Walaupun tidak dikatakan secara eksplisit dalam ayat-ayat tersebut, namun dapat disimpulkan bahwa Rasul Paulus berdoa untuk Onesiforus yang sudah wafat (2 Tim 1:16-18, 2 Tim 4:19).
Berikut ini adalah keterangan yang saya sarikan tulisan Dave Amstrong di link ini, silakan klik:
Hal ini [Onesiforus sudah wafat] bukan hanya menurut ajaran Gereja Katolik. Sebab beberapa ahli Kitab Suci Protestan juga memperkirakan bahwa kemungkinan Onesiforus ini sudah meninggal pada saat surat kepada Timotius itu ditulis. Hal ini dapat dibaca di ISBE, New Bible Commentary. Para ahli Kitab Suci dari Kristen non-Katolik juga mengatakan demikian, seperti A.T. Robertson dari Kristen Baptis, Begel dari Lutheran dan Alford dari Anglikan. Memang dari teksnya saja (2 Tim 1:16-18) tidak dapat diketahui dengan pasti apakah Onesiforus itu pasti sudah mati pada saat surat itu dituliskan. Namun sebaliknya, ayat itu juga tidak menunjukkan dengan pasti bahwa Onesiforus masih hidup. Kendati demikian, di antara dua kemungkinan ini lebih masuk akal jika Onesiforus sudah wafat pada saat surat kepada Timotius ditulis.
Marcus Dods (1834-1909, dari Free Church, Scotlandia) memberikan alasan mengapa perkataan dalam surat ini ditujukan kepada Onesiforus yang sudah meninggal dunia:
“Pastilah bahwa kemungkinan yang seimbang berpihak kepada pandangan bahwa Onesiforus sudah wafat ketika Paulus menuliskan kata- kata ini. Bukannya hanya fakta bahwa di sini ia [Paulus] mengatakan “keluarga Onesiforus” dalam hubungannya dengan saat ini, dan tentang Onesiforus sendiri hanya dalam hubungannya dengan saat lampau. Ada juga fakta yang lebih jelas bahwa pada salam terakhir, ketika salam- salam ditujukan kepada Prisca dan Aquila, dan dari Ebulus, Pudens, Linus dan Klaudia, namun sekali lagi hanya ‘keluarga Onesiforus’, dan bukannya Onesiforus sendiri yang diberi salam. Gaya bahasa ini hanya dapat sepenuhnya dimengerti jika Onesiforus tidak lagi hidup di dunia ini, tetapi masih memiliki istri dan anak- anak yang masih hidup di Efesus. Tetapi adalah tidak mudah untuk menjelaskan referensi ini kepada keluarga Onesiforus, jika ia [Onesiforus] sendiri masih hidup…..
“Juga terdapat karakter tertentu dari doa Sang Rasul. Mengapa ia membatasi harapannya agar Tuhan menunjukkan kemurahan-Nya pada Hari-Nya (Hari Tuhan adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan Hari Penghakiman/ akhir dunia- Yes 13:6; Yl 1:15, 2:1,11; Ams 5:20; Ob1:15; Zef 1:7,14; Luk 21:34; Kis 2:20; 1 Kor 1:8; 3:13, 5:5; 2 Kor 1:14; 1 Tes 5:2; 2 Tes 2:2; 2 Tim1:12; Ibr 10:25; 2 Pet 3:10). Mengapa ia [Paulus] tidak juga berdoa agar rahmat Tuhan dicurahkan kepadanya [Onesiforus] di dalam kehidupan ini? Perkataan Rasul Paulus ini akan terdengar janggal jika Onesiforus masih hidup, namun menjadi lebih masuk akal jika Onesiforus sudah wafat.
Tentang hal yang kedua, nampaknya tidak ada alasan untuk meragukannya bahwa perkataan Rasul Paulus itu merupakan sebuah doa…. bahwa Sang Hakim pada Hari Penghakiman Terakhir akan mengingat semua perbuatan baik yang dilakukan Onesiforus, yang tidak dapat dibalas oleh Rasul Paulus, dan menempatkannya [semua kebaikan itu] sebagai miliknya. Paulus tidak dapat membalasnya, tetapi berdoa agar Tuhan melakukannya dengan menunjukkan rahmat belas kasihan kepadanya [Onesiforus] pada Hari Terakhir itu.” (Marcus Dods, Robert Alexander Watson, Frederic William Farrar, An Exposition on the Bible: a series of expositions covering all the books of the Old and New Testament, Volume 6 [Hartford, Conn.: S.S. Scranton Co., 1903, p. 464)
Mari kita baca keseluruhan ayat yang tersebut:
“Tuhan kiranya mengaruniakan rahmat-Nya kepada keluarga Onesiforus yang telah berulang-ulang menyegarkan hatiku. Ia tidak malu menjumpai aku di dalam penjara. Ketika di Roma, ia berusaha mencari aku dan sudah juga menemui aku. Kiranya Tuhan menunjukkan rahmat-Nya kepadanya pada hari-Nya. Betapa banyaknya pelayanan yang ia lakukan di Efesus engkau lebih mengetahuinya dari padaku.” (2 Tim 1:16-18)
Kalimat tersebut menjadi kurang logis, jika kita mengartikan bahwa Onesiforus masih hidup namun hanya berpisah dengan keluarganya untuk sementara, seperti interpretasi sejumlah orang. Sebab jika Onesiforus masih hidup, mengapa Rasul Paulus hanya memohon rahmat Tuhan untuk keluarga Onesiforus? Sedangkan kepada Onesiforus sendiri, Rasul Paulus hanya memohon rahmat Tuhan ‘pada hari-Nya’, yang dalam banyak ayat lainnya dalam Kitab Suci mengacu kepada hari Penghakiman? Bukankah kalau Onesiforus masih hidup, akan lebih logis jika Rasul Paulus akan memohon rahmat Tuhan baginya untuk setiap hari, dan bukan hanya rahmat pada hari Penghakiman? Namun faktanya adalah Rasul Paulus memohon rahmat Allah bagi sahabatnya itu pada ‘hari-Nya’, yang berkonotasi pada penghakiman setelah kematian. Interpretasi ini diperkuat oleh ayat berikutnya. Yaitu bahwa Rasul Paulus ingat akan segala perbuatan baik Onesiforus, dan karena itu berharap Tuhan menunjukkan rahmat-Nya kepada Onesiforus di hari Penghakimannya. Sebab setiap orang akan mati, dan sesudah itu dihakimi (Ibr 9:27), menurut perbuatannya (Why 20:12). Tentu saja kalau diasumsikan Onesiforus masih hidup saat itu, maka korelasi dan koherensi antara ayat ke 16 dan 18 menjadi kabur. Ayat itu menjadi dua ayat yang tidak berhubungan satu sama lain. Yang satu adalah permohonan doa untuk keluarga seorang sahabat. Dan yang lain adalah permohonan untuk belas kasihan Allah pada seorang sahabat untuk hari kematiannya, padahal ia masih hidup.
Melihat kepada penjabaran ini, adalah lebih masuk akal, jika disimpulkan bahwa Onesiforus sudah wafat ketika Rasul Paulus menuliskan suratnya kepada Timotius. Maka ayat 2 Tim 1:16-18 ini menjadi salah satu dasar dari Kitab Suci yang mengajarkan bahwa adalah baik bagi kita yang masih hidup untuk mendoakan jiwa- jiwa orang yang sudah meninggal dunia. Sebab selain hal itu diajarkan dalam Kitab Makabe (2 Mak 12:38-45), hal itu juga telah diajarkan dan dilakukan oleh Rasul Paulus, kepada sahabatnya, Onesiforus.
sumber: http://www.sarapanpagi.org/onesiforus-vt5626.html Apa yang dilakukan oleh Onesiforus memang ditulis dalam bentuk “aoris tense” (kalau dalam bahasa Inggris agak mirip dengan simple past). Maksud Aorist Tense adalah untuk menyatakan bahwa sesuatu hal pernah terjadi atau pernah dilakukan (tetapi, belum tentu merupakan suatu petunjuk bahwa orang yang melakukan itu sudah meninggal). Kita baca beberapa commentary di bawah ini: Sumber: The New Bible Commentary, Inter-Varsity Press, London, 1976, menafsirkan ayat-ayat tsb, sbb: Onesiforus adalah perkecualian dari mereka berpaling dari Paulus ketika Paulus mengalami kesusahan. Onesiforus tetap berpihak pada Paulus dan menolong Paulus sesudah ditahan, dan bahkan setelah dia tiba di Roma, dia sengaja… Read more »
Shalom Exodus, Pertama-tama perlu kita ketahui bahwa ajaran Gereja Katolik yang menghormati jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal dan mendoakan mereka, itu bukan semata-mata tergantung dari ayat mengenai Onesiforus ini. Ada banyak ayat lain yang mendukung ajaran ini, demikian pula Tradisi Suci para Rasul, dan bahkan bukti arkeologis tentang kubur jemaat Kristen awal, membuktikan bahwa telah sejak awal Gereja mendoakan jiwa-jiwa sesama jemaat yang sudah meninggal. Nah, sekarang izinkan saya menanggapi interpretasi yang Anda kutip, yang mengatakan Onesiforus sebenarnya tidak meninggal tetapi hanya sedang terpisah dari keluarganya. Sejujurnya, seperti telah disampaikan di atas, memang ayat itu tidak secara eksplisit menyatakan bahwa… Read more »
Terima kasih Bu Ingrid untuk penjelasannya, ya saya akan selalu berusaha untuk terbuka, jujur dan rendah hati dalam menyikapi setiap hal..
Kepada Ibu pengasuh Katolisitas Sebagai orang katolik saya senang bisa menemukan situs ini. saya ingin menanyakan : 1. apakah Onesiforus yang didoakan oleh St Paulus dalam 2 Timotius 1 : 18 pada waktu itu sudah meninggal dunia ? 2. apakah kiamat terjadi setelah Yesus datang kembali ke dunia ? 3. apakah kita (umat katolik) pada waktu Yesus datang kembali akan dibawa serta ? dan bagaimana umat lain yang tidak dibawa ? akankah mereka mati semua ? 4. Jika mereka tidak mati , apakah mereka tetap tinggal di dunia ini ? Mohon pencerahan [Dari Katolisitas: pertanyaan ini sudah dijawab di atas,… Read more »
Syalom ibu Ingrid
Mohon pencerahan sekali lagi tentang jawaban ibu berikut ini :
Orang-orang benar -tubuh dan jiwanya- akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, sedangkan orang- orang yang jahat akan masuk ke neraka, juga dalam jiwa dan tubuh mereka.
Bagaimana dengan orang-orang yang meninggal sebelum akhir dunia (yang sudah lama meninggal dunia), apakah mereka juga diberikan tubuh atau mereka hidup sebagai roh saja. Apakah Allah juga memiliki tubuh ?
Laras
Shalom Larasati, Pada saat kebangkitan badan di akhir jaman, semua manusia yang sudah wafat, baik yang wafat pada menjelang akhir jaman ataupun yang sudah meninggal lama sebelum akhir jaman. Saya baru saja menayangkan artikel tentang Kebangkitan Badan, silakan klik di sini untuk membacanya. Allah itu Roh (Rom 4:24) yang tidak bertubuh, namun pada suatu saat dalam sejarah manusia, Ia mengirimkan Kristus Allah Putera untuk menjelma menjadi manusia. Dengan demikian, saat itu Ia mengambil rupa tubuh manusia. Tubuh Kristus inilah yang kemudian wafat, bangkit, dan naik ke surga. Sejak saat itu, Kristus dengan Tubuh-Nya yang mulia berada di surga; Tubuh-Nya menjadi… Read more »