Sudahkah Kita Pahami Pengertian Ekaristi?

Pendahuluan

Karena Ekaristi adalah Yesus Kristus sendiri, Ekaristi menjadi ‘jantung’ dari iman Katolik. Katekismus Gerja Katolik mengajarkan bahwa Ekaristi adalah “sumber dan puncak seluruh kehidupan Kristiani” (KGK 1324) dan “hakikat dan rangkuman iman kita” (KGK 1327). Tentu idealnya semua orang Katolik mengetahui hal ini, tetapi sayangnya, kenyataan berbicara lain. Di Amerika, menurut polling pendapat yang diadakan oleh Gallup poll pada tahun 1992, pengertian ini tidak dimiliki oleh sebagian besar umat Katolik. ((Father Frank Chacon, Jim Burnham, Beginning Apologetics 3, How to Explain and Defend the Real Presence of Christ in the Eucharist, (San Juan Catholic Seminars, NM), p. 4.)) Hal yang serupa mungkin pula terjadi di Indonesia.

Hasil yang diperoleh cukup menggambarkan bahwa banyak orang Katolik yang tidak tahu dengan persis bahwa Yesus sungguh-sungguh hadir dalam Ekaristi:

  • 30% percaya bahwa mereka sungguh-sungguh dan benar-benar menerima Tubuh, Darah, Jiwa dan ke-Allahan Yesus Kristus dalam rupa roti dan anggur.
  • 29% percaya bahwa mereka menerima roti dan anggur yang melambangkan Tubuh dan Darah Kristus.
  • 10% percaya mereka menerima roti dan anggur di mana di dalamnya Yesus juga hadir.
  • 24% percaya mereka menerima Tubuh dan Darah Yesus karena iman mereka sendiri mengatakan demikian.

Orang yang benar-benar mengerti akan pengajaran Gereja Katolik akan mengetahui bahwa pilihan yang benar itu hanya pilihan pertama, sedangkan pilihan yang lain itu keliru. Sayangnya, hanya 30% umat Katolik yang mengerti akan kebenaran ini; sedangkan 70% yang lain sepertinya ‘bingung’ atau memegang kepercayaan gereja lain yang bukan Katolik. Mari kita bertanya pada diri kita sendiri, termasuk golongan mana kita ini?

Apa yang diajarkan oleh Gereja Katolik tentang Ekaristi?

1. Kehadiran Yesus Kristus yang real dan substansial di dalam Ekaristi

Selama kira-kira 2000 tahun, Gereja Katolik selalu mengajarkan bahwa Yesus Kristus sungguh hadir, secara riil/ nyata dan substansial, di dalam Ekaristi, yaitu Tubuh, Darah, Jiwa dan ke-Allahan-Nya di dalam rupa roti dan anggur (KGK 1374). Pada saat imam selesai mengucapkan doa konsekrasi – “Inilah Tubuh-Ku” dan “Inilah darah-Ku”, Tuhan secara ajaib mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah-Nya. Kejadian ini disebut sebagai “transubstansiasi“, yang mengakibatkan substansi dari roti dan anggur berubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus (lih. KGK 1376). Jadi yang tinggal hanyalah rupa roti dan anggur, tetapi substansi roti dan anggur sudah lenyap, digantikan dengan kehadiran Yesus.

Yesus hadir seutuhnya di dalam roti itu, bahkan sampai di partikel yang terkecil dan di dalam setiap tetes anggur. Pemecahan roti bukan berarti pemecahan Kristus, sebab kehadiran Kristus utuh, tak berubah dan tak berkurang di dalam setiap partikel. Dengan demikian kita dapat menerima Kristus di dalam rupa roti saja, atau anggur saja, atau kedua bersama-sama (lih. KGK 1390). Dalam setiap hal ini, kita menerima Yesus yang utuh di dalam sakramen.

Karena Yesus sungguh-sungguh hadir di dalam Ekaristi, maka kita memberi hormat di depan tabernakel, kita berlutut dan menundukkan diri sebagai tanda penyembahan kepada Tuhan. Itulah sebabnya Gereja memperlakukan Hosti Kudus dengan hormat, dan melakukan prosesi untuk menghormati Hosti suci yang disebut Sakramen Maha Kudus, dan mengadakan adorasi di hadapan-Nya dengan meriah (lih. KGK 1378).

Kehadiran Kristus di dalam Ekaristi bermula pada waktu konsekrasi dan berlangsung selama rupa roti dan anggur masih ada (KGK 1377), maksudnya pada saat roti dan anggur itu dicerna di dalam tubuh kita dan sudah tidak lagi berbentuk roti, maka itu sudah bukan Yesus. Jadi kira-kira Yesus bertahan dalam diri kita [dalam rupa hosti] selama 15 menit. Sudah selayaknya kita menggunakan waktu itu untuk berdoa menyembah-Nya, karena untuk sesaat itu kita sungguh-sungguh menjadi tabernakel Allah yang hidup!

Kristus sendiri yang mengundang kita untuk menyambut Dia dalam Ekaristi (KGK 1384), dan karena itu kita harus mempersiapkan diri untuk saat yang agung dan kudus ini, dengan melakukan pemeriksaan batin. Karena Ekaristi itu sungguh-sungguh Allah, maka kita tidak boleh menyambutNya dalam keadaan berdosa berat. Untuk menyambut-Nya dengan layak kita harus berada dalam keadaan berdamai dengan Allah. Jika kita sedang dalam keadaan berdosa berat, kita harus menerima pengampunan melalui Sakramen Tobat sebelum kita dapat menyambut Komuni Kudus (KGK 1385).

2. Keutamaan Ekaristi disebabkan karena di dalamnya terkandung Kristus sendiri

Ekaristi disebut sebagai sumber dan puncak kehidupan Kristiani (LG 11) karena di dalamnya terkandung seluruh kekayaan rohani Gereja, yaitu Kristus sendiri (KGK 1324). Pada perjamuan terakhir, pada malam sebelum sengsara-Nya, Kristus menetapkan Ekaristi sebagai tanda kenangan yang dipercayakan oleh Kristus kepada mempelai-Nya yaitu Gereja (KGK 1324). Kenangan ini berupa kenangan akan wafat dan kebangkitan Kristus yang disebut sebagai Misteri Paska, yang menjadi puncak kasih Allah yang membawa kita kepada keselamatan (KGK 1067). Keutamaan Misteri Paska dalam rencana Keselamatan Allah mengakibatkan keutamaan Ekaristi, yang menghadirkan Misteri Paska tersebut, di dalam kehidupan Gereja (KGK 1085).

Gereja Katolik mengajarkan bahwa kurban salib Kristus terjadi hanya sekali untuk selama-lamanya (Ibr 9:28). Kristus tidak disalibkan kembali di dalam setiap Misa Kudus, tetapi kurban yang satu dan sama itu dihadirkan kembali oleh kuasa Roh Kudus (KGK 1366). Hal itu dimungkinkan karena Yesus yang mengurbankan Diri adalah Tuhan yang tidak terbatas oleh waktu dan kematian. Kristus telah mengalahkan maut, karenanya Misteri Paska-Nya tidak hanya terbenam sebagai masa lampau, tetapi dapat dihadirkan di masa sekarang (KGK 1085). Karena bagi Tuhan, segala waktu adalah ‘saat ini’, sehingga masa lampau maupun yang akan datang terjadi sebagai ‘saat ini’. Dan kejadian Misteri Paska sebagai ‘saat ini’ itulah yang dihadirkan kembali di dalam Ekaristi, dengan cara yang berbeda, yaitu secara sakramental. Dengan demikian, Ekaristi menjadi kenangan hidup akan Misteri Paska dan akan segala karya agung yang telah dilakukan oleh Tuhan kepada umat-Nya, dan sekaligus harapan nyata untuk Perjamuan surgawi di kehidupan kekal (lih. KGK 1362,1364,1340,1402,1405).

3. Beberapa nama Ekaristi dan artinya

Ekaristi berasal dari kata ‘eucharistein‘ yang artinya ucapan terima kasih kepada Allah (KGK 1328). Ekaristi adalah kurban pujian dan syukur kepada Allah Bapa, di mana Gereja menyatakan terima kasihnya kepada Allah Bapa untuk segala kebaikan-Nya di dalam segala sesuatu: untuk penciptaan, penebusan oleh Kristus, dan pengudusan. Kurban pujian ini dinaikkan oleh Gereja kepada Bapa melalui Kristus: oleh Kristus, bersama Dia dan untuk diterima di dalam Dia. (KGK 1359-1361)

Ekaristi adalah Perjamuan Tuhan, yang memperingati perjamuan malam yang diadakan oleh Kristus bersama dengan murid-murid-Nya. Perjamuan ini juga merupakan antisipasi perjamuan pernikahan Anak Domba di surga (KGK 1329).

Ekaristi adalah kenangan akan kesengsaraan dan kebangkitan Tuhan (KGK 1330). Ekaristi diadakan untuk memenuhi perintah Yesus untuk merayakan kenangan akan hidup-Nya, kematian-Nya, kebangkitan-Nya dan akan pembelaan-Nya bagi kita di depan Allah Bapa (KGK 1341).

Ekaristi adalah Kurban kudus, karena ia menghadirkan kurban tunggal Yesus, dan juga kurban penyerahan diri Gereja yang mengambil bagian dalam kurban Yesus, Kepalanya (KGK 1330, 1368). Sebagai kenangan Paska Kristus, Ekaristi menghadirkan dan mempersembahkan secara sakramental kurban Kristus satu-satunya dalam liturgi Gereja (KGK 1362, 1365). Ekaristi menghadirkan kurban salib dan memberikan buah-buahnya yaitu pengampunan dosa (KGK 1366).

Ekaristi adalah Komuni kudus, karena di dalam sakramen ini kita menerima Kristus sendiri (KGK 1382) dan dengan demikian kita menyatukan diri dengan Kristus, yang mengundang kita mengambil bagian di dalam Tubuh dan Darah-Nya, supaya kita membentuk satu Tubuh dengan-Nya (KGK 1331).

Ekaristi dikenal juga dengan Misa kudus, karena perayaan misteri keselamatan ini berakhir dengan pengutusan umat beriman (missio) supaya mereka melaksanakan kehendak Allah dalam kehidupan sehari-hari.

4. Buah-buah Ekaristi/ Komuni kudus

  • Komuni memperdalam persatuan kita dengan Yesus, hal ini berdasarkan atas perkataan Yesus, “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum Darah-Ku, ia tinggal dalam Aku dan Aku di dalam Dia” (KGK 1391).
  • Komuni memisahkan kita dari dosa, karena dengan mempersatukan kita dengan Kristus kita sekaligus dibersihkan dari dosa yang telah kita lakukan dan melindungi kita dari dosa-dosa yang baru (KGK 1393).
  • Ekaristi membangun Gereja di dalam kesatuan. Oleh Ekaristi Kristus mempersatukan kita dengan semua umat beriman menjadi satu Tubuh, yaitu Gereja. Ekaristi memperkuat kesatuan dengan Gereja yang telah dimulai pada saat pembaptisan (KGK 1396). Kesatuan dengan Gereja ini mencakup Gereja yang masih berziarah di dunia, Gereja yang sudah jaya di Surga, dan Gereja yang masih dimurnikan di dalam Api Penyucia (lih. KGK 954)
  • Ekaristi mewajibkan kita terhadap kaum miskin, sebab dengan bersatu dengan Kristus dalam Ekaristi, kita juga mengakui Kristus yang hadir di dalam orang-orang termiskin yang juga menjadi saudara-saudara-Nya (KGK 1397), yang di dalam Dia, menjadi saudara-saudara kita juga.
  • Ekaristi mendorong kita ke persatuan umat beriman, sebab Ekaristi, menurut perkataan Santo Agustinus adalah ‘sakramen kasih sayang, tanda kesatuan dan ikatan cinta,’ (KGK 1398) yang seharusnya secara penuh dialami bersama oleh semua orang yang beriman di dalam Kristus.

Dasar pengajaran tentang Ekaristi dari Alkitab

1. Perjanjian Lama:

  • Imam Agung Melkisedek mempersembahkan roti dan anggur (Kej 14:18) yang menggambarkan Perjamuan Yesus pada Perjamuan Terakhir. Yesus sendiri dikatakan sebagai Imam Besar menurut peraturan Melkisedek (Ibr 6:20).
  • Kurban anak domba Paska yang menyelamatkan umat Israel merupakan kurban yang dimakan sebagai makanan untuk menguatkan mereka menempuh perjalanan ke Tanah Terjanji (Kej 12:1-20). Hal ini menggambarkan Ekaristi yang merupakan kurban Anak Domba Allah, yaitu Yesus, yang dimakan sebagai makanan untuk menjadi bekal perjalanan kita ke Tanah Terjanji, yaitu surga.
  • Roti Manna yang menjadi simbol Ekaristi pada Perjanjian Lama. Yesus sendiri mengatakan bahwa Ia adalah Roti manna yang turun dari surga (lih. Yoh 6:32-51). Seperti halnya bahwa manna menguatkan bangsa Israel sepanjang perjalanan di gurun dan berhenti dicurahkan setelah mereka sampai di Tanah Terjanji; Ekaristi juga diberikan untuk menguatkan kita di perjalanan hidup di dunia, dan berhenti setelah kita sampai di surga.
  • Pada Tabut Perjanjian Lama menggambarkan tabernakel pada gereja Katolik di manapun, yang merujuk pada Ekaristi. Dua loh batu (Kel 25:16) menggambarkan sabda kehidupan yang terkandung dalam Ekaristi. Manna (Kel 16:34) menggambarkan Ekaristi sebagai roti hidup yang turun dari surga (Yoh 6:51). Tongkat Harun (Bil 17: 5) yang menandai imamatnya, menggambarkan peran Imamat kudus dalam Kristus, yaitu tubuhNya. Seperti tongkat Harun yang bertunas, tubuh Yesus yang ditembus oleh tombak mengeluarkan air dan darah yang melambangkan sakramen Pembaptisan dan Ekaristi. ((Lihat Father Frank Chacon, Ibid., p. 9.))

2. Perjanjian Baru:

Yesus sungguh-sungguh hadir di dalam Ekaristi, seperti dinyatakan:

  • Pada Perjamuan Terakhir Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk mengenangkan Dia dengan merayakan perjamuan tersebut. Yesus berkata, “Inilah Tubuh-Ku… (bukan ini melambangkan Tubuh-Ku)… (lih Mat 26:26-28; Mrk 14:22-24; Luk 22:15-20).”
  • Yesus mengatakan sendiri bahwa Ia adalah “Roti hidup yang turun dari surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, dia akan hidup selama-lamanya; dan roti yang Ku-berikan itu ialah daging-Ku yang Kuberikan untuk hidup dunia (Yoh 6:35, 51).
  • Pengajaran ini diberikan setelah Yesus mengadakan mukjizat pergandaan roti, yaitu mukjizat yang ditulis di dalam ke-empat Injil (Mat 14:13-21; Mrk 6:32-44; Luk 9:10-17; Yoh 6:1-15). Lima roti yang sama yang dibagikan oleh para rasul dapat memberi makan 5000 orang, dengan sisa 12 keranjang. Ini menggambarkan Yesus yang satu dan sama hadir dalam Ekaristi, dapat dibagikan kepada semua orang, tanpa Dia sendiri menjadi terbagi-bagi atau berkurang/ hilang.
  • Yesus berkata bahwa Ia lebih tinggi nilainya dari pada manna yang diberikan kepada orang Israel di gurun. Padahal mukjizat manna adalah suatu mukjizat yang besar, setiap harinya berjuta orang Israel menerima 1 omer (1.1 liter) roti manna per orang, sehingga tiap harinya ada beberapa ratus ton roti manna tercurah dari langit, selama 40 tahun. ((Lihat Father Frank Chacon, Ibid., p. 10.)) Yesus mengatakan bahwa mukjizat-Nya lebih hebat daripada mukjizat manna ini, sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa di dalam Ekaristi, roti dapat sungguh-sungguh diubah Yesus menjadi diri-Nya sendiri, seperti yang dikatakan-Nya.
  • Orang-orang yang mendengarkan pengajaran ‘Roti Hidup’ ini memahami bahwa Yesus mengajarkan sesuatu yang literal (tidak figuratif/ simbolis), sehingga mereka meninggalkan Yesus sambil berkata, “Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya untuk dimakan” (Yoh 6:52)
  • Yesus menggunakan gaya bahasa yang kuat untuk menjelaskan arti literal pengajaran ini dengan mengulangi pengajaran ini sampai 6 kali di dalam 6 ayat (ay. 53-58),… jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu (Yoh 6:53); Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman (Yoh 6:55). Ini adalah gaya bahasa yang bukan kiasan/ simbolis!
  • Banyak murid tidak dapat menerima pengajaran ini, dan meninggalkan Yesus (ay.66), tetapi Yesus tidak menarik kembali pengajaran-Nya tentang diri-Nya sebagai “Roti Hidup”. Dia tidak mengatakan bahwa Dia hanya berkata secara figuratif/simbolis. Pada beberapa kesempatan, jika Ia berbicara secara figuratif, Yesus menerangkan kembali maksud perkataan-Nya pada para murid-Nya yang mengartikannya secara literal. (Contohnya pada Yoh 4:31-34, Yesus menjelaskan bahwa ‘makanan-Nya yang tidak mereka kenal’ adalah melakukan kehendak Bapa yang mengutus-Nya. Atau pada Mat 16:5-12; tentang ragi orang-orang Farisi dan Saduki, maksudnya adalah bukan ragi secara literal, tetapi pengajaran mereka) ((Lihat Father Frank Chacon, Ibid., p. 11.))
  • Setelah banyak yang meninggalkan Dia karena pengajaran ini, Yesus bahkan bertanya kepada ke dua-belas rasulNya, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?”(Yoh 6:67). Namun Petrus menjawab, “Tuhan kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal (Yoh 6:69). Pertanyaan yang sama ditujukan pada kita, apakah kita mau percaya akan pengajaran ini seperti Petrus, ataukah kita seperti murid-murid lain yang meninggalkan Dia?
  • Rasul Paulus mengingatkan jemaat agar tidak menerima Ekaristi secara tidak layak, supaya tidak berdosa terhadap Tubuh dan Darah Tuhan (1 Kor 11:27). Rasul Paulus juga menambahkan, jika seseorang makan dan minum tanpa mengakui Tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya sendiri (1 Kor 11:28-29). Pengajaran ini tidak masuk di akal, jika kehadiran Yesus dalam Ekaristi hanya simbolis belaka. Kesimpulannya, St. Paulus jelas mengajarkan bahwa Yesus sungguh-sungguh hadir di dalam Ekaristi.

3. Bukti dari para Bapa Gereja di abad awal

Tulisan para Bapa Gereja di abad awal merupakan bukti yang sangat penting tentang ‘keaslian’ pengajaran tentang Ekaristi. Para Bapa Gereja merupakan saksi yang menjamin keaslian pengajaran Alkitab, karena mereka sungguh-sungguh menyaksikan para rasul mengajar dan menuliskan Injil, seperti Rasul Matius, Yohanes dan St. Paulus menuliskan surat-suratnya. Melalui tulisan-tulisan mereka, kita mengetahui Tradisi Suci para Rasul, seperti Kehadiran Yesus dalam Ekaristi, Misa Kudus, kepemimpinan Rasul Petrus, devosi kepada Maria, Api penyucian, dll. Semua pengajaran ini adalah pengajaran yang diteruskan oleh Gereja Katolik. Berikut ini adalah para Bapa Gereja yang mengajarkan tentang kehadiran Yesus di dalam Ekaristi:

  1. Ignatius dari Antiokhia, murid dan pembantu Rasul Yohanes, uskup ke-3 di Antiokhia. Tahun 110 ia menulis 7 surat kepada gereja-gereja sebelum kematiannya sebagai martir di Roma. Pada suratnya ke gereja di Smyrna, St. Ignatius menyebutkan bahwa mereka yang tidak percaya kepada ‘Kehadiran Yesus di dalam Ekaristi’ adalah sesat (‘heretics‘). ((Terjemahan dari Letter to Smynaeans 6, 2; Jurgens, p.25, #64, “Perhatikanlah mereka yang memegang pendapat yang bermacam-macam tentang rahmat Yesus Kristus yang diberikan kepada kita, dan lihatlah bagaimana pendapat mereka bertentangan dengan pikiran Tuhan… Mereka menolak Ekaristi dan doa, karena mereka tidak mengakui bahwa Ekaristi adalah sungguh Tubuh Yesus Kristus Penebus kita. Tubuh yang sudah menderita demi dosa-dosa kita, dan yang telah dibangkitkan oleh Allah Bapa dengan kebaikan-Nya.”)) Kepada gereja di Roma, St. Ignatius menuliskan imannya tentang Ekaristi yang sungguh-sungguh adalah Tubuh dan Darah Yesus. ((Terjemahan dari Letter to the Romans 7,3, Jurgens, p.22, # 54a., “Aku tidak menginginkan makanan sementara maupun kesenangan untuk hidup ini. Aku menginginkan Roti dari Tuhan, yaitu Tubuh (Flesh) Yesus Kristus, yang adalah keturunan Daud, dan untuk minum, aku menginginkan Darah-Nya, yang adalah kasih yang abadi.”))
  2. St. Yustinus Martir, pengikut Kristus pada tahun 130, yang mendapat pengajaran dari Rasul Yohanes, seorang Apologist yang terkenal di abad ke-2. Pada tulisannya kepada Emperor di Roma, yaitu “Apology” pada tahun 150, St. Yustinus juga menjelaskan kebenaran pengajaran tentang kehadiran Yesus di dalam Ekaristi. ((Terjemahan dari First Apology 66, 20; Jurgens, p. 55, # 128, “Kami menamakan makanan ini Ekaristi; dan tidak ada seorangpun yang diizinkan untuk mengambil bagian di dalamnya, kecuali bagi yang percaya bahwa pengajaran kami adalah benar … Sebab bukan sebagai roti biasa atau minuman biasa kami mempercayai ini; tetapi karena Yesus Kristus telah dilahirkan melalui Sabda Tuhan dan memiliki tubuh dan darah untuk keselamatan kita, demikian pula, seperti kami diajarkan, makanan yang telah dijadikan sebagai Ekaristi dengan doa Ekaristi sebagaimana diajarkan oleh-Nya, dan dengan perubahannya yang menguatkan tubuh dan darah kami, adalah Tubuh dan Darah dari Yesus, Sabda yang menjadi manusia.”))
  3. St. Irenaeus, uskup Lyons, hidup tahun 140-202. Ia murid St. Polycarpus yang adalah murid Rasul Yohanes. Dengan menuliskan bukunya yang terkenal, “Against Heresies” (195), ia menghancurkan pandangan sesat yang bertentangan dengan kepercayaan Gereja yang dipegang oleh para rasul. ((Terjemahan dari Against Heresies 5,2,2; Jurgens, p.99, #249, “Ia(Yesus) telah menyatakan piala itu, sebagai bagian dari ciptaan, sebagai Darah-Nya sendiri, daripadanya Ia menyebabkan darah kita mengalir; dan roti itu, sebagai bagian dari ciptaan, Dia telah menjadikannya sebagai Tubuh-Nya sendiri, daripadanya Ia memberikan pertumbuhan pada tubuh kita.”))
  4. St. Cyril dari Yerusalem, pada tahun 350 mengajarkan agar kita sebagai pengikut Kristus percaya sepenuhnya akan kehadiran Yesus di dalam Ekaristi, sebab Yesus sendiri yang mengatakannya ((Terjemahan dari Catechetical Lectures: 22 (Mystagogic 4),1; Jurgens, p. 360, #843, “Dia (Yesus), dengan demikian, menyatakan dan mengatakan tentang Roti itu, “Ini adalah Tubuh-Ku,” siapa yang akan berani untuk terus meragukan? Dan ketika Ia sendiri mengatakan, “Ini adalah Darah-Ku,” siapa yang dapat ragu dan mengatakan bahwa itu bukan Darah-Nya?”
    Terjemahan dari Catechetical Lectures: 22 (Mystagogic 6),1; Jurgens, p. 361, #846, “Karena itu, jangan menganggap bahwa roti dan anggur itu hanya semata-mata roti dan anggur, sebab mereka adalah, menurut perkataan Tuhan kita, Tubuh dan Darah Kristus. Walaupun perasaan mengatakan kepadamu sesuatu yang lain, biarlah iman membuat kamu teguh percaya. Jangan melihat berdasarkan rasa, tetapi percayalah penuh dengan iman, jangan meragukan, bahwa kamu telah dianggap layak untuk menerima Tubuh dan Darah Kristus.”))
  5. St. Hilary, uskup Poitiers, Perancis, tahun 315-367. Dengan karyanya, “On the Trinity” (356), St. Hilary mengajarkan kehadiran Kristus dalam Ekaristi yang kita terima menjadikan kita tinggal di dalam Kristus dan Kristus di dalam kita. ((Terjemahan dari On the Trinity, Bk 8, Ch 14: dikutip oleh John Willis, S.J., dalam The Teachings of the Church Fathers, (Ignatius Press, San Francisco, 2002), p. 405, ” Dia (Yesus) sendiri berkata: ‘Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku tinggal dalam Aku dan Aku di dalam Dia’ (Yoh 6:55,56). Kita tidak boleh meragukan rupa tubuh dan darah itu, sebab sesuai dengan pernyataan dari Tuhan sendiri, dan sesuai dengan iman kita, ini adalah daging dan darah (Kristus). Dan kedua rupa ini yang kita terima menjadikan kita tinggal di dalam Kristus dan Kristus di dalam kita….”))

Para Bapa Gereja ini membuktikan bahwa jemaat Kristen awal percaya akan Kehadiran Yesus di dalam Ekaristi.  St. Ignatius dari Antiokhia adalah murid Rasul Yohanes, sedangkan St. Yustinus Martir dan St. Irenaeus belajar langsung dari murid-murid Rasul Yohanes. Mereka semua mendapat pengajaran dari Rasul Yohanes yang menulis tentang Yesus sebagai “Roti Hidup” (Yoh 6). Siapa yang dapat mengatakan bahwa ia lebih memahami pengajaran Yesus tentang ‘Roti Hidup’ ini dari pada mereka yang mendengar langsung/ murid dari Rasul Yohanes?

Kesimpulan

Jika kita dengan hati terbuka mempelajari Alkitab, dan tulisan para Bapa Gereja, kita akan melihat bahwa kenyataan menunjukkan bukti yang kuat yang mendasari pengajaran Gereja Katolik tentang Kehadiran Yesus secara real dan substansial di dalam Ekaristi. Yesus sendiri hadir di dalam Ekaristi, di dalam rupa roti dan anggur, dan sudah menjadi kehendak-Nya agar kita mengenangkan Dia melalui perjamuan ini, agar kita dapat mengambil bagian di dalam Misteri Paska-Nya yang mendatangkan keselamatan bagi dunia. Ekaristi adalah cara yang dipilih Yesus agar kita dapat tinggal di dalam Dia dan Dia di dalam kita. Percaya penuh akan kehadiran-Nya di dalam Ekaristi dan menerima Ekaristi dengan sikap yang benar merupakan bentuk perwujudan iman dan kasih kita kepada Tuhan yang terlebih dahulu mengasihi kita sampai wafat di salib. Mari kita menerima dengan hati terbuka, cara Yesus mengasihi kita di dalam Ekaristi. Mari kita berdoa, agar makin hari kita makin dapat menghayati kasih-Nya yang tak terbatas, yang tercurah pada kita melalui Sakramen yang Maha Kudus ini…

4.2 11 votes
Article Rating
82 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
pakdhé johan
12 years ago

Gereja Katolik menekankan arti Perjamuan Kudus atau Perayaan Ekaristi sebagai sarana keselamatan bagi umat, menjadikan Ekaristi sebagai sumber dan puncak gerak langkah Gereja Katolik. Mengapa ? Karrena Allah menyelamatkan dunia melalui kematian Yesus di puncak Kalvari, dengan kata lain “melakukan” Perjamuan Kudus atau Perayaan Ekaristi berarti “menghadirkan” Penebusan Kristus, kapan pun dan dimana pun. Secara jasmani kita menerima roti dan anggur sebagai lambang perwujudan Tubuh dan Darah Kristus, dalam kuasa Roh Kudus kita dipersatukan dengan keilahian Kristus. Sumber dan puncaknya bukan roti (Tubuh Kristus) atau anggur (Darah Kristus), tetapi Kristus sendiri. Selayaknyalah kita memperlakukan Sabda Yesus dengan adil, memberi kepercayaan… Read more »

Agust
Agust
12 years ago

Shalom Katolisitas, Apakah ada peraturan Gereja yang mengatur bagi umat yang terlambat menghadiri rangkaian upacara Misa Kudus, sampai batas mana bagi si umat yang terlambat itu masih diperkenankan menyambut Tubuh dan Darah Kristus? Karena banyak umat yang datang (sangat) terlambat, katakanlah saat homili sedang berlangsung namun giliran komuni, ya ikut saja dalam barisan umat yang akan menerima komuni kudus. Misalnya: apakah kalau terlambat ritus pembuka masih boleh menerima komuni kudus? atau kalau sudah melewati ritus tobat masih diperkenankan menyambut komuni kudus? Tentu ada dasar teologis yang bisa menjelaskan boleh tidaknya umat yang datang terlambat saat menghadiri Misa Kudus untuk menyambut… Read more »

Romo Bernardus Boli Ujan, SVD
Romo Bernardus Boli Ujan, SVD
Reply to  Ingrid Listiati
12 years ago

Salam Agust,

Sampai sekarang saya belum lihat satu pedoman khusus yang menentukan dengan tegas batas kemungkinan terlambat paling akhir, yang memperbolehkan seseorang menerima Komuni Kudus. Pada dasarnya Gereja menghendaki agar umat mengikuti seluruh perayaan Misa dari awal sampai akhir serta mengambil bagian secara aktif lahir batin dan secara penuh (dengan menerima Komuni Kudus).

Salam dan doa. Gbu.
Rm Boli.

Alexander Pontoh
Alexander Pontoh
13 years ago

Romo… Saya heran… Kenapa skrg Misa rasanya jadi lebih pendek, cepet, singkat. Rasa’e malah cumak sak jam tok wes mari. (Kyak gereja Protestan, ada loh gereja protestan yang namanya gereja 1 jam saja) Trs… Seingat saya, dulu saya lihat kalau orang-orang itu sering, atau.. malah selalu membawa puji syukur. Skrg jarang. Malah sepertinya nga bawa apa-apa. Trs… Dulu orang selalu membawa puji syukur, kemudian kita selalu menyanyikan bbrp nyanyian di puji syukur. Kadang malah banyak sekali kita bernyanyi. Misal, di Ritus Pembuka, kita menyanyikan bbrp lagu dari puji syukur. Tapi skrg rasanya Ritus Pembuka jadi super singkat. Dari awal Ritus… Read more »

Rm Gusti Kusumawanta
Reply to  Alexander Pontoh
13 years ago

Alexander Yth Perasaan anda benar juga tapi itulah kalau kita sudah terjebak pada kompromi dengan kebutuhan zaman modern. Zaman modern dunia digital IT ditandai dengan serba instan, cepat saji, enak dan murah, sibuk kerja dan waktu menjadi penting. Hal hal inilah yang merasuki dalam Gereja kita. Maka sering terjadi Pastor Paroki dan Dewannya sie liturgi mematok kotbah tidak lama misa 1 jam 15 menit paling lama karena mengganggu jadwal misa selanjutnya. Mestinya untuk urusan surgawi Misa Kudus tidak boleh kompromi dengan duniawi. Jadi Misa jangan dipatok waktunya biarkan mengalir saja. Kalau menggangu ya ditambah jadwal misa kurang pastor ya kita… Read more »

Alexander Pontoh
Alexander Pontoh
Reply to  Rm Gusti Kusumawanta
13 years ago

Oooo…. ya… saya tidak begitu mengerti yang romo jelaskan… tapi cukup menjawab pertanyaan saya. yaitu… memang ada perubahan di Misa sewaktu (masa-masa) saya meninggalkan Gereja Katolik.

[dari katolisitas: yang coba Romo jelaskan adalah tidak ada perubahan dari susunan Misa. Namun, kadang ada bagian-bagian yang tidak dilakukan dengan baik, seperti menghilangkan nyanyian ordinarium – Kyrie, Gloria, Credo, Sanctus, Pater Noster, Agnus Dei.]

Isa Inigo
Isa Inigo
Reply to  Alexander Pontoh
13 years ago

Palk Alexander Pontoh, menurut saya sederhana saja, Pak. Yaitu karena orang sekarang kepengin praktis, keburu kepengin ke mall, kepengin segera jalan-jalan… maka Dewan Paroki meminta Pastor mempersingkat misa, hanya satu jam saja. Itu juga di Semarang terjadi dan saya yakin di semua kota besar. Lalu karena alasan parkir yang susah, maka sebaiknya misa satu jam selesai, agar orang yang mau masuk misa jam berikutnya tidak tabrakan dengan yang keluar parkir pada jam sebelumnya karena misa jam sebelumnya kelamaan. Pastornya setuju saja karena masuk akal, dan saya juga setuju karena syaratnya ialah asal cara menyingkatnya tidak menghilangkan bagian-bagian misa, tetapi dengan… Read more »

stefan
stefan
13 years ago

saya sedang membuat penelitian tentang ‘animo’ umat Kristiani dalam menyembah sakramen mahakudus. pertanyaan saya, apa yang membuat umat kristiani sangat tertarik kepada penyembahan ini. bukankah Kristus itu ada dimana-mana, bukan hanya dalam sakramen? adalah lebih baik kalau kita lebih mencintai Kristus dalam diri orang pinggiran dan orang miskin. tolong beri saya jawaban. termasuk jga sejarah penyembahan ini

stefan
stefan
Reply to  Ingrid Listiati
13 years ago

terimakash atas jawabannya…..saya ingin berdiskusi lebih lanjut……bagaimana pandangan Katolisitas melihat praktik devosional thdp ekaristi yg cendrung menyimpang dari praktik yang benar? dapatkah Katolisitas membuat penelitian tentang praktik devosional ekristi yang terjadi di surabaya dimana praktik semacam ini seolah-olahmendapat tempat bagi umat di sana. barangkali ada hubungannya dengan seruan paus Yohanes paulus Ii dan benediktus XVi tentang anjuran agar devosi ini mesti digiatakan bagi umat terutama masyarakat perkotaan.

Stefanus Tay
Admin
Reply to  stefan
13 years ago

Shalom Stefan,
Kami tidak tahu praktek devosional penyembahan Sakramen Maha Kudus yang terjadi di Surabaya, sehingga kami tidak dapat memberi komentar lebih lanjut. Yang jelas, praktek adorasi Sakramen Maha Kudus adalah devosi yang sungguh baik, yang disarankan oleh Gereja dan para santa-santo. Devosi ini dapat memberikan pertumbuhan iman yang baik dan dapat memberikan bibit-bibit panggilan. Mari, kita turut berpartisipasi dalam devosi ini.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org

Antonius H
Antonius H
Reply to  Stefanus Tay
13 years ago

Boleh saya tambahkan atau ikut bertanya? Saya juga pernah ikut semacam retret yg dibawakan oleh seorg romo,.dlm satu sesi nya ada acara adorasi sakramen Maha Kudus yg waktu itu terasa asing bagi saya (pertama kali mengalaminya). Acra berlangsung dgn latar belakang musik dari kelompok band latar, dan pendoa, mungkin semacam worship leader,..musiknya amat keras namun kadang2 juga mengecil,.dan ditengah2 sebagian pemandu dan umat tiba2 berubah berdoa dlm bahasa yg tdkjelas, mungkin bahasa roh. Saya tidak tau apa pengalaman ini mirip dgn yg dimaksud sdr Stefan? Apa gaya dan cara spt itu memang sesuai? Terus terang saya memang tdk mengerti, selama… Read more »

Rm Gusti Kusumawanta
Reply to  Antonius H
13 years ago

Antonius yth

Banyak umat kurang mengerti liturgi yang benar sehingga membuat eksperimen sendiri dan improvisasi untuk menjawab kebutuhan umat (pasar), supaya disukai kegiatan liturgi tsb. Adorasi bagi saya hanya satu sujud menyembah dan memuji dalam keheningan dan kemesraan dengan Tuhan yang bertahta. Bila ada band dan nyanyian keras lebih baik di luar acara Adorasi. Adorasi – to adore You- menyembah-Mu. Sebaiknya tidak dengan campur persekutuan doa Kharismatik dengan bahasa rohnya. Adorasi ya khusus adorasi.
Demikian tanggapan saya terimakasih.

salam
Rm Wanta

stefan
stefan
Reply to  Stefanus Tay
13 years ago

saya setuju dengan komen katolisitias bahwa praktik adorasi itu dianjurkan dal Gereja bakan paus yoh. paulus IiI dan Benediktus ke 16 justru menganjurkan itu kepada kita semua utk terlibat aktif di dalamnya.

fxe
fxe
13 years ago

Dear Katolisitas; Ada sedikit pertanyaan dalam liturgi. Seorang pastur bercerita kepada saya bahwa anggur untuk Ekaristi di Indonesia adalah wine yang diimport dari Australia oleh KWI dalam gentong2 kemudian didistribusi ke seluruh Indonesia. Sedangkan roti untuk Ekaristi, Gereja Katolik (ritus barat?) menggunakan roti-tak-beragi. Sejauh saya ketahui: Roti-tak-beragi adalah benda mati. Tetapi wine adalah air anggur yang difermentasi oleh suatu jenis bakteri dan fungi (jamur) di dalamnya. Proses fermentasi ini menghasilkan kadar alkohol. Kualitas dan rasa wine sangat tergantung jenis bakteri dan fungi yg melakukan proses fermentasi di dalamnya. Pertanyaan saya: Setelah konsekrasi maka roti-tak-beragi (yg adalah benda mati) walaupun wujudnya… Read more »

Erwin
Erwin
13 years ago

Dear Katolisitas, Kehadiran Yesus adalah secara real dan substansial di dalam Ekaristi. Dari pernyataan ini jelas bahwa Tuhan sendiri yang hadir. Tetapi mengapa saat ini beragam sarana yang mau menekankan kehormatan akan kehadiran nyata ini sudah tidak diadakan lagi (atau “dikesampingkan”) di dalam sebagian besar gereja katolik. Seperti misalnya: tidak ada tempat berlutut untuk menyambut komuni kudus, menerima komuni di lidah; bukan di tangan, patena untuk menadahkan remah-remah hosti yang mungkin jatuh saat menerima komuni, posisi tabernakel tidak persis di tengah tapi di samping (sehingga perhatian umat tidak langsung tertuju). Sebelum KV II tata perayaan ekaristi sungguh membantu umat dalam… Read more »

Rm Gusti Kusumawanta
Reply to  Erwin
13 years ago

Erwin, yth Sejauh yang saya tahu tidak ada peraturan KWI tentang penerimaan komuni kudus, diandaikan peraturan itu telah diketahui dan merujuk peraturan Gereja dalam Instruksi VI RS. Vatican 2004, bab IV ttg komuni suci, dijelaskan ttg syarat- syarat menyambut komuni dstnya. Sebenarnya dengan Konsili Vatikan II Sacrosanctum Concilium tidak menghapus kebiasaan baik yang ada di dalam peraturan Misa sebelumnya, hanya lebih ke pembaruan semangat aggiornamento di mana yang ditekankan adalah persatuan communio realis antara umat beriman dengan Yesus Tuhan bukan pada sarana yang mengharuskan orang untuk ber communio: seperti harus ada bangku tempat berlutut (untuk menerima komuni), harus ada patena… Read more »

Erwin
Erwin
Reply to  Rm Gusti Kusumawanta
13 years ago

Pater Wanta Pr. Yth. Terima kasih atas tanggapannya. Di sela-sela kesibukan, Pater masih ada waktu untuk memberikan tanggapan. Pater mengatakan “Sebenarnya dengan Konsili Vatikan II Sacrosanctum Concilium tidak menghapus kebiasaan baik yang ada di dalam peraturan Misa sebelumnya, hanya lebih ke pembaruan semangat aggiornamento di mana yang ditekankan adalah persatuan communio realis antara umat beriman dengan Yesus Tuhan bukan pada sarana…” Tentunya aggiornamento (=bringing up to date) ini jangan sampai “mengorbankan” Praesentia Realis, bukan? Persiapan hati umat beriman ketika menerima Yesus Tuhan dalam komuni kudus memang penting. Dan hati yang penuh hasrat untuk menyambut Tubuh Tuhan akan bermuara pada aktualita… Read more »

Rm Gusti Kusumawanta
Reply to  Erwin
13 years ago

Erwin Yth. Pernyataan anda benar tidak bertentangan dengan pendapat saya dan ajaran Gereja. Namun pendapat anda tidak bisa memaksakan bahwa di semua keuskupan harus melakukan seperti itu apalagi setiap orang melakukan seperti itu. Berilah kebebasan kepada setiap orang untuk mengekspresikan imannya ketika menerima Yesus dan dalan ajaran Gereja diperkenankan dengan tangan tidak semuanya harus dengan lidah, demikian juga, dengan berlutut baik tetapi berdiripun baik karena itu sikap hormat pada Tuhan. Jadi sebuah norma aturan harus ada kebebasan bagi setiap orang untuk mengaktualkan imanya dalam gestikulasi rohani ketikan berkomunio dengan Tuhan: ada yang membungkuk lebih dulu, ada yang siap tegap, ada… Read more »

Erwin
Erwin
Reply to  Rm Gusti Kusumawanta
13 years ago

Pater Wanta, Pr Ybk. Terima kasih atas tanggapannya. Dalam RS art.92. dikatakan “Although each of the faithful always has the right to receive Holy Communion on the tongue, at his choice, if any communicant should wish to receive the Sacrament in the hand, in areas where the Bishops’ Conference with the recognitio of the Apostolic See has given permission, the sacred host is to be administered to him or her. However, special care should be taken to ensure that the host is consumed by the communicant in the presence of the minister, so that no one goes away carrying the… Read more »

Rm Gusti Kusumawanta
Reply to  Erwin
13 years ago

Erwin Yth KWI sudah sejak tahun 1974 telah diperkenankan oleh Takhta Suci bahwa tata cara komuni kudus dengan dua cara dengan lidah yang tetap dipertahankan dan dengan tangan. Tradisi pada abad I sebenarnya justru menggunakan dengan tangan bukan dengan lidah baru pada abad ke 12 menggunakan tata cara menerima komuni kudus dengan lidah sambil berlutut di bangku yang diberi kain putih. Dulu dalam tradisi abad 12 ada dua bangku panjang dengan kain putih umat berlutut sambil menjulurkan lidah kemudian imam keliling memberikan komuni kudus. Sekarang cara itu meski sudah jarang dilakukan karena diperkenankan dengan tangan (kalau anda lihat dalam misa… Read more »

Romo Bernardus Boli Ujan SVD
Reply to  Erwin
13 years ago

Salam Erwin, Tempat komuni diperbanyak, tidak terpaku pada meja komuni tetapi diperbanyak tempatnya (di depan atau di tengah umat) demi memperlancar pelayanan komuni, tanpa mengurangkan/menghilangkan rasa hormat yang mendalam terhadap Sakramen Mahakudus maka di tempat komuni orang beriman harus menunjukkan rasa hormat itu dalam sikap jalan menuju dan kembali dari tempat komuni, menjelang penerimaan komuni dengan tunduk atau membungkuk atau berlutut, dengan menerima hosti kudus pada lidah atau pada tangan (bila ada aprobasi dari uskup dan rekonyisi dari Takhta Suci, dengan sarat langsung menyantap-Nya di tempat komuni dan tidak membawa pulang ke tempat duduk), di samping pelayan komuni ada pelayan… Read more »

Erwin
Erwin
Reply to  Romo Bernardus Boli Ujan SVD
13 years ago

Pater Bernardus SVD Ybk. Terima kasih atas tanggapannya. Nampaknya perlu juga ada ya semacam petunjuk standar praktis dari setiap keuskupan yang merupakan penjabaran lanjut dari RS art 92-93 dan disosialisasikan ke umat. Tujuannya tentu agar ada pedoman praktis. Jika dari magisterium memberikan tuntunan seperti ini saya yakin umat akan mengikutinya dengan setia. Ada contoh baik yang dilakukan oleh Bapa Suci Benediktus dengan mengeluarkan Sumorum Pontificum untuk “memasyaraktkan” Misa Tridentine. Forma extraordinaria” (extraordinary form) dan ” Forma ordinaria” (ordinary form) disebutkan tidak saling kontradiksi dalam Roman Missal (Catholic Missal). Bapa Paus Benadiktus berkehendak “Tridentine Mass” sangat perlu dimasukkan dalam hal “Forma… Read more »

Romo Bernardus Boli Ujan SVD
Reply to  Erwin
13 years ago

Salam Erwin,

Setuju dengan usulan anda untuk membuat petunjuk praktis dari RS 92-93.
Kalau ada keberatan dengan keputusan yang diberlakukan di KAJ dapat disampaikan kepada pimpinan KAJ, tentu dengan alasan-alasan yang kuat seraya memperlihatkan dan membuktikan bahwa syarat-syarat yang dituntut untuk itu telah dan dapat dipenuhi.

P Bernardus Boli Ujan SVD

Herman Jay
Herman Jay
14 years ago

1. Mengapa anak yang sudah dibaptis secara katolik tidak otomatis dapat langsung menyambut komuni, tetapi harus mengikuti dulu persiapan komuni pertama? Lantas kalau orang dewasa yang dibaptis, kan mereka dapat langsung menyambut komuni? Bukankah gereja melakukan diskriminasi khususnya terhadap anak-anak yang sudah dibaptis? Ada yang tidak logis.
2.Mengapa orang Protestan tidak boleh menyambut komuni yang diberikan oleh gereja katolik, sedangkan sebaliknya orang katolik biasanya ada juga yang ikut perjamuan Protestan.

Adihanapi
Adihanapi
14 years ago

Shalom Bpk. Stefanus dan bu Ingrid Selama bertahun-tahun saya mengalami suatu keterpurukan iman Katolik, akan tetapi Yesus sungguh baik, saya diberikan terang akan iman Katolik yang selama ini saya ragukan bahkan saya ingkari. Roh Kudus memberikan terang iman kepada saya khususnya akan kehadiran nyata Yesus Kristus dalam Ekaristi Kudus dan sejak saat itu saya mulai banyak membaca buku tentang ajaran gereja Katolik dan juga mencari di internet dan membawa saya menemukan website katolisitas. Selama membaca tulisan tentang Ekaristi dari beberapa sumber, rasanya hal itu sebagai peneguh bagi saya, karena apa yang dituliskan menjabarkan apa yang saya rasakan ketika menghadiri Ekaristi.… Read more »

Anonymous
Anonymous
14 years ago

salam,

ada seorang teman protestan, dia ingin masuk katolik. Apa yang harus dia ikuti ? pembaptisannya khan diakui, berarti dia perlu ikut katekumen ? trus soal komuni gimana ? Terima Kasih.

Helena LT
Helena LT
14 years ago

Shalom Bu,
saya mohon masukkannmengenai ilustrasi atau contoh apa yang bisa saya pakai dalam menerangkan mengenai kehadiran Yesus yang nyata dalam hosti pada saat ekaristi kepada anak-anak calon komuni pertama.

Terima kasih. Tuhan memberkati

Helena LT
Helena LT
Reply to  Ingrid Listiati
14 years ago

Terima kasih Bu atas jawabannya.

Tuhan memberkati.

poNy
poNy
14 years ago

SHALOM….bu ingrid listiati…..
….saya mau bertanya mengenai penerimaan hosti…bu ada mengatakan bhwa mereka yg bdosa berat tidak boleh menerima hosti kecuali mengadakan pertobatan dahulu.jadi maksudnya, seseorang itu tidak boleh menerima hosti sampai bila pun,sehingga menunggu ada pengakuan dosa d gereja.tapi bukan ka “pengakuan dosa” di gereja ada pada hari perayaaan besar ,cthnya sebelum x’mas? tidak mengapa ka , jika itu lama tidak menerima hosti? haruskah menunggu “pengakuan dosa” di gereja untuk membolehkan seseoarng itu menerima hosti semula atau bagaimana??

makaseh ya…

wawin
wawin
14 years ago

Ekaristi SUNGGUH-SUNGGUH mnenyelamatkan hidup saya dan keluarga……saya sarankan….bila kita sedang suntuk, sedang jobless….mintalah kepada Tuhan kita Yesus Kristus dan Bunda Maria di dalam Ekaristi….pasti terjawab…saya sudah sering mengalaminya…..saya wiraswasta, begitu banyak Tuhan menolong usaha saya melalui doa-doa saya yang terjawab dalam Ekaristi…..beberapa orang sakit yang saya doakan dalam ujud intensi misa dapat sembuh…dan hal ini TERJADI pada anak saya sendiri, yang menderita radang saluran kemih…saya memohon kepada Bunda Maria dan Santo Rafael….dan ajaib..anak saya sembuh dari sakitnya dan tak ada yang tersisa sedikitpun….. [dari admin: no telpon tidak kami tampilkan, supaya tidak disalah gunakan]

martha
martha
14 years ago

salam damai bu inggrid Ada teman prostestan yang menanyakan: A. kenapa yang menerima ekaristi harus yang dibaptis katolik? Dalam gerejanya setiap orang bisa menerima hosti, alasannya: 1. Yesus memberi perintah untuk mengenangkan perjamuan ini tanpa menyebut orang tersebut beragama tertentu 2. setiap orang boleh menerima hosti asalkan mengimani bahwa hosti tersebut adalah Yesus 3. Hosti adalah roti yang hidup/Yesus/Firman yang hidup, sehingga setiap kali menerima hosti maka orang tersebut menerima firman Tuhan, sehingga dengan menerimanya 1x atau beberapa kali siapa tahu orang tersebut tergerak hatinya untuk masuk kristen (firman Tuhan tidak ada yang sia-sia) B. Dalam agamanya, setiap orang bisa… Read more »

martha
martha
Reply to  Ingrid Listiati
14 years ago

shalom bu inggrid
terima kasih atas penjelasan Ibu, dan semoga melalui website ini iman kita kepada Yesus melalui gerejaNya, gereja katolik kita semakin diperteguh dan bagi teman2 yang mengunjungi website ini tolong disebarluaskan kepada teman-teman yang seiman untuk saling menguatkan, amin.
terima kasih, gbu

BM. Wahyu Hajar
BM. Wahyu Hajar
14 years ago

Dalam Perayaan Ekaristi, tidak semua orang katolik diperbolehkan menerima Komuni (Tubuh Kristus) di karenakan adanya sejumlah halangan. Mohon penjelasan lebih lanjut tentang halangan-halangan tersebut. Dan apakah akibatnya bila seseorang yang jelas-jelas tidak diperkenankan menerima komuni karena suatu halangan, tetap saja nekat untuk menerimanya? Saya pernah mendapat penjelasan bahwa Hosti yang diterima oleh mereka yang tidak berhak, menjadi roti yang tidak punya makna. Benarkah ini ? Trimakasih dan Tuhan memberkati.

baho
baho
14 years ago

saya sangat menimati sajian-sajian ini. bentuknya pun tidak sulit untuk dipahami.jika saya boleh meminta, maukah anda mengirimkan sesuatu tentang sejarah ekaristi,lalu reformasi, kontra reformasi dan konsili vatikan II? semuanya tetap dalam konteks ekaristi.
terima kasih.

antonius
antonius
14 years ago

salam damai bu…
saya ada sedikit pertanyaan lagi bu…ini hanya buat memastikan apa yg saya tau…
teman saya protestan menanyakan, penumpahan darah pertama kali kapan ? sebelum or sesudah perjamuan…dan saya tau, itu adalah setelah perjamuan (salib).
dan dia mengatakan, klo blm tertumpah, bagaimana pada perjamuan terakhir itu adalah Tubuh dan Darah ?? dan saya jawab, krn Yesus mengatakan begitu…
Inilah DarahKu….dan Inilah Tubuhku…
kira2, adakah penjelasan yg lebih baik bu ??

terima kasih

antonius
antonius
14 years ago

salam damai bu ingrid..
saya mau bertanya…dalam tulisan ibu yg mengatakan, bhw roti dan anggur tersebut hanya bertahan dalam kurang lebih 15 menit menjadi tubuh dan darah Kristus…
pertanyaan saya, knp hanya 15 menit bu ?? apakah setelah kita makan dan dicerna juga sdh tidak lagi ?? menjelaskan hal ini bagaimana ya bu ?

terima kasih

antonius
antonius
Reply to  Ingrid Listiati
14 years ago

Terima kasih penjelasannya bu…
jangan bosan2 ya bu…saya lagi belajar tentang iman Katolik…:)

thomas suheri kartawijaya
14 years ago

Iman Katolik memang seperti itu. Percaya bahwa di dalam hosti itu adalah tubuh dan darah Yesus sendiri. Dalam Syahadat Para Rasul sudah dinyatakan bahwa orang Katolik percaya akan Gereja yang satu, Gereja Katolik Yang Kudus, Persekutuan Para Kudus, Pengampunan Dosa, Kebangkitan Badan, dan Kehidupan Kekal. Bila ada orang Protestan percaya akan (ajaran) Gereja Katolik yang Kudus, barulah boleh ia menyambut Tubuh dan Darah Yesus di dalam rupa Hosti Suci. Orang Katolik untuk masuk ke Gereja Katolik harus membuat tanda salib dengan air suci. Orang Katolik percaya bahwa di dalam Gereja Katolik Yang Kudus (Yang suci) harus dimasuki dengan jiwa dan… Read more »

Hermanwib
Reply to  Ingrid Listiati
9 years ago

Shalom Katolistas n sidang pembacanya,

Dgn jawaban Bu Listiati Tay di atas, maka kasus yg diutarakan (teman) pak Aris (10mar09) jadi kelihatan aneh (kalau benar2 demikian terjadinya).

Aris
Aris
15 years ago

Dear Ingrid Listiati,

Saya mempunyai sebuah kasus (kasus saya denganr dari sahabat saya yang pernah menjumpai) begini:

Ada seorang pendeta protestan melakukan meditasi pribadi di sebuah rumah retret. Setelah meditasi itu ia meminta kepada romo pembimbing untuk menerima hosti. Katanya si pendeta tersebut percaya bahwa hosti tersebut adalah benar-benar tubuh Kristus.Tetapi, setelah menerima hosti si pendeta tetap berpegang pada imannya semula, protestan.

Yang jadi pertanyaan saya: apakah memang bisa dibenarkan si pendeta tersebut menerima hosti suci dengan kondisi seperti itu?

Saya nantikan jawabannya Ibu Ingrid. Thank’s and God bless you.

Salam,
Aris

chmel
chmel
15 years ago

[Dari admin: komentar ini dipindahkan ke artikel, “Sudahkah Kita Pahami Pengertian Ekaristi]
saya mau tanya apakah komuni yang kita terima itu benar2 yesus sendiri dengan kepenuhannya sebagai Allah dan manusia? jika ya..apakah kita mampu menerima kepenuhan Allah itu dalam diri kita melalui komuni? terimakasih

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
82
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x