Taking a break (Pakai remnya dong)

Aku menduga banyak pengendara motor zaman ini yang kampas remnya masih mulus. Soalnya, hampir nggak pernah dipakai. Kok bisa? Lha waktunya ngerem malah mengklakson. Kejadian ini sering sekali dijumpai di jalanan. Setiap kali kendaraan di depan sebuah motor mengerem, bukannya ikut menginjak rem, motor tersebut malah mengklakson keras. Seakan protes karena kelancaran berkendara mereka terhambat karena harus mengerem sekian detik. Sudah begitu, mereka selalu mengendarai motor mepet sekali dengan mobil atau motor lainnya. Biasanya mereka menunggu kesempatan menyelip dan menerobos pergi. Tapi, resikonya, mereka jadi mudah kaget saat mobil atau motor di depannya mengerem, sehingga mereka mengklakson. Sebagai sesama pengendara motor, aku tidak habis pikir. Ngapain mengklakson? Emangnya yang di depan nggak boleh ngerem? Seharusnya belajar mengendalikan diri sedikit dong, jangan maunya sendiri di jalan.

Permenungan di atas motor ini membawa diriku lebih lanjut. Mungkin ibaratnya hidup ini seperti mengendarai mobil atau motor. Tidak boleh terlalu fokus pada menginjak gas. Sesekali tetap perlu menginjak rem, untuk melambat atau berhenti sejenak dan mengendalikan diri sebelum melanjutkan hidup. Jika tidak, tentu bisa celaka karena hidup kita menjadi tidak teratur.

Jika dipikir-pikir, hidupku kok seperti itu ya? Kelihatannya hidupku mulai terlalu nge-gas. Pagi-pagi bangun, cuma berdoa sebentar, lalu mandi, sarapan, langsung berangkat kantor. Begitu di kantor, langsung melakukan kesibukan kantor. Istirahat siang hanya makan siang dan berinteraksi dengan keluarga, lalu lanjut kerja lagi. Pulang juga masih banyak kegiatan lain, terutama di bulan ini, seperti proyek paduan suara, kegiatan komunitas, persekutuan doa, atau pergi bersama keluarga/teman. Rata-rata, aku pulang ke rumah hampir tengah malam. Seringkali masih aku lanjutkan bermain komputer hingga dini hari untuk refreshing. Lalu, besok pagi dan pagi seterusnya lanjut lagi seperti itu.

Belakangan, aku merasa aku perlu merubah pola hidup yang terlalu padat ini. Perlu ada rem agar ada sebuah waktu luang di tengah kegiatan untuk menyapa dan berinteraksi denganNya. Tentu saja banyak kegiatan yang tidak dapat diubah, tapi ada beberapa kebiasaan yang dapat dihilangkan. Salah satunya kebiasaan bermain komputer di tengah malam. Walaupun menyenangkan, sebenarnya kebiasaan ini tidak menguntungkan Seharusnya aku istirahat dari kelelahan, bukannya malah bermain komputer dan menambah kelelahanku. Kebiasaan ini hanya untuk memuaskan keinginan saja. Ini perlu direm. Selain itu, aku bisa bangun lebih pagi karena tidur lebih awal, untuk menyediakan waktu berdoa. Lalu, siang hari setelah makan siang dapat aku manfaatkan juga untuk mengerem sejenak semua kegiatan dan bersyukur padaNya. Di malam hari, waktu bermain komputer dapat aku gunakan untuk refleksi dan berdoa malam. Jika dilihat, ada banyak hal lain yang masih dapat aku rem, terutama hal-hal kecil yang hanya demi kesenanganku.

Dengan mengorbankan kesenangan-kesenangan pribadiku, aku dapat mengerem perjalanan hidup sejenak untuk melihat karya dan kebaikan Allah dalam hidupku. Mengerem kesenangan pribadi dapat menjadi matiraga untuk belajar mengendalikan diri, tidak hanya memuaskan keinginan diri. Mengerem kesenanganku juga dapat aku persembahkan pula sebagai salib yang aku pikul sehari-hari (Luk 9:23). Terutama, jika aku bisa memperbaiki hubungan denganNya melalui ini. Perlu istirahat di tengah memintal gulali kehidupan, dan peristirahatan yang paling nyaman adalah bersama Allah.

Tolaklah kesenangan-kesenangan pribadi setidaknya tiga kali sehari demi cinta akan Allah” – Ven. Fulton J. Sheen.

0 0 votes
Article Rating
19/12/2018
2 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
pardohar
pardohar
10 years ago

syalom, setuju kita harus tahu kapan menginjak rem.
Saya juga sering tancap gas waktu di jalan, kalau dipikir untuk apa ya buru-buru sampai ke kantor misalnya. Nikmati saja suka dukanya di jalan, mungkin lebih bahagia, daripada mencapai hasil atau tujuan, tapi tidak dapat menikmati prosesnya.

Salam bahagia,
Pardohar

pitang petrus
pitang petrus
10 years ago

Permenungan hidup yang sangat menyentuh perjalanan hidupku. Aku suka, menyadarkan aku akan apa yang telah aku jalankan selama ini. Terima kasih tim Katolisitas. Ulasan singkat yang sangat berkesan. TUHAN YESUS Memberkati

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
2
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x