Thank You Jesus, I am Home

Dari Editor

Berikut ini adalah kesaksian Maria Natalia Brownell (Lia), seorang Katolik yang pernah meninggalkan Gereja Katolik selama 6 tahun, sebelum akhirnya ‘kembali pulang’ ke pangkuan Gereja Katolik. Kesaksiannya sungguh sangat menggugah hati, sebab mungkin banyak dari kita yang mengalami pengalaman serupa. Perjalanan hidupnya membuktikan bahwa jika kita mencari Tuhan dengan segenap hati, maka Dia akan memberi DiriNya ditemukan (Yer 29:13-14). Dan dengan indahnya, Lia kembali menemukan kepenuhan kebenaran Tuhan di dalam Gereja Katolik.

Semoga kesaksian hidupnya ini dapat memperkuat iman kita semua ….
Apakah anda mempunyai kesaksian perjalanan iman anda kembali ke Gereja Katolik? Kirimkanlah kepada kami di: katolisitas [at] gmail.com
(Catatan: Katolisitas.org berhak untuk menampilkan, tidak menampilkan, maupun mengedit semua artikel yang masuk ke meja redaksi).

lia Sekilas mengenai saya

Nama saya adalah Maria Natalia Brownell (nama saya sebelum menikah: Maria Natalia Budiman). Saya lahir dan dibesarkan dalam keluarga Katolik. Sedari kecil, saya sudah tertarik untuk aktif di gereja Katolik. Saya sering ikut koor gereja, menjadi pengantar, dan cukup aktif di kegiatan Mudika. Walaupun demikian, kegiatan yang saya ikuti jarang yang bersifat pendalaman iman. Di sekolah Katolik, memang saya mendapat pelajaran agama Katolik, tetapi sifatnya sangat mendasar. Misalnya, saya tidak pernah diajar untuk membaca dan mengerti alkitab, saya kurang mengerti akan pentingnya doa dan devosi terhadap bunda Maria dan santo/santa, banyak hal di perayaan Misa kudus yang bagi saya adalah ritualitas biasa (tanpa mengerti akan artinya). Kurangnya pengertian saya terhadap iman Katolik membuat saya pergi ke gereja Katolik hanya karena ‘memang begitulah seharusnya’, bukan karena didasarkan atas motivasi hati dan keinginan saya untuk lebih dekat dengan Tuhan.

Waktu saya di SMA, saya bertanya-tanya terhadap diri saya sendiri. Sepertinya semua orang itu melalui pola hidup yang sama: sekolah, bekerja, menikah, berkeluarga, pensiun, lalu meninggal. Sepertinya sangat monoton dan membosankan. Saya lalu bertanya, apakah ada arti kehidupan yang lebih dalam daripada hanya mengikuti pola yang monoton begitu saja? Kenapa Tuhan menghendaki saya untuk hidup di dunia ini? Saya berharap suatu saat saya dapat menjawab pertanyaan ini…

Kegiatan saya sewaktu di SMA sangat banyak, terutama di kelas III karena persiapan untuk masuk Universitas. Waktu itu, saya ingin sekali bersekolah di luar negeri. Walaupun mulanya berat bagi orang tua saya mengijinkan anak perempuan satu-satunya untuk pergi ke luar negeri pada umur 17 tahun, mereka akhirnya mengijinkan saya pergi juga. Waktu itu $1 masih seharga Rp 2000, tidak semahal sekarang. Walaupun mereka hanya bisa menjanjikan untuk menyekolahkan saya selama 2 tahun pertama, saya tetap nekat untuk pergi. Saya memutuskan untuk mengambil bidang Tehnik Kimia di Oregon State University, Amerika. Satu tahun kemudian, saya pindah ke University of Wisconsin, Madison, Wisconsin.

Kehidupan saya di Amerika

Di Madison, Universitasnya besar sekali, dan jauh lebih sulit daripada di Oregon. Untungnya banyak anak Indonesia yang bersekolah di sana. Saya mencoba untuk lebih ikut aktif di kegiatan Mudika. Alasan utamanya adalah karena ingin mendalami iman saya lebih lanjut. Jauh dari keluarga membuat saya lebih terpanggil untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Di Mudika, saya mengusulkan untuk belajar Alkitab, tetapi anak-anak Mudika semuanya protes. Mereka mengatakan bahwa mereka sudah capai belajar selama seminggu, dan mereka hanya mau berkumpul untuk bersosialisasi saja. Belajar Alkitab sifatnya terlalu serius. Walaupun tidak setuju, saya diam saja dan tidak memaksakan kehendak saya. Saya merasa seperti minoritas di kelompok Mudika itu, walaupun kita pergi ke gereja yang sama.

Persaan seperti minoritas ini membuat saya mencari tahu kelompok anak Indonesia yang lain: ICF / Indonesian Christian Fellowship (Persekutuan Kristen Indonesia). Ini adalah kelompok mahasiswa Protestan. Waktu saya datang pertama kali, saya disambut dengan hangat. Pertemuannya dibuka dengan menyanyi pujian, kesaksian iman, dan presentasi dari speaker mengenai Alkitab. Saya sangat menikmati pertemuan ICF ini. Saya merasakan persahabatan dalam iman yang begitu kuat dan murni. Walaupun saya anak baru, saya sudah merasa seperti bagian dari keluarga besar ICF. Saya tidak pernah merasa bersalah mengikuti kegiatan ICF, karena bagi saya yang penting adalah saya menjadi lebih dekat dengan Tuhan. Walaupun ICF adalah kelompok Protestan, saat itu saya merasa kita mempunyai Tuhan yang sama, dan iman Kristiani yang sama.

Membaca dan merenungkan firman Tuhan menjadi sumber kekuatan saya, yang menemani saya dalam kesendirian. Saya seperti menemukan air kehidupan baru yang menyegarkan kehidupan saya. Tidak pernah sebelumnya saya merasakan firman Tuhan begitu hidup dan mengena. Seperti orang sedang jatuh cinta, saya merasa jatuh cinta kepada Tuhan untuk pertama kalinya dalam hidup saya. Sedikit demi sedikit saya mulai bisa menjawab pertanyaan saya waktu di SMA dulu, bahwa tujuan hidup saya adalah hidup bersama dengan Tuhan di Surga nantinya. Kehidupan saya di dunia ini adalah masa persiapan saya untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Ajaran Protestan sangat menitik beratkan pada ‘lahir baru’ dan ‘keselamatan di Surga’. Saya yakin bahwa saat itu apabila saya meninggal, saya akan langsung masuk ke Surga.

Keterlibatan saya dalam kelompok ICF berkembang dari sekedar hadir di pertemuan menjadi anggota kursus kepemimpinan Kristen, pemimpin group ‘bible study’ (pendalaman Alkitab), ‘elder’ (pemimpin) bagian evangelisasi, koordinator beberapa perayaan kampus, ikut serta dalam kelompok missionaris ke Guadalajara (Mexico) dan aktif terlibat dalam konferensi kelompok-kelompok ICF di Amerika.

Saya menjadi Protestan

Saat itu, saya sangat yakin bahwa yang terpenting adalah hubungan langsung saya dengan Bapa, Kristus dan Roh Kudus. Hal ini membuat saya semakin yakin, saat itu, bahwa banyak tradisi di Gereja Katolik yang sebenarnya ‘tidak perlu’; seperti penghormatan kepada Bunda Maria, santo/santa, otoritas Paus sebagai pemimpin gereja, pengakuan dosa terhadap pastor, tradisi dan simbol-simbol di gereja dll. Di samping itu, orang-orang Protestan juga saya nilai lebih serius terhadap iman Kristiani daripada orang-orang Katolik. Saya juga sangat tersentuh dengan Kebaktian di gereja Protestan; dengan lagu-lagu yang indah, dan pendalaman Alkitab yang sangat mengena. Saat itu saya merasa gereja Protestan begitu ‘hidup’ dengan musik, doa, dan firman Tuhan; dan saya melihat Gereja Katolik begitu penuh ritual, sulit dimengerti dan tidak bisa menjamah hati saya. Tanpa saya sadari, sedikit demi sedikit saya semakin meninggalkan Gereja Katolik. Mulai dari hanya sekedar sesekali datang ke gereja Protestan (inter-denominasi), menjadi anggota tetap gereja Protestan. Saya begitu terlibat di kelompok Protestan ini, sampai ingin menjadi seorang misionaris. Saya begitu mencintai Tuhan dan menginginkan banyak orang mengenal dan mencintai Tuhan seperti yang saya alami.

Orang tua dan keluarga saya sangat menyesali keputusan yang saya ambil untuk pindah ke gereja Protestan. Mereka mencoba untuk mempengaruhi saya, tetapi selalu berakhir dengan perdebatan dan sakit hati. Ayah saya berkomentar “Lia, kamu sudah diajar di Gereja Katolik yang dimulai oleh Kristus, dan diteruskan oleh Petrus, rasul Kristus yang langsung diajar oleh Kristus sendiri, kenapa kamu masih pergi ke gereja lain?” Saya langsung menjawab dengan bersemangat, “Tetapi gereja Protestan bisa membuat saya lebih dekat dengan Tuhan, saya lebih mengerti akan Alkitab…..”. Perdebatan ini biasanya diakhiri oleh saya mengutip ayat Alkitab, dan orangtua saya tidak bisa menjawab lebih lanjut. Saya ingat bahwa hal ini membuat mereka sangat sedih dan menyesal. Akhirnya, orangtua saya hanya bisa berdoa agar suatu hari saya bisa kembali ke gereja Katolik.

Tanpa terasa, sudah hampir 5 tahun lamanya saya menjadi anggota gereja Protestan. Selama studi saya di universitas, saya pernah kerja magang di Detroit (Michigan), dan mengambil Summer school di Houston (Texas). Di tempat yang berbeda ini, saya juga pindah ke gereja Protestan yang berbeda denominasinya. Di Detroit, saya pergi ke Gereja Baptis, di Houston saya pergi ke Gereja Pantekosta. Di tahun 1997, saya ditawarkan untuk bekerja di South Carolina. Saya pun pindah ke Gereja ‘Southern Baptist’. Saya tidak tahu bagaimana caranya memilih suatu denominasi tertentu. Waktu saya tanya ke penasehat gereja saya yang dulu, dia hanya bisa menjawab, “Cari gereja yang cocok di hatimu dan bisa membuat kamu merasa senang”.

Perjalanan pulang ke Roma

Di tahun 1996, Tuhan mempertemukan saya dengan calon suami saya: Kyle Brownell. Dia adalah seorang Amerika, dan seorang Katolik. Hampir semua teman Protestan saya tidak setuju akan hubungan saya dengan Kyle. Mereka mengganggap bahwa orang Katolik itu bukan ‘orang percaya’, sehingga harus diinjili. Saat itu saya pikir bahwa saya akan dipakai Tuhan untuk mengubahnya menjadi seorang Protestan, terutama karena dia (seperti banyak orang Katolik yang saya kenal) tidak begitu mengerti akan iman Katoliknya. Saya sangat yakin bahwa dalam waktu beberapa tahun, Kyle akan menjadi Protestan seperti saya. Tidak pernah saya bayangkan, bahwa ternyata saya keliru. Tuhan mempunyai rencana yang lain bagi kehidupan iman saya.

Tinggal di South Carolina dengan lingkungan yang baru, jauh dari teman-teman ICF-Madison membuat saya merenung…. Untuk pertama kalinya saya bertanya-tanya di dalam hati, kenapa setiap saya pindah tempat, saya harus mencari gereja Protestan yang baru? Sebenarnya gereja Protestan mana yang lebih benar? Di Amerika sendiri gereja Protestan terdiri dari sekitar 20,000 denominasi. Semuanya menganggap denominasi-nya adalah yang benar, yang diinspirasikan langsung dari Roh Kudus. Kalau benar semuanya dari Roh Kudus, dan hanya ada satu Roh Kudus, kenapa ada 20,000 denominasi yang berbeda? Apakah cara orang memilih denominasi hanya didasarkan akan ‘feeling good’ (perasaan cocok/senang) saja? Apakah ada arti yang lebih mendalam daripada hanya sekedar ‘feeling good’? Saya bertekat bahwa saya harus memutuskan untuk yang terakhir kalinya, gereja mana yang saya pilih. Kali ini saya harus benar-benar mengerti mengapa saya memilih gereja tersebut, dan bukan hanya sekedar ‘feeling good’ belaka.

Hal lain yang membuat saya bertanya-tanya akan pengertian iman Protestan, adalah bahwa setelah seseorang “menerima Tuhan Yesus di dalam hati”, seseorang langsung dijamin masuk surga. Walaupun dia melakukan dosa apapun selanjutnya, kekudusan Kristus akan menyelimuti hati orang tersebut. Dengan kata lain, seseorang akan tetap langsung masuk ke Surga kalau dia meninggal, walaupun dia tercemar akan dosa dan hidup dalam kegelapan, karena Kristus akan menyelimutinya dengan kekudusanNya. Kalau memang begitu, saya berpikir, apa alasan kita untuk menjadi lebih baik, menyucikan diri dan menjadi kudus? Di Alkitab jelas ditulis bahwa hanya orang kudus yang bisa masuk surga (2 Pet 3:11-14, Why 21:27, Ibr 12:14), bukan orang yang ‘diselimuti’ oleh kekudusan Kristus. Rasul Yakobus menulis secara jelas bahwa “Iman tanpa perbuatan adalah mati” (Yak 2:17, 26). Kalau begitu tidak cukup bahwa kita hanya mempunyai iman saja, tanpa disertai perbuatan. Perbuatan harus mengikuti iman, harus ada buah-buah iman yang terlihat lebih dari sekedar janji atau perkataan saja. Waktu saya tanyakan hal ini kepada pendeta/penasihat Protestan, mereka mengatakan bahwa apabila seorang yang ‘lahir baru’ tidak menunjukkan perbuatan pertobatan, artinya dia tidak benar-benar diselamatkan. Tetapi, bagaimana gereja Protestan bisa dengan yakin mengatakan bahwa seseorang selamat atau tidak hanya berdasarkan pada pertanyaan, “Apakah kamu menerima Tuhan Yesus di dalam hatimu?” Bukankah keyakinan ini hanya berdasarkan iman saja? Saya melihat adanya pandangan yang tidak konsisten dari pernyataan iman Protestan ini.

Gereja Protestan tidak memberikan penghormatan khusus kepada Bunda Maria. Maria hanya sekedar diakui sebagai bunda Yesus. Menghormati Bunda Maria dianggap sebagai pemujaan berhala. Apalagi pernyataan “Bunda Maria dikandung tanpa dosa”. Ini dianggap sebagai pernyataan salah, karena di Alkitab ditulis semua orang jatuh ke dalam dosa (Rom 3:23). Ajaran Protestan akan Bunda Maria ini membuat saya bertanya-tanya. Bagaimana gereja Protestan menanggapi penampakan Bunda Maria yang terbukti terjadi di beberapa tempat di dunia, tentang banyak mukjijat yang terjadi sehubungan dengan penampakkan tersebut, dan dampak penampakan itu terhadap pertobatan jutaan orang yang kembali kepada Tuhan? Lalu bagaimana gereja Protestan mengartikan santo/santa yang telah meninggal ratusan tahun yang lalu, dan tubuhnya tetap utuh tidak berubah?

Gereja Protestan juga mengartikan bahwa roti dan anggur yang diterima waktu di kebaktian, adalah simbol belaka untuk mengenang Kristus, tanpa ada arti yang lebih lanjut. Hal inipun membuat saya bertanya, bagaimana gereja Protestan mengartikan ayat Alkitab “Barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui Tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya” (1 Kor 11:29). Juga dalam kitab Rasul Yohanes setelah mereka mendengar Yesus mengajarkan hal Roti Hidup, banyak yang pergi meninggalkan-Nya (lih. Yoh 6:66), justru karena kesungguhan Yesus tentang hal ini. Apabila benar bahwa roti dan anggur hanya simbol biasa, mengapa menimbulkan akibat sampai sedemikian? Lalu bagaimana dengan banyak mukjijat yang terjadi sehubungan dengan ‘hosti’ kudus, yang buktinya masih dapat ditemukan saat ini? Sepertinya, saya berpikir, ada arti yang lebih daripada hanya sekedar simbol roti-anggur belaka.

Semua pertanyaan ini membuat saya mulai ragu akan ‘KEUTUHAN’ iman Kristiani yang dipercayai oleh gereja Protestan. Hal ini membuat hati saya tidak damai. Sepertinya ada perdebatan di dalam hati saya, karena jawaban yang saya terima tidak memuaskan. Entah bagaimana, saya ingin berdoa dan menyembah Kristus dalam kedamaian. Saya tidak perduli lagi akan musik yang meriah, atau kotbah yang bersemangat. Yang saya butuhkan adalah kedamaian dan kebenaran yang utuh. Saya ingin merenungi kehidupan Kristus secara keseluruhan, termasuk kerendahan hati-Nya waktu membasuh kaki para murid-Nya dan sengsara-Nya di kayu salib. Di gereja Protestan, tidak ada upacara Kamis Putih atau Jumat Agung, mereka hanya merayakan Paskah.

Di manapun saya berada, saya ingin pergi ke rumah Tuhan yang sama, yang percaya akan iman yang sama. Saya rindu akan gereja yang bisa menjawab pertanyaan saya di atas bukan dengan perdebatan, tetapi dengan pengertian yang utuh dan tidak mempertentangkan ayat yang satu dengan ayat yang lain. “Tuhan, mohon tunjukkan, saya harus ke gereja yang mana? Saya ingin ke gereja yang Engkau dirikan…”

Gereja Katolik mempunyai jawaban

Suatu hari, hal yang luar biasa terjadi dalam hidup saya. Sepertinya ada suara yang begitu lembut dalam hati saya memanggil saya untuk berdoa di Misa Gereja Katolik. Hal ini sangat aneh sekali bagi saya, karena saat itu sudah sekitar 6 tahun saya meninggalkan Gereja Katolik. Ikut dalam perayaan Ekaristi kudus yang pertama kali setelah sekian lama memberikan kesan yang lain dalam hati saya. Fokus dari Misa adalah Kristus, Anak Domba Allah. Saat inilah saya akhirnya dapat berdoa dengan damai dan menyatukan hati dengan pengorbanan Kristus. Di atas semua itu, …..bukan musik yang meriah, kotbah yang mengesankan, atau perasaan saya yang terpenting, tetapi kehadiran Yesus sendiri yang saya rindukan. Saya tidak dapat menjelaskan, tetapi saat itu untuk pertama kalinya saya merasa sangat rindu untuk menerima Tubuh Kristus di dalam Komuni kudus, sesuatu perasaan kehilangan yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Suara yang lembut itu sepertinya memanggil saya untuk tidak meninggalkan Gereja Katolik. Sepertinya tidak adil, saya pikir, kalau saya memutuskan untuk meninggalkan Gereja Katolik tanpa benar-benar mengerti ajaran Gereja Katolik yang sebenarnya. Saya bertekat untuk mempelajari iman Katolik dengan lebih dalam, sesuatu yang belum pernah saya lakukan sebelumnya.

Tuhan mempertemukan saya dengan pasangan suami-istri yang juga sedang ingin mendalami iman Katolik seperti saya. Mereka mengajak saya untuk belajar bersama dari buku-buku “Dr. Scott Hahn”, seorang teolog Protestan ternama yang akhirnya menjadi Katolik. Dengan pengetahuan Alkitab yang sangat mendalam, Dr. Scott Hahn benar-benar menjawab pertanyaan saya dengan begitu jelas dan masuk akal. Selain Dr. Scott Hahn, kami juga belajar dari Katekismus Gereja Katolik, yang mengajarkan doktrin Gereja Katolik secara utuh dan sistimatis. Baru pernah saya melihat buku doktrin gereja yang setebal itu. Di gereja Protestan, mereka hanya belajar dari Alkitab saja, atau kalau ada buku doktrin, tidak pernah ada yang setebal buku doktrin Gereja Katolik.

Dari pendalaman iman ini, saya belajar bahwa banyak sekali kesalah-pahaman tentang Gereja Katolik, yang tidak benar. Seperti contoh, Gereja Katolik banyak dipengaruhi oleh ritualitas manusia, yang tidak didasari Alkitab. Pengertian ini sangat salah sekali, sebab ternyata ajaran Gereja Katolik sangat Alkitabiah! Tetapi, karena ayat Alkitab mudah sekali untuk diinterpretasikan dari banyak sisi, Gereja Katolik juga percaya akan Tradisi Suci yang membantu menginterpretasikan ayat Alkitab dengan benar. Tradisi ini diturunkan dari Kristus kepada para rasul, Paus, uskup, dari generasi ke generasi. Hal inilah yang membuat Gereja Katolik tetap satu selama 2000 tahun lebih. Hal ini sangat masuk akal bagi saya, karena Kristus berkata kepada Petrus “Di atas batu karang ini saya akan dirikan GerejaKu”, dan “Dia akan selalu beserta kita/GerejaNya sampai akhir” (Mat 16:18). Sebelum sengsaraNya, Kristus berdoa agar pengikutNya selalu bersatu. Karenanya, penting sekali bagi kita untuk mengakui otoritas dari Paus, sebagai pemimpin Gereja, dan mengikuti otoritas doktrin Gereja Katolik yang membahas iman Kristiani secara utuh, langsung diturunkan dari Kristus sendiri.

Saya sangat terkagum waktu mengetahui bahwa ajaran Katolik tidak hanya berdasarkan Alkitab, dan juga sangat utuh mengupas penyempurnaan dari Perjanjian Lama ke Perjanjian Baru. Contohnya adalah Misa Kudus sendiri. Pembagian Misa Kudus dari Liturgi Sabda and Liturgi Ekaristi berakar dari tradisi “pemecahan roti” yang dilakukan oleh rasul Kristus di Perjanjian Baru. Mereka berkumpul dan membahas ajaran Kristus dan ‘memecahkan roti’. Kristus juga mengatakan bahwa “Inilah TubuhKu, dan inilah DarahKu. Lakukanlah ini sebagai kenangan akan Daku”. Dia tidak mengatakan “Inilah simbol TubuhKu, dan inilah simbol DarahKu”. Secara khusus, Kristus menginginkan kita untuk mengenangNya dengan melakukan perayaan Ekaristi. Suatu mukjijat terjadi saat itu, dimana roti dan anggur berubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Ini menjawab pertanyaan saya mengenai arti roti dan anggur yang lebih dari hanya sekedar simbol. “Kristus sebagai Anak Domba Allah”, adalah pemenuhan tradisi umat Yahudi di Perjanjian Lama, di mana anak domba dikorbankan untuk menjadi persembahan pengampunan dosa kepada Tuhan. Kristus adalah pemenuhan janji keselamatan Allah, korban yang paling sempurna, yang menyelamatkan manusia dari dosa.

Pertanyaan saya tentang Bunda Mariapun terjawab. Bunda Maria menempati tempat khusus di dalam rencana Keselamatan Allah. Di kitab Kejadian, setelah manusia pertama jatuh dalam dosa, Bunda Maria sudah dinubuatkan, ‘benih dari perempuan ini akan menjadi penyelamat dunia, dan bahwa iblis akan bertekuk lutut di kakinya” (Kej 3:15). Dan di akhir dunia, seperti disebutkan di kitab Wahyu, Bunda Maria dimahkotai di surga (Why 12: 1) yang melahirkan Sang Penyelamat. Melihat keutamaan Bunda Maria dalam rencana keselamatan Allah, membuat saya yakin bahwa dia adalah seorang kudus yang harus kita hormati, seperti Kristus sendiri menghormatinya. Waktu Bunda Maria menampakkan diri kepada santa Bernadette, dia berkata “Akulah perawan yang dikandung tanpa noda”, meyakinkan saya bahwa dia sungguh tidak berdosa. Seperti Malaikat Gabriel mengatakan “Salam Maria, penuh rahmat” (Luk 1:28), mengandung makna bahwa rahmat Tuhan sendirilah yang membuatnya tanpa dosa. Apabila Tuhan dapat membuat Anak-Nya lahir dari kandungan Bunda Maria, bukankah wajar kalau Diapun dapat membuat Kristus lahir di kandungan Bunda yang suci tanpa dosa?

Pertanyaan saya tentang keselamatan pun terjawab dalam pengajaran Gereja Katolik. Gereja Katolik percaya bahwa Kristus adalah Penyelamat manusia dari dosa. Dengan percaya kepadaNya kita menerima janji keselamatan di Surga. Tetapi, keselamatan ini dapat hilang, apabila iman kita tidak diikuti perbuatan (Yak 2:17,26). Tuhan ingin kita menjadi kudus, karena tanpa kekudusan kita tidak bisa masuk ke Surga (Ibr 12:14). Kekudusan ini harus dinyatakan dengan pemurnian iman dalam perbuatan kita sehari-hari, untuk lebih mencintai dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Hal ini kita lihat dari para rasul dan orang kudus yang meninggal dengan mengorbankan diri untuk Tuhan. Iman mereka bukan hanya berdasarkan perkataan saja, tetapi oleh pergorbanan yang dilakukan karena kasih kepada Kristus, mengikuti teladan Kristus yang rela mati di kayu salib untuk kita. Hal ini meyakinkan saya bahwa tidak cukup kita hanya “menerima Kristus di hati kita”, tetapi kita juga harus mengikuti contoh Kristus dan mencintaiNya sedemikian rupa dalam pengorbanan hidup kita sehari-hari. Karena itulah Kristus mengajarkan, “Bukan mereka yang memanggil Tuhan, Tuhan, yang akan diselamatkan, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa di surga” (Mat 7:21). Ajaran Gereja Katolik tentang keselamatan inilah adalah jawaban terakhir yang saya perlukan untuk kembali ke Gereja Katolik…

Saya merasa sungguh bahagia sekali, sekarang saya sudah ‘pulang’ ke rumah Tuhan di Gereja Katolik. Harus saya akui, perjalanan pulang saya ke Gereja Katolik tidak lepas dari dukungan doa dari kedua orang tua saya. Mereka dengan setia mendoakan saya setiap hari, dengan tangis dan air mata; agar saya dapat kembali pulang ke Gereja Katolik. Dan Tuhan berkenan mengabulkannya. Dia telah memberikan rahmat-Nya dengan mendorong saya untuk merindukan Gereja-Nya kembali. Ya, saya sudah kembali ‘pulang’, dan akan tetap tinggal di Gereja Katolik, sampai kapanpun. Ke manapun, saya tidak perlu bingung pergi ke gereja yang mana, karena di manapun Gereja Katolik tetap sama. Saya yakin bahwa Gereja Katolik ini bukan didirikan oleh orang biasa, tetapi oleh Kristus sendiri. Kristus berjanji bahwa “GerejaNya akan utuh sampai akhir”, dan ini telah terbukti di dalam Gereja Katolik yang bertahan dari 2000 tahun yang lalu sampai sekarang. Deep inside my heart, I leapt for joy for I could finally say, “Here, I am, Lord. I am HOME……”

4.7 10 votes
Article Rating
117 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
ratna ariani
15 years ago

Thanks untuk sharingnya Lia. Saya mendapatkannya dari berbagai milis katolik dan akhirnya menemukan website ini. Mohon ijin untuk me link dan memposting kan kesaksian ini sehingga semakin banyak orang katolik menyadari bahwa mereka sudah ada ‘di rumah’ but does not feel ‘at home’. Iman bukan masalah perasaan atau emosi sesaat, iman adalah dasar seluruh kepercayaan dan pengharapan kita.
Salut ya untuk romo Mardi, gaul banget deh. Cocok jadi vikep di kevikepan dunia maya ya mo.

Stefanus Tay
Admin
Reply to  ratna ariani
15 years ago

Shalom Ratna,
Terimakasih telah berkunjung ke katolisitas.org.
Ratna dapat me-link atau memposting artikel-artikel yang ada di website ini dengan menyebutkan sumbernya https://www.katolisitas.org, sehingga orang yang mau bertanya dapat menemukan website ini dan kami juga dapat mendapatkan masukan jika ada yang mau memberikan saran atau pesan.
Mari kita bersama-sama melayani Tuhan dengan suka cita.
Salam kasih dari https://www.katolisitas.org
lia, ingrid, and stef

embun panas
embun panas
Reply to  Stefanus Tay
15 years ago

[dari admin: tanpa merubah isi pesan, saya menambahkan penomoran, sehingga mudah untuk berdiskusi] Shalom ah… 1) Mau tanya… Emangnye Maria [dari admin: nama yang diplesetkan saya hapus]…eh Lia termasuk dalam tim-nya katolisitas.org [dari admin: menyingkat katolisitas.og dengan KO, mungkin kurang baik]  ya?? Soalnya kelihatannya alumni dari almamater yang sama. 2) Sejak saya sebarkan artikel Lia, dan kemudian [dari admin: situs ini] lenyap sesaat…saya mendapat banyak respon. Ada yang marah ada yang kuatir semangat eukumene yang sudah susah payah terbangun di banyak aspek,terutama pasca Konsili Vatikan II kembali terusik. Sementara artikel itu tersebar kemana-mana,tanpa kendali. 3) Juga jadi pertanyaan…dengan memasang romo… Read more »

Yohanes Rasul
Yohanes Rasul
Reply to  embun panas
15 years ago

[dari admin: saya gabungkan dua pesan menjadi satu] Tentang OIKUMENNE: Embun Panas yang tak terasa panasnya, Damai Tuhan. Jika mau berdialog dengan orang lain, taruhlah OIKUMENE, maka satu hal yang sering dikatakan adalah KESAMAAN. Kita sering melupakan alasan mengapa kita berdialog yaitu PERBEDAAN. Startnya harus lain karena berbeda. Dan perbedaan antara Gereja yang Satu, Kudus, Katolik dan apostolik dengan yang lain justeru dari ALUR HISTORIS nya yang jelas sejak para rasul hingga kini dan masa depan. De facto orang protestan dan Katolik harus mengakui, bahwa protestantisme muncul tahun abad 16. Itu harus diakui dulu, karena dengan demikian kita sudah berbeda… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  embun panas
15 years ago

Shalom Embun Panas, Terima kasih telah berkunjung ke katolisitas. org. Berikut ini adalah jawaban-jawaban yang dapat kami sampaikan. 1) Maria Brownell (Lia), memang menjadi salah satu tim dari katolisitas.org, hanya dia tidak dapat terlalu aktif karena kegiatannya yang begitu banyak. Dan kebetulan kami tinggal satu rumah di Amerika. Dan memang kami belajar dari sekolah yang sama. 2) Terimakasih kepada Embun Panas yang telah ikut menyebarkan kesaksian Lia. Kami percaya banyak dari teman-teman yang ikut juga menyebarkan, baik dengan memberikan link lewat e-mail, atau juga di dalam forum. Kami bersyukur bahwa kesaksian Lia banyak yang membaca. Tentu saja kami menyadari bahwa… Read more »

Berkah
Berkah
Reply to  embun panas
15 years ago

Maria Lia;
Luar biasa. Tentu yang luar biasa adalah Yesus. Berkat Dia dan Roh-Nyalah you mampu menjernihkan hati untuk mampu menanggapi bisikannya. Saya saluttt akan pengalaman rohani dan pengalaman imanmu. Saya sendiri merasa diteguhkan untuk tetap mnjadi orang Katolik yang setia.

Yohannes Edo
15 years ago

haii…liaaa
so wonderfull story.
aku dapet email ini adri temenku andreas M & lisa – soedarsono
(mereka salah satu pendiri komunitas ku di surabaya)

aku sangat membutuhkan email n website ini
1.banyak sekali teman2ku yg pindah karna alasana di krsiten lebih dekat dengan Tuhan melalui lagu n firman.

2.katolik karistmaik di indonesia juga membutuhkan,karena kebanyakan dari kita di karismatik hanya mendahulukan seperti pujian,firman & roh kudus. tapi belon mengenal sekali tentang katekismus katolik yang SAAAANNNGAT mendalam ini :)

btw THx
GBU

Fr. Bastian-Wawan, CM
15 years ago

Dear Lia,
Terima kasih atas sharingnya yang luar biasa ini…
sungguh menarik…. penuh pergumulan dan perjuangan untuk menemukan kembali kebenaran iman….semoga sharing ini menyentuh hati siapa saja untuk memiliki kerinduan yang mendalam untuk berjumpa dengan Kristus yang hidup di dalam Gereja-Nya…..

gbu
Frater Bastian-Wawan, CM
http://diamsejenak.wordpress.com

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Fr. Bastian-Wawan, CM
15 years ago

Shalom Frater Bastian,
Terimakasih telah berkunjung ke katolisitas.org. Terima kasih juga Frater telah menjawab panggilan Tuhan untuk menjadi seorang imam. Kalau Frater berkenan, kami dengan senang hati ingin memuat perjalan iman Frater untuk sampai memutuskan menjadi seorang imam, sehingga diharapkan banyak anak muda yang mau juga mengikuti jejak Frater dan menjawab panggilan Tuhan.
Salam kasih dari https://www.katolisitas.org
lia, stef, ing

Sakerah
Sakerah
15 years ago

Aku sudah cetak dari ekaristi.org dan tidak ada fotonya. Yang salah katolisitas mengapa pindah server (gurau) sekarang muncul.Jadi tidak ada fotonya. Dan ini sudah aku tempel dan sebarkan di Parokiku Situbondo.
Thank’s Lia (Nama panggilan sama dengan anak pertamaku ODILIA)

Ternyata ada di katolisitas.org
Yang punya hak cipta siapa ? ha….ha… ya Tuhan Yesus ya ?

Yohanes Rasul
Yohanes Rasul
15 years ago

Paus Benedictus XVI (paus kita ke 265 sejak St Petrus) mengingatkan kita dalam buku beliau “Jesus of Nazareth” bahwa ada 2 macam cara yang harus dipakai secara seimbang untuk menafsirkan Alkitab: secara Kritik-Historis dan Secara kesan yg muncul apa adanya sejauh tertulis. Itulah kekayaan tradisi Gereja 2000 tahun ini. Kita bersyukur punya praktek tradisi apostolik dalam Gereja yang satu, kudus, Katolik. Kita menjadi manusia yang ajaran imannya relevan dan berwibawa dari zaman ke zaman dan membawa keselamatan karena kita menhayati bukan hanya “yang disukai secara perasaan” namun juga “yang bisa dipertanggungjawabkan” secara kritis-historis. Viva la Catholica!
Salam
Yohanes Rasul

Tune
Tune
15 years ago

Halo Lia,

So, saya dapet forward tentang conversion storynya anda dari temen saya. It so happened that I just graduated from UW-Madison as well and moved to SC for a new job! Just wondering, tinggal di mana di SCnya? Hope to talk to you via japri deh yah… God bless and thank you for your powerful conversion story!

Atun

Agios
15 years ago

Puji Tuhan dan Terima kasih atas sharingnya yang sangat indah dan menyentuh hatiku. Kalau bukan karena rahmat Allah, aku pikir hal seperti ini tidak akan terjadi. Aku ingin sekali membagi-bagikan sharing ini ke teman-temanku di sini untuk menguatkan mereka. =) Aku sudah beberapa tahun berjuang untuk membawa orang Katolik, yang kesasar, kembali kepada pangkuan Bunda Gereja, maupun menjagai domba-domba Katolik yang ada di sini untuk tidak pindah gereja/pindah iman (Ini benar-benar sebuah perjuangan yang tidak mudah, karena membutuhkan pengorbanan waktu & tenaga, ilmu apologetika, dll), tetapi saya kadang merasa lelah juga karena teman-teman sesama Katolik lebih cuek cuek saja, sehingga… Read more »

Yohanes Rasul
Yohanes Rasul
Reply to  Agios
15 years ago

Terima kasih atas kesaksian yang menguatkan iman Katolik. Lia dan teman-teman, semoga kesaksian Lia dkk mempercepat pemulihan kesatuan Gereja Kristus yg terpecah belah… karena Ia hanya mendirikan satu Gereja, bukan gereja-gereja (Mat 16:18)
Saya pemerhati kegiatan orang muda di Jakarta. Banyak Mudika tidak tahu akan kedalaman dan kekayaan rahmat yang terkandung dalam iman Katolik mereka. Saya harap web ini cepat dikenal luas khususnya oleh mudika Jakarta dan semoga di kota-kota besar lain di Indonesia, agar seperti harapan pahlawan nasional Uskup Agung Soegijapranata, mereka menjadi 100% Katolik dan 100% Indonesia.
Salam: Yohanes Rasul

Diakon Antonius Anugerah
Reply to  Agios
15 years ago

Maria,
terimakasih atas artikelnya yang menyentuh hati dan sangat sistematis, terutama atas kesediaan anda untuk berbagi pengalaman iman. Saya ingin minta ijin untuk memuat tulisan anda tersebut di buletin bulanan kami WARTA KKI-Atlanta. Apakah diperbolehkan?? Mungkin artikel tersebut bisa memnjadi renungan bagi kami semua dan memanggil saudara-saudari kita untuk “come home in time for Christmas”. Saya tunggu jawabannya. Terimkasih. Salam damai Kristus, Maria, dan Yusuf.

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Diakon Antonius Anugerah
15 years ago

Shalom diakon Antonius.
Terimakasih telah berkunjung ke katolisitas.org. Kami sangat senang jika kesaksian ini dapat membawa umat Katolik untuk semakin menyadari kekayaan Gereja Katolik, terutama menyadari bahwa Gereja Katolik adalah Gereja yang didirikan sendiri oleh Kristus.
Semua artikel di website ini, termasuk kesaksian Lia dapat dipakai dengan menyebutkan sumbernya: https://www.katolisitas.org, sehingga memungkinkan bagi orang yang mau bertanya atau memberi masukan.
Salam dari katolisitas.org kepada seluruh Keluarga Katolik Indonesia di Atlanta.
stef
PS: Terimakasih juga kepada diakon Antonius yang telah menjawab panggilan Tuhan sebagai diakon. Semoga Tuhan senantiasa memberkati pelayanan diakon Antonius.

Juliemas
Juliemas
15 years ago

Hi Lia dan teman2.. Membaca perjalanan Lia dan komentar pembaca, saya hanya bisa memberi komentar How great is the Lord, how loving is his Mother Mary who really looks after all her children who is looking for the truth. Saya membaca dari satu buku rohani, Tuhan mengasihi kita dan menginginkan kita menemukan Dia dalam hidup kita. Lia dilahirkan dalam lingkungan katolik, sayangnya pada saat itu Lia tidak mengenal secara penuh apa artinya sebagai orang Katolik. Banyak orang katolik seperti ini didunia. Puji Tuhan Lia haus mencari kebenaran, dan Syukur kepada Tuhan Kebenaran itu ditunjukkan kepada Lia. Sebenarnya orang katolik harus… Read more »

YT
YT
15 years ago

Thank you banget!!..
Maklum saya Katholik yang tidak knowledgeable tapi saya yakin akan KeKatholikan saya, istri saya Protestan.
Sekarang saya telah menemukan jawaban2 atas semua pertanyaan sulit istri saya, semoga bisa menyatukan keimanan kami, menjadi Katholik tentunya.
GBU

Henry
Henry
15 years ago

Hi Lia……
Mau nanya apakah kesaksian kamu ada yang versi inggrisnya?

Thank you.

Cisca
Cisca
15 years ago

Lia, thank you for your sharing =) But i have a question for u. Im currently in LA, and I can most definitely relate to what you have experienced in the early part of your life. I was born and raised as a Catholic, my family comes from a Catholic family too. Whilst in LA, I was drawn to IFGF GISI (Indonesian Fellowship Gospel) and just like you, for the very first time in my life, I fell in love with Christ and His goodness. It was like getting to know HIm all over again but from a different perspective.… Read more »

chan
chan
15 years ago

bagus banget
ada bbrp, banyak jg pertanyaan dlm diri iman katolik saya yg telah anda ceritakan memang memberi jawaban tersendiri bg saya

TQ, GBU

Penerbit OBOR Jakarta
15 years ago

Kisah Ibu Maria sungguh berkesan dan indah, suatu kisah rohani yang patut menjadi permenungan semua orang Katolik, agar semakin mantap dalam iman dan penghayatan hidup.Kami ingin sekali menghubungi Ibu Maria. Jika berkenan, Ibu menghubungi kami di redaksi@obormedia.com.
Terima kasih. Tuhan memberkati.

Reny Tantra
Reny Tantra
15 years ago

Halo, Lia… cerita kamu itu mirip dengan yg aku alami jg. mirip banget, sampe komentar papa ku jg mirip dng komenar papa kamu. aku baca sharing kamu spt aku baca cerita hidupku/ spt yg aku tulis. aku jg tadinya ikut mudika, terus ke ICF, sampe aku minta ijin ortu utk boleh dibaptis di kristen, tapi papa melarang… dan aku balik lagi ke mudika/katolik dng ancaman aku tdk boleh sekolah di amrik lagi, pertama2 dng engan, tapi sekarang jadi lbh mengerti kenapa… dan aku bersyukur sekali jg udah balik ke katolik. aku yakin pernah ketemu kamu di ICF wisconsin wkt summer… Read more »

Hendra B Tanumihardja
Hendra B Tanumihardja
15 years ago

Sharing yang begitu berharga memperkuat iman. Terima kasih. Sharing yang begitu detail dan lengkap. Bagi yang masih belum percaya terhadap Maria adalah Bunda Tuhan dan Yang Tidak Dikandung Dengan Noda, kalau punya kesempatan silahkan mengunjungi Lourdes yang setiap tahun dikunjungi lebih dari 6 juta orang dari seluruh dunia bukan hanya penganut Katolik, bukan hanya untuk kesembuhan Namun untuk memuliakan Allah bersama Maria. Ikutilah prosesi lilin yang khidmat dan berdoalah didepan Grotto ( gua ). Kemudian kunjungi Never dimana disemayamkan incorruptible tubuh suci Bernadette Soubirou yang dikunjungi Maria berkali – kali. Mukzizat sebagaimana banyak terjadi dengan para santa dan santo, orang… Read more »

Edwin ST
Edwin ST
15 years ago

Suatu hal yang menarik dari kesaksian Lia adalah keinginan dirinya sendiri untuk mencari kebenaran. Setiap orang yang sungguh2 mencari kebenaran maka akan menemukannya di Gereja Katolik. Untuk orang Katolik terkadang cuek bebek dengan kebenaran. Romo2 juga kewalahan karena umatnya kebanyakan. Teologi juga bukan merupakan suatu pilihan favorit untuk kuliah. Jadi, cara pikir kita yang Katolik juga harus diubah. Kalau saja ada lebih banyak romo untuk melayani umat, maka khotbah pun dapat dipersiapkan dengan lebih baik dan tidak asal jadi. Umat pun juga mendapat siraman rohani yang lebih baik. Mari kita berdoa supaya Allah Bapa yang empunya ladang pekerjaan mengirimkan pekerja2nya.… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  Edwin ST
15 years ago

Kepada Sdr. Edwin, Terima kasih akan komentarya. Kristus berkata "Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya akan diberikan kepadaMu" (Mat 6:33).  "Mintalah maka kamu akan diberi… ketuklah maka pintu akan dibukakan bagimu." (Mat 7:7) Jika kita mencari kebenaran, Tuhan menjanjikan akan memberi kita jawaban. Namun, di samping berusaha mencari kebenaran,  kitapun harus mempunyai hati yang terbuka untuk mendengarkan kebenaran.  Kita harus benar berdoa, supaya Tuhan melembutkan hati kita agar mudah diajar.  Kita harus benar-benar menyerahkan kehendak kita pada Tuhan.  Biarlah kehendak Tuhan yang terjadi, bukan kehendak kita. Orangtua saya juga sangat berperan untuk membawa saya kembali ke Gereja Katolik. … Read more »

Luigi Chmel
Luigi Chmel
15 years ago

wow..ini sungguh kesaksian yang luar biasa..terus berkarya Lia…karena kita ada di jalan yang pasti dan di janjikan oleh Yesus sendiri…Tuhan memberkati

K. Paulus J.C
K. Paulus J.C
15 years ago

Shalom Sebelum kami menemukan situs ini, kelompok kami sudah share tentang hal: Iman,Pengharapan dan Kasih.- Kami share bukan untuk mencari siapa yang benar ataupun siapa yang salah tetapi kebenaran bersama sebab kami tahu ayat Alkitab mudah sekali untuk diinterpretasikan dari banyak sisi, sehingga suatu topik bisa dibenarkan dengan mengambil ayat-ayat yang mendukungnya saja.- Kami lebih cenderung menekankan dalam hal kasih didalam perbuatan, dan hasil share kami ini akan kami bawa/tanyakan yang pada awalnya kepada frater initial Y dan seterusnya ke pastor yang direncanakan adalah pastor initial S.- Berhubung karena waktu antara kami dengan frater ataupun pastor belum bisa disesuaikan pas… Read more »

K. Paulus J.C
K. Paulus J.C
Reply to  Maria Brownell
15 years ago

woow…….penjelasan yang singkat akan tetapi padat, mudah dicerna dan dimengerti dengan memberikan contoh2 yang sederhana.-
Terus berkarya Maria beserta teman-teman di https://www.katolisitas.org
Tuhan memberkati
Salam kasih

michael drigo
michael drigo
15 years ago

Suatu kesaksian amat sangat bagus sekali.
Bukan hanya di Amerika, di tanah air juga amat sangat banyak umat Katolik yang “merasa” mengalami “pencerahan” setelah mengikuti ibadat Protestan. Banyak umat Katolik yang merasa ibadat Katolik sebagai kuno dan ketinggalan zaman.
Selain pengaruh “promosi” yang “wah” dari umat Protestan, amat sangat kurangnya imam Katolik yang mampu menjangkau seluruh umatnya juga adalah salah satu penyebab semakin derasnya aliran umat Katolik yang “menyeberang” ke gereja lain.
Kesaksian ini seharusnya bisa lebih disebarluaskan guna membangkitkan kembali semangat rohani umat Katolik di negri kita ini.

Salam damai,

Mike

AHR,sg
AHR,sg
15 years ago

Bagus sekali artikelnya dan terus berkarya Maria Brownell(Lia) Saya setuju bangeet Sesuai ajaran katolik : Iman,Pengharapan dan Kasih…saya memang lebih menekankan dalam hal Kasih, baru dilengkapi dengan pendalaman iman yang dibimbing oleh orang yang ahli theology yang mempunyai wawasan yang cukup luas dan universal.-kalau tidak sangat berbahaya bisa menjadi Fanatik,ekstrim,sesat dll kenapa Kasih ? karena perbuatan baik dengan Cintah Kasih itu sudah mencerminkan bahwasanya orang tersebut sudah mempunyai imam(dalam tanda kutip) biarpun dia kurang mengetahui alkitab.- Yak 2 : 14 apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seseorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan ? Yak 2 : 17… Read more »

1 2 3 4
Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
117
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x