Sekilas ajaran Gereja tentang Bunda Maria

I. Menuju Yesus melalui Bunda Maria

Ad Jesum per Mariam” (Menuju Yesus melalui Bunda Maria) adalah istilah yang sering kita dengar. Namun sudahkah kita menghayati pepatah ini, dan menjadikannya sebagai semboyan hidup sendiri? Barangkali proses pemahaman tentang hal ini akan memakan waktu sepanjang hidup kita, dan semoga hari demi hari Tuhan menambahkan kepada kita pemahaman yang semakin mendalam.

Pemahaman tentang ajaran Gereja Katolik tentang Bunda Maria tidak terlepas dari apa yang dipaparkan dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, yang juga diteruskan dalam Tradisi Suci, yang dapat diterangkan sebagai berikut:

1. Peran Bunda Maria telah digambarkan secara samar- samar dalam Kitab Perjanjian Lama. Jadi, dengan melihat tipologi, kita dapat melihat kaitan antara penggambarannya di Perjanjian Lama dan penggenapannya di Perjanjian Baru.

2. Peran Bunda Maria disampaikan secara eksplisit dalam Kitab Suci terutama dalam Injil.

3. Peran Bunda Maria kemudian banyak disampaikan oleh Tradisi Suci, yaitu dari ajaran yang disampaikan oleh para Bapa Gereja, dan yang dilestarikan juga dalam liturgi suci dan oleh pengajaran Magisterium, yang menunjukkan bahwa Bunda Maria selalu menjadi bagian dalam sejarah kehidupan Gereja di sepanjang jaman.

Ad Jesum per Mariam“, pepatah ini berguna bagi pemahaman akan inti penghormatan kita kepada Bunda Maria. Mengapa? Karena penghormatan kita kepada Bunda Maria tidak terlepas dari penghormatan kita kepada Yesus. Kita menuju Yesus melalui Bunda Maria. Maka, secara prinsip, dapat dikatakan demikian:

1. Seluruh gelar dan kehormatan Maria yang diberikan Allah kepadanya adalah demi kehormatan Yesus Kristus Putera-Nya, dan penghormatan ini selalu berada di bawah penghormatan kepada Kristus.

2. Dasar penghormatan kepada Bunda Maria adalah karena perannya sebagai Bunda Allah.

3. Sebagai Bunda Allah, Maria dikuduskan Allah dan mengambil peran istimewa dalam keseluruhan rencana keselamatan Allah.

a. Untuk itu Maria dipersiapkan Allah, dengan dibebaskan dari dosa asal sejak terbentuknya di dalam kandungan (Immaculate Conception). Pemahaman akan kaitan makna penggambaran Perjanjian Lama dalam penggenapannya dengan Perjanjian Baru menjelaskan kekudusan Maria ini sebagai: i) Sang Hawa Baru yang bekerjasama dengan Kristus Sang Adam yang baru; dan ii) Sang Tabut Perjanjian Baru yang mengandung Kristus, yang adalah Tanda Perjanjian Baru.

b. Bunda Maria menjalankan perannya sebagai Bunda Allah dan bekerjasama dalam rencana keselamatan Allah. Kerjasama Maria ini terlihat dari ketaatan-Nya dalam mendengarkan dan melaksanakan Sabda Allah. Oleh sebab itu, kerjasama Bunda Maria ini tidak hanya terbatas oleh kesediaannya untuk mengandung dan melahirkan Yesus; namun juga kesetiaannya dalam membesarkan dan mendampingi Yesus dalam menjalankan misi keselamatan Allah. Maria juga menjadi mediatrix/ pengantara yang menghantar orang- orang kepada Kristus, [dan ini dilakukannya tidak saja selama hidupnya di dunia, tetapi juga saat ia telah kembali ke surga].

c. Kerjasama Bunda Maria dengan rahmat Allah yang diterimanya, menghasilkan: i) persatuannya dengan Kristus, baik saat ia hidup di dunia ini, maupun pada saat ia beralih dari dunia ini dan sesudahnya dalam kehidupan kekal; ii) Oleh jasa pengorbanan Kristus, Bunda Maria diangkat ke surga; iii) Maria menjadi bunda semua umat beriman, karena Kristus telah memberikannya kepada kita sebagai ibu kita juga; iv) Setelah ia diangkat ke surga, Bunda Maria tetap menjadi pengantara kita kepada Kristus dengan doa- doa syafaatnya; v) Bunda Maria diangkat oleh Allah menjadi Ratu Surga.

4. Pengaruh doktrin Maria kepada kita umat beriman.

a. Ketaatan dan kekudusan Bunda Maria adalah teladan bagi kita umat beriman.
b. Maria adalah Bunda Gereja, Bunda kita umat beriman.
c. Maria adalah Ibu dan Perawan, maka Gereja juga adalah ibu dan perawan.
d. Pengangkatan Bunda Maria ke surga adalah gambaran akhir bagi kita kelak.

II. Seluruh gelar dan kehormatan Maria adalah demi Putera-Nya Yesus dan selalu berada di bawah penghormatan kepada Yesus.

Cardinal Newman mengatakan “the Glories of Mary are for the sake of her Son” ((Cardinal Henry Newman, Sermon, 1849)). Ini berarti bahwa apapun gelar dan penghormatan kepada Maria selalu “secondary” (berada di bawah) setelah Puteranya, Yesus Kristus. Ini juga berarti bahwa semua penghormatan dan gelar yang diberikan kepada Maria, senantiasa berakar pada hubungannya yang begitu istimewa dengan Tritunggal Maha Kudus. Ia menjadi puteri Allah Bapa, Bunda Allah Putera dan mempelai Roh Kudus. Sebagai puteri Allah Bapa, Bunda Maria senantiasa taat dan senantiasa melaksanakan kehendak Allah Bapa di sepanjang langkah hidupnya. Sebagai puteri Allah Bapa, Maria menunjukkan ketaatannya untuk bekerjasama dengan Allah dalam karya keselamatan. Sebagai bunda Allah Putera, Maria berpartisipasi dalam karya penyelamatan manusia dan senantiasa membawa seluruh umat Allah kepada Puteranya. Sebagai mempelai Allah Roh Kudus, Maria menjadi sosok yang kudus dan tak bercela.

Konsili Vatikan II mengajarkan tentang hal ini demikian:

“Karena pahala putera-Nya ia ditebus secara lebih unggul, serta dipersatukan dengan-Nya dalam ikatan yang erat dan tidak terputuskan. Ia dianugerahi kurnia serta martabat yang amat luhur, yakni menjadi Bunda Putera Allah, maka juga menjadi Puteri Bapa yang terkasih dan kenisah Roh Kudus. Karena anugerah rahmat yang sangat istimewa itu ia jauh lebih unggul dari semua makhluk lainnya, baik di sorga maupun di bumi….” (Lumen Gentium, 53)

Pengantara kita hanya ada satu, menurut sabda Rasul: “Sebab Allah itu esa, dan esa pula pengantara antara Allah dan manusia, yakni manusia Kristus Yesus, yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua orang” (1Tim 2:5-6). Adapun peran keibuan Maria terhadap umat manusia sedikit pun tidak menyuramkan atau mengurangi pengantaraan Kristus yang tunggal itu, melainkan justru menunjukkan kekuatannya. Sebab segala pengaruh Santa Perawan yang menyelamatkan manusia tidak berasal dari suatu keharusan objektif, melainkan dari kebaikan ilahi. Pengaruh tersebut mengalir dari kelimpahan pahala Kristus, bertumpu pada pengantaraan-Nya, sama sekali tergantung dari padanya, dan menimba segala kekuatannya dari padanya. Pengaruh itu sama sekali tidak merintangi persatuan langsung kaum beriman dengan Kristus, melainkan justru mendukungnya.” (Lumen Gentium 60)

Sebab tiada makluk satu pun yang pernah dapat disejajarkan dengan Sabda yang menjelma dan Penebus kita. Namun seperti imamat Kristus secara berbeda-beda ikut dihayati oleh para pelayan (imam) maupun oleh Umat beriman, dan seperti satu kebaikan Allah terpancarkan secara nyata kepada makhluk-makhluk ciptaan-Nya dengan cara yang berbeda-beda, begitu pula satu-satunya pengantaraan Penebus tidak meniadakan, melainkan membangkitkan pada mereka aneka bentuk kerja sama yang berasal dari satu-satunya sumber. Adapun Gereja tanpa ragu-ragu mengakui, bahwa Maria memainkan peran yang berada di bawah Kristus seperti itu. Gereja tiada hentinya mengalaminya, dan menganjurkan kepada kaum beriman, supaya mereka ditopang oleh perlindungan Bunda itu lebih erat menyatukan diri dengan Sang Pengantara dan Penyelamat.” (Lumen Gentium 62)

III. Dasar penghormatan kepada Bunda Maria adalah karena perannya sebagai Bunda Allah (Theotokos)

Kepenuhan rahmat Tuhan dalam diri Maria dan martabatnya diperoleh dari perannya sebagai Bunda Allah. Bahkan dapat dikatakan bahwa seluruh gelar tentang Maria bersumber pada kenyataan bahwa Maria adalah Bunda Allah, bunda Sang Penebus. Oleh karena itu, semua gelar Maria senantiasa bersumber pada misteri Inkarnasi Kristus. Jadi, seluruh gelar Maria adalah untuk semakin memperkuat pengajaran tentang Inkarnasi Kristus.

III.1. Dasar Kitab Suci: Theotokos:

1. Kejadian 3:15: “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.” Janji ini tentang ‘perempuan itu (the woman) dan keturunannya’ mengacu kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria, ibu yang melahirkan-Nya.

2. Lukas 1:42-43, Elisabeth menyebut Bunda Maria sebagai “ibu Tuhanku.” Elisabeth juga menyebutkan Maria sebagai seseorang yang terberkati di antara wanita, oleh karena ia mengandung Yesus.

3. Yesaya 7:14; Matius 1:23, “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki dan mereka akan menamakan Dia Immanuel, yang berarti, “Allah menyertai kita.”

4. Lukas 1:35: Kata malaikat itu, “….sebab anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, anak Allah.

5. Matius 2:11. “Maka masuklah mereka … dan melihat Anak itu bersama dengan ibu-Nya.

6. Galatia 4:4: “tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.

III.2. Dasar Tradisi Suci: Theotokos

Berikut ini adalah pengajaran para Bapa Gereja yang menyebutkan bahwa Maria adalah sungguh Bunda Allah:

1. St. Irenaeus (180): “Perawan Maria, yang taat kepada Sabda-Nya menerima dari kabar gembira malaikat bahwa ia akan melahirkan Tuhan.” ((St. Irenaeus, Against Heresies, 5:19:1)).

2. St. Petrus dari Alexandria (260-311): “Kami mengakui kebangkitan orang mati, di mana Yesus kristus Tuhan kita menjadi yang pertama; Ia mempunyai tubuh yang sungguh, bukan hanya kelihatan sebagai tubuh, tetapi tubuh yang diperoleh dari Maria Bunda Allah. ((St. Petrus, Letter to All Non-Egyptian Bishops 12))

3. St. Cyril dari Jerusalem (350): “Banyaklah saksi sejati tentang Kristus. Allah Bapa memberi kesaksian tentang Putera-Nya dari Surga, Roh Kudus turun dengan mengambil rupa seperti burung merpati: Penghulu malaikat memberikan kabar gembira kepada Maria: Perawan Bunda Allah memberikan kesaksian …..” ((St. Cyril dari Jerusalem, Catechetical Lectures, X:19 – c. A.D. 350))

4. St. Athanasius (365): “Sabda Allah Bapa di tempat yang Maha tinggi, …. adalah Ia yang dilahirkan di bawah ini, oleh Perawan Maria, Bunda Allah. ((St. Athanasius, Penjelmaan Sabda Allah 8))

5. St. Epifanus (374): Ia [Kristus] membentuk manusia menjadi sempurna di dalam Diri-Nya sendiri, dari Maria Bunda Allah, melalui Roh Kudus.” ((St. Epiphanus, The man well-anchored, 75))

6. St. Ambrosius (378): “Biarkan hidup Maria …. memancar seperti penampakan kemurnian dan cermin bentuk kebajikan…. Hal utama yang mendorong semangat dalam proses belajar adalah kebesaran sang guru. Apakah yang lebih besar daripada Bunda Tuhan? ((St. Ambrose, On Virginity, 2:15))

7. St. Jeromus/ Jerome (384): “Jadikan teladanmu, Maria yang terberkati, yang karena kemurniannya yang tak tertandingi menjadikannya Bunda Allah.” ((St. Jerome, Epistle to Eustochium 22:19, 38))

8. St. Gregorius Naziansa (382) menyatakan, barangsiapa tidak percaya bahwa Bunda Maria adalah Bunda Allah, maka ia adalah orang asing bagi Allah. Sebab Bunda Maria bukan semata-mata saluran, melainkan Kristus sungguh-sungguh terbentuk di dalam rahim Maria secara ilahi (karena tanpa campur tangan manusia) namun juga secara manusiawi (karena mengikuti hukum alam manusia). ((Lihat St. Gregory Nazianzus, To Cledonius, 101))

9. St. Yohanes Cassian (430): “….Kami akan membuktikan oleh kesaksian Ilahi bahwa Kristus adalah Allah dan bahwa Maria adalah Bunda Allah.” ((John Cassian, The Incarnation of Christ, II:2)).

10. St. Cyril dari Alexandria (444): “Bunda Maria, Bunda Allah…, bait Allah yang kudus yang di dalamnya Tuhan sendiri dikandung… Sebab jika Tuhan Yesus adalah Allah, bagaimanakah mungkin Bunda Maria yang mengandung-Nya tidak disebut sebagai Bunda Allah?” ((Lihat St. Cyril dari Alexandria, Epistle ro the Monks of Egypt, I)).

11. St. Vincent dari Lerins (450): “Semoga Tuhan melarang siapapun yang berusaha merampas dari Maria yang kudus, hak- hak istimewanya yaitu rahmat ilahi dan kemuliaannya. Sebab dengan keistimewaannya yang unik dari Tuhan, ia disebut sebagai Bunda Allah [Theotokos] yang sungguh dan yang sangat terberkati. Santa Maria adalah Bunda Allah, sebab di dalam rahimnya yang kudus digenapilah misteri yang karena kesatuan Pribadi yang unik dan satu- satunya, Sang Sabda yang menjelma menjadi manusia, sehingga manusia itu adalah Tuhan dan di dalam Tuhan. ((St. Vincent dari Lerins, The Commonitoriy for the Antiquity and Universality of the Catholic Faith, 15))

12. St. Yohanes Damaskinus (749): “Biarkanlah Nestorius menjadi malu dan menutup mulutnya. Anak ini adalah Allah. Bagaimana mungkin ia yang melahirkan-Nya bukan Bunda Allah?” ((St. Yohanes Damaskinus, seperti dikutip dalam Robert Payesko, The Truth about Mary, Volume 2, (Queenship Publishing company, California, USA, 1996), p. 2-181)).

III.3. Pengajaran Magisterium Gereja: Theotokos

Gereja Katolik mengajarkan:
“Maria adalah sungguh- sungguh Bunda Allah” (De fide) ((Ludwig Ott, Fundamentals of Catholic Dogma, p. 196)).

Doktrin Maria sebagai Bunda Allah/ “Theotokos” ……. dinyatakan Gereja melalui Konsili di Efesus (431) dan Konsili keempat di Chalcedon (451). Pengajaran ini diresmikan pada kedua Konsili tersebut, namun bukan berarti bahwa sebelum tahun 431, Bunda Maria belum disebut sebagai Bunda Allah. Kepercayaan Gereja akan peran Maria sebagai Bunda Allah dan Hawa yang baru sudah berakar sejak abad awal. Keberadaan Konsili Efesus yang mengajarkan “Theotokos” tersebut adalah untuk menolak pengajaran sesat dari Nestorius. Nestorius hanya mengakui Maria sebagai ibu kemanusiaan Yesus, tapi bukan ibu Yesus sebagai Tuhan, sebab menurut Nestorius yang dilahirkan oleh Maria adalah manusia yang di dalamnya Tuhan tinggal, dan bukan Tuhan sendiri yang sungguh menjelma menjadi manusia. Konsili Efesus mengajarkan:

“Jika seseorang tidak mengakui bahwa Emmanuel adalah Tuhan sendiri dan oleh karena itu Perawan Suci Maria adalah Bunda Tuhan (Theotokos); dalam arti di dalam dagingnya ia [Maria] mengandung Sabda Allah yang menjelma menjadi daging [seperti tertulis bahwa “Sabda sudah menjadi daging”], terkutuklah ia.” (D113)

Bahwa Maria adalah Bunda Allah adalah pengajaran Gereja sepanjang sejarah dan ini ditegaskan kembali dalam Konsili Vatikan II:

“Sebab perawan Maria, yang sesudah warta Malaikat menerima Sabda Allah dalam hati maupun tubuhnya, serta memberikan Hidup kepada dunia, diakui dan dihormati sebagai Bunda Allah dan [Bunda] penebus yang sesungguhnya.” (Lumen Gentium 53)

IV. Sebagai Bunda Allah, Maria dikuduskan Allah dan mengambil peran istimewa dalam rencana keselamatan Allah.

Karena peran Bunda Maria sebagai Bunda Allah ini maka ia dipersiapkan dan dikuduskan oleh Allah. Peran sebagai Bunda Allah dalam rencana keselamatan ini menjadikan Maria sebagai Hawa yang baru, yang bekerja sama dengan Kristus sang Adam yang baru, untuk menyelamatkan manusia. Hal- hal yang berkaitan dengan keistimewaan Bunda Maria sebagai Bunda Allah, dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok: a) persiapan Allah untuk menjadikan Maria sebagai Bunda-Nya b) kerja sama Bunda Maria dalam rencana keselamatan Allah c) buah/hasil yang diterima Maria dari perannya sebagai Bunda Allah.

IV.1 Persiapan Bunda Maria sebagai Bunda Allah

Kepenuhan rahmat Tuhan dalam diri Maria dan martabatnya diperoleh dari perannya sebagai Bunda Allah. Para Bapa Gereja mengajarkan bahwa Bunda Maria adalah Hawa yang baru, dan Tabut Perjanjian Baru. Keberadaan Bunda Maria telah dinubuatkan sejak awal mula, yaitu setelah kejatuhan Adam dan Hawa. Jika melalui Hawa, manusia memperoleh maut, maka melalui Maria, manusia memperoleh hidup kekal di dalam Kristus Tuhan yang dilahirkannya. Untuk misi utamanya sebagai Hawa Baru dan Ibu Tuhan, maka Maria dikuduskan Allah. Dikuduskan di sini artinya dibebaskan dari noda dosa asal, dan karenanya Maria tidak berdosa dan tetap perawan sepanjang hidupnya.

IV.1.a Dasar Kitab Suci: Maria telah dipersiapkan Allah

1. Kejadian 3:15: “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.” ‘Perempuan’ yang keturunannya akan mengalahkan ular (Iblis) ini adalah Bunda Maria. Karena perannya sebagai sang perempuan yang mengalahkan Iblis ini, maka Maria oleh Allah dibebaskan dari noda dosa; sebab jika ia berdosa/ tercemar oleh Iblis, bagaimana mungkin ia mengalahkan Iblis, seperti disebut dalam Kej 3:15.

Yohanes 2:4; 19:26, juga menyebutkan Maria sebagai ‘perempuan’, dan dengan demikian mengacu pada ‘perempuan’ yang dijanjikan Allah yang akan melahirkan keturunan yang akan meremukkan kepala Iblis, seperti disebutkan pada Kej 3:15.

2. Wahyu 11:19- 12:1-2: Bunda Maria sebagai Tabut Perjanjian Baru

Di dalam Kitab Perjanjian Lama, yaitu di Kitab Keluaran bab 25 sampai dengan 31, kita melihat bagaimana ’spesifik-nya’ Allah saat Ia memerintahkan Nabi Musa untuk membangun Kemah suci dan Tabut Perjanjian. Ukurannya, bentuknya, bahannya, warnanya, pakaian imamnya, sampai seniman-nya (lih. Kel 31:1-6), semua ditunjuk oleh Tuhan. Hanya imam (Harun) yang boleh memasuki tempat Maha Kudus itu dan ia pun harus disucikan sebelum mempersembahkan korban di Kemah suci (Kel 40:12-15). Jika ia berdosa, maka ia akan meninggal seketika pada saat ia menjalankan tugasnya di Kemah itu (Im 22:9). Hal ini menunjukkan bagaimana Allah sangat mementingkan kekudusan Tabut suci itu, yang di dalamnya diletakkan roti manna (Kel 25:30), dan dua loh batu kesepuluh perintah Allah (Kel 25:16), dan tongkat imam Harun (Bil 17:10; Ibr 9:4). Betapa lebih istimewanya perhatian Allah pada kekudusan Bunda Maria, Sang Tabut Perjanjian Baru, karena di dalamnya terkandung PuteraNya sendiri, Sang Roti Hidup (Yoh 6:35), Sang Sabda yang menjadi manusia (Yoh 1:14), Sang Imam Agung yang Tertinggi (Ibr 8:1)! Persyaratan kekudusan Bunda Maria -Sang Tabut Perjanjian Baru- pastilah jauh lebih tinggi daripada kekudusan Tabut Perjanjian Lama yang tercatat dalam Kitab Keluaran itu. Bunda Maria, Sang Tabut Perjanjian Baru, harus kudus, dan tidak mungkin berdosa, karena Allah sendiri masuk dan tinggal di dalam rahimnya. Itulah sebabnya Bunda Maria dibebaskan dari noda dosa oleh Allah.

Selanjutnya, berikut ini adalah ayat-ayat yang menunjukkan perbandingan antara tabut perjanjian lama dengan Maria

2 Sam 6:7; 1 Taw 13:9-10; Tabut Allah adalah sesuatu yang kudus. Pada PL, ketika Uza karena keteledorannya menyentuh tabut itu, Allah menghukumnya dan Uza wafat seketika.

2 Sam 6:16 dengan Luk 1:41: Seperti halnya Raja Daud, Yohanes Pembaptis melompat kegirangan di hadapan Tabut Allah (Bunda Maria).

2 Sam 6:9: “Bagaimana tabut Tuhan itu dapat sampai kepadaku?” dengan Luk 1:43: “Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?”

2 Sam 6:11, 1 Taw 13:14 dengan Luk 1:56: Bunda Maria tetap tinggal di rumah persinggahannya selama tiga bulan.

3. Lukas 1:28: Bunda Maria dikatakan sebagai ‘full of grace/ penuh rahmat’ [kecharitomene -bahasa Yunani] pada saat menerima Kabar Gembira dari Malaikat. Kecharitomene sendiri artinya adalah diubahkan seluruhnya oleh rahmat Tuhan, jadi artinya Maria telah disucikan seluruhnya oleh Tuhan sendiri. Dengan demikian Maria dikuduskan bukan baru pada saat menerima kabar gembira (sebab jika demikian ia tidak seluruhnya diubah/ dipenuhi oleh rahmat Allah) melainkan sejak awal mula konsepsinya di dalam rahim ibunya, Allah telah menguduskan dan membebaskannya dari segala noda dosa.

Hal ini diperoleh Maria oleh karena jasa pengorbanan Kristus, hanya saja ia memperoleh lebih dahulu, sebelum orang- orang yang lain, dan bahkan sebelum korban salib Kristus terjadi. Allah yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu berhak memberikan rahmat-Nya menurut kebijaksanaan-Nya.

4. Lukas 1:34: Kata Maria kepada malaikat itu: “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku tidak bersuami (“I know not man“)?” (Douay Rheims Bible– terjemahan Vulgate)

5. Keluaran 13:2,12; 34:19 dan Lukas 2:7: Anak sulung artinya adalah anak pertama yang lahir dari rahim ibu. Sulung tidak berarti anak pertama dari banyak anak yang lain.

6. Yehezkiel 44:2 “Pintu gerbang ini harus tetap tertutup, jangan dibuka dan jangan seorangpun masuk dari situ, sebab Tuhan Allah Israel, sudah masuk melaluinya; karena itu gerbang itu harus tetap tertutup.” Nabi Yehezkiel bernubuat bahwa tak seorangpun boleh melalui gerbang yang olehnya Tuhan masuk ke dunia.

7. Markus 6:3: Yesus selalu dikenal sebagai “the son of Mary”/ anak Maria satu- satunya (“the“/ ‘sang’ anak Maria) bukan sekedar “a son of Mary” (anak Maria). Sayangnya perkataan ‘the‘ ini tidak diterjemahkan dalam Kitab Suci terjemahan LAI

8. Lukas 2:41-51: Pada saat Yesus diketemukan di Bait Allah, tidak disebut adanya saudara- saudara Yesus yang lain.

9. Yohanes 19:26-27: Tidak mungkin Yesus menitipkan Ibu-Nya kepada sahabat-Nya (murid yang dikasihi-Nya) jika Ia masih mempunyai saudara kandung.
Yoh 19:25, “Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria istri Klopas dan Maria Magdalena.” Ayat ini menjelaskan bahwa karena Maria istri Kleopas adalah saudara Bunda Maria, maka anak Maria istri Kleopas, yang bernama Yakobus dan Yusuf (Mat 27:56 dan Mrk 15:47) adalah saudara sepupu Yesus. Mat 27:61, 28:1 menyebutkan bahwa Maria istri Kleopas sebagai ‘Maria yang lain’/ the other Mary.

IV.1.b. Dasar Tradisi Suci: Maria telah dipersiapkan Allah – Tanpa dosa dan perawan

Berikut ini adalah pengajaran para Bapa Gereja yang menyebutkan Bunda Maria sebagai seorang yang dipenuhi rahmat Tuhan, Tabut Perjanjian Baru, dan karena itu tidak berdosa. Para Bapa Gereja mengajarkan demikian:

1. St. Irenaeus (180): “Hawa, dengan ketidaktaatannya [karena berdosa] mendatangkan kematian bagi dirinya dan seluruh umat manusia, … Maria dengan ketaatannya [tanpa dosa] mendatangkan keselamatan bagi dirinya dan seluruh umat manusia…. Oleh karena itu, ikatan ketidaktaatan Hawa dilepaskan oleh ketaatan Maria. Apa yang terikat oleh ketidakpercayaan Hawa dilepaskan oleh iman Maria.” ((Lihat St. Irenaeus, Against Heresies, 189 AD, 3:22:24))

2. St. Hippolytus (235): “Ia adalah tabut yang dibentuk dari kayu yang tidak dapat rusak. Sebab dengan ini ditandai bahwa Tabernakel-Nya dibebaskan dari kebusukan dan kerusakan.” ((St. Hippolytus, Orations Inillud, Dominus pascit me))

3. Origen (244): “Bunda Perawan dari Putera Tunggal Allah ini disebut sebagai Maria, yang layak bagi Tuhan, yang tidak bernoda dari yang tidak bernoda, hanya satu- satunya” ((Origen, Homily 1)).

4. St. Gregorius (213-270): “Mari menyanyikan melodi yang diajarkan kepada kita oleh inspirasi harpa Raja Daud dan berkata, “Bangunlah, O Tuhan, kepada peristirahatanmu; Engkau, dan tabut tempat kudus-Mu.” Sebab sesungguhnya Sang Perawan Suci adalah sebuah tabut, yang dilapisi emas dari dalam dan luar, yang telah menerima keseluruhan harta dari tempat kudus.” ((St. Gregorius the Wonder Worker, Homily on the Annunciation to the Holy Virgin Mary))

5. St. Ephraim (361): ”Engkau sendiri dan Bunda-Mu adalah yang terindah daripada semua yang lain, sebab tidak ada cacat cela di dalam-Mu ataupun noda pada Bunda-Mu… ((St. Ephraim, Nisibene Hymns 27:8)) “Biarkan para wanita memuji-Nya, Maria yang murni.” ((St. Ephraim, Hymns on the Nativity, 15:23))

6. St. Athanasius (373), “O, Perawan yang terberkati, sungguh engkau lebih besar daripada semua kebesaran yang lain. Sebab siapakah yang sama dengan kebesaranmu, O tempat kediaman Sang Sabda Allah? Kepada ciptaan mana, harus kubandingkan dengan engkau, O Perawan? Engkau lebih besar daripada semua ciptaan, O Tabut Perjanjian, yang dilapis dengan kemurnian, bukannya dengan emas! Engkau adalah Tabut Perjanjian yang didalamnya terdapat bejana emas yang berisi manna yang sejati, yaitu: daging di mana Ke-Allahan tinggal.” ((St. Athanasius, Homily of the Papyrus of Turin, 71:216 ))

7. St. Epifanius (376): “Barangsiapa yang menghormati Tuhan, menghormati juga bejana kudus-Nya; mereka yang tidak menghormati bejana kudus itu, juga tidak menghormati Pemiliknya. Maria itulah adalah Perawan yang kudus, yaitu sang bejana kudus itu.” ((St. Epiphanius, Panarion, 78:21))

8. St. Ambrose (387): “Angkatlah tubuhku, yang telah jatuh di dalam Adam. Angkatlah aku, tidak dari Sarah, tetapi dari Maria, seorang Perawan, yang tidak saja tidak bernoda, tetapi Perawan yang oleh rahmat Allah telah dibuat tidak bersentuh dosa, dan bebas dari setiap noda dosa ((St. Ambrose, Commentary on Psalm 118: Sermon 22, no.30, PL 15, 1599))”.

9. St. Gregorius Nazianza (390): “Ia [Yesus] dikandung oleh seorang perawan, yang terlebih dahulu telah dimurnikan oleh Roh Kudus di dalam jiwa dan tubuh, sebab seperti seseorang yang mengandung layak untuk menerima penghormatan, maka pentinglah bahwa ia yang perawan layak menerima penghormatan yang lebih besar.” ((St. Gregorius, Sermon 38))

10. St. Agustinus (415): “Kita harus menerima bahwa Perawan Maria yang suci, yang tentangnya saya tidak akan mempertanyakan sesuatupun ketika kita membicarakan tentang dosa, demi hormat kita kepada Tuhan; sebab dari Dia kita mengetahui betapa berlimpahnya rahmat untuk mengalahkan dosa di dalam segala hal telah diberikan kepadanya, yang telah berjasa untuk mengandung dan melahirkan Dia yang sudah pasti tidak berdosa.” ((St. Augustine, Nature and Grace 36:42))

11. Theodotus (446): “Seorang perawan, yang tak berdosa, tak benoda, bebas dari cacat cela, tidak tersentuh, tidak tercemar, kudus dalam jiwa dan tubuh, seperti setangkai lili yang berkembang di antara semak duri.” ((Theodotus, Homily 6:11)).

12. Proclus dari Konstantinopel (446): “Seperti Ia [Yesus] membentuknya [Maria] tanpa noda dari dirinya sendiri, maka Ia dilahirkan daripadanya tanpa meninggalkan noda. ((Proclus, Homily 1))

13. St. Severus (538): “Ia [Maria] …sama seperti kita, meskipun ia murni dari segala noda, dan ia tanpa noda.” ((St. Severus, Hom. cathedralis, 67, PO 8, 350)).

14. St. Germanus dari Konstantinopel (733), mengajarkan tentang Maria sebagai yang “benar- benar terpilih, dan di atas semua, … melampaui di atas semua dalam hal kebesaran dan kemurnian kebajikan ilahi, tidak tercemar dengan dosa apapun.” ((Germanus dari Konstantinopel, Marracci in S. Germani Mariali ))

Para Bapa Gereja juga mengajarkan bahwa selain Maria tidak berdosa, ia juga tetap perawan seumur hidupnya, baik sebelum, pada saat, dan setelah melahirkan Kristus. Demikian tulisan mereka:

1. St. Ignatius dari Antiokhia (meninggal tahun 110), Origen (233), Hilarius dari Poiters (m. 367) dan St.Gregorius Nissa (m. 394), mengajarkan tentang keperawanan Bunda Maria. ((Robert Payesko, The Truth about Mary, Volume II, p. 2-155))

2. Tertullian (213), “Dan sungguh, ada seorang perawan… yang melahirkan Kristus, supaya semua gelar kekudusan dapat dipenuhi di dalam diri orang tua Kristus, melalui seorang ibu yang adalah perawan dan istri dari satu orang suami.” ((Tertullian, On Monogamy, 8 ))

3. St. Athanasius (293-373) menyebutkan Maria sebagai Perawan selamanya/ Ever Virgin. ((St. Athanasius, Discourses Against the Arians, 2, 70, Jurgens, Vol.1, n. 767a))

4. St. Epifanus (374): Allah Putera …. telah lahir sempurna dari Maria yang suci dan tetap Perawan oleh Roh Kudus….” ((St. Epiphanus, Well Anchored Man, 120))

5. St. Jerome (347- 420) tidak hanya menyebutkan keperawanan Maria, tetapi juga keperawanan Yusuf. ((St. Jerome, The Perpetual Virginity of Blessed Mary, Chap 21, seperti dikutip oleh John R. Willis, SJ, The Teaching of the Church Fathers ((Ignatius Press, San Francisco, 2002 reprint, original print by Herder and Herder, 1966) p. 358))

6. St. Agustinus dan St. Ambrosius (415), mengajarkan keperawanan Maria sebelum, pada saat dan sesudah melahirkan Yesus Kristus, sehingga Maria adalah perawan selamanya. ((Lihat St. Augustine, Sermons, 186, Heresies, 56; Jurgens, vol.3, n. 1518 dan 1974d))

“Dengan kuasa Roh Kudus yang sama, Yesus lahir tanpa merusak keperawanan Bunda Maria, seperti halnya setelah kebangkitan-Nya, Dia dapat datang ke dalam ruang tempat para murid-Nya berdoa, tanpa merusak semua pintu yang terkunci (Lih. Yoh 20:26).” ((St. Augustine, Letters no. 137., seperti dikutip oleh John R. Willis, SJ, The Teaching of the Church Fathers, p. 360)) Roh Kudus yang membangkitkan Yesus dari mati adalah Roh Kudus yang sama yang membentuk Yesus dalam rahim Bunda Maria. Maka kelahiran Yesus dan kebangkitan-Nya merupakan peristiwa yang ajaib: kelahirannya tidak merusak keperawanan Maria, seperti kebangkitan-Nya tidak merusak pintu yang terkunci.

Selanjutnya, St. Agustinus mengajarkan, “It is not right that He who came to heal corruption should by His advent violate integrity.” (Adalah tidak mungkin bahwa Ia yang datang untuk menyembuhkan korupsi/kerusakan, malah merusak keutuhan pada awal kedatangan-Nya.” ((St. Agustinus, Serm. 189, n.2; PL 38, 1005))

7. St. Petrus Kristologus (406- 450): “Sang Perawan mengandung, Sang Perawan melahirkan anaknya, dan ia tetap perawan” ((St. Petrus Kristologus, Sermon 117)). Paus St. Leo Agung (440-461) :“a Virgin conceived, a Virgin bare and a Virgin she remained.- [Ia adalah seorang Perawan yang mengandung, Perawan melahirkan, dan ia tetap Perawan.” ((Paus St. Leo Agung, On the Feast of the Nativity, Sermon 22:2)). St. Yohanes Damaskinus (676- 749) juga mengatakan hal yang serupa: “Ia yang tetap Perawan, bahkan tetap perawan setelah kelahiran [Kristus] tak pernah sampai akhir hidupnya berhubungan dengan seorang pria… Sebab meskipun dikatakan Ia [Kristus] sebagai yang ‘sulung’…. arti kata ‘sulung’ adalah ia yang lahir pertama kali, dan tidak menunjuk kepada kelahiran anak- anak berikutnya.” ((St. Yohanes Damaskinus, Orthodox Faith, 4:14 ))

IV.1.c Pengajaran Magisterium Gereja: Maria disucikan dan tetap perawan seumur hidupnya

Atas perannya sebagai Bunda Allah dan Hawa yang baru, Bunda Maria dipersiapkan Allah, sebagai berikut:

1. Maria dikandung tanpa noda, dibebaskan dari dosa asal (De fide)  ((lih. Dr. Ludwig Ott, Fundamentals of Catholic Dogma, ed. James Canon Bastible, D.D, (Rockford, Illinois: TAN books and publishers, Inc. 1974) p.203)).

Pembebasan dari dosa ini adalah persyaratan yang layak bagi seorang perempuan dan keturunannya, yang akan melawan Iblis (lih. Kej 3:15). Bagaimanakah sang perempuan itu dapat melawan Iblis, jika ia sendiri telah jatuh ke dalam perangkap Iblis itu?

Maka pada tanggal 8 Desember 1854, Paus Pius IX dalam Bulla, “Ineffabilis Deus” mengajarkan doktrin untuk diimani oleh semua umat beriman:

“Dengan rahmat yang unik dan hak istimewa yang diberikan oleh Tuhan yang Maha Besar, oleh jasa Yesus Kristus Sang Penebus umat manusia, Perawan Maria yang tersuci pada saat konsepsinya, dibebaskan dari segala noda dosa asal.” (D 1641)

2. Sejak di kandungan, Maria dibebaskan dari concupiscence /kecenderungan berbuat dosa (Sententia communis).

Walaupun hal ini bukan merupakan pengajaran de fide, namun para teolog secara umum mengajarkan demikian berdasarkan ajaran St. Thomas Aquinas dalam ST III q. 27, a.3.

3. Akibat dari rahmat yang istimewa dari Tuhan, Maria dibebaskan dari setiap dosa sepanjang hidupnya (Sententia fidei proxima). Konsili Trente (1545-1563) mengajarkan:

“Tidak ada orang yang benar dapat untuk sepanjang hidupnya menghindari semua dosa, bahkan dosa- dosa ringan, kecuali atas dasar hak istimewa dari Tuhan, yang diyakini Gereja diberikan kepada Perawan Maria yang terberkati.” (D 833)

Paus Pius XII dalam surat ensikliknya, Mystici Corporis, tentang Perawan dan Bunda Tuhan, bahwa: “Ia tidak berdosa, baik dosa pribadi maupun dosa asal yang diturunkan.”

4. Maria adalah Perawan, sebelum pada saat dan sesudah kelahiran Yesus Kristus (De fide).

Konsili Konstantinopel II (553) menyebutkan Bunda Maria sebagai, “kudus, mulia, dan tetap-Perawan Maria”. ((Robert Payesko, The Truth about Mary, Volume II, Mary in Scripture and the Historic of Christian Faith, (Queenship Publishing Company, CA, 1998), p.2-155, Salah satu butir pengajaran untuk menjawab ajaran yang keliru tentang Bunda Maria di dalam Konsili Konstantinopel II, butir 6,“If anyone declares that it can be only inexactly and not truly said that the holy and glorious ever-virgin Mary is the mother of God, or says that she is so only in some relative way, considering that she bore a mere man and that God the Word was not made into human flesh in her, holding rather that the nativity of a man from her was referred, as they say, to God the Word as he was with the man who came into being; if anyone misrepresents the holy synod of Chalcedon, alleging that it claimed that the virgin was the mother of God only according to that heretical understanding which the blasphemous Theodore put forward; or if anyone says that she is the mother of a man or the Christ-bearer, that is the mother of Christ, suggesting that Christ is not God; and does not formally confess that she is properly and truly the mother of God, because he who before all ages was born of the Father, God the Word, has been made into human flesh in these latter days and has been born to her, and it was in this religious understanding that the holy synod of Chalcedon formally stated its belief that she was the mother of God: let him be anathema.”))

Konsili ini merangkum ajaran-ajaran penting sehubungan dengan ajaran bahwa Yesus, adalah sungguh Allah dan sungguh manusia. Termasuk dalam ajaran ini adalah tentang keperawanan Maria.

Selanjutnya, pemahaman tentang Maria dikuduskan Allah diperoleh dengan memahami perbandingannya dengan Tabut Perjanjian di PL. Jika Tabut Perjanjian Lama saja begitu dikuduskan Allah, betapa Allah akan lebih lagi secara istimewa menguduskan Maria, Tabut Perjanjian Baru, yang mengandung dan melahirkan Kristus, Sang Sabda yang telah menjadi daging, Sang Roti Hidup dan Sang Imam Agung. Sinode Lateran (649) di bawah Paus Martin I mengatakan:

“Ia [Maria] mengandung tanpa benih laki-laki, [melainkan] dari Roh Kudus, melahirkan tanpa merusak keperawanannya, dan keperawanannya tetap tidak terganggu setelah melahirkan.” (D256)

Keperawanan Maria termasuk 1) keperawanan hati, 2) kemerdekaan dari hasrat seksual yang tak teratur dan 3) integritas fisik. Namun doktrin Gereja secara prinsip mengacu kepada keperawanan tubuh/ fisik Maria. ((lih. Dr. Ludwig Ott, Fundamentals of Catholic Dogma, Ibid., p.204))

5. Maria mengandung dari Roh Kudus, tanpa campur tangan manusia (De fide)

Ini sesuai dengan kabar gembira yang disampaikan oleh malaikat Gabriel (lih. Luk 1: 35). Maria mengandung dari Roh Kudus dinyatakan dalam Syahadat Aku Percaya, “Qui conceptus est de Spiritu Sancto.” (D 86, 256,993)

6. Maria melahirkan Putera-Nya tanpa merusak keperawanannya (De fide)

Keperawanan Maria pada saat melahirkan Yesus termasuk dalam gelar, “tetap perawan” yang diberikan kepada Maria oleh Konsili Konstantinopel (553) (D214, 218, 227). Doktrin ini diajarkan oleh Paus Leo I dalam Epistola Dogmatica ad Flavianum (Ep 28,2), disetujui oleh Konsili di Kalsedon, dan diajarkan dalam Sinode Lateran (649). Prinsipnya adalah ajaran dari St. Agustinus (Enchiridion 34) yang mengajarkan dengan analogi- Yesus keluar dari kubur tanpa merusaknya, Ia masuk ke dalam ruangan terkunci tanpa membukanya, menembusnya sinar matahari dari gelas, lahirnya Sabda dari pangkuan Allah Bapa, keluarnya pikiran manusia dari jiwanya.

7. Setelah melahirkan Yesus, Maria tetap perawan (De fide).

Konsili Konstantinopel (553) dan Sinode Lateran menyebutkan gelar “tetap perawan”(D 214, 218, 227). St. Agustinus dan para Bapa Gereja mengartikan ayat yang disampaikan oleh Bunda Maria, “karena aku tidak bersuami (I know not man)” (Luk 1:34) (Douay Rheims Bible) adalah suatu ungkapan kaul Bunda Maria untuk hidup selibat sepanjang hidupnya.

8. Konsili Vatikan II mengajarkan demikian:

“Kitab-kitab Perjanjian Lama maupun Baru, begitu pula Tradisi yang terhormat, memperlihatkan peran Bunda Penyelamat dalam tata keselamatan dengan cara yang semakin jelas … Dalam terang itu ia [Maria] sudah dibayangkan secara profetis dalam janji yang diberikan kepada leluhur pertama [Adam dan Hawa] yang jatuh berdosa. Ia adalah Perawan yang mengandung dan melahirkan seorang Anak laki- laki, yang akan diberi nama Imanuel (lih. Yes 7:14; bdk. Mi 5:2-3; Mat 1:22-23).” (Lumen Gentium 55)

Adapun Bapa yang penuh belaskasihan menghendaki, supaya penjelmaan Sabda didahului oleh persetujuan dari pihak dia, yang telah ditetapkan menjadi Bunda-Nya. Dengan demikian, seperti dahulu seorang wanita mendatangkan maut, maka kini seorang wanitalah yang mendatangkan kehidupan. Itu secara amat istimewa berlaku tentang Bunda Yesus, yang telah melimpahkan kepada dunia Hidup sendiri yang membaharui segalanya, dan yang oleh Allah danugerahkan kurnia-kurnia yang layak bagi tugas seluhur itu. Maka mengherankan juga, bahwa di antara para Bapa suci menjadi lazim untuk menyebut Bunda Allah suci seutuhnya dan tidak terkena oleh cemar dosa manapun juga, bagaikan makhluk yang diciptakan dan dibentuk baru oleh Roh Kudus…” (Lumen Gentium 56)

IV.2 Bunda Maria menjalankan perannya sebagai Bunda Allah dan bekerjasama dalam rencana keselamatan Allah.

Dengan menyatakan kesediaannya untuk mengandung dan melahirkan Anak Allah, Bunda Maria bekerjasama dengan Allah dalam rencana keselamatan-Nya. Namun sebelum mengandung Kristus, sesungguhnya ia telah terlebih dahulu mengandung Dia di dalam hatinya. Selanjutnya, Bunda Maria tidak hanya mengandung dan melahirkan Tuhan Yesus, namun ia juga membesarkan-Nya, menghantar orang lain kepada-Nya, dan dengan setia menyertai-Nya sampai di bawah kaki salib-Nya.

IV.2.a. Dasar Kitab Suci: kerjasama Maria dalam rencana keselamatan Allah

1. Lukas 1:38: Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia.

Ayat ini menunjukkan kesediaan Maria untuk bekerjasama dengan rencana keselamatan Allah.

2. Lukas 2:51: Lalu Ia [Yesus] pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya.

Ayat ini menunjukkan tentang keterlibatan Maria [dan Yusuf] dalam mengasuh dan membesarkan Tuhan Yesus.

3. Yohanes 2:3,5: Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: “Mereka kehabisan anggur.”…. Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!”

Ayat ini menunjukkan kepedulian Maria akan kebutuhan sesama dan membawa kebutuhan tersebut agar menjadi perhatian Yesus. Selanjutnya Maria menunjukkan agar manusia taat kepada Kristus Puteranya.

4. Markus 3:33-35; Matius 12:46-50; Lukas 8:19-21: Jawab Yesus kepada mereka: “Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?” …. “Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.”

Ayat ini menunjukkan bahwa Yesus memuji Maria, pertama- tama sebagai orang yang melakukan kehendak Allah, maka ia dipilih Allah untuk menjadi ibu-Nya.

5. Yohanes 19:25: Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena.

Ayat ini menunjukkan kesetiaan Maria menyertai Yesus sampai di kaki salib-Nya.

6. Kejadian 18:22-26, membicarakan tentang perantaraan/ kerja sama Abraham Keluaran 32:30-32, membicarakan tentang perantaraan Nabi Musa yang memohon atas nama bangsa Israel. Jika para nabi ini dapat dipakai Allah untuk menjadi pengantara, maka tidak terkecuali Bunda Maria, yang adalah Ibu Tuhan Yesus sendiri.

7. 1 Korintus 3:9: “Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah.” Jika para rasul adalah kawan sekerja Allah, apalagi Maria ibu Yesus sendiri.

8. 1 Timotius 2:5;Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu Kristus Yesus; Kolose 1:24: “Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat.” Ayat- ayat ini menunjukkan bahwa Pengantaraan Kristus yang satu- satunya itu melibatkan juga pengantaraan anggota- anggota tubuh-Nya yang lain (secara khusus adalah ibu-Nya sendiri), demi menghantar keseluruhan tubuh kepada keselamatan kekal.

IV.2.b Dasar Tradisi Suci: kerjasama Maria dalam rencana keselamatan Allah

Berikut ini adalah pengajaran para Bapa Gereja yang menyebutkan Bunda Maria sebagai Hawa yang baru, yang bekerjasama dengan Kristus sebagai Adam yang baru, untuk mendatangkan keselamatan bagi dunia. Maria bekerjasama dengan Kristus, dan mendukung Pengantaraan Kristus dengan doa- doa syafaatnya bagi umat beriman:

1. St. Yustinus Martir (155) membandingkan Hawa dengan Bunda Maria. “Sebab Hawa yang perawan tak bernoda, percaya kepada perkataan sang ular, [sehingga] membawa ketidaktaatan dan maut. Sedangkan Perawan Maria menerima dengan iman dan suka cita ketika malaikat Gabriel memberikan kabar gembira bahwa Roh Kudus akan turun atasnya dan kuasa Allah yang Maha Tinggi akan menaungi dia, dan karena itu Putera yang dilahirkannya adalah Putera Allah… ((Lihat St. Yustinus Martir, Dialogue with Trypho the Jew, 155 AD, p.100))

2. St. Irenaeus (180): “Ikatan ketidaktaatan Hawa dilepaskan oleh ketaatan Maria. Apa yang terikat oleh ketidakpercayaan Hawa dilepaskan oleh iman Maria.” ((lih. St. Irenaeus, Against Heresies, 3:22:24))

“Sebab seperti Hawa telah terpedaya oleh perkataan malaikat [fallen angel] untuk melarikan diri dari Tuhan, maka Maria dengan perkataan malaikat menerima kabar gembira bahwa ia akan melahirkan Tuhan dengan menaati Sabda-Nya. [Perempuan] yang pertama terpedaya untuk tidak menaati Tuhan, tetapi [perempuan] yang kemudian terdorong untuk menaati Tuhan, sehingga Perawan Maria dapat menjadi pembela bagi perawan Hawa. Seperti umat manusia ditundukkan kepada kematian melalui [tindakan] seorang perawan, demikianlah umat manusia diselamatkan oleh seorang perawan.” ((St. Irenaeus, Against Heresies, V:19,1))

3. Tertullian (212): “Sebab ketika Hawa masih perawan, perkataan yang sesat merasuki telinganya sehingga membangun kematian. Dengan cara serupa, ke dalam jiwa seorang perawan, haruslah diperkenalkan Sabda Allah yang membangkitkan kehidupan; sehingga apa yang telah dihancurkan oleh jenis kelamin ini, dapat, oleh jenis kelamin yang sama, dipulihkan menuju keselamatan… ((Tertullian, Flesh of Christ, 17)).

4. St. Ambrosius (397): “Kejahatan didatangkan oleh perempuan (Hawa), maka kebaikan juga harus didatangkan oleh Perempuan (Maria); sebab oleh karena Hawa kita jatuh, namun karena Maria kita berdiri; karena Hawa kita menjadi budak dosa, namun oleh Maria kita dibebaskan…. Hawa menyebabkan kita dihukum oleh buah pohon (pohon pengetahuan), sedangkan Maria membawa kepada kita pengampunan dengan rahmat dari Pohon yang lain (yaitu Salib Yesus), sebab Kristus tergantung di Pohon itu seperti Buahnya…” ((Lihat Robert Payesko, The Truth about Mary, Volume 2, (Queenship Publishing company, California, USA, 1996), p. 2-180)).

5. St. Agustinus (416): ”Kita dilahirkan ke dunia oleh karena Hawa, dan diangkat ke surga oleh karena Maria.” ((St. Agustinus, Sermon, dikutip dalam John Rotelle, OSA.ed. Mary’s Yes, Meditations on Mary through the ages (Ann Arbor, Michigan: Redeemer Books, Servant Publications, 1988), p. 30)).

6. St. Germanus dari Konstantinopel (733): “Tak seorangpun mencapai keselamatan tanpa melalui engkau, …O yang terkudus. Tak seorangpun menerima karunia rahmat tanpa melalui engkau …O yang termurni. ((St. Germanus, Or. 9,5, Lesson of the Office of the Feast))

“Maria, yang tetap Perawan… mediatrix/ pengantara pertama- tama melalui kelahiran yang ilahi [inkarnasi Yesus] dan kini karena doa syafaat bantuan keibuannya– dimahkotai dengan berkat yang tidak pernah berakhir …. ((St. Germanus, Homily on the Liberation of Constantinople, 23 ))

7. St. Yohanes Damaskinus (749): “Hari ini kami tetap di dekatmu, O Bunda Allah dan Perawan. Kami mengikatkan jiwa kami kepada pengharapanmu, seperti kepada jangkar yang paling teguh dan tak terpatahkan, menyerahkan kepadamu, pikiran, jiwa, tubuh dan keseluruhan diri kami dan menghormatimu, sebanyak mungkin, dengan mazmur, lagu pujian dan lagu rohani.” ((St. John of Damascene, Homily 1 on the Dormition, 14))

8. St. Ambrose Autpert (778): “Mari mempercayakan diri kita dengan segala kasih jiwa kita kepada perantaraan Bunda Maria: mari kita, dengan seluruh kekuatan kita memohon perlindungannya, agar, ketika di dunia kita mengelilinginya dengan penghormatan, ia di surga akan berkenan mendukung kita dengan doa- doanya yang khusuk…” ((St. Ambrose Autpert, Assumption of the Virgin))

IV.2.c Pengajaran Magisterium Gereja: kerjasama Maria dalam rencana keselamatan Allah

1. Maria adalah Mediatrix/ Pengantara semua rahmat, dengan kerjasamanya di dalam Inkarnasi/ Mediatio in universali (Sententia certa).

Gelar Maria sebagai Co-redemptrix seperti yang muncul di dalam dokumen Gereja di bawah pimpinan Paus Pius X tidak untuk diartikan bahwa tindakan Maria setara dengan tindakan Kristus untuk menebus dunia, sebab hanya Kristus satu- satunya Pengantara (1 Tim 2:5). Bunda Maria sendiri membutuhkan Penebusan Kristus, sebab oleh jasa Kristuslah ia dibebaskan dari noda dosa. Kerjasamanya dalam penebusan Kristus adalah secara tidak langsung, yaitu dengan mempersembahkan seluruh hidupnya untuk melayani Sang Penebus, dan di bawah salib Kristus, Maria turut menderita, dan berkorban bersama Kristus.

Konsili Vatikan II (1965) mengajarkan:

“Dengan sepenuh hati yang tak terhambat oleh dosa mana pun ia [Maria] memeluk kehendak Allah yang menyelamatkan, dan membaktikan diri seutuhnya sebagai hamba Tuhan kepada pribadi serta karya Putera-Nya, untuk di bawah Dia dan beserta Dia, berkat rahmat Allah yang mahakuasa, mengabdikan diri kepada misteri penebusan. Maka memang tepatlah pandangan para Bapa suci, bahwa Maria tidak secara pasif belaka digunakan oleh Allah, melainkan bekerja sama dengan penyelamatan umat manusia dengan iman serta kepatuhannya yang bebas. Sebab, seperti dikatakan oleh S. Ireneus, “dengan taat Maria menyebabkan keselamatan bagi dirinya maupun bagi segenap umat manusia”. Maka tidak sedikitlah para Bapa zaman kuno, yang dalam pewartaan mereka dengan rela hati meyatakan bersama Ireneus: “Ikatan yang disebabkan oleh ketidak-taatan Hawa telah diuraikan karena ketaan Maria; apa yang diikat oleh perawan Hawa karena ia tidak percaya, telah dilepaskan oleh perawan Maria karena imannya” Sambil membandingkannya dengan Hawa, mereka menyebut Maria “bunda mereka yang hidup”. Sering pula mereka menyatakan: “maut melalui Hawa, hidup melalui Maria” (Lumen Gentium 56).

“Berdasarkan rencana penyelenggaraan ilahi ia di dunia ini menjadi Bunda Penebus ilahi yang mulia, secara sangat istimewa mendampingi-Nya dengan murah hati, dan menjadi Hamba Tuhan yang rendah hati. Dengan mengandung Kristus, melahirkan-Nya, membesarkan-Nya, menghadapkan-Nya kepada Bapa di kenisah, serta dengan ikut menderita bengan Puteranya yang wafat di kayu salib, ia secara sungguh istimewa bekerja sama dengan karya juru selamat, dengan ketaatannya, iman, pengharapan serta cinta kasihnya yang berkobar, untuk membaharui hidup adikodrati jiwa-jiwa. Oleh karena itu dalam tata rahmat ia menjadi Bunda kita.” (Lumen Gentium 61).

Selain mengajarkan bahwa Maria adalah Hawa Baru, para Bapa Gereja juga mengajarkan bahwa Maria adalah pengantara segala rahmat:

St. Bernardus seperti dikutip oleh St. Pius X (1903-1914): “Kristus adalah Sang sumber…. Namun demikian, seperti diajarkan oleh St. Bernard, Maria adalah salurannya, atau ia adalah leher yang menghubungkan Tubuh dengan Kepalanya dan yang menyalurkan kuasa dan kekuatan dari Kepala kepada Tubuh. Sebab ia [Maria] adalah leher dari Kepala kita, yang melaluinya semua karunia- karunia rohani diteruskan dari KepalaNya.” ((St. Pius X, Ad diem illum Laetissimum)).

2. Maria adalah Mediatrix/ Pengantara semua rahmat, dengan doa syafaatnya di Surga/ Mediatio in speciali (Sententia pia et probabilis).

Walaupun belum didefinisikan secara de fide, namun Maria sebagai pengantara segala rahmat telah diajarkan oleh banyak Paus:

Paus Leo XIII (1891), “Dari semua harta rahmat yang telah diberikan Allah, tak ada yang menurut kehendak Tuhan, datang kepada kita kecuali melalui Maria…” (Octobri mense)- D 1940

Paus Pius X (1903): Maria adalah “pembagi (dispenser) semua rahmat, yang telah diperoleh dari Kristus bagi kita oleh kematian dan darah-Nya (D 1978).

Paus Benedict XV (1919), “Semua karunia … diberikan melalui tangan Bunda Maria” (AAS 9, 1917, 266), Maria adalah, “mediatrix semua rahmat.” (AAS 11, 1919, 227)

Paus Pius XI (1937), mengutip St. Bernard, “Adalah kehendak Tuhan bahwa kita menerima segala sesuatu melalui Bunda Maria.” (Ingravescentibus malis, AAS 29, 1937, 373)

3. Konsili Vatikan II mengajarkan:

“Keibuan Maria dalam tatanan rahmat ini dimulai dengan persetujuannya yang ia berikan di dalam iman pada saat anunsiasi (saat menerima kabar gembira dari malaikat) dan yang dipertahankannya tanpa goyah di kaki salib-Nya, dan berakhir sampai penggenapan kekal dari semua orang terpilih. Setelah diangkat ke surga , ia tidak mengesampingkan tugas penyelamatan, tetapi dengan dosa syafaatnya yang tak terputus, terus menerus membawa bagi kita karunia- karunia keselamatan kekal. Dengan cinta kasih keibuannya ia memperhatikan saudara-saudara Puteranya, yang masih dalam peziarahan dan menghadapi bahaya-bahaya serta kesukaran-kesukaran, sampai mereka mencapai tanah air surgawi yang penuh kebahagiaan. Oleh karena itu dalam Gereja Santa Perawan disapa dengan gelar Pembela, Pembantu, Penolong, Perantara. Akan tetapi itu diartikan sedemikian rupa, sehingga tidak mengurangi pun tidak menambah martabat serta dayaguna Kristus satu-satunya Pengantara.” (Lumen Gentium 62)

IV.3. Buah yang diterima Bunda Maria setelah menunaikan tugasnya sebagai Bunda Allah

Peran Bunda Maria sebagai Bunda Allah memberikan buah yang membahagiakan, walaupun tak lepas juga dari penderitaan yang harus ditempuhnya demi kesatuannya dengan Kristus Putera-Nya. Persekutuan yang sempurna antara Bunda Maria dengan Kristus inilah yang membuatnya menjadi kudus, yang paling berbahagia di antara segala yang diciptakan, dan hal ini sudah dinubuatkan dalam Kitab Suci. Bunda Maria yang dikandung tanpa noda, dan hidup tanpa dosa, kemudian diangkat ke surga oleh Kristus di akhir hidupnya, dan kini dimuliakan di Surga bersama Kristus. Namun bagi kita umat Katolik, hal penghargaan kepada Bunda Maria ini sesungguhnya bukan semata berpusat kepada Maria. Sebab, segala yang terjadi di dalam kehidupan Maria oleh karena rahmat kasih karunia Tuhan merupakan penggenapan janji Allah, yang bukan hanya diperuntukkan bagi Bunda Maria saja, tetapi juga bagi kita semua sebagai anggota Gereja-Nya, pada waktu yang ditentukan oleh Allah.

Dengan demikian secara garis besar, buah yang diterima oleh Bunda Maria dari perannya sebagai Bunda Allah adalah: a) persatuannya yang sempurna dengan Kristus, yang membuahkan kemiripannya dengan Kristus; b) Maria dimuliakan oleh Kristus, diangkat ke surga dan menjadi ratu Surga; c) Maria menjadi Bunda Gereja, ibu bagi para orang percaya.

IV.3.a. Dasar dari Kitab Suci: hal- hal yang diterima Maria setelah menunaikan tugasnya

1. Mazmur 132:8: “Bangunlah, ya TUHAN, dan pergilah ke tempat perhentian-Mu, Engkau serta tabut kekuatan-Mu!”. Maria sebagai Tabut Perjanjian Baru yang mengandung Kristus akan selalu bersama-Nya. Jika Henokh dan nabi Elia dapat diangkat ke surga (lih. Kej 5:24, Ibr 11:5. 2 Raj 1:11-12, 1 Mak 2:58) maka terlebih lagi Kristus dapat melakukan hal itu terhadap Ibu-Nya.

2. Lukas 1:48-49: “Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus.” Peran Maria sebagai Bunda Allah akan menjadikannya dihormati oleh semua orang sepanjang jaman.

3. Lukas 2: 35: Lalu Simeon berkata kepada Maria….” dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.” Namun Sebagai Bunda Allah, suka citanya tidak terlepas juga dari persatuannya dengan Kristus dalam perderitaan-Nya.

4. Yohanes 19:25-27: Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah, anakmu!” Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Inilah ibumu!” Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya. Tuhan Yesus memberikan Ibu-Nya kepada kita murid- murid yang dikasihi-Nya agar menjadi ibu mereka juga.

5. Yakobus 1:12: “Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.” Mahkota kehidupan ini juga disebutkan oleh Rasul Petrus dan Yohanes (1 Pet 5:4; Why 2:10). Mahkota kehidupan inilah yang dijanjikan oleh Tuhan Yesus kepada umat beriman yang setia sampai mati (Why 2:10). Maria yang telah membuktikan ketaatan imannya sampai akhir, telah menerima mahkota kehidupan itu.

6. Wahyu 12:1: Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya.
“Perempuan” yang disebutkan di sini mengacu kepada “perempuan” yang disebutkan pada Kej 3:15 dan Yoh 2:4; 19:26. Seperti halnya Hawa adalah ibu dari segala yang ciptaan yang lama, Maria adalah ibu dari segala mahluk ciptaan yang baru.

Wahyu 12:17: Maka marahlah naga itu kepada perempuan itu, lalu pergi memerangi keturunannya yang lain, yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus.

7. 1 Raja-raja 2: 17-20; Mazmur 45:9, Ratu pada jaman Kerajaan Salomo (anak Daud) bukanlah istri Raja, namun ibunya, yaitu Batsyeba. Ratu Batsyeba mempunyai kedudukan yang penting dalam Kerajaan Salomo, dan ia duduk di sebelah kanan Raja. Bunda Maria adalah Ibu Yesus, Sang Raja keturunan Daud yang dijanjikan Allah. Maka Bunda Maria juga menempati kedudukan istimewa di samping Kristus sang Raja (lih. Neh 2:6).

IV.4.b Dasar Tradisi Suci: hal-hal yang diterima Maria setelah menunaikan tugasnya

1. Persatuan Maria dengan Kristus

a. Paus Yohanes Paulus II mengajarkan demikian ((Paus Yohanes Paulus II, Redemptoris Mater 18)):

“Maria menjaga kesatuannya dengan Putera-Nya bahkan sampai di kayu salib-Nya dengan iman yang sama saat ia menerima kabar gembira dari malaikat. Pada saat itu ia juga mendengar perkataan: “Ia akan menjadi besar …. dan akan disebut Anak Allah yang Maha Tinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja… sampai selama-lamanya dan kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.” (Luk 1:32-33).

Dan kini, berdiri di kaki salib itu, Maria menjadi saksi, dari sisi pandangan manusia, penyangkalan total dari perkataan ini. Betapa besar, betapa heroik, ketaatan iman yang ditunjukkan Maria dalam menghadapi kebijaksanaan Tuhan yang tak terselidiki! Betapa totalnya ia “memasrahkan dirinya kepada Tuhan” tanpa ada yang ditahan, mempersembahkan “kepatuhan akalbudi serta kehendak yang sepenuhnya” kepada Allah yang “jalan- jalan-Nya tak terselidiki” (Rom 11:33)!…

Dengan iman ini Maria bersatu secara sempurna dengan Kristus dalam pengosongan diri-Nya. Sebab Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia,” dan tepatnya di Golgota, “Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” (lih. Flp 2:5-8). Pada kaki salib itu, Maria mengambil bagian melalui iman, misteri pengosongan diri yang mencengangkan ini. Ini mungkin merupakan “kenosis” iman yang terdalam di dalam sejarah manusia. Melalui iman, Bunda mengambil bagian di dalam kematian Putera-nya yang menyelamatkan; tetapi berbeda dengan iman para rasul yang melarikan diri, imannya jauh lebih terang. Di Golgota, Yesus melalui Salib-Nya jelas meneguhkan bahwa ia menjadi “tanda yang menimbulkan perbantahan” seperti yang dinubuatkan oleh Simeon. Pada saat yang sama, juga di Golgota tergenapi nubuat Simeon atas Maria, “dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri juga”. ((Tentang partisipasi Maria dalam kematian Yesus, lihat tulisan St. Bernardus, In Dominica infra octavam Assumptionis Sermo, 14: S. Bernardi Opera, V, 1968, 273))

b. Persatuan Yesus dan Bunda Maria terjadi tidak saja pada saat mereka hidup di dunia, namun juga dalam kematiannya, dan seterusnya dalam kehidupan kekal. Origen ((Origen, In Ioan 2,12; fragm. 31)), St. Ephrem ((St. Ephrem, Hymnus 15,2)), St. Jerome ((St. Jerome, Adv. Ruf II, 5)), St. Agustinus ((St. Agustinus, In Ioan tr 8, 9)) menyebutkan tentang kenyataan tentang kematian Bunda Maria secara sekilas. Namun St. Epiphanus yang menyelidiki tentang kehidupan Bunda Maria mengatakan demikian, “Tidak ada yang tahu bagaimana ia berangkat pergi dari dunia ini.” Namun pada umumnya para Bapa Gereja dan Teolog menerima bahwa Maria, sepertihalnya Tuhan Yesus, juga mengalami kematian; dan hal ini juga ditegaskan dalam liturgi Gereja.

2. Maria diangkat ke surga

a. Pseudo- St. Melito (300): Oleh karena itu, jika hal itu berada dalam kuasaMu, adalah nampak benar bagi kami pelayan- pelayan-Mu, bahwa seperti Engkau yang telah mengatasi maut, bangkit dengan mulia, maka Engkau seharusnya mengangkat tubuh Bundamu dan membawanya dengan-Mu, dengan suka cita ke dalam surga. Lalu kata Sang Penyelamat [Yesus]: “Jadilah seperti perkataanmu”. ((The Passing of the Virgin 16:2-17))

b. Timotius dari Yerusalem (400)
Oleh karena itu Sang Perawan [Maria] tidak mati sampai saat ini, melihat bahwa Ia yang pernah tinggal di dalamnya memindahkannya ke tempat pengangkatannya. ((St. Timothy of Jerusalem, Homily on Simeon dan Anna, 400))

c. Yohanes Sang Theolog (400)
Tuhan berkata kepada Ibu-Nya, “Biarlah hatimu bersuka dan bergembira. Sebab setiap rahmat dan karunia telah diberikan kepadamu dari Bapa-Ku di Surga dan dari-Ku dan dari Roh Kudus. Setiap jiwa yang memanggil namamu tidak akan dipermalukan, tetapi akan menemukan belas kasihan dan ketenangan dan dukungan dan kepercayaan diri, baik di dunia sekarang ini dan di dunia yang akan datang, di dalam kehadiran Bapa-Ku di Surga”… Dan dari saat itu semua mengetahui bahwa tubuh yang tak bercacat dan yang berharga itu telah dipindahkan ke surga ((John the Theologian, The Dormition of Mary))

d. St. Gregorius dari Tours (575)
Para Rasul mengambil tubuhnya [jenazah Maria] dari peti penyangganya dan menempatkannya di sebuah kubur, dan mereka menjaganya, mengharapkan Tuhan [Yesus] agar datang. Dan lihatlah, Tuhan datang kembali di hadapan mereka; dan setelah menerima tubuh itu, Ia memerintahkan agar tubuh itu diangkat di awan ke surga: di mana sekarang tergabung dengan jiwanya, [Maria] bersukacita dengan para terpilih Tuhan … ((Gregory of Tours, Eight Books of Miracles 1:4))

e. Theoteknos dari Livias (600)
Adalah layak … bahwa tubuh Bunda Maria yang tersuci, tubuh yang melahirkan Tuhan, yang menerima Tuhan, menjadi ilahi, tidak rusak, diterangi oleh rahmat ilahi dan kemuliaan yang penuh …. agar hidup di dunia untuk sementara dan diangkat ke surga dengan kemuliaan, dengan jiwanya yang menyenangkan Tuhan. ((Theoteknos, Homily on the Assumption))

f. Modestus dari Yerusalem (sebelum 634)
Sebagai Bunda Kristus yang termulia… telah menerima kehidupan dari Dia [Kristus], ia telah menerima kekekalan tubuh yang tidak rusak, bersama dengan Dia yang telah mengangkatnya dari kubur dan mengangkatnya kepada Diri-Nya dengan cara yang hanya diketahui oleh-Nya. ((Modestus, Encomium in dormitionnem Sanctissimae Dominae nostrae Deiparae semperque Virginis Mariae))

g. Uskup Theoteknos dari Livias (650)
Adalah layak …. bahwa tubuh Maria yang tersuci, tubuh yang mengandung Tuhan, tempat kediaman Tuhan, yang dijadikan ilahi, tidak rusak, [namun] diterangi oleh rahmat ilahi dan kemuliaan yang penuh…. dititipkan sejenak di dunia dan kemudian diangkat ke surga dengan mulia, dengan jiwanya menyenangkan Tuhan. ((Theoteknos of Livias, Homily on the Assumption ))

h. St. Germanus dari Konstantinopel (683)
Engkau adalah ia, …. yang nampak dalam kecantikan, dan tubuhmu yang perawan adalah semuanya kudus, murni, keseluruhannya adalah tempat tinggal Allah, sehingga karena itu dibebaskan dari penguraian menjadi debu. Meskipun masih manusia, tubuhmu diubah ke dalam kehidupan surgawi yang tidak dapat musnah, sungguh hidup dan mulia, tidak rusak dan mengambil bagian dalam kehidupan yang sempurna. ((St. Germanus, Sermon I (PG 98, 346))

i. St. Yohanes Damaskinus (697)
Adalah layak bahwa ia, yang tetap perawan pada saat melahirkan, tetap menjaga tubuhnya dari kerusakan bahkan setelah kematiannya. Adalah layak bahwa dia, yang telah menggendong Sang Pencipta sebagai anak di dadanya, dapat tinggal di dalam tabernakel ilahi. Adalah layak bahwa mempelai, yang diambil Bapa kepada-Nya, dapat hidup dalam istana ilahi. Adalah layak bahwa ia, yang telah memandang Putera-Nya di salib dan yang telah menerima di dalam hatinya pedang duka cita yang tidak dialaminya pada saat melahirkan-Nya, dapat memandang Dia saat Dia duduk di sisi Bapa. Adalah layak bahwa Bunda Tuhan memiliki apa yang dimiliki oleh Putera-nya, dan bahwa ia layak dihormati oleh setiap mahluk ciptaan sebagai Ibu dan hamba Tuhan. ((Yohanes Damascene, Dormition of Mary, PG (96, 741) )).

j. Gregorian Sacramentary (795)
“Terhormat bagi kami, O Tuhan, perayaan hari ini, yang memperingati Bunda Allah yang kudus yang meninggal dunia untuk sementara waktu, namun tetap tidak dapat dijerat oleh maut, yang telah melahirkan Putera-Mu, Tuhan kami yang menjelma dari dirinya.” ((Gregorian Sacramentary, Veneranda, sebelum 795))

k. Gallican Sacramentary (abad ke-8)
“Sebuah misteri yang tak terlukiskan yang paling layak untuk dipuji seperti diangkatnya Perawan Maria ke surga, adalah sesuatu yang unik di antara umat manusia.” ((Gallican Sacramentary, dari Munificentis simus Deus, abad ke-8))

l. Liturgi Byzantin (abad ke-8)
“Tuhan, Raja semesta alam, telah memberikan rahmat yang melampaui kodrat. Seperti Ia telah memelihara keperawananmu pada saat kelahiran-Nya, Ia menjaga tubuhmu agar tidak rusak di kubur dan telah memuliakannya dengan perbuatan-Nya yang ilahi dengan memindahkannya dari kubur.” ((Byzantine Liturgy, dari Munificentis simus Deus, abad ke- 8))

3. Maria menjadi ibu Gereja

a. Origen (244)
Putera Maria hanya Yesus sendiri; dan ketika Yesus berkata kepada Ibu-Nya, “Lihatlah, anakmu,” seolah Ia berkata, “Lihatlah orang ini adalah Yesus sendiri, yang engkau lahirkan.” Sebab setiap orang yang dibaptis, hidup tidak lagi dirinya sendiri, tetapi Kristus hidup di dalamnya. Dan karena Kristus hidup di dalamnya, perkataan kepada Maria ini berlaku baginya, “Lihatlah anakmu- Kristus yang diurapi.” ((Origen, Commentary on John I,4, 23, PG 14, 32))

b. St. Ephrem dari Syria (306- 373)
“Kelahiran-Mu yang ilahi, O Tuhan, melahirkan semua ciptaan;
Umat manusia dilahirkan kembali darinya [Maria], yang melahirkan Engkau.
Manusia melahirkan Engkau di dalam tubuh; Engkau melahirkan manusia di dalam roh…” ((St. Ephrem, Hymn 3 on the Birth of the Lord, v.5., ed. Lamy, II, pp 464 f))

c. St. Agustinus (416)
“Maria adalah sungguh ibu dari anggota- anggota Kristus, yaitu kita semua. Sebab oleh karya kasihnya umat manusia telah dilahirkan di Gereja, [yaitu] para umat beriman yang adalah Tubuh dari Sang Kepala, yang telah dilahirkannya ketika Ia menjelma menjadi manusia.” ((St. Augustine, De sancta virginitate, 6 (PL 40, 399) ))

d. Paus Pius X (1903- 1914)
“Bukankah Maria adalah Bunda Yesus? Oleh karena itu ia adalah bunda kita juga…. Maria yang mengandung Sang Juruselamat dalam rahimnya, dapat dikatakan juga mengandung mereka yang hidupnya terkadung di dalam hidup Sang Juruselamat. Karenanya, kita semua … telah dilahirkan dari rahim Maria sebagai tubuh yang bersatu dengan kepalanya. Oleh karena itu, dalam pengertian rohani dan mistik, kita disebut sebagai anak- anak Maria, dan ia adalah Bunda kita semua. ((Paus Pius X, Ad diem illum Laetissimum))

4. Maria menjadi Mediatrix (perantara) dengan doa syafaatnya di Surga

1. St. Irenaeus (180):
“Sebab Hawa terpedaya oleh perkataan malaikat [Iblis = fallen angel] untuk lari dari Tuhan, memberontak melawan Sabda-Nya, namun Maria menerima dengan gembira perkataan malaikat bahwa ia akan melahirkan Tuhan, dengan menaati Sabda-Nya. Yang pertama terpedaya untuk tidak taat kepada Tuhan, sedangkan yang kedua terpengaruh untuk menaati Tuhan, sehingga Perawan Maria dapat menjadi pembela bagi perawan Hawa. Seperti umat manusia tunduk kepada kematian melalui tindakan seorang perawan maka ia diselamatkan oleh seorang perawan. ((St. Irenaeus, Against Heresies, V: 19,1))

2. Sub Tuum Praesidium, dari Rylands Papyrus, Mesir, (abad ke 3):
“Di bawah belas kasihanmu kami berlindung, O bunda Allah. Jangan menolak permohonan kami di dalam kekurangan, tetapi bebaskan kami dari bahaya, (o engkau) satu- satunya yang murni dan terberkati.” ((Sub Tuum Praesidium, dari Rylands Papyrus, Mesir))

3. St. Gregory Nazianza (379)
“Ingatlah akan hal- hal ini dan kesempatan- kesempatan yang lain dan mohonlah kepada Perawan Maria untuk memberikan bantuan, sebab ia juga, adalah seorang perawan dan pernah berada di dalam bahaya ….” ((St. Gregory Nazianzen, Oration 24:11))

4. St. Cyril dari Alexandria (380)
“Salam kepadamu Maria, Bunda Allah, kepadamu dibangun gereja- gereja jemaat sejati, di desa- desa dan pulau- pulau.” ((St. Cyril dari Alexandria, Homily 11))

5. St. Basil dari Seleucia (459)
O Perawan yang kudus …. Lihatlah kepada kami dan berbaik hatilah kepada kami. Pimpinlah kami di dalam kedamaian … ke sisi kanan Putera-Mu… ((Basil of Selucia, PG 85: 452))

6. Theoteknos dari Livias (560)
“Diangkat ke surga, ia tetap menjadi tempat pertahanan yang tak tergoyahkan bagi umat manusia, [sebagai] pendoa syafaat bagi kita di hadapan Allah Putera.” ((Theoteknos of Livias, Assumption 291))

7. St. Germanus dari Konstantinopel (733)
“Maria tetap Perawan — pertama- tama sebagai mediatrix (pengantara) melalui peristiwa melahirkan [Kristus] yang supernatural, dan sekarang sebagai mediatrix karena bantuan keibuannya melalui doa syafaat— ((Germanus of Konstantinopel, Homily on the Liberation of Constantinople, 23))

8. St. Yohanes Damaskinus (749)
“Kini kami tetap di dekatmu, … O Bunda Allah dan Perawan. Kami mengikatkan jiwa kami kepada pengharapanmu, seperti kepada jangkar yang teguh dan tak terpatahkan, menyerahkan kepadamu akal budi, jiwa, tubuh dan segalanya, untuk menghormatimu… ((John Damascene, Homily 1 on the Dormition, 14)).

9. Ambrosius Autpert (778)
Marilah kita mempercayakan diri kita dengan kasih jiwa kita kepada doa syafaat Perawan yang terberkati: dengan segenap kekuatan kita, memohon perlindungannya agar, ketika di dunia kita mengelilinginya dengan penghormatan, ia sendiri di surga dapat berkenan mendukung kita dengan doa- doanya…. ((Ambrose Autpert, Assumption of the Virgin))

IV.4.c Pengajaran Magisterium Gereja: hal-hal yang diterima Maria setelah menunaikan tugasnya ((sumber: Ludwig Ott, Fundamentals of Catholic Dogma, p. 207-209, 215))

1. Maria meninggal dunia sementara/ a temporal death (Sententia. communior).

Walaupun pengajaran ini tidak bersifat de fide, namun banyak teolog memperkirakan bahwa ia wafat sementara sebelum diangkat ke surga. (St. Augustine, in Ioan tr.8, 9) Bagi Maria yang tidak berdosa, kematian yang dialaminya bukan karena akibat dosa asal ataupun dosa pribadi. Namun adalah layak bagi tubuh Maria, yang secara kodrati bersifat mortal/ tidak abadi, harus sesuai dengan yang terjadi pada tubuh Putera-Nya, yang juga tunduk kepada kematian. Dengan demikian Bunda Maria mengalami apa yang juga dialami oleh Kristus.

2. Maria diangkat tubuh dan jiwanya ke Surga (De fide)

Paus Pius XII dalam Konstitusi Apostoliknya yaitu Munificentissimus Deus (dipromulgasikan 1 November 1950) mengajarkan:

“Maria, Bunda yang tak bernoda dan tetap Perawan Bunda Allah, setelah selesai hidupnya di dunia, diangkat tubuh dan jiwanya ke dalam kemuliaan surgawi.”

Di sini memang tidak disebutkan apakah Bunda Maria wafat terlebih dahulu sebelum diangkat ke surga atau ia diangkat tanpa mengalami kematian.

3. Maria, Bunda Allah, dihormati secara khusus, dengan istilah Hyperdulia (Sententia certa).

Penghormatan kepada Maria disebabkan karena perannya sebagai Bunda Allah. Hal ini diajarkan oleh St. Cyril dari Alexandria pada Konsili Efesus (431). Namun tentu saja penghormatan ini harus dibedakan dengan penyembahan. St. Epiphanus (403) mengajarkan, “Maria harus dihormati, tetapi Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus harus disembah. Tak seorangpun boleh menyembah Maria.” ((St. Epiphanus, Haer 79,7)).

Konsili Vatikan II mengajarkan:

“Berkat rahmat Allah Maria diangkat di bawah Puteranya, di atas semua malaikat dan manusia, sebagai Bunda Allah yang tersuci, yang hadir pada misteri-misteri Kristus; dan tepatlah bahwa ia dihormati oleh Gereja dengan penghormatan yang istimewa. Memang sejak zaman kuno Santa Perawan dihormati dengan gelar “Bunda Allah”; dan dalam perlindungannya umat beriman memperoleh perlindungan dari bahaya serta kebutuhan mereka.” (Lumen Gentium 66)

4. Maria adalah Mediatrix/ Pengantara semua rahmat, dengan doa syafaatnya di Surga (Mediatio in speciali). Ini diperolehnya karena persatuannya yang sempurna dengan Kristus.

Konsili Vatikan II mengajarkan:

Setelah diangkat ke surga , ia tidak mengesampingkan tugas penyelamatan, tetapi dengan doa syafaatnya yang tak terputus, terus menerus membawa bagi kita karunia- karunia keselamatan kekal…” (Lumen Gentium 62).

“Karena kurnia serta peran keibuannya yang ilahi, yang menyatukannya dengan Puteranya Sang Penebus, pun pula karena segala rahmat serta tugas-tugasnya, Santa Perawan juga erat berhubungan dengan Gereja. Seperti telah diajarkan oleh St. Ambrosius, Bunda Allah itu pola Gereja, yakni dalam hal iman, cinta kasih dan persatuan sempurna dengan Kristus.” (Lumen Gentium 63)

5. Maria dihormati di surga sebagai Ratu alam semesta

Konsili Vatikan II mengajarkan:

“Akhirnya Perawan tak bernoda, yang tidak pernah terkena oleh segala cemar dosa asal, sesudah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, telah diangkat melalui kemuliaan di sorga beserta badan dan jiwanya. Ia telah ditinggikan oleh Tuhan sebagai Ratu alam semesta, supaya secara lebih penuh menyerupai Puteranya, Tuan di atas segala tuan (lih. Why 19:16), yang telah mengalahkan dosa dan maut.” (Lumen Gentium 59)

6. Maria adalah Bunda Gereja, Bunda umat beriman.

Konsili Vatikan II mengajarkan:

“Ia [Maria] dianugerahi kurnia serta martabat yang amat luhur, yakni menjadi Bunda Putera Allah, maka juga menjadi Puteri Bapa yang terkasih dan kenisah Roh Kudus. Karena anugerah rahmat yang sangat istimewa itu ia jauh lebih unggul dari semua makhluk lainnya, baik di sorga maupun di bumi. Namun sebagai keturunan Adam, ia termasuk golongan semua orang yang harus diselamatkan. Bahkan “ia [Maria] memang Bunda para anggota (Kristus). Karena dengan cinta kasih ia menyumbangkan kerjasamanya, supaya dalam Gereja lahirlah kaum beriman, yang menjadi anggota Kepala itu”. Oleh karena itu ia menerima salam sebagai anggota Gereja yang serba unggul dan sangat istimewa, pun juga sebagai pola-teladannya yang mengagumkan dalam iman dan cinta kasih. Menganut bimbingan Roh Kudus Gereja Katolik menghadapinya penuh rasa kasih-sayang sebagai bundanya yang tercinta.” (Lumen Gentium 53)

“Dengan mengandung Kristus, melahirkan-Nya, membesarkan-Nya, menghadapkan-Nya kepada Bapa di kenisah, serta dengan ikut menderita dengan Puteranya yang wafat di kayu salib, ia secara sungguh istimewa bekerja sama dengan karya Juru selamat, dengan ketaatannya, iman, pengharapan serta cinta kasihnya yang berkobar, untuk membaharui hidup adikodrati jiwa-jiwa. Oleh karena itu dalam tata rahmat ia [Maria] menjadi Bunda kita.” (Lumen Gentium 61)

V. Pengaruh doktrin Maria kepada kita umat beriman

V.1 Ketaatan dan kekudusan Maria: teladan kita

Ketaatan Maria menjadi contoh bagi kita, demikian juga dengan kekudusannya.

1. Ketaatan iman Maria ini bahkan dapat dibandingkan dengan ketaatan Bapa Abraham, sebagai bapa umat beriman. Ketaatan iman Abraham menandai Perjanjian Lama, sedangkan ketaatan Maria menandai Perjanjian Baru. Ketaatan iman Maria sampai di kaki salib Kristus mendorong kita juga untuk taat sampai akhirnya, bahkan ketika ‘tidak ada dasar untuk berharap’ (lih. Rom 4:18).

Ketaaatan Bunda Maria ini mencakup ketaatan dalam mendengarkan Sabda Tuhan dan melaksanakannya (lih. Luk 8:21). Kita patut mencontoh Bunda Maria yang taat dan setia sepanjang hidupnya, ketaatan yang membawanya berdiri mendampingi Yesus sampai di kaki salib-Nya.

2. Kekudusan Maria sebagai Tabut Perjanjian Baru juga menjadi teladan bagi kita. Sebab dengan tingkatan yang berbeda, sebenarnya kitapun menjadi tabut/ bait Allah (1 Kor 3:16; 6:19), terutama pada saat kita menyambut Kristus dalam Ekaristi kudus. Seharusnya, seperti Maria yang bergegas melayani Elizabeth, maka kita, setelah ‘mengandung’ Kristus di dalam tubuh kita, selayaknya bergegas melayani sesama yang membutuhkan.

Tentang Maria sebagai teladan ketaatan dan kekudusan bagi umat beriman, Konsili Vatikan II mengajarkan:

“Namun sementara dalam diri Santa perawan Gereja telah mencapai kesempurnaannya yang tanpa cacat atau kerut (lih. Ef 5:27), kaum beriman kristiani sedang berusaha mengalahkan dosa dan mengembangkan kesuciannya. Maka mereka mengangkat pandangannya ke arah Maria, yang bercahaya sebagai pola keutamaan, menyinari segenap jemaat para terpilih.” (Lumen Gentium 65)

V.2. Maria adalah Bunda Gereja, Bunda kita umat beriman

Ajaran tentang Tubuh Mistik Kristus yang disampaikan oleh Rasul Paulus (lih. Kol 1:18, Ef 4:15) menyatakan bahwa Kristus adalah Sang Kepala dan Gereja adalah Tubuh Kristus. Oleh karena itu, Maria, dengan mengandung Kristus, juga mengandung semua umat beriman yang adalah anggota dari Tubuh yang sama. Dengan demikian, Maria disebut sebagai Bunda rohani kita.

Bunda rohani di sini tidak saja dalam arti ibu yang melahirkan kita secara rohani, tetapi juga ibu yang memelihara dan membimbing kita. Saat ini Bunda Maria masih menyertai kita dengan doa- doa syafaatnya untuk membimbing kita sampai ke surga.

Konsili Vatikan II mengajarkan:

“Hendaklah segenap Umat kristiani sepenuh hati menyampaikan doa-permohonan kepada Bunda Allah dan Bunda umat manusia, supaya dia, yang dengan doa-doanya menyertai Gereja pada awal-mula, sekarang pun di sorga – dalam kemuliaannya melampaui semua para suci dan para malaikat, dalam persekutuan para kudus – menjadi pengantara kepada Puteranya, sampai semua keluarga bangsa-bangsa, entah yang ditandai dengan nama kristiani, entah yang belum mengenal Sang Penyelamat, dapat dihimpun bersama dengan kebahagiaan dalam damai dan kerukunan menjadi satu Umat Allah, demi kemuliaan Tritunggal yang Mahakudus dan Esa yang tak terbagi.” (Lumen Gentium 69).

V.3 Karena Maria adalah Ibu dan Perawan, maka Gereja juga adalah Ibu dan Perawan

Roh Kudus yang menaungi Bunda Maria, juga turun pada saat Pembaptisan. Rahmat ini memberikan kekuatan kepada mereka yang dipanggil kepada hidup selibat bagi Allah. Kehidupan semacam ini merupakan gambaran utama persatuan yang murni antara kodrat ilahi dan manusia di dalam rahim Sang Perawan dan misteri Gereja yang agung. Inilah yang dimaksud oleh St. Ambrosius ketika ia mengatakan: “Tuhan menampakkan diri-Nya di dalam daging dan di dalam diri-Nya menggenapi perkawinan antara Tuhan dan kemanusiaan dan sejak itu keperawanan kekal dari kehidupan surga telah menemukan tempatnya di antara manusia. Bunda Kristus adalah seorang Perawan, dan karena itu, mempelai-Nya, yaitu Gereja, juga adalah Perawan.” ((Hugo Rahner, Our Lady and the Church, Michigan: Zaccheus Press, 2004, p. 33))

Konsili Vatikan II mengajarkan:

“Seperti telah diajarkan oleh St. Ambrosius, Bunda Allah itu pola Gereja, yakni dalam hal iman, cinta kasih dan persatuan sempurna dengan Kristus. Sebab dalam misteri Gereja, yang tepat juga disebut Bunda dan perawan, Santa Perawan Maria mempunyai tempat utama, serta secara ulung dan istimewa memberi teladan perawan maupun ibu.” (Lumen Gentium 63)

“Adapun Gereja sendiri – dengan merenungkan kesucian Santa Perawan yang penuh rahasia serta meneladan cinta kasihnya, dengan melaksanakan kehendak Bapa dengan patuh, dengan menerima sabda Allah dengan setia pula – menjadi ibu juga. Sebab melalui pewartaan, Gereja melahirkan hidup baru yang kekal-abadi bagi putera-puteri yang dilahirkannya dalam Pembaptisan, yang dikandung oleh Roh Kudus dan lahir dari Allah. Gereja pun adalah perawan, yang dengan utuh murni menjaga kesetiaan yang dijanjikannya kepada Sang Mempelai [yaitu Kristus]. Dan sambil mencontoh Bunda Tuhannya, Gereja dengan kekuatan Roh Kudus secara perawan mempertahankan keutuhan imannya, keteguhan harapannya, dan ketulusan cinta kasihnya.” (Lumen Gentium 64)

Keperawanan Gereja secara khusus digambarkan/ dinyatakan oleh keperawanan mereka yang memilih jalur hidup selibat untuk Kerajaan Allah. Hal ini diajarkan oleh St. Gregorius Nissa,

“…bahwa kemurnian adalah indikasi yang penuh tentang kehadiran Tuhan dan kedatangan-Nya, dan tak seorangpun pada kenyataannya yang dapat menjamin hal ini, tanpa ia mengasingkan diri dari nafsu kedagingan. Apa yang terjadi pada Maria yang tidak bernoda ketika kepenuhan Allah Bapa yang ada di dalam Kristus bersinar melalui dia, hal itu terjadi pada setiap jiwa yang memilih jalan hidup selibat/ keperawanan.” ((Gregory of Nyssa, On Virginity, 2))

Dengan demikian, para religius mempunyai peran yang sangat penting untuk menjadi gambaran teladan keibuan dan keperawanan Gereja. Dengan kaul keperawanan, para religius secara khusus mengikuti teladan Bunda Maria, yang mempersembahkan seluruh hidup dan kasihnya kepada Allah; dan dengan demikian menjadi gambaran kasih ilahi itu sendiri yang melibatkan pemberian diri seutuhnya, baik kepada Allah dan sesama.

V.4. Pengangkatan Maria: gambaran akhir kita kelak

Pengangkatan Bunda Maria dan dimahkotainya di Surga, memberi gambaran akan penerapan rahmat kemenangan yang diperoleh Kristus kepada Bunda Maria, yang merupakan murid-Nya yang terbesar. Pengangkatan dan pemberian mahkota ini juga memberikan gambaran akan apa yang akan dan dapat kita peroleh (tentu dengan derajat yang lebih rendah dengan yang dicapai oleh Bunda Maria) di akhir nanti, jika kitapun setia menjadi murid Kristus. Pengangkatan Bunda Maria memberi gambaran akan kebangkitan badan di akhir jaman (lih. Yoh 6:39; lih. Munificentissimus Deus 42). Peristiwa Maria dimahkotai di surga memberikan gambaran akan pemberian mahkota surgawi/ mahkota kehidupan kepada anak- anak Allah yang berhasil memenangkan perlombaan iman, seperti yang diajarkan oleh Rasul Paulus (lih 1 Kor 9:24-25; 2 Tim 4:8), dan oleh Rasul Yakobus (Yak 1:12) dan Rasul Yohanes (Why 2:10).

Konsili Vatikan II mengajarkan:

“Sementara itu, seperti halnya Bunda Yesus yang telah di muliakan di sorga dengan badan dan jiwanya, adalah gambaran dan permulaan Gereja yang harus mencapai kesempurnaannya di masa yang akan datang, begitu pula di dunia ini ia [Maria] menyinari Umat Allah yang sedang mengembara sebagai tanda harapan yang pasti dan penghiburan, sampai tibalah hari Tuhan (lih. 2Ptr 3:10).” (Lumen Gentium 68)

VI. Appendix:

A. Ayat- ayat Kitab Suci yang paling sering dikutip untuk mempertanyakan kekudusan dan keperawanan Maria

1. Matius 13:55, Markus 6:3 “Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas?”

Di dalam Alkitab, istilah “saudara” dipakai untuk menjelaskan banyak arti. Kata “saudara” memang dapat berarti saudara kandung, namun dapat juga berarti saudara seiman (Kis 21:7), saudara sebangsa (Kis 22:1), ataupun kerabat, seperti pada kitab asli bahasa Ibrani yang mengatakan Lot sebagai saudara Abraham (Kej 14:14), padahal Lot adalah keponakan Abraham.

Jadi untuk memeriksa apakah Yakobus dan Yusuf itu adalah saudara Yesus, kita melihat kepada ayat-ayat yang lain, yaitu ayat Matius 27:56 dan Markus 15:40, yang menuliskan nama-nama perempuan yang ‘melihat dari jauh’ ketika Yesus disalibkan. Mereka adalah Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus dan Yusuf, dan ibu anak-anak Zebedeus (Mat 27:56); atau Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus Muda, Yoses dan Salome (Mrk 15:40). Alkitab menunjukkan bahwa Maria ibu Yakobus ini tidak sama dengan Bunda Maria. Maria ibu Yakobus dan Yoses (Yusuf) dicatat dalam Alkitab sebagai salah satu wanita yang menyaksikan penyaliban Kristus (Mt 27:56; Mk 15:40) dan kubur Yesus yang kosong/ kebangkitan Yesus (Mk 16:1; Lk 24:10)

Mungkin yang paling jelas adalah kutipan dari Injil Yohanes, yang menyebutkan bahwa yang hadir dekat salib Yesus adalah, Bunda Maria, saudara Bunda Maria yang juga bernama Maria, istri dari Klopas, dan Maria Magdalena (Yoh 19:25). Jadi di sini jelaslah bahwa Maria (saudara Bunda Maria) ini adalah istri Klopas/ Kleopas ((Kleopas adalah salah satu dari murid-murid Yesus yang berjalan ke Emmaus dan mengalami penampakan diri Yesus setelah kebangkitan-Nya (Luk 24:18) )), yang adalah juga ibu dari Yakobus dan Yoses. Kesimpulannya, Yakobus dan Yoses ini bukanlah saudara kandung Yesus.

2. Matius 1:24-25: Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya, tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki …

Banyak saudara-saudari kita dari gereja lain mengartikan ayat ini bahwa Maria tidak lagi perawan setelah melahirkan Yesus. Kata kuncinya di sini adalah kata ’sampai’. Di dalam Alkitab, kata ‘sampai‘ ini tidak selalu berarti diikuti oleh perubahan kondisi setelah itu. Kata sampai (‘heos’- Yunani) hanya mau menunjukkan bahwa ada kondisi yang terjadi sampai satu titik tertentu. Contoh, pada 1 Kor 15:25, dikatakan, “Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya.” Hal ini tidak bermaksud bahwa setelah Yesus mengalahkan musuh-Nya Ia tidak lagi menjadi Raja.

Lihat juga konteks serupa pada ayat 1 Tim 4:13; agar jemaat bertekun membaca Kitab Suci, dalam pengajaran sampai kedatangan Rasul Paulus. Tetapi tidak berarti bahwa setelah Rasul Paulus datang, lalu umat tidak lagi perlu tekun membaca Kitab Suci dan dalam pengajaran.  Juga pada Mat 28:19-20 dikatakan pada pesan terakhir Yesus sebelum naik ke surga kepada para rasul-Nya, “….. Ketahuilah bahwa Aku akan menyertaimu senantiasa sampai kepada akhir jaman”. Ini juga tidak untuk diartikan bahwa setelah kedatangan-Nya kembali pada akhir jaman, lalu kemudian Ia tidak akan menyertai para rasul-Nya. Ada banyak lagi ayat di Kitab Suci yang mempergunakan kata “sampai” namun tidak berarti bahwa setelah terpenuhi, lalu kondisi yang mensyaratkannya tidak lagi berlaku.

St. Yohanes Krisostomus (370) mengajarkan, “…ia [Yusuf] tidak bersetubuh dengan dia [Maria] sampai ia melahirkan seorang anak laki- laki (Mat 1:23). Kata ‘sampai’ digunakan di sini, [namun] jangan kamu kira bahwa sesudahnya Yusuf bersetubuh dengan Maria, tetapi bahwa sebelum kelahiran, sang Perawan seutuhnya tidak pernah disentuh oleh laki- laki.” ((John Chrysostom, Homily on Matthew 5:5))

3. Lukas 2:7: …dan ia (Maria) melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin…

Kata kunci di sini adalah, ’sulung’. Sulung di sini tidak berarti bahwa Yesus kemudian mempunyai adik-adik. ‘Sulung’ di dalam Alkitab menerangkan hak istimewa dari seseorang. Contoh, pada Kitab Mazmur, Allah menyebut Daud ‘anak sulung’ (Mzm 89:28), meskipun Daud adalah anak ke-8 dari Isai (1 Sam 16).

Allah menyebut bangsa Israel disebut sebagai anak yang sulung (Kel 4:22). Kristus disebut ’sulung’ adalah untuk menunjukkan bahwa Ia adalah ‘Israel’ yang baru, yang menjadi yang sulung dari banyak saudara (Rom 8:29), yang sulung dari segala ciptaan (Kol 1:15).

4. Roma 3:23: “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah…”

Ayat ini sering dikutip oleh umat Protestan untuk menyatakan bahwa semua orang berdosa, termasuk Bunda Maria. Namun sebenarnya kita perlu melihat konteksnya. Sebelum Rom 3:23, di ayat 9 dan 10 Rasul Paulus mengatakan, “mereka semua ada di bawah kuasa dosa, seperti ada tertulis: “Tidak ada yang benar, seorangpun tidak.” Sebenarnya di sini Rasul Paulus mengutip Mazmur 14, khususnya ayat 3, “Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat; tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak.” Mazmur 14 ini ditulis Raja Daud yang menyampaikan ratapannya tentang besarnya pemberontakan bangsa Israel. Sebab musuh Raja Daud pada saat Mazmur itu ditulis, tidak lagi hanya bangsa-bangsa non Yahudi, tetapi bangsa Yahudi itu sendiri, bahkan orang terdekat dan anggota keluarganya sendiri, Saul dan Absolom. Maka Raja Daud menggunakan kata “semua” adalah dalam konteks menyatakan semua golongan, baik Yahudi maupun non Yahudi- dan bukan bermaksud untuk menyatakan semua orang. Jadi di sini digunakan gaya bahasa hiperbolisme. Kita ketahui demikian, karena segera sesudah menyebutkan “semua orang melakukan kejahatan”, Raja Daud menyebutkan “umat-Ku” (ay. 4) dan “angkatan yang benar” (ay.5). Kalau semua orang (dalam arti setiap orang tanpa kecuali) adalah jahat seperti yang disebutkan pada ayat 3 tersebut, siapa yang disebut Raja Daud sebagai “angkatan yang benar” tersebut? Sama konteksnya dengan perkataan Raja Daud, Rasul Paulus juga mengatakan “semua” dalam ayat Rom 3:23 dalam arti semua golongan telah berdosa terhadap Tuhan, tidak hanya orang-orang non- Yahudi, namun orang Yahudi juga. Jadi yang ingin disampaikan di sini adalah, tidak adanya beda antara orang yang bersunat dan tidak bersunat, kedua kelompok itu mempunyai dosa- dosa yang dilakukan oleh pribadi- pribadi di dalamnya, dan keduanya memerlukan kasih karunia Allah untuk dibenarkan di dalam iman akan Yesus Kristus.

Jadi perikop ini tidak bermaksud untuk menyatakan bahwa “semua orang telah berbuat dosa” dalam arti mutlak. Sebab Yesus adalah perkecualiannya, dan anak- anak yang di bawah umur (under the age of reason) juga demikian. Gereja Katolik mengajarkan bahwa Bunda Maria juga termasuk kekecualian dalam hal ini. Dengan demikian, gaya bahasa yang digunakan di sini adalah hiperbolisme, dengan pesan utama yang hendak disampaikan, bahwa secara umum manusia dari segala golongan, telah berbuat dosa.

5. Matius 15:1-9 dan Yohanes 19:27: Dalam Injil Matius bab 15, Yesus mengecam orang-orang Farisi yang mempersembahkan korban tetapi kemudian menelantarkan orang tua mereka. Hukum pada Perjanjian Lama seharusnya mewajibkan seorang anak untuk menanggung orang tuanya, sehingga praktek orang Farisi yang melanggar hal ini membuat Yesus menyebut mereka sebagai ‘munafik’ (Mat 15:1-7).

Dalam Yoh 19:26-27, pada saat Yesus disalibkan, Yesus memberikan Maria ibu-Nya kepada Yohanes (anak Zebedeus) rasul yang dikasihi-Nya, yang bukan saudara-Nya. Seandainya Yesus mempunyai adik-adik, seperti yang dianggap oleh gereja Protestan, perbuatan Yesus ini sungguh tidak masuk di akal. Yesus yang mengecam orang Farisi yang menelantarkan orang tuanya, tidak mungkin menyebabkan saudara-Nya sendiri menelantarkan ibu-Nya. Kenyataan bahwa Yesus mempercayakan Maria kepada Yohanes adalah karena Ia tidak mempunyai saudara kandung, karena Bapa Yusuf-pun telah meninggal dunia, dan Yesus tidak mau meninggalkan ibu-Nya sebatang kara.

6. Lukas 1:34: Kata Maria kepada malaikat itu, “Bagaimana hal itu mungkin terjadi karena aku belum bersuami?”

Ayat ini sesungguhnya merupakan terjemahan dari, “How shall this be, since I have no husband” (RSV) atau, “I am a virgin” (Jerusalem Bible), atau “I know not man” (Duoay -Rheims terjemahan dari Vulgate). Sesungguhnya terjemahan yang benar adalah aku tidak bersuami (jika mengikuti RSV), atau aku seorang perawan (Jerusalem Bible) atau aku tidak mengenal/ berhubungan dengan laki-laki (D-R). Kalimat ini hanya masuk akal jika Maria telah memiliki kaul keperawanan -meskipun pada saat itu ia sudah bertunangan dengan Yusuf- karena, jika tidak demikian, pernyataan ini akan terdengar ‘ganjil’. Sebagai contoh, jika seseorang ditawari rokok, dan ia menjawab ’saya tidak merokok’, maka maksudnya adalah ’saya tidak pernah merokok’, dan bukan ’saya tidak sedang merokok sekarang’. ((Lihat Rene Laurentine, A Short Treatise on the Virgin Mary, (Washington, New Jersey: AMI Press, 1991),p 285))

B. Pengajaran dari para pendiri gereja Protestan tentang Bunda Maria:

Banyak orang tidak menyangka bahwa sebenarnya para pendiri gereja Protestan sesungguhnya juga menghormati Bunda Maria. Berikut ini beberapa cuplikan ajaran mereka, seperti yang saya kutip dari buku karangan Robert Payesko ((Robert Payesko, The Truth about Mary, volume 1, (Santa Barbara: Queenship publication, 1996), p. I-51-58))

Martin Luther:

Maria Bunda Allah:

“Rasul Paulus (Gal 4:4) mengatakan, “Tuhan mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan.” Perkataan ini yang kupegang sebagai kebenaran, sungguh- sungguh menegaskan dengan teguh bahwa Maria adalah Bunda Allah.” ((Martin Luther, Weimar edition of Martin Luther’s Works (translation by William J. Cole), 50, p. 592, line 5))

“Konsili tersebut [Efesus] tidak menyampaikan sesuatu yang baru tentang iman, tetapi telah memperkuat iman lama, melawan kesombongan baru Nestorius. Artikel iman ini- bahwa Maria adalah Bunda Allah- sudah ada di dalam Gereja sejak awal dan bukan merupakan kreasi baru dari Konsili, tetapi presentasi dari Injil dan Kitab Suci.” ((Martin Luther, Weimar edition of Martin Luther’s Works, English translation by J. Pelikan (St. Louis: Concordia), vol 7, 572.))

“Ia [Maria] layak disebut tidak saja sebagai Bunda Manusia, tetapi juga Bunda Allah … Adalah pasti bahwa Maria adalah Bunda dari Allah yang nyata dan sejati.” ((Martin Luther, Weimar edition of Martin Luther’s Works, English translation by J. Pelikan (St. Louis: Concordia), vol 24, 107))

Maria Tetap Perawan:

“Adalah artikel iman bahwa Maria adalah Bunda Tuhan dan tetap Perawan.” ((Martin Luther, Weimar edition of Martin Luther’s Works (translation by William J. Cole), vol 11, 319-320)).

Kepada Helvidius yang meragukan keperawanan Maria, dengan menganggap bahwa Maria mempunyai anak- anak lain selain Yesus, Luther menjelaskan bahwa mereka bukan saudara kandung Yesus:

Setelah Maria “mengetahui bahwa ia adalah Bunda dari Allah Putera, ia tidak ingin untuk menjadi ibu dari anak manusia, tetapi ia tetap di dalam rahmat karunia itu.” ((Martin Luther, Weimar edition of Martin Luther’s Works (translation by William J. Cole), 11, p. 320))

“Tidak diragukan lagi, tidak ada seorangpun yang begitu berkuasa yang, menggantungkan pada pemikirannya sendiri, tanpa Kitab Suci, akan beranggapan bahwa ia [Maria] tidak tetap perawan.” ((Martin Luther, Weimar edition of Martin Luther’s Works (translation by William J. Cole), 11, p. 320))

Maria dikandung tanpa noda:

“Tetapi konsepsi yang lain, yaitu pada saat penghembusan jiwa, adalah layak dan khidmat untuk dipercaya, ia tidak mempunyai dosa, sehingga ketika jiwanya dihembuskan, ia [Maria] pada saat yang sama dibersihkan dari dosa asal dan dikurniai karunia- karunia Tuhan untuk menerima jiwa yang dihembuskan. Oleh karena itu, pada saat ia mulai hidup, ia tidak mempunyai dosa sedikitpun….” ((Martin Luther, Weimar edition of Martin Luther’s Works (translation by William J. Cole), Vol 4, 694))

“Tuhan telah membentuk tubuh dan jiwa Perawan Maria penuh dengan Roh Kudus, sehingga ia tanpa segala dosa, sebab ia telah mengandung dan melahirkan Tuhan Yesus.” ((Martin Luther, Weimar edition of Martin Luther’s Works (translation by William J. Cole), Vol 52, 39)).

Maria diangkat ke surga:

“Tidak dapat diragukan lagi bahwa Perawan Maria berada di surga. Bagaimana sampai terjadi demikian, kita tidak tahu.” ((Martin Luther, Weimar edition of Martin Luther’s Works (translation by William J. Cole), 10, p.268))

Penghormatan kepada Maria:

“Penghormatan kepada Maria tertulis dalam kedalaman hati manusia yang terdalam.” ((Martin Luther, Weimar edition of Martin Luther’s Works (translation by William J. Cole), 10, III, p.313)).

“Apakah hanya Kristus sendiri yang patut disembah? Atau apakah Bunda Tuhan yang suci tidak patut dihormati? Ini adalah sang perempuan yang menghancurkan kepala Sang Ular [Iblis]. Dengarkanlah kami. Sebab Putera-Mu tidak akan menolak apapun dari-Mu.” ((Martin Luther, ibid., vol 51, p. 128-129)).

Gambar Maria

Seseorang tidak dapat memahami hal- hal spiritual kecuali jika gambar- gambar dibuat tentang mereka.” ((Martin Luther, Weimar edition of Martin Luther’s Works, (translation by William J Cole) 46, p. 308))

“Tidak ada yang lain yang dapat disimpulkan dari perkataan: “Jangan kamu mempunyai allah- allah lain di hadapan-Ku”, kecuali apa yang berkaitan dengan berhala. Tetapi gambar- gambar ataupun patung-patung dibuat tanpa berhala, pembuatan benda- benda tersebut tidak dilarang.” ((Martin Luther, ibid., 18, p. 69))

“Kalau saya telah melukis gambar di dinding dan saya melihatnya tanpa berhala, maka hal itu tidak dilarang bagi saya, dan seharusnya tidak diambil dari saya.” ((Martin Luther, ibid., 28, p. 677))

Maria Bunda semua orang Kristen

“Bunda Maria adalah Bunda Yesus dan bunda kita semua. Kalau Kristus adalah milik kita, kita harus berada di mana Ia berada; dan semua yang menjadi milik-Nya pasti menjadi milik kita, dan oleh karena itu ibu-Nya juga adalah ibu kita.” ((Luther Works, (Weimar), 29:655:26-656:7)).

“Kita semua adalah anak- anak Maria.” ((Luther Works, (Weimar), 11:224:8)).

John Calvin

Maria Bunda Allah

“Elisabet memanggil Maria Bunda Allah, karena kesatuan kedua kodrat dalam pribadi Kristus adalah sedemikian sehingga manusia yang mortal yang ada dalam rahim Maria adalah juga pada saat yang sama Allah yang kekal.” ((John Calvin, Calvini Opera (Braunshweig- Berlin, 1863-1900), volume 45, 35)).

Maria tetap perawan

“Helvidius telah menunjukkan dirinya sendiri sebagai seorang yang bebal, dengan mengatakan bahwa Maria mempunyai banyak anak- anak, sebab ada disebutkan dalam beberapa perikop tentang saudara- saudara Kristus.” ((Bernard Leeming, “Protestants and Our Lady”, Marian Library Studies, January 1967, p.9))

Calvin sendiri mengartikan “saudara- saudara” ini artinya saudara sepupu atau saudara bukan saudara kandung (relatives).

Penghormatan kepada Maria

“Tidak dapat diingkari bahwa Tuhan, dengan memilih dan menentukan Maria sebagai Bunda Putera-Nya, telah mengaruniakannya penghormatan yang tertinggi.” ((John Calvin, Calvini Opera (Braunshweig- Berlin, 1863-1900), volume 45, 348)).

“Sampai pada saat ini kita tidak dapat menikmati rahmat yang diberikan kepada kita di dalam Kristus, tanpa pada saat yang sama berpikir bahwa Tuhan telah memberikan sebagai hiasan dan penghormatan kepada Maria, dengan menghendakinya sebagai ibu dari Putera-Nya yang tunggal.” ((John Calvin, A Harmony of Matthew, Mark and Luke (St. Andrew’s Press, Edinburgh, 1972),p.32))

Teladan Maria

“Mari bertindak seperti Bunda Maria dan berkata, “Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataan-Mu” …. Kita melihat di sini pengajaran yang diberikan kepada kita oleh Perawan Maria yang menjadi bagi kita seorang guru yang baik, asalkan kita mengambil keuntungan dari pelajaran- pelajarannya sebagai pengajaran bagi kita.” ((John Calvin, Calvini Opera, op.cit., Vol I, 320 ff))

Zwingli

Maria Bunda Allah

“Telah diberikan kepada-Nya apa yang tidak dimiliki oleh ciptaan yang lain, bahwa di dalam dagingnya, Ia melahirkan Allah Putera.” ((Ulrich Zwingli, Zwingli Opera, Opera Completa (Zurich, 1828-42), Vol. 6, I, 639))

“Aku sangat yakin bahwa Maria, sesuai dengan perkataan Injil sebagai seorang Perawan murni yang melahirkan bagi kita Putera Allah dan pada saat melahirkan dan setelah melahirkan selamanya tetap murni, tetap perawan. ((Ulrich Zwingli, Zwingli Opera, Corpus Reformatum, Vol. I, 424))

Maria Tetap Perawan

“Saya sangat menghargai Bunda Allah, Sang Perawan Maria yang tidak bernoda dan tetap perawan.” ((E. Stakemeier, De Mariologia et Oecumenismo, K. Balic, ed. (Rome, 1962), 456)).

“Kristus… dilahirkan dari Perawan yang paling tidak bernoda.” ((Ibid.))

“Adalah layak bahwa Sang Anak yang kudus harus mempunyai seorang Bunda yang kudus.” ((Ibid.))

“Semakin banyak penghormatan dan kasih Kristus berkembang di antara manusia, makin banyak penghargaan dan penghormatan kepada Maria harus berkembang juga.” ((Ulrich Zwingli, Zwingli Opera, Corpus Reformatum, Vol.I, 427- 428)).

John Wesley

Maria Tetap Perawan

“Saya percaya bahwa Ia (Allah Putera) telah menjelma menjadi manusia, menggabungkan kodrat manusia dengan ke-Allahan di dalam satu pribadi, dikandung oleh perbuatan tunggal dari Roh Kudus, dan dilahirkan oleh Perawan Maria yang terberkati, yang sesudah maupun pada saat melahirkan-Nya, tetap perawan yang murni dan tidak bernoda.” ((John Wesley, Letter to a Roman Catholic))

C. Beberapa link dengan topik pembahasan tentang Bunda Maria di situs Katolisitas:

Bunda Maria, Co- Redemptrix
Maria, Bunda Allah
Bunda Maria, tetap Perawan, mungkinkah?
Maria Dikandung Tanpa Noda: Apa Maksudnya?

Mei dan Oktober sebagai bulan Maria
Luk 11:27-28, Yesus menentang Maria?
Di sisi mana Bunda Maria duduk di surga?
Bisakah Yesus tanpa saingan?
Peran Maria dalam mukjizat di Kana
Yesus dan sanak saudara-Nya Luk 8:19-21
Siapa perempuan dalam Wahyu 12?
Tanggapan terhadap tuduhan penyembahan Maria
Doa Rosario, doa yang sungguh Alkitabiah
Lourdes, Garabandal, HSDA, Kerahiman Ilahi
Maria Tabut Perjanjian Baru, dan benarkah Yesus menyangkal Maria 3 kali?
Kerjasama antara rahmat dan kehendak bebas dalam diri Bunda Maria
Tanggapan mengenai ajaran Bapa Gereja tentang Maria= Hawa baru
Sekali lagi kesalahpahaman tentang Bunda Maria
Apakah umat Katolik harus berdoa melalui Bunda Maria?
Tentang Novena Tiga Salam Maria
Tentang Maria diangkat ke Sorga dan Maria adalah Ratu Sorga
Sejak kapan Protestan percaya bahwa Bunda Maria adalah orang kudus?
Tentang Bunda Maria dan St. Yusuf
Pertanyaan sdr/i Protestan tentang ajaran Katolik mengenai Bunda Maria
Apa dasar ajaran Gereja Katolik: Bunda Maria diangkat ke surga?
Apakah ajaran Maria sebagai Bunda Allah dan Bunda Gereja ada dalam Alkitab?
Bunda Maria sama saja dengan tokoh Alkitab yang lain?
Maria adalah perempuan yang disebutkan di dalam Kitab Kejadian
Bagaimana mungkin Maria dikandung tanpa noda?
Penghormatan terhadap Maria, Santa dan Santo

Catatan: Bahan ini adalah materi yang digunakan untuk seminar, dengan tema: Memaknai gelar-gelar Maria dalam spiritualitas pelayanan, dengan judul: Maria dalam Kitab Suci. Seminar ini adalah seminar untuk Ikatan biarawan-biarawati Keusukupan Agung Jakarta.

5 5 votes
Article Rating
62 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
kevin
kevin
10 years ago

apakah ada buku atau bahan yang membahas segala sesuatu tentang bunda maria? tentang kelahiran, peristiwa di kitab suci, perjalanan hidupnya setelah pentakosta? terangkat ke surga? penampakan dan devosinya? mohon bantuan referensi dari Katolisitas. Kami sangat membutuhkannya

Ingrid Listiati
Reply to  kevin
10 years ago

Shalom Kevin, Ada banyak buku yang membahas tentang Bunda Maria, namun umumnya buku-buku tersebut membahasnya dalam kaitannya dengan ajaran iman. Silakan Anda ke toko buku Katolik “Obor” untuk menemukan banyak buku tentang Bunda Maria, atau klik di Amazon.com atau Ignatius press, untuk menemukan bagitu banyak buku tentang Bunda Maria dalam bahasa Inggris. Kelahiran Bunda Maria dirayakan oleh Gereja Katolik pada tanggal 8 September. Menurut tradisi Gereja Katolik, Bunda Maria dilahirkan dari pasangan St. Anna dan St. Yoakim. Tentang penjelasan peristiwa- peristiwa di Kitab Suci tentang Bunda Maria, dapat Anda baca di buku-buku Catholic Commentary on Holy Scriptures/ penjelasan kitab Injil.… Read more »

Erica
Erica
11 years ago

Salam, saya kemaren telah menyampaikan beberapa pertanyaan Kritis kepada pengolah situs ini tentang Maria yang disejajarkan oleh TUHAN dalam segala, namun belum jg mendapatkan tanggapan. Sebab Maria Katolik (selanjutnya saya singkat MaK) sangat berbeda dengan Maria dalam Alkitab. Mengapa demikian sebab Maria hanyalah sekedar alat yang dipakai TUHAN untuk melahirkan putraNya bukan malah untuk disejajarkan atau pararel dengan TUHAN YESUS. Namun jika ditanya demikian umat Katolik selalu berkelit bahwa penghormatan kepada Maria tidaklah lebih besar daripada penghormatan kepada YESUS. Namun saya harap Katolik mau menjawab beberapa pertanyaan Kritis dibawah ini: 1. Kalau Maria Katolik tidak bisa disejajarkan dengan KRISTUS mengapa… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  Erica
11 years ago

Shalom Erica, Bunda Maria yang diajarkan oleh Gereja Katolik tidak berbeda dengan Bunda Maria yang tertulis di dalam Kitab Suci. Namun demikian, memang Gereja Katolik tidak hanya mendasarkan ajarannya tentang Bunda Maria pada apa yang tertulis pada Kitab Suci, tetapi juga apa yang diajarkan oleh para Bapa Gereja, sebagai para penerus para Rasul, dan ini yang umum dikenal sebagai Tradisi Suci. Dasar Kitab Suci dan Tradisi Suci tentang ajaran-ajaran mengenai Bunda Maria, dapat dibaca di artikel-artikel tentang Maria di rubrik FAQ (Frequently Asked Questions) di situs ini, silakan klik. Berikut ini adalah tanggapan kami terhadap pertanyaan Anda (Pertanyaan Anda kami… Read more »

Shinta
Shinta
11 years ago

Shalom umat Katolik, saya seorang Protestan mau ikut ningbrung kritisi doktrin Katolik. Pentingnya sebuah doktrin dapat dilihat dari IMPLIKASINYA BAGI KEHIDUPAN dan NASIB KEKEKALAN MANUSIA. Doktrin Mariologi, dilihat dari IMPLIKASINYA, dapat dikatakan : 1. IMPLIKASI BAGI KESELAMATAN MANUSIA : Tidak Ada. Seorang manusia tidak akan mendapatkan implikasi KESELAMATAN apa-apa jika ia TIDAK PERCAYA MARIA, karena satu-satunya yang berimplikasi pada KESELAMATAN manusia adalah TUHAN YESUS KRISTUS. 2. IMPLIKASI BAGI KEHIDUPAN Implikasi hanya mungkin terjadi bagi mereka yang mau mencontoh Maria dan devosi dalam tingkat yang luar biasa. Tetapi mengingat Maria adalah manusia biasa, maka devosi demikian mau tidak mau HARUS KELUAR… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Shinta
11 years ago

Shalom Shinta, Terima kasih atas tanggapan anda. Saya ingin memberikan tanggapan dari sisi yang berbeda dalam melihat Bunda Maria. Sebagai murid Kristus, maka kita harus mengasihi Kristus. Bukti kasih kita kepada Kristus adalah dengan melaksanakan semua perintah Kristus tanpa pandang bulu (lih. 1Yoh 2:3; Mat 28:19-20) dan juga mengikuti apa yang dilakukan oleh Kristus. Kita tidak akan pernah berfikir bahwa Kristus tidak menghormati bapak dan ibu-Nya, karena Tuhan sendiri telah memberikan perintah ke-4 dalam 10 perintah Allah. Kalau kita sungguh-sungguh mau mengikuti dan mengasihi Kristus, maka kita mengikuti teladan Kristus, yaitu dengan menghormati ibu-Nya. Kalau Bunda Maria dipilih oleh Allah… Read more »

Ioannes
Ioannes
12 years ago

Salam, Pak Stef dan Bu Inggrid, saya ingin menanyakan beberapa hal mengenai Bunda Maria : 1. Saya pernah mempelajari tradisi Gereja (saya tidak yakin ini Tradisi Suci) yang menyatakan bahwa Bunda Maria adalah manusia pertama yang percaya Yesus telah bangkit sekalipun belum melihatNya sehingga Tuhan Yesus berkenan mendatangi Bunda terlebih dahulu setelah bangkit. Memang hal ini tidak tampak dalam Kitab Suci secara eksplisit, namun umat beriman dapat memulai dugaan ketika menemui bahwa tidak satupun penulis Injil Suci menyertakan Bunda dalam kunjungan pagi hari para wanita ke kubur Yesus. Dugaan dapat berkembang menjadi dua : Bunda terlalu sedih untuk berkunjung atau… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Ioannes
12 years ago

Shalom Ioannes, 1. Tentang Yesus menampakkan Diri kepada Bunda Maria setelah kebangkitan Memang dari tradisi, kita mengetahui bahwa Yesus telah menampakkan diri kepada Bunda Maria. Hal ini ditulis oleh Sedulius di abad ke-5. Tulisan dari Sedulius ini juga dikutip dalam audiensi umum Paus Yohanes Paulus II tanggal 21 Mei 1997 – silakan klik. Tradisi yang dituliskan dalam beberapa naskah tersebut, sesungguhnya memang merupakan tradisi yang baik. Hal ini bersumber pada Maria adalah yang terlebih dahulu dalam perjalanan iman, sehingga dia dapat menjadi contoh perjalanan iman bagi seluruh umat Allah. Paus Yohanes Paulus II dalam ensiklik Redemptoris Mater tahun 1987 menuliskan… Read more »

Ioannes
Ioannes
Reply to  Stefanus Tay
12 years ago

Salam, Terima kasih atas balasan pak Stef. Akan tetapi, maaf, saya masih belum terlalu memahami mengenai preternatural gifts yang ada dalam Bunda Maria dan Tuhan Yesus. Saya hanya dapat membayangkan beberapa penjelasan : 1. Tuhan Yesus menjelma menjadi manusia layaknya kita, yakni manusia yang dalam keadaan telah kehilangan seluruh rahmat tersebut sehingga dapat menderita dan wafat. Hal ini saya kira lebih masuk akal karena Tuhan menampakkan tubuh kemuliaanNya setelah kebangkitanNya, tubuh yang sama yang akan dianugerahkan pada kita apabila kita setia. Hal ini juga tampak pada Bunda Maria. 2. Tuhan menjelma menjadi manusia dan memiliki seluruh rahmat tersebut, termasuk imortalitas… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Ioannes
11 years ago

Shalom Ioannes, Maaf agak lama menjawabnya. Secara prinsip memang Yesus dan Maria yang dilahirkan tanpa dosa asal mempunyai preternatural gifts (infused knowledge, tidak dapat menderita dan mati, gift of integrity) sama seperti Adam dan Hawa sebelum jatuh ke dalam dosa. Namun demikian, karunia tersebut (tidak dapat menderita dan tidak dapat mati) tidak mendukung misi keselamatan yang diemban oleh Kristus. Dengan mengedepankan misi keselamatan, maka karunia tersebut tidak diberikan kepada Yesus. Kalau kita melihat, preternatural gifts diberikan kepada Adam dan Hawa di taman Firdaus untuk membantu mereka dalam misi ketaatan mereka, sehingga akhirnya mereka mendapatkan keselamatan. Dengan demikian, kalau karunia tersebut… Read more »

kay roven
kay roven
Reply to  Stefanus Tay
11 years ago

1.Dikatakan Peran Bunda Maria kemudian banyak disampaikan oleh Tradisi Suci, yaitu dari ajaran yang disampaikan oleh para Bapa Gereja, dan yang dilestarikan juga dalam liturgi suci dan oleh pengajaran Magisterium, Sepanjang Firman Tuhan yg saya baca tidak banyak dibicarakan apa peran Maria sedangkan Alkitab memperlihatkan bahwa Maria tdk mengerti apa Tujuan Yesus datang ke bumi ini, boleh saya tahu tradisi gereja (siapa rasul yg menceritakan tentang Maria dan mengajarkan utk menghormati Maria) Ke 2.yang menunjukkan bahwa Bunda Maria selalu menjadi bagian dalam sejarah kehidupan Gereja di bawah bimbingan Wewenang Mengajar Gereja, maka dalam kesadaran iman, umat beriman tahu membedakan dan… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  kay roven
11 years ago

Shalom Kay Roven, 1. Dari beberapa diskusi dengan anda,  maka saya melihat tendensi bahwa anda tidak mau melihat beberapa artikel yang sudah ditulis. Sebagai contoh, anda bertanya Tradisi Gereja (siapa rasul yg menceritakan tentang Maria dan mengajarkan utk menghormati Maria). Kalau anda menuntut bahwa tulisan tersebut harus dari kedua belas rasul, maka anda juga seharusnya tidak boleh mempercayai Trinitas dan sola scriptura, karena para rasul juga tidak pernah menyebut kata Trinitas dan sola scriptura. Kalau anda mau membaca artikel di atas – silakan klik, maka anda akan melihat bahwa ada begitu banyak tulisan dari para Bapa Gereja bahwa kita harus… Read more »

Wolfrannus Haryo Yudhanto
Wolfrannus Haryo Yudhanto
12 years ago

Mohon informasi / penjelasan tentang St.Anna, apakah hanya sekedar Ibunda dari Bunda Maria saja, atau mempunyai peran-peran tertentu pada jaman-Nya.
Terima kasih.

[dari Katolisitas: Silakan membaca kisah selengkapnya mengenai Santa Anna, termasuk perannya dalam masa-masa kehidupan Yesus, di Catholic Encyclopedia, silakan klik di sini. Mohon maaf kalau kami belum mempunyai kesempatan untuk menterjemahkannya bagi Anda. Semoga dapat dipahami dan dapat bermanfaat.]

Antonius Wahyu
Antonius Wahyu
12 years ago

salam Damai Kristus, saya adalah seorang seminaris, Seminari Menengah Mertoyudan. Saya mau bertanya beberapa hal: 1. Seputar Bunda Maria, ada berapa gelar yang diberikan kepada Bunda Maria. lalu mengapa Maria disebut Bunda yang terkandung tak bernoda. 2. mohon dijelaskan sedikit mengenai hari Kebangkitan pada akhir jaman. Terima kasih atas bantuannya Berkah Dalem [dari Katolisitas: Untuk berbagai gelar Bunda Maria, Anda dapat membaca penjelasan di situs Gema Warta berikut  http://gemawarta.wordpress.com/2008/05/01/gelar-gelar-maria/ dan Litani Loreto yang menjadi salah satu dasar penetapan gelar Bunda Maria silakan disimak di situs Yesaya ini http://www.indocell.net/yesaya/pustaka/id287.htm Kemudian mengenai mengapa Maria disebut Bunda yang terkandung tak bernoda, silakan dibaca… Read more »

pemirsa
pemirsa
13 years ago

Shallom sdr2ku umat katolik…. Umat katolik mempercayai bahwa orang yg percaya pada Allah setelah meninggal mampir dulu ke api penyucian/ tempat penyiksaan krn ada api yg sangat panas, bisa masuk sorga dgn cara bantuan doa orang2 kudus atau menanti saat kedatangan Kristus, menurut saya api penyucian itu tidak ada yang ada adalah Hades/ tempat penyiksaan: adalah tempat bagi arwah2 yg tidak percaya pd Allah/ Kristus dan nanti setelah hari penghakiman dicampakkan ke Neraka/ lautan api. berikutnya adalah firdaus adalah tempat bagi arwah2 yg percaya pd Allah/ Kristus dan setelah hari penghakiman masuk sorga. Dasar ayatnya: Lukas 16: 22 “Kemudian matilah… Read more »

kirmadi
kirmadi
13 years ago

Shallom sdr2ku…pada kesempatan ini saya mau menyampaikan masukan pd sdr2 umat katolik, karena dogma umat katolik menempatkan bunda Maria yg tidak selaras dgn firman Tuhan, yaitu: 1. Maria suci/ tidak berdosa sehingga tdk butuh penebusan dosa/ tdk butuh juruselamat. Hal ini tidak selaras dgn firman Tuhan yg tertulis dlm: Galatia 4: 4,5 “ setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak.” Masmur 14: 2,3 “TUHAN memandang ke bawah dari sorga kepada anak-anak manusia untuk melihat, apakah… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  kirmadi
12 years ago

Shalom Kirmadi, 1. Apakah Maria tidak membutuhkan Juru Selamat? Gereja Katolik tidak mengajarkan bahwa Bunda Maria tidak butuh Juru Selamat. Sebab keadaan Bunda Maria yang dibebaskan dari dosa tersebut adalah hanya mungkin karena buah penebusan Kristus sebagai Juru Selamatnya. Hanya saja, Tuhan Yesus memberikan buah penebusan-Nya terlebih dahulu kepada Bunda Maria, Ibu-Nya, karena Ia adalah Allah yang mengatasi segala ruang dan waktu, dan Ia berhak memberikan hasil penebusan-Nya kepada Bunda Maria sebelum korban penebusan-Nya itu terjadi menurut kronologis manusia. Sebab dalam kapasitas-Nya sebagai Allah, Ia tidak mengenal batasan waktu (masa lampau, sekarang dan masa datang), namun semuanya tampil di hadapan-Nya… Read more »

Bernardus Aan
Bernardus Aan
Reply to  Ingrid Listiati
12 years ago

Salam Damai Kristus Bu Ingrid, Bu Ingrid ternyata sdr. Kirmadi ini temannya sdr. Pemirsa. Lihat saja di comment no. 12 sdr Pemirsa dan no. 13 sdr Kirmadi…kalimat pertamanya sama persis hanya kalimat akhir saja yang berbeda. Silahkan dilihat bersama-sama : 12pemirsa says:https://katolisitas.org/wp-admin/comment.php?action=editcomment&c=32236 March 24, 2011 at 9:32 pm Shallom sdr2ku…pada kesempatan ini saya mau menyampaikan masukan pd sdr2 umat katolik, karena dogma umat katolik menempatkan bunda Maria yg tidak selaras dgn firman Tuhan, yaitu: 1. Maria suci/ tidak berdosa sehingga tdk butuh penebusan dosa/ tdk butuh juruselamat. Hal ini tidak selaras dgn firman Tuhan yg tertulis dlm: Galatia 4: 4,5… Read more »

pemirsa
pemirsa
13 years ago

Shallom sdr2ku…pada kesempatan ini saya mau menyampaikan masukan pd sdr2 umat katolik, karena dogma umat katolik menempatkan bunda Maria yg tidak selaras dgn firman Tuhan, yaitu: 1. Maria suci/ tidak berdosa sehingga tdk butuh penebusan dosa/ tdk butuh juruselamat. Hal ini tidak selaras dgn firman Tuhan yg tertulis dlm: Galatia 4: 4,5 “ setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak.” Masmur 14: 2,3 “TUHAN memandang ke bawah dari sorga kepada anak-anak manusia untuk melihat, apakah… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  pemirsa
13 years ago

Shalom Pemirsa, O rupanya ini argumen anda. Berikut ini saya menanggapinya, (pandangan anda saya tulis warna biru)  1. Anda berkata, Maria suci/ tidak berdosa sehingga tdk butuh penebusan dosa/ tdk butuh juruselamat. Rupanya anda belum membaca dengan seksama ajaran Gereja Katolik. Gereja Katolik memang mengajarkan bahwa Bunda Maria tidak berdosa, namun tidak mengajarkan bahwa ia tidak butuh Juru Selamat. Maria justru membutuhkan Yesus sebagai Juru Selamat-Nya, karena hanya karena jasa Yesus-lah maka Maria dibebaskan dari dosa. Hanya saja, Maria menerima buah penebusan Kristus mendahului semua manusia yang lain, sehubungan dengan tugas istimewa yang diembannya sebagai Bunda Kristus. Jadi, Bunda Maria… Read more »

pemirsa
pemirsa
13 years ago

Shallom semuanya….saya tanya pada Romo/ sdr2ku katolik? dogma katolik percaya/ meyakini bahwa bunda Maria memiliki gelar sbb:

~ Bagi Maria yang tidak berdosa, kematian yang dialaminya bukan karena akibat dosa asal ataupun
dosa pribadi
~ Maria telah ditinggikan oleh Tuhan sebagai Ratu alam semesta
~ Santa Perawan disapa dengan gelar Pembela, Pembantu, Penolong, Perantara
~ Sekarang Bunda Maria berada di surga. Ia adalah ratu surga dan bumi

apa gelar2 tersebut sdh selaras dgn firman Tuhan? menurut sy itu tidak sesuai dgn frman Tuhan dan dogma seperti itu bisa membahayakan umat.

thank.

Ingrid Listiati
Reply to  pemirsa
13 years ago

Shalom Pemirsa,

Sebelum saya menanggapi, silakan anda menyebut dahulu argumen anda mengapa anda berpikir bahwa gelar- gelar Bunda Maria itu “tidak sesuai dgn frman Tuhan dan dogma seperti itu bisa membahayakan umat.” Silakan anda sebutkan terlebih dahulu keberatan anda.

Sebelum itu, saya mengundang anda untuk membaca Arsip Artikel dan Tanya Jawab tentang Bunda Maria, klik di sini karena di sana sudah ada banyak penjelasan mengenai dasar pengajaran Gereja Katolik tentang Bunda Maria. Silakan anda membaca terlebih dahulu di sana.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

 

kirmadi
kirmadi
13 years ago

Shallom semuanya… menurut sy pemimpin2 greja katolik mula2 telah melebih lebihkan posisi Maria, Maria mendapat gelar Ratu Sorga, Ratu alam semesta…. itu tidak benar. Yang berhak mengenakan gelar Ratu Sorga maupun Ratu alam semesta hanya : Tuhan Allah sendiri saya ulangi lagi hanya Tuhan Allah sendiri yg telah menyatakan diri dlm Kristus. Artikel ini juga menyatakan Maria tidak berdosa/ dibebaskan dari dosa asal, menurut sy ini juga tdk benar buktinya: dlm artikel ini diceritakan Maria mengalami kematian itu bukti bahwa Maria jg berdosa sebab upah dosa adalah maut ,dan jg selaras dgn kitab suci seperti ada tertulis Maria takluk pd… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  kirmadi
13 years ago

Shalom Kirmadi, Pemimpin Gereja Katolik hanya mengajarkan apa yang mereka terima dari para pendahulu mereka, yaitu mereka yang menjadi para penerus para rasul, yaitu para Bapa Gereja. Peran Bunda Maria dan segala gelarnya, tidak pernah disejajarkan dengan peran Tuhan Yesus, namun hanya mendukungnya. Silakan, jika anda tertarik untuk membaca pengertian tentang Pengantaraan Yesus ini menurut ajaran Gereja Katolik, silakan klik.Tentang Maria diangkat ke surga dan Ratu surga, silakan klik di sini. Bahwa Maria mengalami kematian (sebelum diangkat ke surga), ini tidak disebabkan oleh dosa asal, tetapi karena persatuannya dengan Kristus Puteranya, yang juga mengalami kematian sebelum Ia bangkit dan naik… Read more »

chandra christian
chandra christian
13 years ago

salam damai..,,,

saya mau tanya tolong donk ayat dalam injil yang mengajar kan kita untuk berdevosi kepada bunda maria .,,
tolong rincian ayat nya yah buu..
tolong dbalas secepatnya….

[Dari Katolisitas: Silakan anda membaca terlebih dahulu artikel di atas, yang menjelaskan secara sekilas tentang dasar ajaran Gereja Katolik tentang Bunda Maria, silakan klik. Di sana ada dasar- dasar dari Kitab Suci dan Tradisi Suci, mengapa Gereja menghormati Bunda Maria. Jika masih ada pertanyaan, silakan bertanya kembali]

budiaryotejo
budiaryotejo
13 years ago

Halo mister Tristan..[edit],

Saya mau tahu jawaban/ respon anda atau setidaknya pandangan anda untuk menjawab peryataan pak Stef di point I, II , III ( yang tercetak merah ).
Tolong disertai dengan referensinya yaa…… yang mendukung argumentasi anda.
Jangan…[edit]…….sehingga diskusi enak di tonton.

Saya tunggu bro…

Shalom semuanya….

budiaryotejo
budiaryotejo
13 years ago

itulah penafsiran protestan zaman sekarang perihal Maria, tanpa ada dasar yang jelas…..
Lho wong gurunya ( Luther,Calvin dan kawan2 ) aja ngajarin dan mengakui Bunda Maria je….
Lha ini muridnya khok kaga ngakuin Bunda Maria…….
Mungkin dapat ilham atau ilmu baru kali yee…..Coba kalian jelaskan darimana ambil argument atu ilmu baru itu ? [Dari Katolisitas: ….kami edit]

Salom semuanya…..

Yohanes
Yohanes
13 years ago

Shalom, katolisitas.org Saya mendengar beberapa pernyataan dari saudara/i kami, umat Protestan, sebagai berikut, dan saya mohon tanggapan dari umat Katolik, terutama pihak katolisitas.org dalam hal ini: 1) “Katolik menganggap bahwa Maria adalah Ibu kita semua. Namun, sesungguhnya tidak Alkitabiah. Ketika Yesus mengatakan kepada Yohanes, Inilah ibumu, itu mengacu karena tugas Yesus telah selesai, dan Maria perlu dirawat oleh seseorang, yaitu murid kesayangannya. Hal ini didahului oleh pernyataan Yesus menyebut Maria sebagai “perempuan” yang membuktikan bahwa sesungguhnya Maria sudah bukanlah “berperan” sebagai Ibu Yesus, maka diserahkan kepada Yohanes.” 2) “Lalu, mengenai pernyataan Martin Luther pada saat satu homili, ketika ia mengatakan… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  Yohanes
13 years ago

Shalom Yohanes, 1. Maria adalah Ibu kita semua, ini tidak Alkitabiah? Sebenarnya, dasar mengapa Maria disebut sebagai ibu umat beriman itu adalah karena Bunda Maria melahirkan Kristus yang adalah Kepala jemaat (Ef 5:23, Ef 1:22-23); sebab Kristus adalah Kepala Tubuh (Kol 1:18) dan kita semua yang percaya kepada-Nya adalah anggota- anggota-Nya (lih. Rom 12:5). “Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus.” (1 Kor 12:12). Maka karena kita adalah anggota- anggota Tubuh Kristus yang tidak terpisah dari Kepala-Nya, maka kalau Kristus Sang Kepala dilahirkan oleh Bunda Maria,… Read more »

Daniel
Daniel
Reply to  Ingrid Listiati
13 years ago

Shalom,
Sewaktu sekolah, saya punya teman akrab. Tidak hanya dengan teman saya itu, tapi juga dengan keluarganya juga saya akrab dan kadang – kadang saya menganggap ibunya seperti ibu saya sendiri. Kalau dengan seorang teman biasa kita bisa akrab dan menghormati ibunya, kenapa terhadap ibunya Tuhan Yesus harus “merasa alergi”.
Tentang penyembahan, patung, berhala, dll saya pikir itu issu klasik yang membosankan. Orang Katolik bisa dengan jelas membedakan antara menghormati bunda Maria dengan menyembah Tuhan.

Tristan
Tristan
13 years ago

Tambahan: Jawaban No 3 ditulis demikian: Apapun yang ada pada Bunda Maria, entah itu kuasa, pengetahuan dan belas kasihan, dst., itu disebabkan karena rahmat yang diberikan oleh Allah Bapa kepadanya. Oleh sebab itulah maka Bunda Maria disebut sebagai “full of grace“/ “kecharitomene” (Yunani) yang terjemahannya adalah “penuh rahmat.” (Luk 1:28). Dengan demikian semua hal yang diterima oleh Maria tidak akan pernah terlepas dari Putera-Nya, karena Maria sendiri tidak akan pernah mempunyai kuasa apapun terlepas dari Kristus. saya curious ttg kata “full of grace” sebagai terjemahan dari “kecharitomene” yang kata dasarnya adalah “charitoo”. Sebab dari beberapa Alkitab terjemahan bhs Inggris yg… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  Tristan
13 years ago

Shalom Tristan, Kitab Suci bahasa Inggris yang dengan tepat menerjemahkan “kecharitomene” adalah Douay- Rheims Bible, yang merupakan terjemahan Vulgate (dari St. Jerome 347-420) dari bahasa Latin ke dalam bahasa Inggris. Demikian terjemahannya: Luk 1:28 Bahasa Inggris:And the angel being come in, said unto her: Hail, full of grace, the Lord is with thee: blessed art thou among women. Bahasa Latin:et ingressus angelus ad eam dixit have gratia plena Dominus tecum benedicta tu in mulieribus Gereja Katolik memegang teks asli Vulgate dan terjemahannya yaitu “penuh rahmat”. Oleh karena kepenuhan rahmat Allah inilah maka di dalam diri Maria tidak ada “ruang” untuk… Read more »

Tristan
Tristan
Reply to  Ingrid Listiati
13 years ago

Shalom Ibu Ingrid, mari kita lanjutkan diskusi kita. Tidak ada ruang untuk dosa…? Berikut akan saya kutip: 1 Raja-raja 8:46 Apabila mereka berdosa kepada-Mu — karena tidak ada manusia yang tidak berdosa — dan Engkau murka kepada mereka dan menyerahkan mereka kepada musuh, sehingga mereka diangkut tertawan ke negeri musuh yang jauh atau yang dekat, 2 Tawarikh 6:36 Apabila mereka berdosa kepada-Mu — karena tidak ada manusia yang tidak berdosa — dan Engkau murka kepada mereka dan menyerahkan mereka kepada musuh, sehingga mereka diangkut tertawan ke negeri yang jauh atau yang dekat Roma 3:10 seperti ada tertulis: “Tidak ada yang… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  Tristan
13 years ago

Shalom Tristan, Ayat 1 Raj 8:46, 2 Taw 6:36, Rom 3:10, Pkh 7:20, Mzm 14:3, Rom 3:23, memang kurang lebih mengatakan bahwa semua manusia berdosa. Namun ini adalah untuk menyatakan keadaan manusia secara umum. Sebab kita mengetahui bahwa ada kondisi kekecualian yang tidak disebutkan di ayat- ayat tersebut. Kekecualian itu adalah Tuhan Yesus, yang dalam penjelmaan-Nya adalah manusia (meskipun Ia juga adalah Allah) dan anak- anak yang di bawah umur (under the age of reason). Mereka tidak dapat dikatakan sebagai ‘telah melakukan dosa’. Gereja Katolik mengajarkan bahwa Bunda Maria juga termasuk kekecualian dalam hal ini. Dasarnya mengapa Gereja Katolik mengajarkan… Read more »

Simon
Simon
13 years ago

Kalau disurga ada penderitaan untuk apa orang berusaha masuk surga? Gak salah tuh yang menulis buku itu?
Lucu….[dari Katolisitas: diedit].!!!

Thomas Vernando
Thomas Vernando
13 years ago

luar biasa..
makasih tim Katolisitas,
Gbu :)

Tristan
Tristan
13 years ago

Tambahan, bagaimana dengan Link ini: [dari katolisitas: link dihapus] saya kutip bagian mengenai Maria : We began to ride again and arrive at a door that was half-opened, and the Lord said, “Servant come here, come here because behind this door is Mary. Get close and hear what she is saying, so you can go and tell My people, so you can tell the people how Mary is suffering.” I got closer and saw a young lady, such a beautiful young lady, so beautiful, her face was so pretty. She was looking through a very tiny window. She was kneeling… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Tristan
13 years ago

Shalom Tristan, Terima kasih atas komentarnya. Saya ingin mengusulkan kepada anda, agar diskusi dapat berfokus pada satu topik dan selesaikan diskusi sampai selesai (sekitar 3 putaran). Saya juga ingin mengusulkan bahwa diskusi tidak dapat berdasarkan suatu vision dari seseorang – dalam hal ini vision dari Janes Balderas Canela, Puerto Rico. Jadi, kalau anda mengutip kesaksian dari site tersebut yang menyatakan bahwa Maria menderita di Sorga, maka hal ini tidak menguatkan argumentasi anda namun justru memperlemah argumentasi anda dengan dua alasan: 1. Pertama, tidak semua mempercayai vision tersebut. Kita tahu bahwa wahyu pribadi dapat salah, karena wahyu yang dialami seseorang dapat… Read more »

Tristan
Tristan
Reply to  Stefanus Tay
13 years ago

Dear Bpk Stef, baiklah akan saya pertimbangkan saran bapak. Terimakasih ju7ga utk penjelasn Bapak

Salam

Alexander Pontoh
Alexander Pontoh
Reply to  Stefanus Tay
13 years ago

ada begitu banyak kesaksian dari orang kudus sepanjang sejarah Gereja Katolik yang mempunyai wahyu pribadi tentang Bunda Maria di Sorga. Namun, hal ini tidak pernah kami kemukakan

–>

banyak mujizat, pengelihatan, dll dari anggota Gereja Katolik. tetapi tidak terlalu di ekspos. mungkin karena peristiwa-peristiwa seperti itu tidak untuk dijadikan mesin pencari uang.

[dari Katolisitas: diedit]

Tristan
Tristan
Reply to  Stefanus Tay
13 years ago

Shalom Bpk Stef ijinkanlah saya melanjutkan diskusi tentang Maria. saya persoalkan disini adalah penularan sifat Ilahi YESUS kepada Maria hanya ajaran yang berbau pemberhalaan. Sifat Ilahi YESUS bersifat kekal tidak pernah berubah,sedangkan sifat manusianya dulu tidak pernah ada,tetapi menjadi ada hanya karena dikandung oleh rahim Maria yang dipilih berdasarkan kehendak Allah (bukan Maria) didalam waktu. • Ibrani 10:5 Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: “Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki — tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku –. Walau YESUS sewaktu didunia mempunyai dua sifat ilahi dan manusia tetapi keduanya tidak bercampur aduk sehingga keilahian Nya tidak… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Tristan
13 years ago

Shalom Tristan, Terima kasih atas tanggapannya. Mari kita melanjutkan diskusi kita tentang Maria. Berikut ini adalah tanggapan yang dapat saya berikan: I. Sifat Ilahi Yesus dan Maria Anda mengatakan “saya persoalkan disini adalah penularan sifat Ilahi YESUS kepada Maria hanya ajaran yang berbau pemberhalaan. Sifat Ilahi YESUS bersifat kekal tidak pernah berubah,sedangkan sifat manusianya dulu tidak pernah ada,tetapi menjadi ada hanya karena dikandung oleh rahim Maria yang dipilih berdasarkan kehendak Allah (bukan Maria) didalam waktu.“ a. Seperti penjelasan saya sebelumnya, Gereja Katolik tahu secara persis bahwa Maria adalah mahluk ciptaan Allah, namun diciptakan begitu sempurna, karena dia telah dipersiapkan sedemikian… Read more »

Lukas Cung
Lukas Cung
Reply to  Tristan
13 years ago

Shalom Tristan,

Saya yakin, Anda pasti memegang teguh “Sola Scriptura”. Katanya hanya Alkitab satu-satunya sumber kebenaran. Kalau begitu, saya tak habis pikir, kenapa vision di atas menjadi begitu penting, yang walaupun akan Anda sangkal: vision di atas telah dianggap sebagai suatu kebenaran.

Salam,
Lukas Cung

johanes
johanes
Reply to  Lukas Cung
13 years ago

setuju dengan Lukas Cung:
1.Sola Scriptura tidak dijalankan dengan penuh oleh pengikutnya dan terjadi standar ganda sekaligus ketidak konsistenan.
2. Gambaran surga dengan penghuninya yang menangis tidak sesuai dengan gambaran alkitab tentang surga. Jadi tidak alkitabiah.

Thomas Vernando
Thomas Vernando
Reply to  Tristan
13 years ago

hhm…
“menyembah”?
Dengan kata itupun saya pribadi sudah mempertanyakan kebenaran wahyu pribadi tersebut. Maaf, cuma yang saya yakini, umat Katolik tidak menyembah Bunda Maria. Kami menghormatinya sebagai pengantara kami kepada Anak-nya..
makasih.

johanes
johanes
Reply to  Tristan
13 years ago

Sdr Tristan: Ada benarnya pendapat Simon diatas: bukankah di surga sudah tidak ada penderitaan?asumsi buku itu keliru sekali, bertolak belakang dengan isi Alkitab dan sungguh TIDAK ALKITABIAH!Bukalah alkitab anda mengenai gambaran surga. Anda kog lebih percaya satu buku itu yang memuat “kesaksian” yang belum tentu benar [edit] dan anda membuang jauh jauh ratusan buku tulisan Bapa Bapa Gereja tentang Maria dan pengajaran Gereja tentang Maria yang benar, bahkan anda mengabaikan kata kata Tuhan Yesus bahwa Ia akan melindungi GerejaNya dan kuasa alam maut tidak akan menguasainya,, termasuk apa yang diajarkan oleh GerejaNYa mengenai BundaNya. Yesus mencintai BundaNya dan Dia juga… Read more »

Tristan
Tristan
13 years ago

Shalom pengasuh katolisitas yang baik hati, mengenai doktrin Maria, saya ingin tanya apakah Maria memiliki Kuasa yang tak terbatas? Pengetahuan yang tidak terbatas? dan Kebijaksanaan yang tidak terbatas? Sebab saya menyimpulan demikian ketika membaca doa Novena sbb: Pengharapanku yang besar ini, berdasarkan atas kuasa yang tak terbatas yang dianugerahkan oleh Allah Bapa kepadamu…… engkau dianugerahi pengetahuan Ilahi yang tak terhingga oleh Puteramu, sebagai makhluk yang paling sempurna untuk dapat menerimanya …. …kebijaksanaanmu yang tiada bandingnya, yang dikaruniakan oleh Puteramu melalui Sabda Ilahi kepadamu. Paling tidak ada tiga definisi yang diberikan kpd bunda Maria. 1. kuasa yang tidak terbatas 2. pengetahuan… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Tristan
13 years ago

Shalom Tristan, Terima kasih atas komentarnya tentang Bunda Maria. Anda mencoba untuk menggambarkan kekuasaan dan pengetahuan yang tak terbatas yang diberikan kepada Maria terlepas dari Tuhan. Dan kemudian menggambarkan kuasa yang tak terbatas dari Tuhan dikurangi dengan kuasa yang tak terbatas dari Maria, sehingga seperti rumus matematika, akhirnya menjadi kosong hasilnya. Saya akan memberikan tiga argumentasi berikut ini: 1. Ada banyak hal di dalam spiritualitas bukanlah merupakan perhitungan empiris dan matematis seperti yang coba anda gambarkan. Sebagai contoh: Apakah dengan Yesus mengasihi umat-Nya sehabis-habisnya – yang dibuktikan-Nya dengan mati di kayu salib – kemudian membuat Yesus kehabisan kasih? Semakin kasih… Read more »

Lukas Cung
Lukas Cung
Reply to  Stefanus Tay
13 years ago

Pak Stef, betul, betul, betul!

Cornelius
Cornelius
Reply to  Lukas Cung
13 years ago

kalau lucas cung ..betul..betul….betul….!!!
saya tersenyum aja……puas..puas..puas…!!!!

Kay Roven
Kay Roven
Reply to  Cornelius
13 years ago

Bergembiralah selagi bisa bergembira krn pada saat akhir nanti jangan sampai kegembiraan kalian menjadi gertakan gigi tp masi ada waktu utk kembali kepada kebenaran Firm Tuhan Yohanes 14:13-14 dan apa juga yang kamu minta dlm namaKu, Aku akan melakukannya, supaya BAPA dipermuliakan di dalam Anak 14. Jika kamu meminta sesuatu kepadaKu dalam namaKu, Aku akan melakukannya. Jelas sekali Firman Tuhan memberitahukan kepada murid2Nya utk tdk meremehkan Firman Tuhan, kalian membuat maria terlihat sama mulia dengan Tuhan Yesus dan kalian membuat Yesus tdk mau mendengar doa anak2Nya dan membuat sepertinya Tuhan Yesus tidak mau melakukan apa2 jadi kalian dengan berharap kpd… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Kay Roven
13 years ago

Shalom Kay Roven, Terima kasih atas tanggapannya. Saya mencoba mengerti bahwa tanggapan yang anda berikan adalah berdasarkan niat baik anda agar umat Katolik – yang anda pandang tidak Alkitabiah – juga dapat turut diselamatkan. Namun, kesimpulan ini adalah berdasarkan asumsi bahwa Gereja Katolik memberikan pengajaran yang salah tentang Bunda Maria. Namun, asumsi ini perlu dibuktikan lebih lanjut kebenarannya. Oleh karena itu, saya menyarankan agar anda membaca artikel di atas, kemudian memberikan argumentasi yang jelas di bagian manakah dari pengajaran Gereja Katolik tentang Maria adalah salah. Cobalah juga anda membaca apa yang dikatakan oleh pendiri Protestan, seperti Martin Luther, Calvin, Zwingli,… Read more »

Kay Roven
Kay Roven
Reply to  Stefanus Tay
13 years ago

Keselamatn adalah pilihan, soal pengajaran harus dinyatakan oleh kebenaran Firman Tuhan, Apakah saya harus selalu setuju dengan pendiri protestan? Saya setuju maria tanpa noda karena memang dia belum berhubungan badan dengan Yusuf atau orang lain, sebelum bertemu Yusuf maria adalah perawan saya setuju…. Lalu dikatakan maria suci tidak memiliki dosa awal, bagai mana mkn Tuhan Yesus aja blm mati dikayu salib masa maria udah bebas dari dosa awal. Kalo saya baca artikel diatas Gereja katolik tdk setuju dengan Firman Tuhan di Yohanes 14:13-14 dan apa juga yang kamu minta dlm namaKu, Aku akan melakukannya, supaya BAPA dipermuliakan di dalam Anak… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  Kay Roven
13 years ago

Shalom Kay Roven, 1. Keselamatan adalah pilihan? Keselamatan adalah dari Tuhan (Yun 2:9), sehingga tidak semata- mata pilihan manusia. Jadi pernyataan anda, “Keselamatan adalah pilihan“, itu tidak sepenuhnya benar. Sebab keselamatan kita peroleh pertama- tama dari kasih karunia Allah, yaitu oleh iman (Ef 2:8-9) yang bekerja oleh kasih (Gal 5:6). Nah hal beriman kepada Allah inilah yang melibatkan juga kehendak bebas manusia: manusia dapat memilih untuk beriman kepada Tuhan yang menyatakan diri-Nya di dalam Yesus Kristus atau tidak. Selanjutnya, manusia dapat memilih untuk menerima pengajaran Kristus yang dinyatakan oleh Gereja-Nya, atau tidak. 2. Pengajaran harus dinyatakan oleh kebenaran Firman Tuhan?… Read more »

Tristan
Tristan
Reply to  Stefanus Tay
13 years ago

Shalom Bpk Stve, berikut tanggapan saya

Raja memberi kekuasaan untuk kerajaan Inggris pada parlemen. Jadi Parlemenlah yang berhak membuat undang2 di Inggris.

Apa Raja masih boleh menentukan undang2 di Inggris?

Apa Raja masih punya kekuasaan absolute?

Salam

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Tristan
13 years ago

Shalom Tristan, Terima kasih atas tanggapan anda. Menjawab pertanyaan anda, setiap negara mempunyai sistem masing-masing. Dalam kasus di negara Inggris, maka raja atau ratu adalah kepala negara, juga kepala dari militer – yang dapat mengatakan perang atau perang telah usai, dan tugas-tugas yang lain. Tentu saja kalau kekuasan untuk membuat peraturan diberikan kepada parlemen, maka parlemenlah yang membuat peraturan sesuai dengan fungsinya. Kalau anda mau mengkaitkan dengan Gereja Katolik, maka diskusi menjadi lebih mendalam dan terarah kalau anda dapat membuktikan, bahwa Paus beserta para uskup seharusnya tidak boleh membuat peraturan apapun dan membuktikan bahwa ada ajaran yang bertentangan dengan Alkitab.… Read more »

Kris
Kris
Reply to  Tristan
13 years ago

Shalom Pak Tristan, Doktrin2 tentang Bunda Maria bisa dibilang sudah tua sekali, setua sejarah kekristenan, kalau Anda mempertanyakannya, bisa dibilang seperti mempertanyakan kekristenan itu sendiri. Apakah Anda tidak sependapat dengan umat Kristen awal? Ataukah mungkin menurut Anda para Bapa Gereja itu mengajarkan kesesatan? Saya yakin, pertanyaan2 Anda ini mungkin pada abad2 /tahun2 sebelumnya sudah pernah ada yg menanyakan, dalam pandangan saya seperti gelombang yang menerpa silih berganti, tapi kenapa doktrin tentang Maria ini masih tegap berdiri? Mungkin itu juga perlu Anda tanyakan, mengapa doktrin ini bisa sampai sedemikian kokohnya. Dibangun diatas pondasi apakah doktrin ini? koq bisa sampai kokoh berabad-abad… Read more »

Agus Belyanan
Agus Belyanan
Reply to  Kris
10 years ago

JANGAN LAGI SAKITI BUNDA MARIA Terkadang dalam permenungan, saya berdoa dan bertanya dalam hati: TUHAN YESUS, mengapa sebagian orang-orang di dunia ini sangat membenci Maria yang adalah seorang Ibu yang pernah melahirkan-Mu? Sudah tidak adakah rasa takut akan Dikau dari orang-orang ini ? Jika memang sulit bagi mereka untuk menerima ajaranMu lewat para Rasul dan penerusnya, dapatkah sedikit saja hati dan sikap mereka menjadi lunak untuk jangan lagi menghina Maria Bunda-Mu? Bukankah akan lebih manusiawi jika mereka menolak dalam hati dan merenungi sendiri tanpa harus mengeluarkan kata protes dengan nada-nada fitnaan kepada Bunda-Mu ? Saya sungguh percaya bahwa memang jika… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  Agus Belyanan
10 years ago

Shalom Agus, Sejujurnya, tidak semua saudara-saudari kita yang Kristen non-Katolik membenci Bunda Maria, seperti yang Anda tuliskan itu. Mungkin beberapa kali Anda mengalami memang ada sejumlah dari mereka yang nampak seperti anti kepada Bunda Maria, sehingga Anda berkesimpulan seperti itu. Tetapi sebenarnya, ada juga sejumlah dari saudara/i kita yang non-Katolik, yang juga menghormati Bunda Maria, hanya saja memang tidak secara eksplisit seperti kita umat Katolik. Maka mungkin ada baiknya jika Anda juga terbuka terhadap kenyataan ini, sehingga Anda tidak terlalu bersikap negatif terhadap semua saudara-saudari kita yang non-Katolik. Sepanjang pengetahuan saya, ganjalan terbesar dari mereka yang menolak Bunda Maria, adalah… Read more »

Agus Belyanan
Agus Belyanan
Reply to  Ingrid Listiati
10 years ago

syalom juga, maaf sedikit terlambat menjawab. Terima kasih bu Ingrid atas koreksi dan masukannya, mungkin sedikit terbawa dgn situasi di mana saya berada bhw bahasa dan isi tulisan saya kedengaran menyakitkan, namun itu mungkin sesuai dgn karakter kami di Papua yang memang kadang harus tegas. Tempat di mana saya bertugas ini, sebenarnya merupakan daerah mayoritas katolik, namun karena satu dan lain hal (yg tdk bisa saya jelaskan di sini) akhirnya kini katolik menjadi minoritas. Sebetulnya saya adalah seorang Katekis utusan keuskupan Agats-Asmat, namun entah bagaimana saya tdk mengontrol tulisan tsb shingga terkesan menghakimi. Namun saya kira ini masukan yang sangat… Read more »

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
62
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x