Pihak ketiga dalam cinta sejati

Memahami Trinitas saja sudah menjadi sebuah perjuangan besar bagi umat Katolik. Apalagi menjelaskannya. Sudah banyak analogi, penjelasan, ulasan teologis, dokumen, dan buku-buku yang mencoba menyelami misteri diri Allah. Namun, apa daya. Manusia sama seperti sebuah ceruk di pinggir pantai. Tidak akan mampu memahami sepenuhnya mengenai Allah yang bagai samudra luas, kecuali nanti ketika Tuhan mengizinkan masing-masing ceruk itu bersatu denganNya dalam lautan kebahagiaan kekal. Tapi, mungkin Ia sebenarnya sudah menunjukkan sidik jari-Nya, dan sekaligus menjadi model contoh, di setiap ciptaan-Nya.

Bagiku, keluarga sama seperti ice lemon tea. Manis-manis kecut. Manis karena mereka adalah harta yang luar biasa berharga, pemberian Allah yang pertama dan sangat berarti bagiku. Kecut karena gesekan yang terjadi di antara kita lebih menyakitkan dibandingkan gesekan lainnya. Mungkin karena ikatan keluarga sungguh dekat sehingga gesekan yang terjadi pun cukup sering. Terutama, antara aku dan papaku. Sama-sama kepala batu, dasar memang sudah turunannya (dan dulu aku kira aku nggak akan sama seperti papaku).

Tapi, ketika aku mencoba melihat keluargaku, aku melihat Allah Trinitas. Melihat sidik jari-Nya, dan melihat model yang Ia tinggalkan sebagai contoh. Allah Bapa mencurahkan Diri-Nya sepenuhnya pada Allah Putra, dan Allah Putra membalas sepenuhnya kasih Allah Bapa. Allah Bapa dan Putra bersatu dalam ikatan Roh Kasih yang saling dicurahkan. Kedua orangtuaku dulu menikah dan membentuk keluarga karena kasih. Aku tahu bahwa segala sesuatu yang baik berasal dari Allah, termasuk kasih. Bahkan, Allah sendiri adalah kasih (1 Yoh 4:8). Dengan demikian, hubungan antara papa & mamaku sebenarnya tidak hanya melulu antara suami dan istri. Ada “Pihak Ketiga”, yakni Allah. Cinta sejati antara sepasang kekasih adalah cinta antara pria dan wanita yang diikat oleh cinta Allah. Dengan demikian, segala sesuatu dilakukan demi membahagiakan Allah dan pasangan.

Aku juga melihat Allah Trinitas dalam keluargaku. Allah memiliki kebapaan, keputraan, dan hakikat keluarga, yakni kasih. Dalam keluargaku, aku melihat seorang papa yang mencintai anak-anaknya dengan mamaku sebagai pengikat kasih tersebut. Tentu saja, ini adalah gambaran, yang tidak sempurna untuk menggambarkan Allah Tritunggal sepenuhnya. Tapi, aku melihat sidik jari-Nya, di mana kasih papaku pada semua anaknya menggambarkan Allah Bapa yang mengasihi Putra-Nya. Kasih tersebut sendiri menjadi nyata dalam pribadi mamaku, yang menjadi pengikat kasih antara anak-anak dan papa, seperti Roh Kudus yang dicurahkan Bapa kepada Putra, dan dibalas oleh Putra kepada Bapa.

Gambaran ini sekaligus menjadi model bagi keluargaku. Sidik jari-Nya dalam keluargaku menjadi petunjuk seperti apa keluarga yang diinginkan Allah, yakni seperti Diri-Nya sendiri. Allah ingin agar persatuan dalam keluargaku tidak terceraikan, bersatu dengan utuh, dan memberikan diri sepenuhnya untuk satu sama lain. Sama seperti Allah Bapa yang memberikan seluruh yang Ia miliki pada Allah Putra, dan Allah Putra yang mempersembahkan semuanya pada Allah Bapa, dan yang saling diberikan di antara KeduaNya tidak lain adalah Roh Cinta Allah yang Kudus. Keeratan persatuan di antara Ketiga Pribadi sungguh sempurna sehingga Tiga Pribadi Allah adalah satu. Persatuan inilah yang sebenarnya telah dianugerahkan Allah pada setiap keluarga. Namun, tentu saja anugerah bebas untuk diterima atau ditolak. Sayang, di zaman ini, banyak keluarga dan pasangan yang menolak anugerah tersebut dan menyerah.

Semoga, hidup keluargaku dan keluarga semua orang menjadi lengket-ket-ket jadi satu seperti gulali yang lengket di bibir. Semoga seluruh Gereja lengket-ket-ket jadi satu seperti gula kapas yang manis. Semoga seluruh manusia lengket-ket-ket jadi satu saudara karena Roh Cinta Allah yang pekat. Kalau bisa, selengket-ket-ket Allah Bapa,Putra, dan Roh Kudus, di mana 3=1. Selamat Hari Raya Tritunggal Mahakudus!

 

Dalam misteri-Nya yang terdalam, Allah bukanlah suatu kesendirian, tetapi suatu keluarga. Karena, dalam Diri-Nya, Ia memiliki Kebapaan, Keputraan, dan hakikat dari keluarga, yakni Kasih.” – Beato Yohanes Paulus II

2 1 vote
Article Rating
19/12/2018
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x