Pendahuluan
Jika kita mendengar kata ‘spiritualitas’, kita dibawa pada suatu kenyataan bahwa di dalam hidup, manusia selalu mencari ‘sesuatu di atas dirinya’ sebagai manusia. Hal ini disebabkan karena kita manusia tidak hanya terdiri dari tubuh saja, melainkan juga jiwa spiritual, sehingga kita selalu memiliki kecenderungan untuk menemukan jati diri kita dengan mengenali Sang Pencipta. Seperti halnya ikan salmon yang mengembara ribuan kilometer dalam hidupnya untuk kembali ke tempat ia dilahirkan dan mati di tempat asalnya tersebut; demikian halnya dengan manusia. Sudah selayaknya, kita –yang diciptakan lebih sempurna dari ikan salmon- menyadari, bahwa kita berasal dari Tuhan dan suatu saat akan kembali kepada Tuhan. Maka, di dalam hidup, kita akan berusaha untuk mengenal diri sendiri dan Tuhan, dan di sinilah spiritualitas berperan dalam kehidupan kita.
Tuhanlah yang memberi makna hidup
Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat melihat, bahkan mengalami pergumulan untuk pencarian jati diri, yang lebih umum dikenal dengan pencarian makna hidup, atau singkat kata, kebahagiaan. Dan karena asal dan akhir manusia adalah Tuhan, maka tidak mengherankan bahwa di dalam pergumulan ini, banyak orang mengalami seperti yang dikatakan oleh Santo Agustinus, “Hatiku tak pernah merasa damai sampai aku beristirahat di dalam Engkau, ya Tuhan.” Tuhanlah sumber kebahagiaan kita dan Dia-lah yang memberi arti dan maksud dari hidup ini. Maka, hanya jika kita sampai kepada Tuhan, barulah kita menemukan damai dan pemenuhan makna hidup. Kesaksian dari banyak orang membuktikan hal ini: ada banyak orang yang secara materiil tak kurang sesuatu apapun, tetapi tidak bahagia, sementara ada orang-orang lain yang hidup sederhana tetapi dapat sungguh berbahagia dan menikmati hidup. Pertanyaannya, kenapa demikian?
Dapat dimengerti, spiritualitaslah yang membedakan kedua kelompok ini. Spiritualitas di sini mengacu pada nilai- nilai religius yang mengarahkan tindakan seseorang. ((Lihat Jordan Aumann, Spiritual Theology, Spiritual Theology, (Continuum, London, reprint 2006, first published in 1980), p17, “…spirituality refers to any religious or ethical value that is concretized as an attitude or spirit from which one’s actions flow.”)) Jika nilai- nilai yang dipegang tidak mengarah pada Tuhan, kebahagiaan yang dicapai adalah ‘semu’ sedangkan jika nilai-nilai itu mengarah pada Tuhan, kebahagiaan yang diperoleh adalah kebahagiaan sejati. Meskipun spiritualitas ini tidak terbatas pada agama tertentu, namun, kita bisa memahami, bahwa spiritualitas mengarah pada Tuhan Sang Pencipta, karena semua manusia diciptakan oleh Tuhan yang satu dan sama, dan karena hanya di dalam Tuhanlah kita mendapatkan jawaban atas segala pertanyaan di dalam kehidupan ini.
Spiritualitas Kristiani adalah Spiritualitas Tritunggal Maha Kudus yang berpusat pada Kristus
Sebagai umat Kristiani, kita percaya bahwa Tuhan telah menyatakan diri-Nya di dalam diri Yesus Kristus PuteraNya ((Kristus dan Allah Bapa adalah satu (Yoh 10: 30; 14: 9-11).)) oleh kuasa Roh Kudus-Nya. Oleh karena itu, spiritualitas Kristen bersumber pada Allah Tritunggal Maha Kudus, yang berpusat kepada Kristus, Penyelamat kita, ((Paus Yohanes Paulus II, dalam Redemptoris Hominis (Penyelamat Manusia), Surat Ensiklikal, 7, menulis, “Jiwa kita diarahkan pada satu arah, pada satu-satunya arah akal budi, kehendak dan hati – menuju Kristus Penyelamat kita, menuju Kristus, Sang Penyelamat manusia. Kita berusaha untuk mengarahkan pandangan kita kepada Dia- sebab tidak ada keselamatan di dalam siapapun selain dari Dia, Sang Putera Allah…” Our spirit is set in one direction, the only direction for our intellect, will and heart is – toward Christ our Redeemer, towards Christ, the Redeemer of man. We wish to look towards Him – because there is no salvation in no one else but Him, the Son of God…”)) karena hanya di dalam nama Kristus kita diselamatkan (Kis 4:12). Allah Bapa telah menciptakan kita sesuai dengan gambaran-Nya; dan menginginkan agar kita selalu tinggal di dalam kasihNya yang tak terhingga sebagaimana ditunjukkan oleh Kristus dengan wafat dan kebangkitanNya, untuk menghapus dosa-dosa kita (1 Yoh 4:10). Oleh Kristus, kita angkat kita menjadi anak-anak Allah (Rom 8:15). dan dipersatukan dengan Tuhan sendiri; Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus.
Jadi, ‘komuni’ atau persatuan kudus kita dengan Allah Tritunggal adalah tujuan hidup kita. Sekarang masalahnya adalah, apakah kalau kita percaya kepada Tuhan, otomatis kita pasti bisa bersatu dengan Dia? Pertama-tama kita harus menyadari, bahwa persatuan dengan Tuhan yang membawa kita pada keselamatan adalah suatu karunia; itu adalah pemberian, bukan karena usaha manusia (Ef 2:8). Karunia keselamatan tersebut diberikan oleh Kristus melalui wafatNya di salib, kebangkitanNya dan kenaikanNya ke surga. Misteri ini-lah yang sampai sekarang selalu dihadirkan kembali oleh Gereja Katolik, melalui sakramen sakramennya, terutama Sakramen Ekaristi, ((Lihat Katekismus Gereja Katolik, 1085, dan 1362, “Ekaristi adalah kenangan akan Paska Kristus yang menghadirkan dan mempersembahkan secara sakramental kurban satu-satunya dalam liturgi Tubuh-Nya yaitu Gereja.”)) di mana kita dipersatukan dengan Tubuh dan Darah Kristus, Jiwa dan Ke–ilahianNya. Persatuan atau komuni kudus ini adalah cara yang dipilih Allah untuk mengangkat kita menjadi serupa dengan Dia. Untuk maksud persatuan kudus inilah, Kristus mendirikan Gereja Katolik untuk melanjutkan karya Keselamatan-Nya kepada dunia sampai kepada akhir zaman.
Peranan Iman
Dalam hal persatuan dengan Tuhan melalui misteri Keselamatan inilah, iman mengambil peranan penting. Iman di sini bukan berarti kepercayaan subjektif bahwa pasti kita diampuni sehingga kita tidak perlu melakukan sesuatu apapun sebagai konsekuensi, melainkan iman yang objektif, yang diawali dengan pertobatan sejati dan diikuti dengan proses memperbaiki diri, yaitu suatu perjuangan untuk semakin menjadikan diri kita semakin mirip dengan Tuhan yang menciptakan kita. Dalam hal ini, iman yang dimaksud adalah ketaatan iman (Rom 16:26; 1: 5) yang diberikan kepada Allah yaitu dengan cara mempersembahkan ketaatan kita secara penuh yang mencakup kehendak dan akal budi, dan dengan mematuhi dan menyetujui segala kebenaran yang dinyatakan oleh Tuhan kepada kita. ((Dei Verbum, Dokumen Vatikan II, Konstitusi Dogmatis tentang Wahyu Ilahi 5, “Kepada Allah yang menyampaikan wahyu manusia wajib menyatakan “ketaatan iman” (Rom16:26 ;lih. Rom1:5 ; 2Cor10:5-6). Demikianlah manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah, dengan mempersembahkan “kepatuhan akalbudi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan”, dan dengan secara sukarela menerima sebagai kebenaran wahyu yang dikurniakan oleh-Nya.”)) Kebenaran yang dinyatakan oleh Kristus dilanjutkan oleh Gereja-Nya, Gereja Katolik, sehingga ketaatan total kepada Tuhan membawa kita kepada ketaatan kepada kepada Gereja. Taat di sini tidak saja mencakup taat kepada Firman Tuhan yang tertera pada kitab suci, tetapi juga kepada Gereja-Nya, karena keduanya sejalan dan tidak dapat dipisahkan.
Spiritualitas Katolik adalah spiritualitas yang otentik
Sebagai orang Katolik, kita percaya bahwa spiritualitas yang dinyatakan oleh Kristus adalah spiritualitas yang otentik, meskipun Gereja Katolik tidak menolak apa yang benar dan kudus yang dinyatakan oleh agama-agama lain. ((Lihat Nostra Aetate 2, Dokumen Vatikan II, Dokumen Vatikan II, Pernyataan tentang Hubungan Gereja dengan Agama-agama bukan Kristiani, “Gereja katolik tidak menolak apapun, yang dalam agama-agama itu serba benar dan suci. Dengan sikap hormat yang tulus Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, Tetapi tidak jarang toh memantulkan sinar kebenaran, yang menerangi semua orang. Namun Gereja tiada hentinya mewartakan dan wajib mewartakan Kristus, yakni “jalan, kebenaran dan hidup” (Yoh 14:6); dalam Dia manusia menemukan kepenuhan hidup keagamaan, dalam Dia pula Allah mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya.”)) Dikatakan otentik karena spiritualitas ini berasal dari Tuhan sendiri, yang kini berada di dalam Gereja Katolik yang dipimpin oleh penerus Rasul Petrus dan para uskup pembantunya, meskipun ada banyak unsur pengudusan dan kebenaran ditemukan di luar struktur Gereja Katolik. ((Lihat Lumen Gentium 8, Dokumen Vatikan II, Konstitusi Dogmatis tentang Gereja, “Sesudah kebangkitan-Nya Penebus kita menyerahkan Gereja kepada Petrus untuk digembalakan (lih. Yoh 21:17). Ia mempercayakannya kepada Petrus dan para rasul lainnya untuk diperluaskan dan dibimbing (lih. Mat 28:18 dsl), dan mendirikannya untuk selama-lamanya sebagai “tiang penopang dan dasar kebenaran” (lih. 1Tim 3:15). Gereja itu, yang didunia ini disusun dan diatur sebagai serikat, berada dalam Gereja katolik, yang dipimpin oleh pengganti Petrus dan para Uskup dalam persekutuan dengannya[[13]], walaupun diluar persekutuan itupun terdapat banyak unsur pengudusan dan kebenaran, yang merupakan karunia-karunia khas bagi Gereja Kristus dan mendorong ke arah kesatuan katolik.)) Berakar dari Firman Tuhan dan ajaran Gereja inilah, kita mengetahui bahwa panggilan hidup kita sebagai manusia adalah agar kita hidup kudus dan mengasihi, karena Allah itu Kudus dan Kasih (Im 19:2, 1Yoh 4:16). Di sini kekudusan berkaitan erat dengan memegang dan melakukan perintah Tuhan ((Lihat Im 20:7-8, “Maka kamu harus menguduskan dirimu, dan kuduslah kamu sebab Akulah Tuhan Allahmu. Demikianlah kamu harus berpegang pada ketetapan-Ku dan melakukannya; Akulah Tuhan yang menguduskan kamu”)), yang adalah perintah untuk mengasihi Tuhan dan sesama (Mat 22:37-39; Mrk 12:30-31) (Lihat artikel: Bagaimana caranya untuk hidup kudus?). Hanya dengan cara ini, maka kita dapat bertumbuh untuk menjadi ‘serupa’ dengan Allah, dan dikuduskan oleh Allah. Panggilan hidup kudus adalah panggilan bagi semua orang Kristen, bahkan panggilan untuk semua orang, karena kita semua diciptakan oleh Tuhan yang satu dan sama. Jadi kekudusan bukan monopoli kelompok para pastor, suster dan religius lainnya tetapi harus menjadi tujuan bagi kita semua.
Konsili Vatikan II menyerukan pada semua orang panggilan untuk hidup kudus. Siapapun kita, dalam kondisi yang berbeda satu dengan lainnya, dipanggil Tuhan untuk menjadi kudus, sebab Allah sendiri adalah Kudus. ((Lumen Gentium 40, Dokumen Vatikan II, Konstitusi Dogmatis tentang Gereja, “…semua orang kristiani, bagaimanapun status atau corak hidup mereka, dipanggil untuk mencapai kepenuhan hidup kristiani dan kesempurnaan cinta kasih.”)) Jadi panggilan ini berasal dari Allah yang satu, dan berlaku untuk semua orang, karena Allah menciptakan semua orang di dalam kesatuan, dan menginginkan kesatuan itu kembali di dalam diriNya, yang berlandaskan kasih. Maka nyatalah bahwa Spiritualitas Katolik mengarah kepada kekudusan dan kasih di dalam kesatuan yang universal, yaitu yang merangkul semua orang kepada persatuan di dalam Tuhan. Persatuan ini adalah kesempurnaan dari hidup Kristiani, yang dihasilkan dari penerapan pengajaran Tuhan di dalam kehidupan sehari- hari. ((Lihat Jordan Aumann, Spiritual Theology, (Continuum, London, reprint 2006, first published in 1980), p25, 23. ”Spiritual theology reflects precisely on the mystery of our participation in divine life….Spiritual theology …is not a pure speculative science but also a practical and applied theology.”)) Jadi spiritualitas yang otentik haruslah diikuti oleh penerapan di dalam perbuatan, sebab jika tidak, spiritualitas menjadi hanya sebatas teori.
Ciri-ciri Spiritualitas Katolik
Dengan demikian, ciri-ciri dari Spiritualitas Katolik adalah ((Diterjemahkan dan disederhanakan dari tulisan Douglas G. Bushman, S.T.L., Foundation of Catholic Spirituality, Institute for Pastoral Theology, Ave Maria University, 2006, p. 35-37.)):
- Berpusat pada Kristus. Kristuslah yang menciptakan hidup spiritual, sebab di dalam Dia, Tuhan menyatakan diriNya oleh kuasa Roh Kudus. Oleh karena itu spiritualitas tergantung dari semua pengajaran Kristus.
- Melalui Kristus menuju kesatuan dengan Allah Tritunggal. Karena Kristus adalah Pribadi kedua di dalam kesatuan Tritunggal Maha Kudus, maka jika kita bersatu dengan Kristus, maka kita akan bersatu dengan Allah Tritunggal.
- Keikutsertaan di dalam misteri Paska Kristus (salib, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke surga), melalui rahmat Tuhan, iman, kasih, dan nilai-nilai Kristiani lainnya. Singkatnya, Spiritualitas Katolik tak terlepas dari Salib Kristus, ((Hal ini sangat nyata dalam pengajaran Rasul Paulus, “Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengatahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.”(1 Kor 2:2).)) penderitaan dan kesadaran diri akan dosa- dosa kita yang membawa kita pada kebangkitan di dalam Dia. Karena misi Keselamatan Kristus diperoleh melalui Salib, maka sebagai pengikutNya, kita-pun selayaknya mengambil bagian dalam penderitaan itu, terutama dengan kesediaan untuk terus-menerus bertobat dan mau menanggung penderitaan demi keselamatan sesama, dan dengan demikian kita dapat mengambil bagian di dalam kemuliaan-Nya. Jika kita hanya mau mengambil bagian dalam ‘kemuliaan’ tanpa mau mengambil bagian dalam ‘penderitaan’ –yang dizinkan oleh Tuhan untuk terjadi di dalam hidup kita- maka kita tidak menerapkan Injil dengan seutuhnya.
- Berdasarkan kesaksian akan Kasih Tuhan. Kitab Suci bukan hanya wahyu Tuhan, tapi juga pernyataan akan pengalaman manusia di dalam wahyu Tuhan itu. Apa yang dialami oleh Adam dan Hawa, Nabi Abraham, Ayub, Bunda Maria, Rasul Petrus dan Paulus, dapat dialami oleh kita semua.
- Disertai kesadaran akan dosa dan belas kasihan Tuhan. Spiritualitas Katolik berlandaskan atas keyakinan akan Kasih Tuhan di atas segalanya yang mampu mengubah segala sesuatu. Pada saat Tuhan mengasihi kita, dan jika kita membuang segala dosa yang menghalangi kita untuk menerima kasih-Nya, dan dengan iman dan doa, maka kita dapat sungguh diubah, dikuduskan dan dimampukan berbuat baik.
- Mengarah pada kehidupan kekal yang dijanjikan oleh Allah.
- Melihat Bunda Maria sebagai contoh teladan. Spiritualitas Katolik menerima segala kebijaksanaan Tuhan yang selalu menggunakan peran pengantara, yaitu Musa, para nabi, Yohanes Pembaptis, dan terutama Bunda Maria untuk menyelenggarakan karya keselamatan-Nya. Karya Tuhan yang ajaib juga nampak dalam mukjizat keperawanan Maria dan melalui ketaatan dan kesediaan Maria, Allah menganugerahkan rahmat yang tiada batasnya, yaitu kelahiran Yesus Kristus, Penyelamat kita di dunia.
- Mangacu pada Gereja-Nya, Gereja Katolik. Gereja merupakan sumber atau alat yang meneruskan rahmat Tuhan. Rahmat Tuhan ini kita peroleh melalui sakramen-sakramen terutama Ekaristi; dan juga melalui ketaatan kita pada para penerus Rasul Kristus yang telah dipilih oleh- Nya. Gereja sebagai kesatuan (komuni) manusia dengan Tuhan, selalu memperjuangkan martabat manusia, dan memperhatikan kesatuannya dengan para orang kudus; sebab melalui kesatuan ini Allah dimuliakan.
Kesimpulan
Dengan melihat ciri-ciri di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa tujuan akhir Spiritualitas Katolik adalah kemuliaan Tuhan, yang diwujudkan oleh kasih kepada Tuhan dan sesama. Untuk mencapai hal ini, bukan kesuksesan yang menjadi tolok ukurnya melainkan kesetiaan untuk bergantung pada Kristus, sebab tanpa Dia kita tidak bisa berbuah (bdk. Yoh 15:15). Bentuk wujud kesatuan dengan Kristus yang paling nyata di dunia ini adalah melalui Ekaristi kudus, di mana kita menyambut Tubuh dan Darah, Jiwa dan ke-Ilahian Kristus, sehingga olehNya kita dipersatukan dengan Allah Tritunggal. Oleh karena itu, Spiritulitas Katolik selalu berpusat dan bersumber pada Ekaristi, yang adalah Allah sendiri, ((Lihat Katekismus Gereja Katolik, dan Lumen Gentium 11, “Ekaristi adalah ‘sumber dan puncak seluruh hidup kristiani.”)) karena kekudusan adalah karunia yang diberikan oleh Tuhan. Melalui Ekaristi, kita tinggal di dalam Kristus dan dimampukan untuk mengikuti teladan-Nya, sehingga dapat berjalan menuju kekudusan, yaitu persekutuan dengan Allah, yang menjadi sumber kebahagiaan kita. Di sinilah kebahagiaan kita sebagai manusia menjadi juga kemuliaan bagi Allah, karena Allah menciptakan kita agar kita berbahagia bersama-Nya!
Dear Katolisitas, Mengenai masalah spritualistas, apakah kita bisa menerima ayat2 yang diberikan oleh Kristen non-katolik? Kalau saya dikirim ayat FT (Firman Tuhan) biasanya saya baca, tapi ini beda, isinya selalu dibuat untuk menghakimi saya. Dan kadang orang tersebut selalu menghakimi saya berdasarkan “vision” yang dia dapat. Saya yang mengetahui diri saya sebenarnya kadang bingung untuk menanggapi, dari pada saya lawan nanti disangka saya offensive/defensive dan justru nanti membenarkan kesalahan karena penghakiman dia terhadap saya (padahal saya tidak melakukannya). Sudah 3 kali saya diperlakukan demikian, kadang dia bertanya maksud/arti mimpinya kepada saya, saya sendiri tidak tahu maksudya, dan terlalu banyak dipikirannya,… Read more »
Shalom Rafael, Sejujurnya tidak ada salahnya dengan menerima kiriman ayat-ayat Firman Tuhan, walaupun dikirimkan oleh umat Kristen non Katolik, sepanjang yang dikirimkan adalah memang ayat-ayat dari Kitab Suci yang resmi, dan sepanjang disampaikan dengan interpretasi yang benar. Firman Tuhan memang berguna untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, mendidik kita dalam kebenaran (lih. 2 Tim 3:16). Maka, marilah melihat situasi Anda dengan kacamata yang positif. Faktanya adalah, Anda mendapat perhatian khusus dari si pengirim FT tersebut. Dengan mengandaikan maksud baiknya, kesampingkan pikiran negatif Anda dahulu, dan silakan Anda memeriksa diri dengan jujur, apakah memang Firman Tuhan yang dikirimkan itu memang dapat… Read more »
Sangat setuju dengan tulisan bu Inggrid “Kita tidak usah dan tidak perlu menghakimi orang yang mengklaim mempunyai karunia ‘vision‘/ penglihatan ini itu. Sebab dari buahnyalah, kita mengetahui apakah karunia itu sungguh dari Tuhan atau bukan, dan semua itu akan nampak dengan sendirinya dalam selang waktu. Biarlah Tuhan sendiri yang menjadi hakimnya. Namun bagian kita adalah berusaha mendalami iman kita sendiri, membaca dan merenungkan Firman Tuhan setiap hari, sehingga kita tidak mudah goncang ataupun tawar hati menghadapi tantangan kehidupan kita sehari-hari. ” two tumbs up buat bu Inggrid dan tim. GBU
Apakah tim katolisitas dapat merekomendasikan nama rm. yang khusus di bidang spiritual? Terima kasih
Salam Felisitas, Semua Keuskupan, Ordo dan kongregasi mempunyai Pusat-Pusat SpiritualitasKatolik. Ada banyak, saya hanya sebutkan beberapa: *) Pusat Spiritualitas Girisonta, dikelola oleh para pater Jesuit, info selengkapnya ada di http://puspita.provindo.org/ *) Pusat Spiritulitas Pratista, dikelola oleh para imam Ordo Salib Suci, info selengkapnya ada di http://www.pratista.org/ *) Institut Roncalli, untuk pembinaan lanjut para biarawan dan biarawati dengan aneka kursus spiritualitas, di Jl Diponegoro 90 Salatiga. Berita ada di http://www.reformata.com/index.php?m=news&a=view&id=843 *) Pusat Spiritualitas (Puspita) Keuskupan Surabaya ada di Jl. Dharmahusada Permai XII/5; Blok N-403 Surabaya Telp (031)5935656; Fax (031) 5942799 website http://adorasiabadi.com dan Email : adorasiabadi@gmail.com *) Para petapa / rahib… Read more »
Saya ingin mengajak sidang pembaca untuk lebih mendalami spiritualitas dengan berfikir sedikit lebih bebas . Saya melihat Gereja Katolik sekarang menjadi lebih membanggakan ( tentu saja kalau dibandingkan dng yang lain , dan sesuai pandangan Dunia ) karena beberapa contoh sbb : 1. Gereja Katolik ,( kalaupun nantinya terbukti salah jalan / keliru) , pada akhirnya akan masih membanggakan , karena mengajarkan Kasih Sayang . 2. Gereja Katolik imannya bertumbuh dan bisa menyadari kekeliruan masa lalu , ini bisa dilihat dari hasil Konsili Vatikan II yang membanggakan . Ini berarti sebagai suatu badan bisa sakit tapi juga bisa menyembuhkan dirinya… Read more »
Shalom Paulus Sutikno Panuwun, Terima kasih atas tanggapan anda. Ada cara yang berbeda-beda dalam membangun Gereja Katolik yang kita kasihi atau kita “banggakan“. Bagi kami di katolisitas, cara kami mengekspresikan kasih kami kepada Kristus adalah dengan mengasihi Gereja-Nya, karena tidak mungkin kita mengasihi Kristus secara menyeluruh, kalau kita tidak mengasihi Tubuh-Nya – dan Tubuh Mistik Kristus adalah Gereja Katolik. Dan cara kami untuk mengasihi Gereja Katolik dengan mengenal dan mengasihi iman Katolik. Website katolisitas adalah website Katolik yang bertujuan untuk memaparkan iman Katolik sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Magisterium Gereja Katolik. Yang mungkin membedakan pendekatan yang kita lakukan adalah… Read more »
Pak . Stefanus , saya sangat senang dengan jawaban anda . Saya sebelumnya juga mau minta maaf untuk kesalahan santo pelindung saya terhadap santo pelindung anda . Saya hendak mencoba meluruskan apa yang saya ketengahkan sebelumnya , meskipun ini hanya hasil dari pemikiran setelah membaca buku , menonton film , menonton TV dsb . 1. Saya bisa memahami kebenaran akan adanya beberapa kesalahan dari Gereja tempo dulu , sebagai seorang Katolik saya jadi kepingin tahu lebih dalam dan saya berfikir bahwa hal ini tidak perlu dibantah atau dibuktikan , kalau itu tidak terjadi masakan Johannes Paulus II meminta maaf atas… Read more »
Shalom Paulus, Terima kasih atas tanggapan anda. Sebenarnya diskusi tentang inkuisisi Spanyol, Galilee, dll, telah dibahas di beberapa tanya jawab, beberapa di antaranya, lihat ini – silakan klik, dan ini – klik ini. Secara prinsip, Gereja Katolik terdiri dari orang kudus dan pendosa. Adalah suatu kenyataan bahwa ada sebagian oknum di dalam Gereja Katolik tidak menjalankan pengajaran Gereja Katolik dengan baik. Oleh karena itu, Gereja Katolik mengadakan pemeriksaan batin dan meminta maaf atas kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh oknum-oknum ini. Hitler memang dikatakan sekolah di sekolah Katolik. Namun, yang jelas, dia tidak menjalankan apa yang sebenarnya diajarkan oleh Gereja Katolik. Orang… Read more »
Saya melihat adaya peranan gereja yang ditafsirkan sebagai “menghalangi upaya pendakian” iman-spiritual. Anda semua adalah satu. Satu tubuh (gereja) dengan Yesus sendiri sebagai kepala-nya. Katolik memang benar-benar kaya dengan pernak-pernik kehidupan beriman. Ini yang seringkali, secara sepihak dan tergesa-gesa – bahkan oleh oknum pendaki spiritual di lingkungan Katolik sendiri- sebagai agama (baca: keyakinan) yang tidak fokus. Tengoklah bagaimana komunitas kehidupan beriman, sebelum Yesus, semasa Yesus, dan sesudah (kebangkitan) Yesus. Di situ sudah sarat dengan konflik cara memandang Allah yang Esa. Ibarat Allah yang membuat soal kepada murid-Nya, dan sekaligus sudah membuat kunci jawabannya yang dibuat oleh Allah sendiri (Mat 3… Read more »
Shalom Paulus Sartono, Terima kasih atas sharing perjalanan iman anda. Memang setiap dari kita mempunyai perjalanan iman sendiri-sendiri, yang jika kita lalui dengan kerendahan hati dan keinginan untuk selalu menomorsatukan kehendak Tuhan di atas segala sesuatu, maka kita dapat sampai pada mengasihi Tuhan di dalam Gereja Katolik. Namun selayaknya, kita yang sudah berada di pangkuan Gereja Katolik tidak menjadi tinggi hati, sebab kita mengetahui bahwa kita sebagai manusia masih jauh dari sempurna. Tuhan berkehendak kita bertumbuh di dalam iman menuju kekudusan, yaitu dengan mengasihi Tuhan lebih dari segala sesuatu dan mengasihi sesama. Ini tidak selamanya mudah, oleh sebab itu, mari… Read more »
Shalom katolisitas
Kis 11:26 Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen.
Pertanyaan saya : tahun berapakah pengikut Yesus disebut Kristen dan kapan adanya sebutan Katolik ?
Mohon pencerahaannya
Salam kasih
K.Paulus J.C
Shalom Paulus, Sesungguhnya kata ‘Katolik’ berasal dari bahasa Yunani, katholikos, yang artinya "keseluruhan/ universal– wholeness" atau "komplit/ lengkap– fullness". Jadi dalam hal ini kata katholik mempunyai dua konotasi: bahwa Gereja yang didirikan Yesus ini bukan hanya milik suku tertentu atau kelompok eksklusif yang terbatas; melainkan mencakup ‘keseluruhan‘ keluarga Tuhan yang ada di ‘seluruh dunia‘, yang merangkul semua, dari setiap suku, bangsa, kaum dan bahasa (Why 7:9). Kata ‘katolik’ juga berarti bahwa Gereja tidak dapat memilih-milih doktrin yang tertentu asal cocok sesuai dengan selera/ pendapat kita, tetapi harus doktrin yang setia kepada ‘seluruh‘ kebenaran. Rasul Paulus mengatakan bahwa hakekatnya seorang rasul… Read more »
Rekan-rekan ytk,
Ada buku bagus sekali !!! untuk dibaca bagi rekan-rekan yg ingin menambah wawasan kita untuk mengenal lebih jauh pribadi Yesus, karya-Nya, ajaran-Nya ditengah banyak beredarnya buku penafsiran tentang pribadi Yesus, yaitu Yesus dari Nazareth yang ditulis oleh Paus Benediktus XVI Kardinal Joseph Ratzinger dan telah diterjemahkan dengan baik sekali oleh Romo Mardiatmaja SJ (bukan KKN lho ! ) terbitan Gramedia.
Saya sendiri berkali-kali terkejut dan surprise dengan pandangan tentang Yesus dari Paus kita ini, sangat menggairahkan untuk dibaca !!
Shalom
Yohanes Paulus ( Paroki Pandu Bandung )
[dari admin: saya pindahkan pesan ini dari buku tamu ke “Apakah Spiritualitas Katolik”.] Syalom, Terimakasih dan syukur bagi Tuhan atas keberadaan website ini. Membantu saya tepat di saat saya sangat membutuhkan. Semoga Tuhan memberkati pelayanan anda sekalian, baik melalui web ini, studi maupun yang lainnya^^ Dari beberapa artikel maupun jawaban – jawaban, saya menarik kesimpulan bahwa pewartaan yang terbaik adalah lewat sikap hidup dan teladan (dari ‘buah2’ nya) yang ingin saya tanyakan, seringkali di lingkungan saya sbg ank2 muda, banyak orang yang ingin ‘tarik – tarikan’ dan adu argumentasi mengenai alkitab, gereja dsb. yang mengganggu saya adalah kadang kala sikap… Read more »
Shalom Sesilia, Terima kasih juga sudah mengunjungi website ini. Pertama-tama, jika kita melihat adanya banyak orang yang tergerak untuk mempelajari atau bahkan menghafalkan Kitab Suci, kita patut bersyukur. Karena jika hal itu didorong oleh kasih mereka kepada Tuhan, tentu hal itu sungguh sangat baik. Tetapi jika kemudian maka ada kecenderungan ‘sok tahu dan menghakimi’, itu sebenarnya adalah sesuatu yang harus dihindari. Maka sebelum melihat kepada orang lain, maka kita mulai dari diri kita sendiri, untuk berusaha tidak menghakimi orang lain, terutama untuk mengatakan seseorang itu masuk surga atau neraka. Komentar saya yang berhubungan dengan pertanyaan ini: 1) Apa yang harus… Read more »
[Dari admin: saya pindahkan pertanyaan ini dari artikel Maria ke Spiritualitas Katolik] Salam Damai Yesus Kristus buat Kita Semua. Saya tidak bertanya tentang Bunda Maria Saya sudah yakin & percaya 100% kepada Bunda Maria dan segala seluk beluk pertanyaan ttg Bunda Maria sudah saya temukan jawabnya. Sekarang saya mau minta pertolongan buat Bapak Pastor, Suster, atau saudara – saudara saya yang seiman akan Yesus Kristus & Bunda Maria Saya seorang wanita, berusia 21 tahun dan menganut agama katolik yang mau saya curahkan tentang beban hidup saya Kenapa Bunda Maria selalu membiarkan mama saya dipenuhi penderitaan mama saya selalu berkata St.Monika… Read more »
Shalom Monika, Memang, penderitaan yang ada di dunia ini adalah suatu kenyataan yang tidak bisa diacuhkan. Kita semua melihat ada banyak orang menderita, entah karena sakit, atau karena masalah- masalah yang lain. Masalahnya jadi makin tidak sederhana, jika itu menyangkut orang-orang terdekat kita, saudara, dan keluarga, apalagi jika masalahnya sudah bertahun- tahun. Sehingga, di dalam penderitaan ini memang orang jadi bertanya-tanya, di manakah Tuhan, atau seperti Monika, jadi bertanya mengapa Tuhan atau Bunda Maria seolah-olah ‘membiarkan’ atau tidak menolong. Sebagai pengikut Kristus, sesungguhnya kita selalu diingatkan bahwa penderitaan itu bukan akhir dari segalanya. Sebab Tuhan berkuasa untuk mendatangkan sesuatu yang… Read more »
Salam Damai Kristus buat Qt semua
salom mbak Ingrid
terimakasih bnyk y mbak atas doa nya serta suatu nasihat mbak yang m’ingatkan kepada saya untuk semakin mendekat kan diri dengan Bunda Maria dan Tuhan Yesus.
Saya juga sadar
Kadang apa yang kelihatan nya sebagai musibah dalam hidup kita ternyata merupakan sebuah anugerah buat kita.
Saya juga sadar, kita tidak pernah mengetahui bagaimana Tuhan itu melalui jalan Nya kita diberikan suatu kekuatan yang begitu besar.
Pengalaman pribadi: Saya adalah salah satu penggemar buku Romo Antony de Mello. sewaktu beliau meninggal, beliau ‘seakan’ sudah tau kapan waktunya. (ada disebut di buku karangan teman dekat beliau). saya berani katakan kalo buku karangan beliau sudah lengkap saya miliki. Doa sang katak 1 +2 , sadhana dll. (sewaktu saya pindah maka buku de mello yang lebih dulu saya utamakan). saya akui selesasi baca bahwa saya mengalami kedewasaan imam TETAPI saya kehilangan “sesuatu”. karena saya bukanlah seorang KATOLIK. Inti dari semua berasal dari Yesus Kristus. oleh sebab itu membaca de mello tanpa pemahaman dan sharing sesama teman maka akan mengalami… Read more »
Shalom Ali, Kita mengetahui bahwa memang banyak orang merasa terbantu dengan tulisan Anthony de Mello. Namun, kita mengetahui juga bahwa ada bahayanya jika kita menginterpretasikan beberapa tulisan tersebut, yang seolah dapat mengarah pada ‘pencerahan’ yang terlepas dari peran Kristus. Untuk itulah maka Vatikan memberi peringatan kepada umat Katolik untuk lebih waspada dalam membaca karya Rm. Anthony de Mello. Saya pernah menulis tentang hal ini dalam jawaban surat Yosep yaitu di sini (silakan klik). Untuk usulan Ali untuk mengulas tulisan Anthony de Mello di sini, rasanya sementara ini belum menjadi prioritas kami, maaf ya. Karena masih banyak tentang pengajaran iman Katolik… Read more »
Terimakasih atas warning adanya bahaya pencerahan terlepas dari peran Kristus. Tetapi Kristus sebagai Tuhan dalam memberikan pencerahan kepada umatNya bisa saja memakai perantaraan seseorang, termasuk de Mello atau para sufi bahkan Buddha.
Shalom Marjoko, Ya, sebaiknya kita waspada terhadap pengajaran-pengajaran yang mungkin kita dengar mengenai ‘pencerahan’. Sebagai pengikut Kristus, kita percaya bahwa ‘pencerahan’ hanya dapat diperoleh di dalam iman dan kepenuhan kebenaran di dalam Kristus melalui Gereja Katolik. Jadi jika kita mendengar ajaran yang menawarkan kebenaran di luar Kristus/ terlepas dari Kristus, kita dapat menilai hal tersebut sebagai sesuatu yang keliru. Namun ajaran-ajaran yang baik dari para sufi dan agama yang lain dapat saja kita terima dan menganggapnya sebagai ‘persiapan Injil’, dan akan mencapai pemenuhannya dalam ajaran Injil. Hal ini kita ketahui dari Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis tentang Gereja, Vatikan II, 16:… Read more »
Terimakasih. Saya akan rekomendasikan teman-teman saya mengunjungi situs ini. Inilah tempat bertanya yang kami cari.
Salam Sejahtera
Bagaimana jika kita ingin mendalami Allah Tritunggal Maha Kudus dalam agama Katolik.
Tk
Gbu
Shalom Matthew,
Harap bersabar ya, sebab topik mengenai Allah Tritunggal Maha Kudus akan ditulis dalam artikel tersendiri. Sementara ini, silakan membaca di Katekismus Gereja Katolik tentang Allah Tritunggal Maha Kudus, terutama no. 228- 267, 290-292.
Tambahan: Artikel tentang Allah Tritunggal Maha Kudus dapat dibaca di sini (silakan klik).
Salam kasih dari https://www.katolisitas.org
Ingrid Listiati
Sejalan dengan tulisan tentang R de Mello sangat berarti bagi perjalanan batin saya sebagai orang Katolik dan memang mempengaruhi jalan dan cara pandang saya sebagia KATOLIK. Sejak kecil saya diajar dan dididik secara Katolik tradisonal dengan lingkungan yang kental dengan budaya Jawa. Yang sangat dipengaruhi oleh kebudayaan INDIA (dan ini dekat dengan tradisi yang ada dalam tulisan R de Mello). Dan saya mengalami perjalanan batin dengan tulisan-tulisan beliau. Saya pernah lima tahun tidak ke gereja yaitu selepas SMA, dan saya kembali ke gereja setelah membaca tulisan beliau dalam “Burung Berkicau” dan saya menemukan kembali tentang Yesus dalam ke-ALLAH-an-Nya. Dan saya… Read more »
Shalom, Bapak Yosep, Saya bersyukur Bapak dapat terbantu dengan membaca tulisan R.Mello. Saya juga senang dengan tulisan R. Mello dalam ‘Burung Berkicau’. Asal kita menyadari bahwa karunia ‘pencerahan’, dan kebenaran datang dari Allah melalui Yesus, saya rasa tidak menjadi masalah jika kita membaca ‘Burung Berkicau’ tersebut. Sebenarnya, banyak juga tulisan dari para Santo/ Santa tentang doa batin/ hening, misalnya saja dari St. Yohanes Salib, St. Teresia dari Avila, St.Franciskus de Sales. Saya punya buku-buku itu dalam bahasa Inggris. Tetapi, saya pernah mendengar bahwa beberapa buku dari St. Yohanes Salib dan St. Teresia sudah diterjemahkan oleh para romo/ frater dari Rumah… Read more »
Saya ingin tahu, bagaimana komentar tentang tulisan-tulisan dari Romo Antony de Mello. Saya pengagum dan mengkoleksi sebagian dari tulisan beilau. Dan saya sangat menyukai dan mencoba untuk dapat menghayati cara hidup yang beliau uraikan. Dan saya sering diragukan ke-Katolikan-saya. Tapi tidak penting bagi saya. Bagiamana toh sebagai Katolik yang baik dan benar ?????
Ada yang bilang harus aktif di GEREJA walaupun kita tidak perlu kenal dengan tetangga sebelah, betulkah ?????
Shalom, Bp. Yosep. Saya juga sudah membaca tulisan-tulisan R. Anthony de Mello, memang banyak yang baik. Tetapi jika kita terus membaca karya-karyanya, lama kelamaan secara implisit kita dapat menangkap, seolah-olah pencerahan itu dapat diperoleh sendiri secara pribadi dalam keheningan, dan bukan melalui Kristus. Kardinal Ratzinger (sekarang Paus Benediktus XVI) pernah secara khusus menulis komentar tentang karya R. Mello, pada tahun 1998,yang ada di link http://www.vatican.va/roman_curia/congregations/cfaith/documents/rc_con_cfaith_doc_19980624_demello_en.html Kardinal Ratzinger mengatakan bahwa di awal karyanya R. Mello memang masih setia dengan pengajaran Katolik, tapi lama kelamaan cenderung menyimpang, dengan memperkenalkan sosok Tuhan sebagai ‘pure void’/ ‘kosong’, yang bukan berupa ‘Pribadi Ilahi’. Dengan demikian… Read more »