Tentang Suara Hati

Pertanyaan:

Shalom segenap penulis dan pengurus katolisitas.org,

Saya ingin mengajukan pertanyaan seputar suara hati nurani. Saya mengetahui tentang hati nurani sejak kurang lebih 8 tahun yang lalu dan saya sudah merasakan banyak sekali yang berubah dalam diri saya sejak saya mengenal suara hati saya , namun saya memiliki sejumlah perdebatan.

1. Hingga kini, saya selalu dapat berkomunikasi dengan suara hati saya tidak hanya dalam doa tetapi dalam aktifitas sehari – hari. Apakah ini wajar ?
2. Saya ingin mengetahui lebih jelas tentang bagaimana bentuk dari suara hati itu sendiri. Suara hati yang saya dengar menyerupai suara saya, dan dia membicarakan dan memberikan pengetahuan seputar segala sesuatu dalam hidup saya .Apakah benar suara hati dapat membimbing pengembangan kepribadian seseorang atau dia hanya terbatas ke moralitas saja?
3. Apakah suara hati mempunyai tingkatan – tingkatan? Jika ada, bagaimana cara supaya saya dapat meningkatkannya?
4. Saya selalu ragu dan hingga saat ini saya tidak pernah membiarkan suara hati saya memberikan keputusan dan mengikutinya dengan yakin karena takut tersesat. Apa yang mesti saya lakukan?

Sebagai gambaran, saya mendapatkan semua hal ini dari hasil diskusi saya dengan suara hati: kasih (waktu pertama kali saya mengenal suara hati), tentang iman, harapan, rajin, keberanian, kerendahan hati, berdoa, dan membantu saya memahami tentang apa yang biasanya diajarkan dalam kitab suci, hingga membuat saya dapat mengendalikan emosi saya, mengubah pola pikir saya menjadi lebih dewasa, membantu saya menetapkan tujuan dan mandiri serta membantu saya mengenal tahap – tahap rencana yang diberikan Tuhan lewat penggalian pengalaman yang saya dapatkan.

Terima kasih atas tanggapannya.
Yosh

Jawaban:

Shalom Yosh,

Sebelum saya menjawab pertanyaan anda, saya menganjurkan anda untuk membaca Katekismus Gereja Katolik, yang menjabarkan tentang suara hati, yaitu KGK nomor 1776 sampai dengan 1802.

Berikut ini saya sertakan beberapa kutipannya:

1. Pengertian suara hati/ hati nurani:

KGK 1778 Hati nurani adalah keputusan akal budi, di mana manusia mengerti apakah satu perbuatan konkret yang ia rencanakan, sedang laksanakan, atau sudah laksanakan, baik atau buruk secara moral. Dalam segala sesuatu yang ia katakan atau lakukan, manusia berkewajiban mengikuti dengan seksama apa yang ia tahu, bahwa itu benar dan tepat. Oleh keputusan hati nurani manusia mendengar dan mengenal penetapan hukum ilahi.

2. Hati nurani merupakan hukum yang diberikan oleh Allah dalam hati manusia.

KGK 1776 “Di lubuk hati nuraninya manusia menemukan hukum, yang tidak diterimanya dari dirinya sendiri, tetapi harus ditaatinya. Suara hati itu selalu menyerukan kepadanya untuk mencintai dan melaksanakan apa yang baik, dan untuk menghindari apa yang jahat. Bilamana perlu, suara itu menggemakan dalam lubuk hatinya: jauhkanlah ini, elakkanlah itu. Sebab dalam hatinya manusia menemukan hukum yang ditulis oleh Allah. Martabatnya ialah mematuhi hukum itu,… Hati nurani ialah inti manusia yang paling rahasia, sanggar sucinya; di situ ia seorang diri bersama Allah, yang sapaan-Nya menggema dalam batinnya” (Gaudium et Spes 16)

3. Gunanya suara hati adalah untuk memimpin manusia untuk berbuat baik dan menghindari berbuat jahat.

KGK 1777 Di dalam lubuk hati seseorang bekerjalah hati nurani (Bdk. Rm 2:14-16). Pada waktu tertentu ia memberi perintah untuk melakukan yang baik dan mengelakkan yang jahat. Ia juga menilai keputusan konkret, di mana ia menyetujui yang baik dan menolak yang jahat (Bdk. Rm 1:32). Ia memberi kesaksian tentang kebenaran dalam hubungan dengan kebaikan tertinggi, yaitu Allah, oleh siapa manusia ditarik, dan hukum-hukum Siapa manusia terima. Kalau ia mendengar hati nuraninya, manusia yang bijaksana dapat mendengar suara Allah, yang berbicara di dalamnya.

4. Hati nurani itu dibentuk oleh pengetahuan yang kita dapat, sehingga pendidikan hati nurani merupakan tugas seumur hidup. Sabda Tuhan merupakan Terang yang membentuk suara hati, yang harus kita terapkan dalam hidup kita dalam iman dan doa, oleh bimbingan Roh Kudus, dibantu oleh kesaksian ataupun nasihat orang lain dan juga oleh pengajaran Gereja.

KGK 1783 Hati nurani harus dibentuk dan keputusan moral harus diterangi. Hati nurani yang dibentuk baik dapat memutuskan secara tepat dan benar. Dalam keputusannya ia mengikuti akal budi dan berorientasi pada kebaikan yang benar, yang dikehendaki oleh kebijaksanaan Pencipta. Bagi kita manusia yang takluk kepada pengaruh-pengaruh yang buruk dan selalu digoda untuk mendahulukan kepentingan sendiri dan menolak ajaran pimpinan Gereja, pembentukan hati nurani itu mutlak perlu.

KGK 1784 Pembentukan hati nurani adalah suatu tugas seumur hidup. Sudah sejak tahun-tahun pertama ia membimbing seorang anak untuk mengerti dan menghayati hukum batin yang ditangkap oleh hati nurani. Satu pendidikan yang bijaksana mendorong menuju sikap yang berorientasi pada kebajikan. Ia memberi perlindungan terhadap dan membebaskan dari perasaan takut, dari cinta diri dan kesombongan, dari perasaan bersalah yang palsu, dan rasa puas dengan diri sendiri, yang semuanya dapat timbul oleh kelemahan dan kesalahan manusia. Pembentukan hati nurani menjamin kebebasan dan mengantar menuju kedamaian hati.

KGK 1785 Dalam pembentukan hati nurani, Sabda Allah adalah terang di jalan kita. Dalam iman dan doa kita harus menjadikannya milik kita dan melaksanakannya. Kita juga harus menguji hati nurani kita dengan memandang ke salib Tuhan. Sementara itu kita dibantu oleh anugerah Roh Kudus dan kesaksian serta nasihat orang lain dan dibimbing oleh ajaran pimpinan Gereja (Bdk. Dignitatis Humanae 14)

5. Prinsip utamanya: Apa yang kamu ingin agar orang lain berbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. (Mat 7:12)

KGK 1789 Dalam segala hal berlaku peraturan-peraturan berikut:

Tidak pernah diperbolehkan melakukan hal yang jahat, supaya hal yang baik dapat timbul darinya.

“Kaidah emas”: “segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, berbuatlah demikian juga kepada mereka” (Mat 7:12).
Cinta kasih Kristen selalu menghargai sesama dan hati nuraninya. “Jika engkau berdosa terhadap saudara-saudaramu… dan melukai hati nurani mereka yang lemah engkau pada hakikatnya berdosa terhadap Kristus” (1 Kor 8:12).

“Tidak baik? melakukan sesuatu yang menjadi batu sandungan bagi saudaramu” (Rm 14:21).

6. Hati nurani bisa salah karena ketidaktahuan yang tak terhindari; dalam keadaan ini orang tersebut tidak bersalah. Namun ketidaktahuan juga dapat disebabkan oleh ketidakpedulian orang itu sendiri; dan dalam kondisi ini orang itu bersalah.

KGK 1790 Manusia selalu harus mengikuti keputusan yang pasti dari hati nuraninya. Kalau ia dengan sengaja bertindak melawannya, ia menghukum diri sendiri. Tetapi dapat juga terjadi bahwa karena ketidaktahuan, hati nurani membuat keputusan yang keliru mengenai tindakan yang orang rencanakan atau sudah lakukan.

KGK 1791 Sering kali manusia yang bersangkutan itu sendiri turut menyebabkan ketidaktahuan ini, karena ia “tidak peduli untuk mencari apa yang benar serta baik, dan karena kebiasaan berdosa hati nuraninya lambat laun hampir menjadi buta” (Gaudium et Spes 16). Dalam hal ini ia bertanggungjawab atas yang jahat, yang ia lakukan.

7. Agar dapat mendengarkan suara hati, kita harus mengenal hatinya sendiri dan rajin memeriksa batin.

KGK 1779 Supaya dapat mendengarkan dan mengikuti suara hati nurani, orang harus mengenal hatinya sendiri. Upaya mencari kehidupan batin menjadi lebih penting lagi, karena kehidupan sering kali mengalihkan perhatian kita dari setiap pertimbangan, dari pemeriksaan diri atau dari introspeksi. “Masuklah ke dalam hati nuranimu dan tanyakanlah dia! … Masuklah ke dalam batinmu saudara-saudara! Dan di dalam segala sesuatu yang kamu lakukan, berusahalah agar Allah adalah saksimu” (Agustinus, ep. Jo. 8,9).

Sekarang setelah membaca beberapa prinsip di atas, berikut ini saya menjawab pertanyaan anda:

1. Apakah wajar untuk berkomunikasi dengan suara hati dalam aktivitas sehari- hari, tidak hanya pada saat berdoa?

Jawabnya adalah ya. St. Agustinus mengajarkan bahwa agar dalam bertindak dan memutuskan segala sesuatu, kita dapat bertanya kepada hati nurani. Ini seolah bertanya kepada diri sendiri: jika Tuhan Yesus sekarang ada di hadapan kita, apakah yang akan kita lakukan/ putuskan/ katakan? Dengan demikian kita mempunyai kesadaran bahwa kita melakukan segala sesuatu dengan Allah sebagai saksinya.

Pemeriksaan batin ini memang dapat dilakukan kapan saja, namun minimal dilakukan sekali pada malam hari pada doa malam. Pemeriksaan batin ini adalah untuk melihat kembali apakah hal- hal negatif dan positif yang telah kita lakukan, dan perbaikan apakah yang akan kita lakukan di waktu yang akan datang jika kita telah melakukan kesalahan, atau apakah yang dapat ditingkatkan, jika yang dilakukan sudah baik.

2. Seperti apakah suara hati?

Suara hati/ hati nurani, itu merupakan keputusan akal budi untuk menentukan hal yang baik/ benar dan buruk dari setiap tindakan kita. Sedangkan moralitas, dari bahasa Latin, ‘moralities’ artinya cara, karakter, tingkah laku yang wajar, sehingga berkaitan dengan sistem tingkah laku yang mempunyai nilai kebajikan. Nah, sekarang, kepribadian seseorang terbentuk dari segala sikap dan tindakan yang sejalan dengan nilai- nilai kebajikan atau yang malah bertentangan dengan nilai- nilai kebajikan tersebut. Jadi, sebenarnya tidak bisa kita memisahkan kepribadian dengan moralitas. Karena keduanya berhubungan erat, sebab kita dapat dikatakan mempunyai kepribadian yang baik jika perbuatan- perbuatan kita menunjukkan kualitas moral yang baik. Untuk mencapai hal ini, peran suara hati sangatlah penting, yaitu untuk membantu kita memutuskan segala hal sesuai dengan akal sehat dan sesuai dengan hukum Tuhan.

3. Apakah suara hati memiliki tingkatan? Bagaimana meningkatlannya?

Tidak ada tingkatan dalam suara hati; yang ada adalah tingkatan pada kemampuan dari kita masing- masing untuk memahami suara hati/ hati nurani. Karena jika seseorang tidak pernah meluangkan waktu untuk memeriksa batin, maka akan sulit baginya untuk mengenal suara hatinya. Atau, jika seseorang tidak mempunyai kepedulian untuk membentuk suara hatinya agar sesuai dengan Sabda Tuhan, maka hati nuraninya dapat salah, sehingga walaupun ia mengikuti suara hatinya, namun keputusannya dapat menjadi keputusan yang keliru dan belum tentu baik secara moral.

Maka untuk meningkatkan kemampuan untuk mengenal hati nurani, yang terbaik adalah dengan meningkatkan frekuensi pemeriksaan batin (lebih dari sekali sehari), dan meningkatkan kesadaran akan kehadiran Tuhan dalam kehidupan sehari- hari. Ini dapat dicapai melalui: 1) kehidupan rohani yang baik, dalam doa dan merenungkan Sabda Tuhan, 2) pengajaran Magisterium Gereja Katolik; dan 3) bimbingan dari pembimbing rohani yang telah dewasa imannya dan mempunyai pengetahuan yang benar tentang Sabda Tuhan dan ajaran Gereja.

4. Apa yang mesti dilakukan supaya tidak tersesat jika mengikuti suara hati?

Yang pertama- tama harus dilakukan adalah membentuk hati nurani kita agar sesuai dengan Sabda Tuhan, sebagaimana yang diajarkan oleh Kristus dan para Rasul. Untuk ini, kita perlu: 1) membaca Kitab Suci dan merenungkannya; 2) mempelajari ajaran Gereja, sehingga kita dapat yakin bahwa interpretasi akan ajaran tersebut tidak didasari atas pandangan manusia yang dapat salah/ sesat, tetapi atas Kebenaran Allah yang tidak mungkin salah/ sesat.

Kedua, luangkan waktu untuk memeriksa batin dalam suasana doa dengan pimpinan Roh Kudus. Sebab tanpa pemeriksaan batin yang baik, seseorang dapat salah menyangka, bahwa suara hati itu dari Allah, padahal berasal dari keinginan diri sendiri. Peran pembimbing rohani sangat penting; carilah seorang bapa pengakuan, sedapat mungkin, imam yang sama, yang di hadapannya anda mengaku dosa kepada Tuhan secara teratur dalam Sakramen Tobat.

Ketiga, belajarlah dari pengalaman para orang kudus. Silakan membaca kisah riwayat hidup orang kudus, untuk belajar bagaimana caranya mengikuti suara hati/ hati nurani, yang menghantar kepada kesempurnaan iman, pengharapan dan kasih.

Adalah sesuatu yang baik jika semenjak anda rajin memeriksa batin dan mendengarkan hati nurani, kehidupan rohani maupun kepribadian anda menjadi semakin baik. Selanjutnya, tingkatkanlah pengenalan akan kehendak Tuhan dalam hidup anda, dengan semakin mengenal hati nurani anda sendiri yang akan membantu anda untuk melaksanakannya.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

4.8 14 votes
Article Rating
14 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
trackback
6 years ago

[…] Tentang Suara Hati […]

Carlos Trente
Carlos Trente
10 years ago

Dear Tim Katolisitas,

Saya ingin bertanya sesuatu.
Dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK) diajarkan bahwa manusia bisa mencari Allah dengan suatu “instrumen” yg mungkin populer dengan istilah “hati nurani”. Saya juga mempercayai hal ini.
Namun, ternyata saya juga menyadari bahwa hati nurani sangat dipengaruhi oleh budaya (yang diwariskan orang tua, masyarakat sekitar, dsb).
Pertanyaan saya, bagaimana dengan seseorang yang sejak lahir tinggal seorang diri tanpa pernah berinteraksi dengan seorang pun. Apakah hati nuraninya msh dpt berfungsi setelah sekian lama ia hidup? Masih dapatkah ia mencari Tuhan dan kebenaran-Nya?

Sekian pertanyaan saya, terima kasih.
Mohon maaf jika ada pertanyaan saya kurang berkenan.

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Carlos Trente
10 years ago

Shalom Carlos Trente, Memang manusia diciptakan oleh Allah menurut gambar Allah (lih. Kej 1:27), sehingga memungkinkan manusia untuk dapat mengenal dan mengasihi Penciptanya. Katekismus Gereja Katolik menuliskannya sebagai berikut: KGK 27.    Kerinduan akan Allah sudah terukir dalam hati manusia karena manusia diciptakan oleh Allah dan untuk Allah. Allah tidak henti-hentinya menarik dia kepada diri-Nya. Hanya dalam Allah manusia dapat menemukan kebenaran dan kebahagiaan yang dicarinya terus-menerus: “Makna paling luhur martabat manusia terletak pada panggilannya untuk memasuki persekutuan dengan Allah. Sudah sejak asal mulanya manusia diundang untuk berwawancara dengan Allah. Sebab manusia hanyalah hidup, karena ia diciptakan oleh Allah dalam cinta… Read more »

Ellynawati Rahardja
Ellynawati Rahardja
11 years ago

Saya ada pengalaman unik pas naik bus dari Lumajang ke Jember. Tiba2 seperti suara saya sendiri mengatakan dalam pikiran saya untuk melihat ke seorang laki2 tua yg duduk dibangku belakang sopir (posisi duduk saya jauh dari org itu)dan memberikan uang saya yg Rp 50rb untuk dia( kebetulan uang saya hanya tinggal 150 rb-an itupun uang untuk setor pulsa krn saya jual pulsa). Seperti berdebat dengan batin saya sendiri, saat itu saya berusaha menolak “ngapain saya berikan uang saya ke dia, nanti setoran pulsa saya kurang dong, lagi pula memberi uang ke org asing tak dikenal apa orgnya ya bakal mau?… Read more »

Hieronyumus
Hieronyumus
12 years ago

Apa sih perbedaan antara suara hati, insting, firasat, intuisi, dan naluri? Contoh konkretnya seperti apa yah? Dan pandangan Gereja tentang hal tersebut kecuali suara hati seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Terimakasih

Yohanes Dwi Harsanto Pr
Yohanes Dwi Harsanto Pr
Reply to  Hieronyumus
12 years ago

Salam Hieronyumus,   Suara hati atau hati nurani menurut Gaudium et Spes nomor 16 sudah sangat jelas. Katekismus Gereja Katolik membahasnya panjang lebar di sini, silakan klik. Gereja membahas Hati Nurani atau Suara Hati, namun tidak membahas insting, intuisi, firasat. Gereja membahas Hati Nurani sebagai yang menentukan dalam hidup manusia dalam hubungannya dengan Allah seperti penjelasan pada link di atas. Karena itu, insting (naluri), dan intuisi serta firasat kita temukan dalam kamus. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) 3, “firasat” (nomina) berarti : (1) keadaan yang dirasakan (diketahui) akan terjadi sesudah melihat gelagat Contoh: Rupanya dia sudah mendapat ~ bahwa… Read more »

Anastasia Rafaela
Anastasia Rafaela
12 years ago

Salam kasih semuanya, Bu Ingrid & pak Stefanus yang baik, dalam kesempatan ini saya juga ingin berbagi pengalaman pribadi saya sehubungan “suara hati” atau “hati nurani”. Dalam kehidupan sehari-hari saya sangat peka sekali dengan hal ini. Contoh saja kejadian yang baru saja saya alami kemarin siang saat saya sedang akan menjemput putra saya yang mana waktu dan tempat selalu kita sepakati bersama yaitu di drop/pick up zone max. 2 minutes stay, yang berada di sisi kiri badan jalan dekat salah satu tangga keluar train station. Kemarin itu hujan turun sangat lebat dan pada saat saya merapatkan mobil ke dalam jalur… Read more »

Budi Hartono
Budi Hartono
13 years ago

Hallo Team Katolisitas, saya ingin bertanya tentang hati nurani atau suara hati.. saya mendapatkan sebuah kesempatan untuk melihat gereja- gereja yang indah di münchen dalam acara hari okumene. Ketika itu saya berada di sebuah gereja yang indah sekali, menurut mata saya, saya duduk dan sedikit merenung sambil mengagumi keindahannya.. waktu itu seperti bicara dengan diri saya sendiri dalam hati.. wah Tuhan gerejanya bagus sekali ja, aku ingin di sini yang lama sekali.. lalu ada seperti yang bicara dalam hati saya.. gerejanya memang bagus sekali, tapi di surga jauh-jauh lebih indah.. lalu tiba2 terlintas di pikiran saya.. para seniman, yang membuat… Read more »

Budi Hartono
Budi Hartono
Reply to  Ingrid Listiati
13 years ago

Hallo Bu Inggrid,

terimakasih atas penjelasan dan masukan2nya..

a.m.d.g.

Budi

Yohanes Yudi Purnomo
Yohanes Yudi Purnomo
13 years ago

Berkah Dalem, Setelah membaca penjelasan di atas saya mencoba memahami apa yang yang pernah terjadi pada saya beberapa tahun yang lalu. Kebiasaan doa dan membaca kitab suci menumbuhkan semangat pengakuan dosa. Dan pengakuan dosa tiap melakukan dosa menumbuhkan kesadaran akan dosa yang paling kecil, dosa yang selama perjalanan hidup mungkin jarang atau bahkan tidak akan pernah kita sadari… Ini adalah contoh nyata kesadaran akan dosa yang pernah saya alami (saya memisahkan perbedaan menurut hidup iman saya: dalam keadaan dosa (dosa), dalam perjalanan pulang (tobat), berdosa kembali (dosa): 1. Suatu ketika saya mengambil beberapa lombok tetangga saya untuk masak mi instan.… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Yohanes Yudi Purnomo
13 years ago

Shalom Yohanes Yudi Purnomo, Terima kasih atas pertanyaannya. Secara prinsip, semakin kita berada di dalam terang, maka pada waktu kita masuk ke tempat gelap, maka kita akan menyadari. Semakin kita berada di dalam kegelapan, maka pada waktu kita berada di dalam tempat gelap, kita tidak dapat merasakannya. Oleh karena itu, suara hati, tempat kudus, dimana kita dapat bertemu dengan Tuhan dapat mempunyai kondisi yang gelap kalau kita berada dalam kubangan dosa. Dengan pemeriksaan batin secara teratur, membaca Alkitab secara teratur, menerima sakramen secara teratur (Ekaristi dan Tobat), serta melatih kebajikan-kebajikan, maka suara hati kita akan semakin peka terhadap dorongan roh.… Read more »

yosh
yosh
13 years ago

Shalom segenap penulis dan pengurus katolisitas.org,

Saya ingin mengajukan pertanyaan seputar suara hati nurani. Saya mengetahui tentang hati nurani sejak kurang lebih 8 tahun yang lalu dan saya sudah merasakan banyak sekali yang berubah dalam diri saya sejak saya mengenal suara hati saya , namun saya memiliki sejumlah perdebatan.

….. [dari Katolisitas: kami edit. Pertanyaan selengkapnya dan jawabannya telah dicantumkan di atas, silakan klik]

Yosh

Yosh
Yosh
Reply to  yosh
13 years ago

shalom ibu Inggrid,
terima kasih banyak atas jawaban yang telah diberikan. Setelah mendapatkan penjelasan yang demikian, semuanya menjadi lebih jelas dan saya bersyukur karena keberadaan situs ini benar- benar dapat membantu perkembangan iman umat katolik. Semoga situs ini semakin berkembang luas dan menjadi wadah yang baik bagi pertumbuhan iman umat katolik.

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
14
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x