Bolehkah Mazmur Tanggapan digantikan dengan Lagu Rohani?

Sering kali dalam perayaan Misa, baik di dalam perayaan Misa kategorial, Misa di rumah duka, ataupun Misa di lingkungan, Mazmur Tanggapan digantikan dengan lagu rohani yang tidak ada hubungannya dengan teks Kitab Suci yang dibacakan saat itu. Pertanyaannya adalah apakah hal-hal seperti ini diperbolehkan? Kalau tidak diperbolehkan, apakah alasannya?

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita mengacu kepada ketentuan tentang Liturgi Sabda yang tertulis dalam Pedoman Umum Misale Romawi/ PUMR:

“B Liturgi Sabda

55. Bagian utama Liturgi Sabda terdiri dari bacaan-bacaan Kitab Suci bersama-sama dengan pendarasan Mazmur di antara bacaan-bacaan tersebut. Homili, Syahadat dan Doa Umat mengembangkan dan mengakhiri bagian Misa [Liturgi Sabda] ini….

Bacaan-bacaan Kitab Suci

57. Dalam bacaan-bacaan ini, mimbar Sabda dipersiapkan bagi umat beriman, dan kekayaan Kitab Suci dibukakan kepada mereka. Oleh karena itu, dianjurkan untuk mempertahankan penyusunan bacaan-bacaan Kitab Suci, yang melaluinya dicurahkan terang kesatuan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dan sejarah keselamatan. Lagipula, tidak diperbolehkan untuk menggantikan dengan teks-teks non Biblis terhadap bacaan-bacaan Kitab Suci dan Mazmur Tanggapan, yang mengandung Sabda Allah.

61. Setelah bacaan pertama, Mazmur Tanggapan didaraskan, yang menjadi satu kesatuan dengan keseluruhan Liturgi Sabda dan memegang posisi penting secara liturgis dan pastoral, sebab pendarasan Mazmur mendukung permenungan Sabda Tuhan.

Mazmur Tanggapan harus sesuai dengan setiap bacaan dan hendaknya, sebagai ketentuan, diambil dari Lektionari.

Adalah lebih dianjurkan agar Mazmur Tanggapan dinyanyikan, sedikitnya pada bagian tanggapan umat. Oleh karena itu, pemazmur, atau pemimpin Mazmur, menyanyikan ayat-ayat Mazmur dari ambo atau tempat lain yang layak/ sesuai. Seluruh umat tetap duduk dan mendengarkan, tetapi sebagai ketentuan, mengambil bagian dengan menyanyikan tanggapan/ refrein, kecuali ketika Mazmur dinyanyikan langsung tanpa refrein. Adapun agar umat dapat menyanyikan Mazmur Tanggapan dengan lebih siap, teks dari beberapa refrein dan Mazmur telah dipilih dari bermacam masa dalam tahun atau untuk beragam katagori para Santo/Santa. Ini dapat dipergunakan pada bagian teks yang sesuai dengan bacaan ketika Mazmur dinyanyikan. Jika Mazmur tidak dapat dinyanyikan, maka harus dibacakan sedemikian agar sesuai/ cocok untuk mendukung permenungan Sabda Tuhan…..”

Ketentuan PUMR ini mengambil dasar dari ajaran Katekismus:

KGK 1093 Roh Kudus menyelesaikan di dalam tata sakramental apa yang dipralukiskan dalam Perjanjian Lama. Karena Gereja Kristus sudah “dipersiapkan atas cara yang mengagumkan dalam Perjanjian Lama” (LG 2), liturgi Gereja mempertahankan unsur-unsur ibadah Perjanjian Lama sebagai satu bagian hakiki yang tidak dapat diganti dan menerimanya:
– pertama-tama pembacaan Perjanjian Lama;
– doa mazmur;
– dan terutama kenangan akan peristiwa-peristiwa yang membawa keselamatan, dan kenyataan-kenyataan yang telah terpenuhi di dalam misteri Kristus (janji dan perjanjian, eksodus dan paska, kerajaan dan kenisah, pembuangan & kedatangan kembali).

Sebagaimana Kristus mengajarkan penghormatan terhadap Kitab Suci, dengan pembacaan Kitab Perjanjian Lama (kitab-kitab Musa dan kitab para nabi, termasuk doa Mazmur) dan penggenapannya di dalam Dirinya-sebagaimana dinyatakannya kepada dua orang murid-Nya dalam perjalanan ke Emaus, Luk 24:13-35- maka Gereja juga melakukannya demikian dalam perayaan Ekaristi.

Selanjutnya, Katekismus mengajarkan bahwa kehadiran Kristus dalam perayaan Ekaristi itu nyata dalam 4 hal: 1) dalam diri imam (in persona Christi); 2) di dalam Sabda-Nya dalam pembacaan Kitab Suci; 3) di dalam rupa roti dan anggur yang sudah dikonsekrasikan; 4) di dalam umat/Gereja yang berdoa dan bermazmur, atas dasar firman Yesus bahwa di mana ada dua atau tiga orang berkumpul, Ia hadir di tengah-tengah mereka (lih. Mat 18:19):

KGK 1088    “Untuk melaksanakan karya sebesar itu, Kristus selalu mendampingi Gereja-Nya, terutama dalam kegiatan-kegiatan liturgis. Ia hadir dalam kurban misa, baik dalam pribadi pelayan, karena yang sekarang mempersembahkan diri melalui pelayanan imam sama saja dengan Dia yang ketika itu mengurbankan Diri di kayu salib, maupun terutama dalam (kedua) rupa Ekaristi. Dengan kekuatan-Nya Ia hadir dalam Sakramen-Sakramen sekian rupa, sehingga bila ada orang yang membaptis, Kristus sendirilah yang membaptis. Ia hadir dalam Sabda-Nya, sebab Ia sendiri bersabda bila Kitab Suci dibacakan dalam Gereja. Akhirnya Ia hadir, sementara Gereja memohon dan bermazmur, karena Ia sendiri berjanji: bila dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situlah Aku berada di antara mereka (Mt 18:20)” (SC 7).

Mengingat bahwa bacaan-bacaan Kitab Suci dan Mazmur Tanggapan adalah Sabda Tuhan yang saling berkaitan, di mana Tuhan Yesus sendiri hadir di dalamnya, maka sesungguhnya, bukan bagian umat untuk mengubah ataupun memisahkan keterkaitan ini dengan lagu pilihan sendiri yang tidak ada kaitannya dengan bacaan Kitab Suci yang sudah ditentukan pada perayaan Ekaristi tersebut. Jadi, tidak pada tempatnya jika kita mengganti Mazmur dengan nyanyian lain, walaupun merupakan lagu rohani. Dalam pendarasan Mazmur, umat menanggapi bacaan Sabda Tuhan, juga dengan doa yang diambil dari Sabda Tuhan, yang umumnya berhubungan juga dengan tema bacaan Kitab Suci yang dibacakan. Mazmur Tanggapan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari bacaan-bacaan Kitab Suci lainnya dalam Liturgi Sabda, dan karena itu tidak selayaknya diganti menurut selera umat ataupun komunitas yang menyelenggarakan Misa Kudus. Sebagaimana imam ataupun umat tak sepantasnya mengganti teks dalam Liturgi Ekaristi, demikian juga tak sepantasnya umat  mengganti teks dalam Liturgi Sabda, yang dalam hal ini meniadakan Sabda Allah yang harusnya dibacakan/ dinyanyikan sebagai Mazmur Tanggapan.

Ini juga jelas disebutkan dalam Redemptionis Sacramentum:

“62. Tidak juga diperkenankan meniadakan ataupun menggantikan bacaan-bacaan Kitab Suci yang sudah ditetapkan, atas inisiatif sendiri, apalagi “mengganti bacaan dan Mazmur Tanggapan yang berisi sabda Allah, dengan teks-teks lain yang bukan dari Kitab Suci” (RS 62)

Penggantian Mazmur dengan lagu-lagu lain ini tidak diperbolehkan, apalagi jika sebagai gantinya adalah lagu pop rohani yang tidak mengandung teks Sabda Tuhan. Karena kalau hal-hal ini dilakukan, tanpa disadari hal ini dapat berakibat pada umat, semacam sikap yang menghubungkan perayaan iman dengan ‘apa yang saya sukai’, daripada mengindahkan ‘apa yang tepat dan benar’, menurut kehendak Tuhan. Jika ini yang terjadi, maka sebenarnya terjadi penyimpangan dari hakekat liturgi, yang harusnya merupakan karya bersama antara Kristus sebagai kepala Gereja dan kita sebagai anggota-anggota-Nya; sehingga kita harus mengutamakan kehendak Kristus terlebih dahulu -sebagaimana yang telah dilestarikan selama berabad-abad dalam Gereja- dan tidak mengutamakan selera ataupun perasaan kita sendiri.

Perlu kita ingat kembali bahwa perayaan Ekaristi merupakan karya Kristus sendiri dan Gereja dalam menghadirkan kembali Misteri Paska Kristus: yaitu sengsara, wafat, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke surga. Misteri ini adalah peristiwa iman, dan sama sekali bukan tontonan ataupun pertunjukan/ performance, yang dengan mudah dan bebas dapat diubah-ubah sesuai kemauan penyelenggara. Peristiwa iman ini selayaknya dirayakan seturut tradisi Gereja selama berabad-abad, yang dilakukan atas dasar kepercayaan akan kehadiran Yesus secara nyata dalam perayaan Ekaristi, baik dalam keseluruhan liturgi Sabda, maupun dalam keseluruhan liturgi Ekaristi.

5 1 vote
Article Rating
19/12/2018
15 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
daniel hutajulu
9 years ago

Salam damai katolisitas. Saya ingin mengajukan pertanyaan: Saya pernah mengikuti misa di paroki lain, pada bagian ordinarium “KUDUS” digantikan dengan nyanyian dari Puji Syukur nomor 555 “Kau Kusembah”. Memang pada refren lagu ini ada kata Kudus, kudus, kudus. Tapi pada saat itu saya agak terkejut, karena sepengetahuan saya lagu-lagu ordinarium adalah merupakan bagian yang tetap, termasuk dari isi (konten) kata-katanya.
Pertanyaan saya: apakah boleh menggantikan salah satu atau keseluruhan ordinarium dengan lagu-lagu yang lain dari Puji Syukur atau Madah Bakti?

Ingrid Listiati
Reply to  daniel hutajulu
9 years ago

Shalom Daniel, Sambil menunggu jawaban dari Rm. Boli, izinkanlah saya menanggapi pertanyaan Anda. Jika nanti jawaban Romo Boli datang, dan berbeda dengan jawaban saya, silakan Anda mengabaikan jawaban saya, dan memakai jawaban dari Rm Boli, yang memang ahli dalam hal liturgi ini. Terhadap pertanyaan: Dapatkah kita mengganti teks Ordinarium? Mungkin ada baiknya kita mengacu kepada apa yang disampaikan oleh dekrit Redemptionis Sacramentum, demikian: RS 59   Di sana-sini terjadi bahwa Imam, Diakon atau umat dengan bebas mengubahkan atau menggantikan teks-teks liturgi suci yang harus mereka bawakan. Praktek yang amat tidak baik ini harus dihentikan. Karena dengan berbuat demikian, perayaan Liturgi Suci… Read more »

Andreas Yayan Indarto
9 years ago

Salam Bu Inggrid, Sehubungan dengan topik ini, saya ingin menanyakan beberapa hal sebagai berikut : 1. Di dalam misa-misa khusus di luar misa hari minggu atau hari raya (misal : misa Jumat pertama, misa pembukaan dan penutupan bulan Maria, misa arwah, dsb), kami mengalami kesulitan untuk memilih teks mazmur yang akan dilagukan. Lebih tepatnya memilih reffrein yang mana, karena menentukan pola lagu untuk ayat-ayat mazmurnya. Akhirnya, dengan pertimbangan kesulitan itu tadi (apalagi mengingat tidak semua paduan suara ‘siap’ untuk itu), maka biasanya kami menyarankan paduan suara untuk memilih lagu dari Puji Syukur dengan tema Sabda (seperti PS 366 contohnya). Apakah… Read more »

Romo Boli Ujan SVD
Reply to  Andreas Yayan Indarto
9 years ago

Salam Andreas Yayan, 1. Kesulitan yang dihadapi bisa diatasi dengan memilih teks dan lagu Mazmur yang berisi tema perayaan berdasarkan bacaan pertama. Untuk itu lihat daftar isi (tema) Mazmur dalam buku nyanyian Mazmur Tanggapan. Bila lagunya tidak diketahui (karena agak sulit) tentu perlu dibuat latihan singkat agar dapat dinyanyikan dengan baik. Gereja ingin agar dalam Liturgi Sabda, teks-teks Kitab Suci mendapat prioritas. 2. Sebaiknya tidak diulang teks yang sama dengan yang ada dalam bacaan pertama. Sekali lagi teks Mazmur jadi prioritas. Ada banyak teks Mazmur tentang kasih setia Allah yang jadi sumber kekuatan bagi manusia untuk saling mengasihi. Saling doakan.… Read more »

freakk
10 years ago

selamat malam….
saya punya pertanyaan nih, sebenarnya bingung mau nanya d artikel yang mana
jadi mohon d maklumi klo saya bertanya d artikel yang tidak berhubungan…

langsung aja yah:
pastor paroki saya sering memutar lagu-lagu rohani dari tape saat umat menyambut komuni, apakah hal itu wajar dan tidak menyalahi aturan?
soalnya secara pribadi saya lebih menyukai umat atau koor yang mengambil bagian saat komuni.

mohon penjelasannya

Romo Boli Ujan SVD
Reply to  freakk
9 years ago

Salam Freakk,

Salam Paskah. Iya kemungkinan yang lebih baik adalah nyanyian umat/koor, lalu hening-tenang atau organist membawakan musik intrumental yang cocok untuk mengiringi komuni.

Tks dan doa. Gbu.
Rm Boli

Henricus Wendy
11 years ago

Bu Inggrid yang baik, Saya saat ini sedang bingung untuk menegor salah seorang gembala (pastor di paroki kami), karena beliau setiap kali misa, sebelum dan sesudah homili selalu menyanyikan lagu pop rohani dengan memainkan alat musik sendiri (keyboard), dan ujung-ujungnya pasti selalu ditutup dengan tepuk tangan umat. Di satu sisi sebagai seksi liturgi paduan suara, saya menekankan koor untuk tidak menyanyikan lagu-lagu rohani, tetapi di sisi lain Romonya memberikan contoh yang salah. Kami dari seksi liturgi sendiri, bingung mau menegornya karena beliau orangnya cukup keras dan mudah tersinggung. Apakah ibu bisa membantu, bagaimana cara yang baik untuk mengingatkan beliau sekaligus… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  Henricus Wendy
11 years ago

Shalom Henricus Wendy, Sejujurnya, sayapun tidak tahu apakah usulan saya ini baik, sebab Anda yang lebih mengenal pastor Paroki Anda, sehingga sesungguhnya lebih mudah bagi Anda untuk menemukan caranya yang cocok. Tetapi bisa saja dicoba, Anda mengajak beliau bicara pada saat yang santai, kalau perlu sambil makan bersama, sehingga suasana tidak kaku. Lalu Anda dapat membicarakan sharing Anda setelah membaca dokumen Gereja yang berjudul: Redemptionis Sacramentum (Sakramen Penebusan); dan buku PUMR (Pedoman Umum Misale Romawi) yang dikeluarkan oleh Komisi Liturgi KWI, diterbitkan oleh Nusa Indah. Silakan Anda memesan terlebih dahulu buku ini dari Toko Buku Obor atau langsung ke toko… Read more »

Henricus Wendy
Reply to  Ingrid Listiati
10 years ago

Shalom Bu Inggrid, Terima kasih atas jawabannya :). Sarannya sudah saya laksanakan, tp memang mungkin pertimbangan beliau sedikit berbeda. Beliau mengatakan bahwa beliau termasuk Romo pembaharu, (Neo Pantekostal?), bahwa umat bertepuk tangan tidak perlu dilarang karena itu merupakan luapan hati umat, dan liturgi salah tidak apa2 asal tidak fatal. Beliau mengatakan tidak perlu kaku dengan liturgi, gereja2 di Eropa dan Amerika kehilangan umat karena terlalu kaku dengan tradisi (liturgi), bahwa liturgi berkembang dan kita harus mengakomodasi kemauan umat supaya umat tidak lari ke gereja lain. (Loh…?). Beliau juga mengatakan sebentar lagi akan mengadakan Misa OMK yang pasti akan mengundang protes… Read more »

RD. Yohanes Dwi Harsanto
RD. Yohanes Dwi Harsanto
Reply to  Henricus Wendy
10 years ago

Salam Henricus, Berikut ini tanggapan dari Rm Bosco Da Cunha, O Carm, sekretaris eksekutif KomLit KWI: Singkatnya begini: Tepuk tangan spontan setelah tampilan nyanyian itu tidak baik, seperti ungkapan emeritus paus, dengan segala dampaknya. Hal itu juga bisa membuat fokus tim paduan suara bergeser dari yang seharusnya, lalu besok-besok memilih lagu sekedar mencari applause. Dampak psikologisnya kurang baik. Namun demikian, kalau setelah pengumuman Misa lalu imam mengajak umat bertepuk tangan karena koor hari ini telah mempersiapkan diri dan membawakan tugas dengan baik, maka hal itu baik saja, tidak apa-apa, sebagai tanda terima kasih dan dukungan sehat. Tapi tidak setiap hari… Read more »

chris
Reply to  Henricus Wendy
10 years ago

Yth. Bpk. Henricus Wendy K Salah kalau ada yang mengatakan Amerika kehilangan banyak umat, buktinya ada gereja protestan justru dibeli oleh Gereja Katolik di salah satu keuskupan di Amerika, karena jumlah umat yang mengikuti Misa Kudus di gereja lama tidak lagi dapat menampung. Tentang Gereja di Eropa yang ditinggalkan oleh umat, perlu diketahui bukan hanya Katolik di Eropa yg mengalami krisis ditinggalkan umat tetapi juga banyak denom Protestan. Bukan karena semata Ekaristi yang membosankan tetapi karena orang tua mereka tidak memberi katekese iman Katolik ke anaknya dan juga karena beredarnya pandangan relativisme dan modernisme. Ingat, bukan karena Ekaristi yg menurut… Read more »

bernadus labhu
bernadus labhu
11 years ago

salom bu inggrid

lagu pujian di dahulukan saat ibadat sabda atau lagu pujian di nyanyikan menggantikan lagu kudus,,,ketika saya tanya saat muspas ,,,jawabnya agar umat jangan bosan,,mohon penjelasan kedudukan lagu dalam liturgi sabda,,,

[Dari Katolisitas: Silakan membaca artikel di atas, silakan klik]

Iwan
Iwan
11 years ago

Mohon maaf sebelumnya. Saya tergelitik dengan pernyataan: tidak sepantasnya menggantikan mazmur tanggapan yg bukan menurut kehendak Tuhan. Apakah betul Tuhan yg menghendaki atau aturan Katolik yg menghendaki?? Menurut saya Tuhan begitu baik dan terlalu baik untuk tidak mengikat umat dalam aturan yg kaku. Sepanjang itu menyenangkan Hati Tuhan, kenapa tidak boleh mengubah pujian. Sekarang ini di gereja Katolik juga semakin sering terdengar lagu2 “pop rohani” dibawakan. Lagi pula, mungkin pada masa lagu2 standar Katolik tercipta oleh para komposernya, waktu itu juga termasuk “lagu pop rohani”!
Terima kasih. Gbu

Ingrid Listiati
Reply to  Iwan
11 years ago

Shalom Iwan, Sejujurnya, saya juga percaya bahwa Tuhan begitu baik. Justru karena begitu baiknya Tuhan, maka Ia memberikan segala yang terbaik kepada kita, namun seringnya kita yang kurang menyadarinya. Liturgi bukanlah untuk dipandang sebagai suatu aturan yang kaku, namun sebagai suatu perayaan bersama keseluruhan Gereja dalam kesatuan dengan Kristus, untuk memuji dan menyembah Allah Bapa. Oleh karena liturgi adalah “karya” bersama ini, maka memang adalah wajar, jika ada aturannya, ada bagian-bagiannya, yang semuanya ada maknanya. Gereja menerima semuanya ini sebagai salah satu warisan iman, yang diturunkan secara turun temurun, sejak dari zaman para rasul, sepanjang sejarah kehidupan Gereja. Jadi jika… Read more »

fxe
fxe
11 years ago

Apakah Misa-misa kategorial atau intensi2 khusus (Misa lingkungan, komunitas, kematian, ulang-tahun, pemberkatan rumah, dll) yg TIDAK dilakukan di hari Minggu atau jam/hari yg disetarakan dgn hari Minggu apalagi tidak di Gereja, juga terikat aturan ini? [Dari Katolisitas: Semua perayaan Ekaristi sesungguhnya merayakan hal yang sama, yaitu Misteri Paska Kristus yang menjadi puncak karya keselamatan kita. Maka semua penyelenggaraan perayaan Ekaristi di manapun, entah dilakukan di gedung gereja atau bukan, atau dilakukan oleh kelompok kategorial apapun, tetaplah harus memenuhi ketentuan yang berlaku yang ditetapkan oleh Tahta Suci dalam dokumen-dokumen Gereja tentang sakramen dan liturgi, sebagaimana secara khusus tertuang dalam PUMR (Pedoman… Read more »

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
15
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x