Pengangkatan Maria memberi pengharapan

[Hari Raya Santa Perawan Maria diangkat ke Surga;  Why 11:19-12:1-10; Mzm45:10-16; 1Kor15:20-26; Luk 1:39-56]

“Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu! Terpujilah engkau di antara wanita dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus. Santa Maria, Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati. Amin….”

Entah telah berapa kali kuucapkan doa ini sampai saat ini. Namun hari ini, sabda Tuhan kembali menyingkapkan kepadaku makna yang mendalam dari doa sederhana di atas. Hari ini kita merayakan Pengangkatan Bunda Maria, tubuh dan jiwanya, ke Surga. Walaupun baru dimaklumkan secara resmi oleh Paus Pius XII tanggal 1 November 1950, melalui Konstitusi Apostolik Munificentissimus Deus, ajaran ini bukan ajaran “baru” yang dibuat-buat oleh Gereja Katolik di tahun 1950. Sebab para Bapa Gereja  telah sejak abad-abad awal mengajarkan hal tersebut. Salah satu khotbah kuno tentangnya diajarkan oleh Uskup Teoteknos di abad ke-6 (550-650), “Sebab Kristus mengambil tubuh-Nya yang tak bernoda dari tubuh Maria yang tak bernoda; jika Henokh telah dipindahkan dan Elia telah pergi ke surga, bukankah terlebih lagi Maria, yang seperti bulan di tengah bintang-bintang, bersinar terang dan mengungguli para nabi dan Rasul? Sebab meskipun tubuhnya—yang melahirkan Tuhan—itu mengalami kematian, tubuh itu tidak mengalami kerusakan, namun dijaga tidak rusak dan tetap murni dan diangkat ke Surga dengan jiwanya yang murni dan tanpa noda”  (St. Theoteknos of Livias, Homily on the Assumption). Gereja telah merayakan pesta Pengangkatan Maria ke Surga sejak akhir abad ke-6.

Demikianlah,  para pengkhotbah mengikuti jejak para Bapa Gereja, menghubungkan ayat Mazmur ini dengan pengangkatan Bunda Maria ke Surga: “Bangkitlah Tuhan, ke tempat peristirahatan-Mu, Engkau dan tabut-Mu yang telah Engkau kuduskan” (Mzm 131:8). Bunda Maria sang tabut Perjanjian Baru, yang membawa Kristus Sang Sabda di dalam rahimnya, diangkat oleh Allah ke tempat peristirahatan-Nya di Surga. Dan di sana, tergenapilah juga Mazmur yang kita baca hari ini, bahwa dengan diangkat ke Surga, Bunda Maria menjadi “permaisuri berpakaian emas dari Ofir, yang berdiri di sebelah kanan Tuhan Sang Raja” (lih. Mzm 45:10). Dengan diangkat ke Surga, Bunda Maria menempati urutan pertama di persekutuan anggota Kristus (lih.1Kor 15:22-23), yang menerima penggenapan janji keselamatan kekal.

Sebagai orang pertama yang menerima kepenuhan janji keselamatan kekal, Bunda Maria sungguh menjadi seorang yang terberkati di antara segala keturunan (lih. Luk 1:48). Bunda Maria terberkati di antara segala wanita yang pernah hidup di dunia, sebab ia dipilih Allah untuk mengandung dan melahirkan Putra-Nya, Yesus Kristus. Terpujilah engkau, ya Bunda Maria, di antara wanita! Demikianlah Allah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadanya (lih. Luk 1:49): dengan menguduskannya sejak dalam kandungan, menjadikannya ibu bagi Putra-Nya, dan mengangkat tubuh dan jiwanya ke Surga, setelah purna tugasnya di dunia. Di Surga, ia tetap menjadi ibu bagi kita semua yang telah diberikan Kristus menjadi anak-anaknya (lih. Yoh 19:26-27). Dengan demikian, ia dapat mendoakan kita kepada Yesus, dan menjadi penolong kita di saat-saat sulit dalam kehidupan kita, terutama di saat ajal. Demikianlah kita berdoa kepadanya, “…. Santa Maria, doakanlah kami, sekarang dan waktu kami mati...”

Kita memiliki seorang ibu di Surga—yang juga adalah ibu Yesus Tuhan kita—yang selalu mendoakan kita, agar kita pun dapat sampai ke sana! Bunda Maria telah  diangkat Allah ke Surga, untuk memberi pengharapan kepada kita, bahwa jika kita setia beriman seperti dia, kelak di akhir zaman, kita pun akan diangkat dan dimuliakan di Surga. Ini memberi pengharapan kepada kita, agar kita tidak takut menghadapi kematian, dan agar kita mengikuti teladan Bunda Maria, senantiasa menghargai dan menjaga kekudusan tubuh dan jiwa kita.

“Allah Bapa, menurut kebijaksanaan-Mu, Bunda Maria yang melahirkan Kristus dari rahimnya telah diangkat tubuh dan jiwanya untuk ada bersama-sama dengan Kristus di Surga. Semoga kami mengikuti teladannya dalam mencerminkan kekudusan-Mu dan kelak bergabung dengannya dalam kidung pujian dan kasih kepadaMu yang tanpa akhir. Kami mohon ini demi Kristus Tuhan kami. Amin.”

19/12/2018
Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus.Â