Tuhan Yesus Tersenyum

Sharing Pelayanan oleh Pst Felix Supranto, SS.CC

Dalam Misa Peringatan Santa Monika, Pater Superior General Tarekat SS.CC mempersembahkan Misa Kudus pada saat visitasi di Komunitas Paroki Santa Odilia-Citra Raya Tangerang, tanggal 27 Agustus 2015. Dalam homilinya, ia menekankan tentang perlunya terus bertambah-tambah dan berkelimpahan di dalam kasih: “Dan kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan terhadap semua orang, sama seperti kami juga mengasihi kamu (1 Tesalonika 3:12).

Aku merenungkan Sabda Tuhan yang indah itu. “Bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih” merupakan dasar dalam kehidupan bersama dan pelayanan. Bertambah dan berkelimpahan di dalam kasih akan membuat Tuhan Yesus tersenyum. Bagaimana mewujudkannya? Aku ingat suatu peristiwa bagaimana membuat Tuhan Yesus tersenyum ketika aku melayani di Paroki Santo Damian Batam beberapa tahun silam.

Ketika Gereja Katolik Santo Damian-Batam selesai dibangun, kami mendirikan Gua “Hati Tersuci Santa Maria”. Gua Maria itu terletak di antara gereja dan pastoran. Gua Maria tersebut semakin lama semakin nyaman untuk berdoa karena dikelilingi dengan banyak pohon yang rindang.

Seorang ibu, berusia kira-kira lima puluh lima tahun, dengan sapu lidi dan satu tas platik besar di tangannya, senantiasa berdoa di depan patung Bunda Maria di gua itu, tepat jam sebelas siang. Setelah berdoa selama seperempat jam, ia langsung menuju pohon-pohon yang rindang di gua itu. Ia menyapu daun-daun yang berserakan dan mengumpulkannya menjadi satu. Ia kemudian memungut satu persatu daun itu dan memasukkannya secara perlahan-lahan ke kantong plastik. Ia melakukannya sampai jam enam sore, saat dimulainya doa Angelus (Malaikat Tuhan). Udara di Batam sangat panas sehingga keringat ibu itu bercucuran.

Karena tidak tega dengan ibu itu, aku menyuruh kosterku (pegawaiku), namanya Pak Yohanes, untuk membersihkan daun-daun di sekitar Gua Maria sebelum ibu tersebut datang. Tepat pukul sebelas, ibu itu berdoa sebentar seperti biasanya dan menuju ke pohon yang rindang. Ibu itu menangis. Aku mendatangi ibu tersebut dan bertanya: “Mengapa ibu sangat sedih?” Ibu itu menjawab dengan suara terisak-isak: “Romo, aku sangat sedih karena sudah ada orang yang membersihkan Gua Maria ini”. Aku menjawabnya: “Bu, aku yang menyuruh kosterku membersihkannya karena kasihan dengan ibu. Biar ibu tidak repot-repot membersihkannya di tengah teriknya matahari”. Jawaban ibu itu sangat mengagetkan aku: “Romo, kalau Romo kasihan dengan aku, biarlah membersihkan Gua Maria menjadi hakku. Dengan membersihkan Gua Maria ini, hidupku terasa berarti bagi Tuhan dan sesama”. Aku ingin tahu lebih dalam mengapa ibu itu sangat antusias ingin membersihkan Gua Maria itu: “Bu, apa yang mendasari ibu ingin membersihkan Gua Maria ini?” Jawaban ibu itu sungguh menyentuh hatiku: “Romo, Tuhan sangat sangat baik. Walaupun ekonomiku pas-pasan karena kerjaku adalah penjual gorengan, kelima anakku bisa menyelesaikan sekolah di universitas. Kanker yang sudah bertahun-tahun aku idap tidak pernah membuatku terasa sakit. Aku tidak akan pernah cukup bisa membalas kebaikan Tuhan itu. Yang dapat aku lakukan bagi Tuhan hanya berdoa setiap hari di gua ini dan membersihkannya. Setiap lembar daun yang aku pungut dan masukkan ke dalam plastik ini, aku sertai dengan sebuah doa “Salam Maria”. Dengan memungut daun-daun yang berserakan dari jam sebelas seperempat sampai dengan jam enam sore, aku telah mendaraskan ratusan doa “Salam Maria” setiap hari. Dengan melakukan hal ini, aku telah membuat Tuhan Yesus tersenyum. Senyuman Tuhan Yesus mengalahkan kepahitan, kesulitan, dan penderitaanku”.

Setahun kemudian ibu itu meninggal dunia. Sebelum meninggal dunia, ibu itu rupanya menulis sebuah pesan singkat pada sebuah kertas kecil. Surat itu dibawa oleh anak sulungnya dan diberikannya kepadaku. Isi suratnya sangat menyentuh hatiku: “Romo, sebelum memberkati jenasahku, tolong bawakan selembar daun yang jatuh di halaman Gua Maria dan masukkan ke dalam peti jenasahku. Daun itu telah menjadi jembatan yang mengantarku ke surga”.

Kita pun dapat membuat Tuhan Yesus tersenyum dengan melakukan perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh: Ketika selesai makan bersama keluarga, ibu-ibu kebanyakan mencuci piring-piring yang kotor. Ketika satu piring selesai dicuci, doakanlah satu kali “Salam Maria”. Bayangkan berapa kali doa “Salam Maria” yang telah ibu-ibu itu doakan setiap hari kalau piring yang mereka cuci lima buah sekali makan dan belum termasuk gelas, sendok, serta garpu. Nanti sebelum meninggal dunia, ibu-ibu tersebut juga bisa berpesan untuk memasukkan piring ke dalam peti matinya karena piring itulah yang membawa mereka ke surga.

Kesimpulannya: Kita akan mempunyai banyak alasan untuk menolak berbuat baik terhadap seseorang jika hati kita tidak ada cinta. Namun, berbagai hambatan dapat kita atasi ketika ada cinta di dalam jiwa kita. Hanya terang yang dapat mengusir gelap. Demikian juga hanya cinta yang dapat mengalahkan kebencian. Cinta hanya mau menebarkan kebaikan. Karena itu, jangan pernah jemu melakukan kebaikan: “Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah” (Galatia 6:9).

Tuhan Memberkati

Oleh Pst Felix Supranto, SS.CC

19/12/2018
Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus.