I. Yesus sebagai Gembala dan Yesus sebagai ‘pintu’
Kita sering melihat lukisan ataupun poster yang menggambarkan Yesus sebagai gembala, yang sedang menggendong domba. Gambaran ini sangat indah, karena melukiskan kebaikan Tuhan yang menjaga dan melindungi setiap kita sepertihalnya gembala kepada domba kesayangannya. Gambaran inilah yang sering juga disampaikan di Perjanjian Lama, yaitu Tuhan adalah Gembala dan umat-Nya adalah kawanan dombanya (lih. Mzm 23). Para raja dan imam juga disebut sebagai gembala, yang ditugaskan Allah untuk menjaga dan memimpin umat-Nya. Namun, Nabi Yeremia memperingatkan umat akan adanya gembala- gembala yang tidak baik (lih. Yer 2:8), yang mengakibatkan domba tercerai berai, dan ia atas nama Allah menjanjikan datangnya gembala- gembala yang baik dari keturunan Daud (lih. Yer 23:1-6; 3:15; 10:21; Is 40:1-11). Nabi Yehezkiel juga memperingatkan hal serupa, dan menubuatkan kedatangan gembala yang baik, yang akan melindungi kawanan dombanya (Yeh 34). Yesus adalah penggenapan nubuat ini (lih. Luk 15:4-7).
Namun selain sebagai Gembala yang Baik, Tuhan Yesus juga menggambarkan Diri-Nya sebagai pintu menuju kawanan domba. Di sinilah kita menemukan kekayaan makna ayat- ayat Kitab Suci, di mana dalam mengajarkan sesuatu, Tuhan Yesus dapat menggunakan banyak perumpamaan ataupun gambaran, tergantung dari makna apa yang hendak digarisbawahinya. Mari kita baca dan renungkan bersama perikop Injil Yohanes tersebut.
II. Bacaan Injil: Yoh 10:1-10
1 “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok;
2 tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba.
3 Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar.
4 Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya.
5 Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal.”
6 Itulah yang dikatakan Yesus dalam perumpamaan kepada mereka, tetapi mereka tidak mengerti apa maksudnya Ia berkata demikian kepada mereka.
7 Maka kata Yesus sekali lagi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu.
8 Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka.
9 Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput.
10 Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan…”
III. Telaah dan renungan teks
Berikut ini adalah telaah teks dan renungan tentang perikop di atas. Telaah teks bersumber dari The Navarre Bible ((lihat The Navarre Bible, St. John, James Gavigan, ed., (Dublin: Four Courts Press: 1987, reprint 1993), p. 142-144)) dan A Catholic Commentary on Holy Scripture, ((lihat A Catholic Commentary on Holy Scripture, ed. Dom Bernard Orchard O.S.B., (New York, Thomas Nelson and Sons: 1953), p. 999)), sedangkan renungan dicetak dengan huruf miring:
Perumpamaan Yesus sebagai Pintu dan Gembala yang baik sering diebut sebagai allegori ataupun metafor, atau secara keseluruhan disebut sebagai perumpamaan/ simili allegoris. Tugas penggembalaan inilah yang dipercayakan oleh Yesus kepada Rasul Petrus (lih. Mat 16:18, Yoh 21:15-17). Sebab yang dimaksud dengan kawanan domba adalah Gereja. Konsili Vatikan II mengajarkan bahwa antara lain Gereja adalah seumpama “kandang, dan satu-satunya pintu yang harus dilalui ialah Kristus (lih Yoh 10:1-10). Gereja juga kawanan, yang seperti dulu telah difirmankan akan digembalakan oleh Allah sendiri (lih Yes 40:11; Yeh 34:11 dst). Domba-dombanya, meskipun dipimpin oleh gembala-gembala manusiawi, namun tiada hentinya dibimbing dan dipelihara oleh Kristus sendiri, Sang Gembala Baik dan Pemimpin para gembala (bdk Yoh 10:11; 1Ptr 5:4), yang telah merelakan hidup-Nya demi domba-domba (lih Yoh 10:11-15). (Lumen Gentium 6).
1. Ayat 1-2 : Masuk melalui pintu menjadi tolok ukur gembala yang baik
Kawanan domba dapat diganggu dengan cara yang halus dari dalam, ataupun dengan cara yang kasar melalui kekuasaan yang disalahgunakan. Sejarah Gereja menunjukkan bahwa si Jahat dapat menggunakan kedua cara ini: kadang-kadang masuk dalam tubuh Gereja dengan cara halus dan rahasia untuk mengacaukan dari dalam; namun kadang ia masuk dari luar, dengan cara terang- terangan dan kasar. Pintu hanya terbuka bagi para gembala domba, sedangkan yang tidak masuk melalui pintu disebut sebagai pencuri dan perampok. “Siapakah gembala yang baik? Ia yang masuk melalui pintu, yaitu pintu kesetiaan kepada ajaran Gereja…. ” ((J. Escriva, Christ is passing by, 34))
Dapatkah kita mengenali gangguan si Jahat ini dalam Gereja, yang bahkan terjadi di masa sekarang ini? Gangguan yang kasar dari luar mungkin lebih jelas di mata kita, seperti kekerasan/ penganiayaan yang dilakukan oleh pihak luar kepada Gereja. Namun yang tak kalah memprihatinkan adalah gangguan yang masuk di dalam tubuh Gereja secara perlahan- lahan, misalnya adalah paham tentang New Age; di mana mulai banyak mempengaruhi umat Katolik. Sudahkah kita waspada dan menjaga iman kita dan keluarga kita agar jangan terpengaruh olehnya? Sudahkah kita menyadari bahwa gembala yang benar adalah yang masuk melalui pintu yaitu Kristus?
2. Ayat 3-5: Gembala yang baik mengenal domba- dombanya dan mereka mengikuti dia
Di saat itu adalah umum bahwa jika pada waktu malam kawanan domba dikumpulkan menjadi satu kawanan, dan mereka akan dijaga semalaman oleh penjaga malam. Lalu pada waktu dini hari, para gembala akan kembali dan membuka kawanan dan setiap gembala akan memanggil tiap- tiap dombanya, yang akan mengenali suara gembalanya dan mengikutinya. Domba- domba ini mengenali suara gembalanya karena sang gembala biasanya memanggil nama mereka untuk mencegah mereka terpisah dari kawanan; dan sang gembala akan memimpin mereka ke padang rumput. Tuhan menggunakan gambaran ini untuk mengajarkan kebenaran ilahi ini: Karena ada banyak suara di sekeliling kita, kita perlu mengenali suara Kristus, yang secara terus menerus disampaikan kepada kita melalui pengajaran Magisterium Gereja. Selanjutnya, kita perlu menaatinya, jika kita ingin memenuhi kebutuhan jiwa kita. “Kristus telah memberikan kepada Gereja-Nya kepastian di dalam ajaran dan sumber air rahmat di dalam sakramen- sakramen. Ia telah mengatur segalanya sehingga akan selalu ada orang- orang yang membimbing dan memimpin kita, untuk mengingatkan kita secara terus menerus akan jalan kita. Terdapat harta kekayaan yang tak terbatas tentang pengetahuan [akan iman] yang tersedia bagi kita: Sabda Tuhan yang dilestarikan oleh Gereja, rahmat Kristus yang disampaikan di dalam sakramen- sakramen dan juga para saksi iman dan teladan mereka yang hidup di sisi kita dan telah mengetahui bagaimana untuk membangun jalan kesetiaan kepada Tuhan dengan kehidupan mereka yang kudus.” ((J. Escriva, Christ is passing by, 34))
Belajar dari kisah domba- domba ini yang mengenali suara gembalanya: apakah kita sudah mengenali suara Kristus Gembala utama kita? Apakah kita mau taat kepada suara para gembala, yaitu para imam, uskup dan Paus yang diberi kuasa oleh Tuhan Yesus untuk mengajar kita? Apakah kita sudah mengenali pengajaran mereka sebagai pengajaran Tuhan sendiri? Apakah kita menghargai sakramen- sakramen? Dan dengan tulus hati mempersiapkan diri untuk menerimanya dengan sikap batin dan sikap tubuh yang layak? Apakah kita mau dengan kerendahan hati belajar dari para orang kudus (Santo/santa), dan mencontoh teladan hidup mereka? Atau jangan- jangan, dengan tinggi hati kita berujar, “Ah… semua orang sama saja. Para Santo/ santa tidak ada bedanya dengan saya!”
3. Ayat 6: Mereka tidak memahami ajaran Yesus yang disampaikan dengan perumpamaan
Kristus mengembangkan dan menginterpretasikan gambaran gembala dan kawanan untuk meyakinkan bahwa setiap orang yang mempunyai sikap batin yang baik dapat memahami artinya. Tetapi orang Yahudi gagal untuk memahaminya – seperti terjadi juga ketika Yesus mengajar tentang Ekaristi/ sang Roti hidup yang turun dari surga (Yoh 6:41-43) dan ketika ia berbicara tentang “air hidup” (Yoh 7: 37-43), atau ketika Ia membangkitkan Lazarus dari mati (Yoh 11:25-26).
Adakah halangan di batin kita untuk menerima ajaran Kristus? Apakah kita juga seperti orang Farisi, yang menutup diri terhadap ajaran Kristus dan ajaran Gereja, sementara dengan teguh memegang interpretasi sendiri tentang suatu ajaran tertentu? Bagaimana penghayatan kita akan pengajaran Yesus tentang Ekaristi- Roti Hidup yang dapat kita terima setiap hari? Bagaimana kita melihat kematian, dan orang- orang yang sudah mendahului kita? Nampaknya kita perlu mempunyai keterbukaan hati dan kerendahan hati untuk belajar memahami apa yang disampaikan oleh Tuhan Yesus melalui Gereja-Nya. Jika kita berkeras mempertahankan pendapat pribadi, bukankah kita menjadi seperti orang Yahudi, yang gagal memahami ajaran Yesus karena mendahulukan pemahaman sendiri, yang berbeda dengan yang Yesus sampaikan?
4. Ayat 7: Yesus adalah pintu ke domba- domba itu
Setelah Ia menjabarkan tentang Gereja-Nya di masa datang melalui gambaran kawanan domba, Kristus memperluas perumpamaan simili ini dan menyebut diri-Nya sebagai “pintu ke domba- domba itu”. Artinya, baik para gembala maupun domba yang masuk ke dalam kawanan harus melalui pintu itu; yaitu Kristus. St. Agustinus berkhotbah, “Melalui Kristus aku masuk, bukan ke rumahmu, tetapi ke hatimu. Melalui Dia aku masuk dan kamu dengan siap sedia mendengarkan aku yang berbicara tentang Dia. Mengapa? Karena kamu adalah domba Kristus; dan kamu telah ditebus oleh darah-Nya.” ((St. Agustinus, In Ioann Evang., 47, 2-3))
Jika Tuhan mempercayakan tugas penggembalaan yang sederhana kepada kita: misalnya sebagai orang tua dalam membina iman anak- anak kita; atau sebagai pelayan umat dalam paroki atau lingkungan, kita perlu mengusahakan tujuan ini: yaitu agar orang- orang yang dipercayakan Tuhan kepada kita, dapat mengenal dan mengasihi Kristus. Kristuslah yang harus menjadi yang utama, Dia semakin besar, dan kita semakin kecil (Yoh 3:30). Sudahkah kita bersikap demikian?
5. Ayat 8: Mereka yang datang sebelum Yesus adalah pencuri dan perampok
Perkataan Yesus yang keras tentang mereka yang datang sebelum Dia, tidak ditujukan kepada Moses atau para nabi (lih. Yoh 5:39,45; 8:56; 12:41), atau kepada Yohanes Pembaptis (lih. Yoh 5:23), sebab mereka mewartakan Mesias yang akan datang dan mempersiapkan jalan bagi-Nya. Di sini Kristus mengacu kepada para nabi palsu dan penipu, di antaranya beberapa pengajar Hukum Taurat, yang adalah orang- orang buta dan pembimbing yang buta (lih. Mat 23:16-24) yang menghalangi jalan orang- orang kepada Kristus, seperti telah terjadi sesaat sebelumnya, ketika para pengajar itu menghalangi orang- orang untuk percaya kepada Yesus, ketika Ia menyembuhkan orang yang dilahirkan buta (lih. Yoh 9).
St. Krisostomus dan banyak komentator lainnya telah berpandangan bahwa mesias palsu adalah seperti Yudas orang Galilea atau Theudas (Kis 5:36-); namun penggunaan kata kerja dalam bentuk present di sini, kelihatannya mengacu kepada para gembala palsu yang ada pada saat itu yaitu para orang Farisi dan Saduki. Domba- domba tidak mendengarkan mereka, kawanan itu menjadi seperti tidak mempunyai gembala (lih. Mat 9:36; Mrk 6:34). Dalam nubuat Yehezkiel, Yeh 34: 1-24, Tuhan telah menyatakan maksud-Nya untuk mengambil alih penggembalaan umat-Nya dari para gembala yang hanya memikirkan diri sendiri, dan memberikannya kepada sang raja keturunan Daud.
Dalam kehidupan sehari- hari, terutama bagi kita sering datang ke gereja, berdoa menerima sakramen, kita dipanggil untuk menjadi saksi iman yang hidup, yang bertingkah laku sesuai dengan iman kita. Apalagi bagi mereka yang dipercaya untuk mengajar di gereja, atau dikenal sebagai seseorang yang ‘melayani’ Tuhan, maka renungan ini menjadi sangat relevan: apakah aku sudah mengambil bagian dalam tugas penggembalaan Kristus dengan baik, ataukah belum? Sebab jangan sampai kita bersikap seperti orang- orang Farisi yang perbuatannya tidak sesuai dengan perkataan/ ajaran yang keluar dari mulut kita.
6. Ayat 9: Yesus sebagai pintu bagi gembala dan domba, menuju ke padang rumput
Ketika Yesus menyatakan diri-Nya sebagai pintu yang aman bagi semua yang masuk melalui Dia, Ia bermaksud pertama- tama sebagai pintu bagi gembala, namun demikian, Ia juga adalah pintu bagi domba- domba yang melalui-Nya mereka masuk dan keluar untuk menemukan padang rumput.
Adalah wajar jika dalam rangka mengambil bagian dalam tugas sang pemimpin, sang bawahan mengikuti ketentuan dan perintah atasannya. Maka semua orang yang turut mengambil bagian di dalam tugas penggembalaan Kristus selayaknya mengindahkan ajaran Kristus yang dinyatakan melalui Magisterium, dan bukan semata- mata atas pemahamannya sendiri.
7. Ayat 10: Yesus datang untuk memberikan hidup dalam kelimpahan
Jika maksud para pencuri adalah merusak, maksud Yesus adalah memberikan hidup, yaitu hidup kekal. Ia datang kepada domba- dombanya supaya mereka memperoleh hidup dan mempunyainya di dalam kelimpahannya: yaitu rahmat, kemuliaan dan kebangkitan dari kematian.
Ada banyak orang keliru dalam menginterpretasikan ‘hidup dalam segala kelimpahan’ yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus di sini. Mereka menyangka bahwa Tuhan Yesus menjanjikan kelimpahan materi. Seolah-olah jika seseorang sudah mengimani Kristus pasti dapat berkelimpahan harta, atau sebaliknya, jika ia belum berkelimpahan harta artinya ia belum sungguh hidup di dalam Yesus. Namun Sabda Tuhan menunjukkan bahwa bukan kelimpahan harta jasmani yang dijanjikan oleh Yesus, melainkan hidup yang kekal (lih. Yoh 3:16; 1 Tim 1:16). Coba bayangkan, apakah kiranya yang lebih tinggi daripada kehidupan yang kekal bersama Tuhan? Banyak orang menghubungkan kelimpahan hidup dengan kebahagiaan duniawi yang diperoleh dari harta kekayaan, kedudukan, kecantikan, dst. Namun sesungguhnya semua itu bukan kelimpahan yang dijanjikan oleh Kristus. Yang dijanjikan-Nya adalah Ia, sebagai Sang Roti Hidup, akan hadir dan menyertai kita dalam Ekaristi; dan dengan menyambut Ekaristi kita menyambut Kristus sendiri. Adakah yang lebih berharga dari Kristus sendiri yang kita sambut? Dan dengan menyambut Dia yang adalah Sang Hidup, kita memperoleh hidup ilahi di dalam Kristus yang menghantar kita kepada hidup yang kekal. Dengan menyambut Kristus kita akan diubah sedikit demi sedikit untuk menjadi semakin menyerupai Dia: semakin beriman, semakin berpengharapan dan semakin dapat mengasihi dengan tulus. Dengan sifat- sifat inilah kita dimampukan oleh Allah untuk menghadapi pergumulan hidup; dan kita sungguh dapat hidup di dalam Tuhan dan bersama Tuhan. Dalam keadaan ini kita dapat melihat berkat- berkat Tuhan yang terus menyertai, walaupun kita berada dalam keadaan yang paling sulit sekalipun. Inilah hidup sejati di dalam Tuhan yang menghantar kita kepada kehidupan kekal di surga kelak.
“Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia….. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman….Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku…. ia akan hidup selama-lamanya.” (Yoh 6:51-58)
“Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.” (Rom 8:11).
IV. Mari masuk melalui ‘pintu’ yaitu Kristus
Minggu ini adalah Minggu Panggilan. Kita perlu bersyukur kepada Tuhan, yang telah memberikan kepada kita para gembala yang mengajar dan memimpin kita atas kuasa yang diberikan oleh Tuhan Yesus melalui tahbisan mereka. Mari kita mendoakan agar mereka dapat setia menjalani panggilan hidup mereka; dan dapat setia mengajar sesuai dengan ajaran Magisterium Gereja. Dengan demikian, dapat terjagalah kesatuan kawanan, dan para gembala tersebut dapat menjadi gembala yang baik, yang masuk melalui pintu yang satu dan sama; yaitu Yesus Kristus. Mari kita berdoa pula, agar semakin banyak kaum muda tergerak untuk menanggapi tugas panggilan sebagai imam, biarawan ataupun biarawati; sebab dengan demikian mereka menjadi saksi yang hidup akan kuasa Tuhan; yang memampukan manusia yang serba terbatas untuk berkata “Ya” kepada panggilan-Nya yang melibatkan pemberian diri yang total, demi meluaskan Kabar Suka cita Kerajaan Allah sampai ke ujung bumi, namun juga sampai ke sudut- sudut hati. Akhirnya, seumpama kawanan domba, mari kita berdoa agar mengenali suara gembala- gembala yang baik- yaitu mereka yang masuk melalui ‘pintu’, yaitu Kristus.
Minggu panggilan 2011 ini baru saya “melihat” Tuhan hadir menyalami segala keluh kesah dan keprihatinan kita. Bgm kita diingatkan agar kenal dg swara “benar “sang Gembala, bukan swara mirip gembala yang ternyata adalah pencuri. Nyatanya memang kita ada yang ‘terikut” dg pencuri karna swara miripnya.untung-untung kalo kita terbentur dinding atau jendela karena tidak lewat jalan “benar” yaitu lewat pintu.Lalu tersadar dan bisa kembali. PR kita adalah, 1.Bgm agar Gembala+gembili bisa dekat dg domba2 nya, tolong kalau bisa ini jadi prioritas para Gembala; agar dombas kenal dengan swara”Nya”, jadi saat dipanggil oleh “Gembala” mereka tidak lari….dan bisa menjadi “penggiring” kawanan domba… Read more »