun bisa mengklaim mendapatkan nubuat. Lihat, betapa banyak pendeta menjadi nabi nabi baru di jaman sekarang dengan diagung agungkan oleh jemaat, seolah olah melebihi Tuhan, Bakan nubuat diakui sebagai karunia… Read more »

Lukas Cung
Lukas Cung
Reply to  Tristan
13 years ago

Shalom Tristan, Anda menulis di atas: 4. Gereja bukanlah organisasi dan gedung melainkan tubuh KRISTUS yaitu orang orangnya,yaitu semua mereka yang terpanggil dan dikhususkan bagi Tuhan.Gereja tidak boleh mengingkari apa yang menjadi dasar dasar berdirinya gereja yaitu Alkitab. Kalau hanya aspek organisasi boleh diatur didalam tradisi. Komentar saya: Dengan jelas sekali Anda menulis bahwa dasar berdirinya gereja yaitu Alkitab. Berarti, menurut Anda: gereja ada karna Alkitab, Alkitablah yang terlebih dahulu ada daripada gereja. Sedangkan menurut pemahaman saya, justru sebaliknya: Gereja Katoliklah yang terlebih dahulu ada daripada Alkitab. Karna, setelah peristiwa Pentakosta, maka mulai terbentuklah Gereja Katolik – yang pemimpinnya adalah… Read more »

Lisa
Lisa
14 years ago

[dari katolisitas: karena diskusi ini adalah antara Lisa dan Stef, maka perkaaan “Ibu” saya ganti dengan “Stef”, sehingga tidak membingungkan] Stef menuliskan: Tradisi Suci dan Kitab Suci tidak akan pernah bertentangan. Pengajaran para rasul seperti Allah Tritunggal, Api penyucian, Keperawanan Maria, telah sangat jelas diajarkan melalui Tradisi dan tidak bertentangan dengan Kitab Suci, meskipun hal-hal itu tidak disebutkan secara eksplisit di dalam Kitab Suci. Janganlah kita lupa, bahwa Kitab Suci sendiri mengajarkan agar kita memegang teguh Tradisi yang disampaikan kepada kita secara tertulis ataupun lisan (2Tes 2:15, 1Kor:2). Juga perlu kita ketahui bahwa Tradisi Suci bukanlah kebiasaan-kebiasaan seperti doa rosario,… Read more »

Alexander Pontoh
Alexander Pontoh
Reply to  Stefanus Tay
14 years ago

Konsili Yerusalem, apakah itu?

Firman Tuhan disesuaikan dengan kondisi jaman. apakah buruknya? apakah baiknya? yang Tuhan inginkan yang bagaimana?

johanes
johanes
Reply to  Lisa
14 years ago

Ibu Lisa menulis demikian: Dan Sola Scriptura bukanlah teori Melainkan “ajakan” untuk kembali ke Alkitab saja, tidak dicampur2 dengan mitos, filsafat Plato dan Sinkritisme “agama babel” Pendapat saya: jangan terlalu gegabah menilai sesuatu dan malah kita sendiri yang kena imbasnya. Mengapa? Karena……..(lihat Legenda Yunani kuno Dewa Apollo berikut ini): Legenda Yunani kuno Dewa Apollo: Leto sedang mengandung anak dari Zeus, dewa tertinggi Yunani. Ia melarikan diri dari kejaran naga Python yang terus memburunya untuk memangsa anak yang dikandungnya sebab anak itu ditakdirkan akan membunuh sang naga dan mengambil alih kekdudukannya di Delfi, pusat keagamaan Yunani. Zeus memerintahkan Poseidon, yaitu dewa… Read more »

Lisa
Lisa
14 years ago

Terimakasih atas jawabannya Bpk Stev, saya akan membaca terlebih dahulu, setelah itu akan saya tanggapin sekiranya masih ada yang mungkin belum jelas atau ketidaksetujuan saya terhadap jawaban Bpk. harapan saya semoga Bapak sabar dan iklas untuk berdiskusi dengan saya. GBU!

Salam Kasih

Lisa

yohanes yudi purnomo
yohanes yudi purnomo
14 years ago

Salam damai, Setelah membaca tulisan di atas dan beberapa tulisan sebelumnya (sambil membaca dan bertanya-tanya kenapa umat kristen selalu menekankan sola scriptura?) tiba-tiba terlintas dalam pikiran saya : – Apakah hal ini bukan karena gereja protestan lahir pada era reformasi tahun 1500-an dan pada saat itu sudah ada Alkitab, sehingga cukup Alkitab saja. – Sementara itu, Gereja Katolik percaya pada 3 pilar kebenaran: Tradisi Suci, Kitab Suci dan Magisterium karena Gereja Katolik lahir sejak jemaat pertama lahir dan bertumbuh; betumbuh dalam kekudusan tanpa Alkitab sampai tahun 100. Nah, kalau melihat 2 perbedaan waktu kelahiran di atas, pantas saja bila kita… Read more »

Lisa
Lisa
14 years ago

Selamat jumpa pak stev dan Ibu Ingrit saya Lisa umat Protestan ada beberapa hal tanggapan saya soal wahyu, tolong ditanggapi menurut iman Katolik bagaimana? kalo tidak sama dimana letak ketidaksamaannya. Terima kasih jika mau menanggapi.
Wahyu Allah itu disampaikan dalam Alkitab …..

[dari katolisitas: silakan melihat jawaban di atas – silakan klik]

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
19
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x