St. Benediktus: Dipimpin Roh Kudus untuk menumbuhkan kehidupan doa dan karya dalam Gereja

St. Benediktus lahir di Sabino, Nursia, pada tahun 480. Sejak muda ia telah tertarik kepada seni retorika sehingga ia pergi studi tentangnya di Roma. Ia begitu terusik oleh kemunduran moralitas masyarakat di sana. Karena itu, ia menarik diri ke luar kota, yaitu ke Subiaco. Di sana ia bertemu dengan Abas Romanus, dan ia pun memutuskan menjadi pertapa/abas di usia 14 tahun. Selama 3 tahun Benediktus hidup di gua. Romanus mengantarkan roti tiap hari, yang dikereknya ke gua itu.

Saat berdoa di gua, Benediktus diserang seekor burung hitam, yang diyakininya sebagai serangan iblis. Ia mengusir burung itu dengan tanda salib. Iblis menggodanya agar meninggalkan kebajikan kemurnian. Benediktus mengalahkan godaan itu dengan menggulingkan diri ke semak berduri. Sejak itu, godaan melawan kemurnian tidak pernah dialaminya lagi. Kini semak duri tersebut menjadi salah satu relikwi yang berkenaan dengan St. Benediktus.

Doa dan laku tapa menghasilkan kehidupan rohani yang mendalam bagi Benediktus. Banyak kuasa mukjizat yang dilakukannya dalam nama Tuhan Yesus, sehingga banyak orang menjadi pengikutnya.

Doa dan laku tapa menghasilkan kehidupan rohani yang mendalam bagi Benediktus. Banyak kuasa mukjizat yang dilakukannya dalam nama Tuhan Yesus, sehingga banyak orang menjadi pengikutnya. Suatu waktu, ia diracun oleh seseorang yang iri hati terhadapnya, tapi racun itu tidak berpengaruh apapun terhadapnya. Karena itu, semakin banyak orang mengikuti dia. Benediktus lalu mengelompokkan mereka dalam 12 biara, masing-masing dengan 12 pertapa, dan seorang pemimpin. Ia menjadi pemimpin utama dari semua biara itu. Saudari kembarnya, St. Skolastika, juga menjadi biarawati.

Tahun 525, Benediktus pergi ke Monte Cassino, dan merubuhkan kuil dewa Apollo di puncak bukit itu. Ia menggantikannya dengan sebuah biara, yang kemudian menjadi salah satu biara yang paling terkenal di dunia. Tempat itu menjadi tempat lahirnya biara-biara lain di Eropa. Biara di Monte Cassino menarik banyak orang dan menghasilkan banyak pemimpin Gereja dan Paus. Mereka semua datang ke sana untuk belajar dari Benediktus, yang memimpin biara dengan karunia kebijaksanaan dan nubuat.

Biara Monte Cassino menjadi tempat pertolongan bagi orang miskin, perhentian para pelancong, dan tempat perlindungan bagi mereka yang membutuhkan.

Biara Monte Cassino menjadi tempat pertolongan bagi orang miskin, perhentian para pelancong, dan tempat perlindungan bagi mereka yang membutuhkan. Para pertapa di sana juga menekuni berbagai bidang studi, baik pertanian, kesehatan, metalurgi, maupun kesenian. Tak ada bidang studi yang asing bagi kaum Benediktin. Mereka menjadi guru-guru di sekolah-sekolah dan universitas. Benediktus sendiri kerap berkhotbah dan banyak orang bertobat setelah mendengarkan khotbahnya.

Di saat itulah Benediktus menulis Regula Monachorum (the Benedictine Rule), yaitu peraturan biara yang menjadi standar kehidupan membiara di dunia Barat. Termasuk di dalamnya adalah ketentuan setahun masa percobaan, kaul ketaatan, asketisme, berdoa dan bekerja (ora et labora—semboyan kaum Benediktin). Benediktus meluaskan karyanya ke luar biara kepada masyarakat di sekelilingnya, dengan merawat dan menyembuhkan orang-orang sakit, membagikan sedekah dan makanan, membantu orang-orang susah dan menasihati mereka yang membutuhkan.

Di beberapa kesempatan, Benediktus membangkitkan orang mati. Jubahnya mengeluarkan bau harum yang lebih harum dari minyak wangi yang terbaik. Ia melakukan banyak mukjizat. Atas doanya, seorang muridnya dapat berjalan di atas air untuk menyelamatkan seorang anak yang tenggelam. Ia menggandakan tepung dan minyak untuk memberi makan para anggota biara. Ketika para pertapa kekurangan air, atas permohonan doa Benediktus, mata air ditemukan di tempat ia berdoa.

Benediktus memiliki karunia nubuat. Ia menubuatkan kejatuhan biara yang didirikannya. Tahun 590, kaum Lombard merampas dan menghancurkan biara tersebut, dan membuat para pertapa itu melarikan diri. Biara itu dibangun kembali, tetapi kemudian dirusak oleh kaum Sarasen di tahun 883, dan oleh gempa bumi tahun 1349. Biara tersebut dihancurkan oleh bom di Perang Dunia ke II, namun kemudian dibangun kembali.

Benediktus telah menubuatkan kematiannya sendiri 6 hari sebelum itu terjadi. Ia meminta rekan-rekan sebiaranya untuk menggali kuburnya. Setelah penggalian selesai, ia jatuh sakit demam, dan keadaannya terus memburuk. Di hari ke-6, ia meminta untuk diusung ke ruang doa, dan menerima Komuni kudus. Di saat terakhirnya, ia berdiri, dipapah oleh rekan-rekannya, dan wafat dengan tangannya yang terbuka selagi berdoa. Jenazah Benediktus dan Skolastika—saudari kembarnya yang telah wafat sebelumnya—dikubur di Monte Cassino.

St. Benediktus diangkat menjadi Santo pelindung Eropa, oleh Paus Paulus VI, di tahun 1964. Selain itu, ia dikenal sebagai Santo pelindung bagi mereka yang terkena racun, mereka yang memerangi kuasa kegelapan, dan para peneliti gua-gua.

St. Benediktus diangkat menjadi Santo pelindung Eropa, oleh Paus Paulus VI, di tahun 1964. Selain itu, ia dikenal sebagai Santo pelindung bagi mereka yang terkena racun, mereka yang memerangi kuasa kegelapan, dan para peneliti gua-gua. Sumber keterangan tentang St. Benediktus diambil dari tulisan St. Paus Gregorius Agung (590-604), yang berjudul, “The Dialogues”. Ordo St. Benediktus (OSB) adalah ordo pertapa tertua, dan selama 5 abad lebih telah menjadi satu-satunya ordo monastik di dunia Barat. Oleh pimpinan Roh Kudus, ordo ini membangun Gereja dan sangat berpengaruh terhadap perkembangan peradaban di Abad Pertengahan. Pusat struktur Benediktin adalah doa harian, yang disebut Ibadah Harian (Divine Office/Liturgy of the Hour), atau doa brevir. Doa ini didaraskan 7 kali sehari. Pada saat-saat yang ditentukan itu, para biarawan berhenti dari apapun yang sedang dilakukan untuk berlutut dan berdoa. Sampai saat ini, Ibadah Harian itu dipandang sebagai doa Gereja Katolik. St. Benediktus juga mensyaratkan pembelajaran Kitab Suci dalam doa (Lectio Divina), untuk menyelaraskan pengetahuan dan penghayatan. Empat sampai enam jam disisihkan setiap hari untuk membaca, menghafalkan dan mengulangi ayat-ayat dalam Kitab Suci. Dengan demikian, para pertapa tersebut memasuki permenungan kontemplatif dalam hadirat Tuhan yang melampaui pemahaman pemikiran. Perpaduan antara doa dan karya para rahib Benediktin ini sungguh diberkati Tuhan. Kini biara Benediktin telah tersebar di seluruh dunia, termasuk kaum Carthusian, Cisterian, Trapis, dan berbagai ordo lainnya yang mengacu kepada Ordo Benediktin. Dapat dikatakan, kehidupan membiara di Gereja Katolik mengambil sumbernya dari ketentuan Benediktin, yang sangat kuat berakar pada Sabda Tuhan. Perayaan St. Benediktus adalah tanggal 11 Juli (atau 14 Maret pada Gereja-gereja Timur). [1]

 


[1]Sumber: Rosemary Ellen Guiley, The Encyclopedia of Saints, (New York: Checkmark Books, 2001), p. 41-43.

SEE ALL Add a note
YOU
Add your Comment
 

Doa St. Thomas Aquinas

Allah Pencipta segala sesuatu, Sumber terang dan kebijaksanaan yang sejati, asal mula segala makhluk, curahkanlah seberkas cahaya-Mu untuk menembus kegelapan akal budiku. Ambillah dariku kegelapan ganda yang menyelimutiku sejak lahir, suatu ketidak-mengertian karena dosa dan ketidak-tahuan. Berilah kepadaku, pengertian yang tajam dan ingatan yang kuat dan kemampuan untuk memahami segala sesuatu dengan benar dan mendasar. Karuniakanlah kepadaku talenta untuk menjelaskan dengan tepat dan kemampuan untuk mengutarakannya dengan saksama, luwes dan menarik. Tunjukkanlah bagaimana aku memulainya, arahkanlah perkembangannya dan bantulah sampai kepada penyelesaiannya. Kumohon ini demi Yesus Kristus Tuhan kami. Amin.

Review Kursus

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus.