Misa Tridentine dan Novus Ordo

Pertanyaan:

Shalom…
Saya ingin bertanya mengenai sejarah Misa Tridentine dan Misa yg sekarang dilaksanakan (Novus Ordo)…Mohon Penjelasannya…Trims…^^

[Dari Katolisitas: Pertanyaan ini digabungkan karena berhubungan]

Shalom..

Tapi menurut saya misa novus ordo tidak sesuai dengan ajaran Gereja mula-mula yang dalam misa Imam tidak menghadap umat tapi menghadap ke Altar dan mengarah/memilikki arah kiblat ke Timur…

mohon pendapatnya..

Trims
Jerry

Jawaban:

Shalom Jerry

1. Tridentine Mass

Misa Tridentine mengambil nama dari Konsili Trente (1545-1563) yang memuat sedikit penyesuaian dari ritus Roma. Namun demikian, secara garis besar, Misa Tridentine tidaklah memasukkan praktek baru yang berbeda dengan tradisi penyembahan yang telah berlangsung secara organik di Roma dan negara- negara Eropa sejak tahun 300-an. Maka Ritus Tridentine lebih tepat disebut sebagai ritus Tradisional Roma. Liturgi Tridentine termasuk dalam edisi 1570- 1962 di Roman Missal, berdasarkan Bulla Quo Primum oleh Paus Pius V.

2. Novus Ordo /Misa Paus Paulus VI

Misa Novus Ordo dipromulgasikan oleh Paus Paulus VI tahun 1969 setelah Konsili Vatikan II (1962-1965). Sekarang ini misa Novus Ordo menjadi bentuk yang umum dari ritus Roma. Adanya perubahan dalam liturgi ini kemungkinan berawal dari gerakan liturgis di abad ke 19-20, yang mendorong keikutsertaan awam di dalam liturgi, agar mereka dapat memahami dan menghayati maknanya dan mengikuti tindakan liturgis imam baik di dalam hati maupun pikiran. Maka salah satu tujuan dari gerakan liturgis ini adalah memperkenalkan penggunaan bahasa vernakular (setempat). Paus Pius XII yang mempunyai perhatian terhadap liturgi, di tahun 1947 menulis dalam surat ensikliknya, Mediator Dei, “penggunaan bahasa ibu dalam hubungannya dengan beberapa ritus dapat menguntungkan bagi orang banyak”, walaupun Paus pada saat yang sama juga menyatakan bahwa hanya Tahta Suci- lah yang mempunyai otoritas untuk memberikan ijin penggunaan bahasa vernakular (MD 60). Paus lalu memberikan izin kepada penggunaan bahasa lokal pada pembaharuan janji Baptis di perayaan Malam Paskah.

3. Perkembangan dari Misa Tridentine ke Misa Novus Ordo

Roman Missal mengalami penyesuaian beberapa kali sejak tahun 1570. Paus Klemens mengadakan penyesuaian umum tahun 1604, dan Paus Urban pada tahun 1634. Menanggapi Konsili Vatikan I (1870), Paus Pius X (1911) memperkenalkan pembacaan Mazmur pada doa brevir. Tahun 1955, Paus Pius XII mengadakan penyesuaian liturgis pada perayaan Minggu Palem, Triduum Paskah dan Malam Pentakosta. Prosesi disederhanakan. Perayaan Kamis Putih digeser ke malam hari, sehingga pada pagi hari dapat diadakan Misa untuk pemberkatan minyak Krisma. Sedangkan pada misa malam hari diadakan acara pembasuhan kaki. Berikutnya Paus mengadakan penyesuaian pada perayaan Malam Paska: penggunaan lilin Paska yang melambangkan Kristus yang bangkit, pengadaan pembaharuan janji Baptis, mengurangi jumlah Bacaan Kitab Perjanjian Lama (tadinya dibacakan 8 perikop bacaan), dst.

Maka penyesuaian liturgi menjadi salah satu hal yang menjadi pertimbangan Konsili Vatikan II. Konstitusi tentang Liturgi, Sacrosanctum Concilium, 50, menyatakan:

“Tata perayaan Ekaristi hendaknya ditinjau kembali sedemikian rupa, sehingga lebih jelaslah makna masing-masing bagiannya serta hubungannya satu dengan yang lain. Dengan demikian Umat beriman akan lebih mudah ikut-serta dengan khidmat dan aktif.
Maka dari itu hendaknya upacara-upacara disederhanakan, dengan tetap mempertahankan hal-hal yang pokok. Hendaknya dihilangkan saja semua pengulangan dan tambahan yang kurang berguna, yang muncul dalam perjalanan sejarah. Sedangkan beberapa hal, yang telah memudar karena dikikis waktu, hendaknya dihidupkan lagi selaras dengan kaidah-kaidah semasa para Bapa Gereja, bila itu nampaknya memang berguna atau perlu.”

4. Perbedaan umum antara Misa Tridentine dan Misa Novus Ordo

Secara umum, terdapat dua perbedaan antara Misa Tridentine dan Novus Ordo. Pertama adalah dalam hal kalender liturgis, dan kedua dalam Misanya itu sendiri. Penyesuaian kalender liturgis ini disesuaikan dengan masa/ perayaan yang sedang diperingati secara keseluruhan. Secara tradisional, Gereja memang merayakan hari kematian para orang kudus, sebagai hari ‘kelahiran’ mereka di surga. Namun kadang ini pertepatan dengan masa tertentu dalam kalender liturgis, sehingga kemudian perayaan tersebut dipindahkan ke hari lainnya. Contohnya adalah, perayaan St. Thomas Aquinas yang wafat pada tanggal 7 Maret, yang jatuh pada masa Prapaska, lalu dipindahkan ke tanggal 28 Januari.

Dalam hal Misa, terdapat perbedaan dalam hal ‘ordinari’ (bagian yang tidak berubah) dan ‘proper’ (bagian yang berubah). Secara umum, ordinari misa Tridentine melibatkan lebih banyak permohonan kepada Allah Trinitas dan juga lebih banyak menyebutkan acuan kepada Perawan Maria yang terberkati, para malaikat dan para orang kudus. Secara keseluruhan juga lebih banyak menggunakan doa- doa yang diambil dari kitab Mazmur. Penyembahan dan penghormatan kepada Kristus di Altar dan penghormatan kepada salib, dilakukan dengan kata dan sikap tubuh/ gesture para pelayan ibadah yang secara ekspresif menyatakannya. Sedangkan dalam Misa Novus Ordo, juga disebutkan doa kepada kesatuan Allah Trinitas tersebut, dengan permohonan ditujukan kepada Allah Bapa, dengan perantaraan Kristus, oleh kuasa Roh Kudus. Teks Misa Novus Ordo memang lebih terfokus sebagai doa Yesus, sehingga secara umum tidak banyak menyebutkan Bunda Maria, para malaikat dan para kudus.

Selanjutnya perbedaannya adalah pada ‘proper‘. Pada Misa Tridentine hanya ada dua bacaan, satu dari surat Rasul di Perjanjian Baru dan satu lagi dari Injil. Pada Novus Ordo, umumnya pada hari Minggu ada tiga bacaan, ada tambahan bacaan dari Perjanjian Lama. Kedua, pada Misa Tridentine yang digunakan adalah satu siklus bacaan setahun, sedangkan di Novus Ordo, ada tiga jenis siklus bacaan (Tahun A,B,C) yang digilir dalam selang 3 tahun.

Ada orang yang mengatakan bahwa Misa Tridentine terlihat lebih agung/ ‘reverent‘, jika dibandingkan dengan Misa Novus Ordo. Namun sebenarnya, teks Misa Novus Ordo juga mencerminkan perngormatan kepada Allah yang agung, sehingga tidak dapat dikatakan bahwa Misa tersebut kurang ‘reverent‘. Maka, kemungkinan orang menilai demikian dari kesan akan gesture dan postur tubuh imam dan para misdinar pada saat Misa, yang menghadap ke Tabernakel ke arah timur, ataupun dengan cara penerimaan komuni di lidah dengan berlutut. Cara tersebut memang dapat membantu penghayatan dan sesungguhnya juga merupakan cerminan penghayatan iman akan apa yang sedang terjadi di Misa Kudus, namun tidak dapat dikatakan bahwa hanya itu satu- satunya cara. Perihal imam menghadap ke altar/ tabernakel memang mencerminkannya sebagai pemimpin ibadah dan atas nama umat mempersembahkan kurban kepada Allah. Namun dengan posisi imam menghadap ke umat, juga sesungguhnya tidak mengubah prinsip itu. Perubahan tersebut hanya juga memungkinkan umat untuk turut mengikuti setiap gerak gerik imam dan mengetahui apa yang dilakukan oleh imam dalam upacara tersebut, yang sebelumnya kadang tidak jelas terlihat karena terhalang oleh tubuh sang imam sendiri. Jangan lupa bahwa, kemungkinan besar Tuhan Yesus melakukan Perjamuan Terakhir tidak sambil membelakangi para murid-Nya. Maka cara imam menghadap kepada umat juga tidak dapat dikatakan sebagai bertentangan atau tidak sesuai dengan Tradisi Suci.

Bahwa Novus Ordo telah dipilih untuk menjadi norma perayaan misa di Roma, adalah fakta bahwa cara tersebut, jika disertai dengan sikap batin yang baik, juga akan menghantar seseorang kepada penghayatan akan misteri perayaan Ekaristi. Apalagi sekarang ini, Paus Benediktus XVI juga mensyaratkan mereka yang ingin menerima Komuni darinya juga harus menerimanya di mulut dan sambil berlutut (silakan melihat videonya di U-tube, klik di sini). Hal komuni di tangan atau di mulut sudah pernah dibahas di sini, silakan klik, dan klik di sini. Nampaknya, yang terpenting di sini adalah sikap batin, sebab hanya dengan sikap/ disposisi batin yang baiklah, seseorang dapat menerima rahmat Ekaristi dengan berlimpah, entah ia menerimanya di tangan ataukah di mulut, baik sambil berdiri atau sambil berlutut.

Di atas semua itu, harap dipahami bahwa kedua cara Misa, baik Novus Ordo maupun Tridentine, diakui oleh pihak otoritas Gereja di Vatikan. Sejak tahun 1984 Misa Tridentine disetujui oleh Paus Yohanes Paulus II untuk kembali dirayakan. Paus Benediktus XVI melalui surat apostoliknya Summorum Pontificum tahun 2007 juga memberikan kemungkinan kepada perayaan misa dengan cara Misa Tridentine (menurut Paus Pius V, 1570) tersebut. Silakan membaca kembali sekilas penjelasan mengenai dokumen tersebut, silakan klik. Di Indonesia, misa umumnya dilakukan dengan cara Novus Ordo, namun seperti telah disebutkan di atas, tidak mengurangi penghormatan ataupun makna Misa Kudus, tetapi malah ingin menjadikannya menjadi semakin agung walaupun diadakan dengan lebih sederhana.

Demikian, semoga ulasan ini berguna bagi kita semua.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

4.7 3 votes
Article Rating
33 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
benedicta
9 years ago

selamat malam
terimah kasih untuk tim katolisitas.org
saya masih punya lagi satu pertanyaan tentang:
bagaimana sih gereja katolik zaman dahulu
sekian….
Dominus Vobis Cum

[Dari Katolisitas: Sepertinya pertanyaan Anda terlalu general/ umum dan kurang spesifik. Tentang apakah dalam Gereja Katolik di zaman dahulu yang ingin Anda ketahui? Jika maksud Anda adalah tentang sejarah perkembangan Misa Kudus sejak Gereja awal, silakan Anda membacanya di artikel ini, silakan klik.]

benedicta
9 years ago

selamat malam maaf kalo tanya nya salah tempat
bole saya bertanya tentang “apa itu tridentine?”
terima kasih
dominus vobis cum

[Dari Katolisitas: Silakan membaca terlebih dahulu artikel di atas, silakan klik]

Stefanus Andre
10 years ago

Selamat Malam utk tim Katolisitas.org Pengurus Katolisitas Yth. Saya ingin bertanya, mungkinkah rubrik Misa sesudah pembaharuan Liturgi dirayakan “satu arah” dengan umat. Sekilas sy melihat di beberapa website dimana Misa sesudah pembaharuan Vatikan II sedang “booming2-nya” dirayakan secara “satu arah” oleh Imam. Terima kasih tim Katolisitas. Damai Kristus [Dari Katolisitas: Nampaknya yang Anda maksud adalah Tridentine Mass, atau dikenal dengan sebutan Extra-ordinary Mass? Silakan membaca artikel di atas, silakan klik. Ya, hal itu, asalkan sudah diketahui dan diizinkan oleh Uskup setempat, dapat dilakukan. Terbukanya kesempatan untuk melakukan Misa Tridentina ini, walaupun belum umum di Indonesia, adalah karena adanya surat apostolik… Read more »

Stefanus Andre
Reply to  Stefanus Andre
10 years ago

Terima kasih atas informasi dan jawabannya Tim Katolisitas.org, Ya ; setau yg saya amati memang Tridentine terkenal dengan arah Imam searah dgn umat sebagai peserta Liturgi. Tp, pernah memang sy melihat di youtube Paus Benediktus XVI merayakan Misa setelah pembaharuan Liturgi dengan arah “satu arah” dgn peserta Liturgi. Adakah dokumen resmi yg membenarkan tindakan tersebut? krn buat sy ini menjadi agak membingungkan. Terima kasih Rm dan tim katolisitas. Damai Kristus [Dari Katolisitas: Silakan dibaca dulu artikel tentang Summorum Pontificum itu, ya. Itu sudah dijelaskan di sana. Ya, Misa Tridentina, atau oleh Paus Benediktus XVI disebut sebagai Extra Ordinary Mass, diperbolehkan,… Read more »

mega
mega
10 years ago

Yth tim Katolisitas,

Sebelumnya saya mohon maaf,karena saya tidak tahu dimana saya harus menuliskan pertanyaan saya.

Pertanyaan saya, siapakah Giuseppe Siri (Cardinal Siri) ? Mohon bantuan info dari tim Katolisitas.

Terimakasih.

salam dan doa
mega

[Dari Katolisitas: Silakan untuk membaca di Wikipedia. Mohon maaf kami tidak dapat mengulasnya secara khusus, mengingat masih banyaknya pertanyaan yang lain.]

Andreas
Andreas
11 years ago

Dear Mbak Inggrid dan team met malem (waktu jakarta)… mau tanya di forum tetangga http://www.ekaristi.org/forum/viewtopic.php?t=7938&postdays=0&postorder=asc&start=40 dikatakan “Alasan yang dipakai +Darmaatmadja sangat tidak tepat dan sangat bertolak belakang dengan “inisiatif pribadi (“motu proprio”) sang gembala tertinggi Gereja Kristus. Bahkan alasan +Darmaatmadja di suratnya itu bagai alasan seseorang yang tidak memahami apa yang ditulis Summorum Pontificum. ” (oleh salah seorang modienya) boleh dijelaskan? [Dari Katolisitas: Kita tidak mengetahui dengan pasti apakah alasan yang persis/ sebenarnya di balik keputusan Bapa Julius Kardinal Darmaatmadja sehubungan dengan tidak diizinkannya pengadaan misa dengan forma extra-ordinary (Tridentina) di wilayah keuskupannya. Jika ada sekelompok umat yang menginginkannya, ada… Read more »

Ignatius Alexander
11 years ago

Shalom Katolistas. Seorang rekan dari Gereja Ortodox mengklaim bahwa Gereja Katolik Roma telah melangkah terlalu jauh dengan adanya Novus Ordo. Alasannya, ritus itu tidak memelihara kemurnian makna liturgis. Yang paling kentara dan sudah disampaikan adalah mengenai arah imam dalam Misa. Menurut mereka, Novus Ordo telah “menghapuskan” (walaupun masih ada yang merayakan Misa Tridentin) kekayaan dari Gereja Purba. Selain itu, ia juga mengklaim berdasarkan KGK dan KHK bahwa menerima komuni dari Gereja Ortodoks itu dianjurkan karena mereka memelihara kekayaan dan kemurnian liturgi Gereja Purba. Dan saya melihat di KGK 1399 juga menuliskan “dianjurkan”. Apa maksudnya “dianjurkan” itu? Menurut saya pribadi, bukankah… Read more »

Joel (Malaysia)
Joel (Malaysia)
11 years ago

Terima kasih.. Saya sekarang lebih yakin dengan iman Katolik saya sendiri..

Joel Oneil
Joel Oneil
11 years ago

Shalom.. Saya ingin bertanya, ada saya baca di internet bahawa ada sesetengah orang menganggap bahawa Bapa Suci di Roma yang terdahulu mengubah tatacara Misa Tridentine kepada Novus Ordo dan Misa Novus Ordo itu sebagai satu ‘heresy’.. Persoalannya, adakah ‘klaim’ Novus Ordo itu sebagai ‘heresy’ betul atau tidak? Sebenarnya apabila saya baca tentang ‘klaim’ tersebut, saya susah hati sebab gereja-gereja di Malaysia juga menggunakan Misa Novus Ordo.. Saya mohon pihak Katolisitas dapat memberi penjelasan supaya iman saya tidak mudah goyah.. AMEN.

Linda Maria
Linda Maria
12 years ago

Salam Kasih dalam Kristus,

Saya mempunyai persoalan tentang Liturgi.

Seperti yang kita maklum, misa kudus kita sekarang dikenali sebagai misa Novus Ordo. Dan sebelum misa Novus Ordo diperkenalkan, gereja Katolik merayakan misa Tridentine. Soalan saya adalah, apakah bentuk misa yang wujud sebelum misa Tridentine. Saya ingin sekali mengetahui sejarah permulaan misa..apakah ada ritus yang wujud sebelum ritus Tridentine di guna dalam gereja Katolik? Apakah ritus yang digunakan oleh gereja perdana ?

sekian soalan saya..mohon pencerahan.
Terima Kasih

aloysius
aloysius
12 years ago

Salam Pak Stef/Bu Inggrid dan Rm Bernardus, Saya ingin bertanya tentang Tata Perayaan Ekaristi, khususnya tata cara Tobat pada Ritus Pembuka. Saya menemukan adanya kejanggalan dalam pelaksanaan tata cara Tobat pada Misa. Berdasarkan Tata Perayaan Ekaristi(TPE) Buku Umat terbitan Konferensi Waligereja Indonesia tahun 2005 yang saya miliki, ritus Tobat mempunyai 4 cara, yaitu Tobat Cara 1, 2, 3, dan 4(Peringatan Pembaptisan). Imam selebran bebas memilih Tobat cara yang ke berapa. Biasanya dan yang paling sering, Tobat cara 1(Saya mengaku …) DAN Tobat cara 3(Tuhan kasihanilah) yang dipilih pada misa mingguan. Kata “DAN” saya tulis secara kapital karena ini yang menjadi… Read more »

Romo Bernardus Boli Ujan, SVD
Romo Bernardus Boli Ujan, SVD
Reply to  aloysius
12 years ago

Salam Aloysius,

1. Jika memilih Tobat cara 1 (Saya mengaku….), disusul dengan seruan Tuhan Kasihanilah kami (tanpa litani atau solo), lalu Kemuliaan.
Bila dipilih cara 3, tidak perlu dimulai dengan “Saya mengaku” (cara 1 dan alternatifnya), lalu langsung diikuti Kemuliaan pada Hari Minggu dan Hari Raya yang memungkinkan.

2. Imam diminta untuk memilih satu cara.

3. Sangat setuju. Itulah yang kita usahakan dan doakan.

Terima kasih banyak

Salam,
Pastor Boli

aloysius
aloysius
Reply to  Romo Bernardus Boli Ujan, SVD
12 years ago

Yth. Pastor Boli,

Terima kasih atas jawaban pertanyaan saya.
Untuk poin 1, Kapan absolusi diucapkan? Apa setelah “Saya mengaku…” atau setelah “Tuhan kasihanilah”? Selama ini absolusi diucapkan setelah “Saya mengaku..” sedangkan dibuku TPE dituliskan bahwa setelah absolusi langsung menyusul “Kemuliaan”.
Untuk poin 2 & 3 , no more questions.

Salam,

Romo Bernardus Boli Ujan, SVD
Romo Bernardus Boli Ujan, SVD
Reply to  aloysius
12 years ago

Shalom Aloysius, Selama ini absolusi diucapkan setelah “Saya mengaku….” (Tobat cara 1, TPE umat halm. 15) dan juga sesudah Tobat cara 2, hlm 15-19 setelah absolusi didoakan/ dinyanyikan Tuhan Kasihanilah (no. 6, hlm 27). Sedangkan di buku TPE umat hlm. 27, ditulis: sesudah Absolusi langsung menyusul Madah Kemuliaan, itu berlaku kalau dipakai rumusan Tobat cara 3 (Litani dengan seruan Tuhan/ Kristus Kasihanilah kami) dan cara 4 (dengan percikan air suci yang diiringi lagu Asperges me, pada masa di luar masa Paskah, atau diiringi Vidi aquam, pada masa Paskah). Dalam rumusan Tobat cara 3, absolusinya didoakan sesudah seruan Tuhan kasihanilah (lihat… Read more »

aloysius
aloysius
Reply to  Romo Bernardus Boli Ujan, SVD
12 years ago

Terima kasih Rm Bernardus. Sekarang, saya sudah mengerti. Semoga Romo tidak pernah bosan menjawab pertanyaan-pertanyaan saya karena saya masih menyimpan banyak pertanyaan seputar sakramen dan liturgi. Kalau bertanya pada para pastor yang tidak ahli dalam bidang sakramen dan liturgi, saya menjadi bingung sebab jawaban mereka berbeda-beda dan terkesan mereka tidak mempunyai pengetahuan yang cukup.

Salam,

shevyn
shevyn
12 years ago

Dear Pak Stef dan Bu Inggrid,

Baru-baru ini Komisi Kepausan Ecclesia Dei mengeluarkan instruksi pelaksana “Universae Ecclesiae” yg memberikan panduan lebih jelas kepada para uskup “supaya dengan segala upaya, memastikan forma ekstraordiaria ini mendapatkan penghargaan yg layak”

Saya menterjemahkannya atas inisiatif pribadi, semoga bisa membantu paroki-paroki yg ingin merayakannya. Dan moga-moga terjemahan yg lebih definitif dari KWI segera keluar.

http://www.misa1962.org/dokumen-gereja-referensi/terj-universae-ecclesiae-indo

FX. Sutjiharto
FX. Sutjiharto
12 years ago

Dear Katolisitas, saya setuju dengan Misa Tradisional Latin – sangat indah dan baik. Namun perlu juga diberikan katekese kepada umat mengenai banyak hal tentang ekaristi – karena ekaristi N.O yang selama ini dijalankan saja belum terpahami dengan baik dan benar. Agar umat tidak semakin bingung dengan perbedaan-perbedaan yang seharusnya memperkaya. Yang kedua, masih sehubungan dengan pemahaman akan misa N.O yang kurang pula, bisa berakibat mereka yang mengikuti Misa Tradisional Latin akan timbul “kesombongan rohani” bahwa yang ini lebih baik, lebih indah, lebih cocok, lebih afdol, dsb dibandingkan yang lain. Setidaknya yang kerap mengikuti misa tradisional latin – saat mengikuti misa… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  FX. Sutjiharto
12 years ago

FX. Sutjiharto, Terima kasih atas tanggapannya. Pada waktu kami masih tinggal di Amerika, kadang-kadang kami pergi ke Misa Tridentine di Institute of Christ the King. Kami memang merasakan keindahan dan kesakralan dari liturgi tersebut. Dan saya yakin, bahwa keindahan liturgi ini harus terus dipelihara, sama seperti Gereja Katolik juga memelihara liturgi dari Gereja Timur. Yang memang menjadi tantangan adalah bagaimana umat Gereja Katolik menghargai Novus Ordo maupun Tridentine. Yang memang perlu diperhatikan, umat yang mengikuti Misa Tridentine tidak boleh memandang rendah misa Novus Ordo. Sebaliknya Misa Tridentine juga memang perlu diberi kesempatan untuk dirayakan sebagai extra-ordinary form. Memang tidak mudah… Read more »

soliloquy
soliloquy
12 years ago

Terima Kasih kepada Ibu Inggrid atas pencerahannya, sekalian saya minta ijin share, ya….
Berkah Dalem

[Dari Katolisitas: Silakan saja, jika anda pandang berguna. Hanya kami mohon agar anda menyebutkan sumbernya, yaitu dari https://www.katolisitas.org. Terima kasih]

adrianus
adrianus
13 years ago

Konsili Vatikan II sama sekali tidak menghapus tradisi liturgi ekaristi sebelum KV II (Latin/Trridentine Mass), tetapi hanya melakukan penyegaran2 sejauh tidak merubah total liturgi lama. Ini terbukti dengan surat apostoliknya Summorum Pontificum dari Paus di atas. Sehingga semestinya tidak ada halangan untuk merayakan misa Tridentine di gereja2 Katholik di Indonesia. Walaupun kenyataannya belum demikian. Kesannya kok Indonesia jadi berbeda sendiri? Padahal baik Novus Ordo maupun Tridentine semuanya diakui oleh pihak otoritas Gereja di Vatikan. Saya sendiri rindu ingin merasakan bagaimana rasanya mengikuti misa dalam suasana dan tata cara seperti yang dilakukan oleh para rasul dahulu (misa latin) dan seperti yg… Read more »

adrianus
adrianus
13 years ago

Misa Tridentine yg membawa gereja awal, sejak zaman, menjadi besar seperti sekarang. Ini membuktikan kebenarannya, karena jika tidak pasti rahmat Allah tidak akan beserta bapa-bapa gereja awal untu membawa Gereja Kristus sebesar seperti sekarang ini. Maka selayaknya kita menaruh hormat yg sebesar-besarnya terhadap misa Tridentine ini, karena berkat dan rahmat Tuhan yg menyertainya sejak dahulu. Sehingga Paus Yohanes Paulus II dan juga Paus Benedictus XVI pun memandang perlu untuk menekankan kembali hal ini dengan melalui melalui surat apostoliknya Summorum Pontificum itu yang memberikan kemungkinan kepada perayaan misa dengan cara Misa Tridentine tersebut. Dan saya percaya pada hakikatnya Konsili Vatikan II… Read more »

Mariana
Mariana
13 years ago

Syalom Bu Inggrid,
Saya ingin menanyakan / mohon konfirmasi, pada artikel Ibu di atas dikatakan bahwa …”kemungkinan dulu Yesus pada perjamuan terakhir tidak membelakangi umat….”sepengetahuan saya dan sejauh yg pernah saya dengar … dulu Yesus memecah roti bersama murid2…mereka mengelilingi meja yg rendah, dan duduk di lantai tanpa memakai kursi. mohon konfirmasi Ibu, terima kasih. Mariana.

shevyn
shevyn
13 years ago

Terima kasih bu Ingrid atas ulasannya yang berimbang. Shalom.

anonymous
anonymous
Reply to  shevyn
13 years ago

Terima kasih atas penjelasannya. Misa baik NO maupun TLM hakikatnya tetap kurban Kristus, hanya saja di NO terdapat penekanan lebih terhadap Communio. 2 2 nya apabila dirayakan dengan baik akan memberikan buah yg baik. Tapi apabila sarat pelanggaran, atau kesenangan manusia nya yang lebih diutamakan, orang jadi kurang menghormati kehadiran Tuhan dalam ekaristi. Lebih ke arah pemuasan batinnya. Saya ada pertanyaan, ada orang yang bilang gini “Nggak semua negara boleh merayakan NO dalam bahasa vernakular, namun Indonesia tanpa persetujuan resmi Vatican langsung mengadakan misa dalam bahasa lokal, terbukti dengan hadirnya Madah Bakti yang berisi DSA experimental, Indonesia baru mendapat recognitio… Read more »

Rm Gusti Kusumawanta
Reply to  anonymous
13 years ago

Anonymous yth Anda terlambat mengerti tentang banyak hal, justru dalam sidang Konsili Vatikan II saat ante preparatio banyak peserta konsili menganjurkan adanya penggunaan bahasa vernacular atau Lingua Vilgare (Bahasa Lokal) sehingga GK Indonesia sudah benar melakukan perubahan menggunakan bahasa Indonesia dan mencoba merumuskan TPE Ordo Missale Romawai teks Indonesia yang sekarang masih sedang dalam perbaikan untuk mendapat recognitio semoga dalam waktu dekat sudah bisa dipakai secara resmi meski para Bapak Uskup sudah memberikan aprobatio karena masih ada perbaikan maka harus diperlukan waktu lagi. Demikian pula Bapa Kami dalam bahasa lokal dianjurkan karena itu bahasa komunikatif dimana umat Allah Gereja Lokal… Read more »

Alexander Pontoh
Alexander Pontoh
Reply to  anonymous
13 years ago

Saya juga suka dengan lagu-lagu Gregorian Chant. Sekarang jarang sekali saya mendengarkannya sewaktu misa di gereja

[dari katolisitas: bagaimana jika anda berbicara dengan pastor paroki anda dan mengusulkan untuk mengakifkan kembali nyanyian Gregorian. Memang untuk dapat menghasilkan nyanyian Gregorian diperlukan waktu latihan yang lebih lama dibandingkan dengan lagu-lagu lain. Namun, harus diakui bahwa lagu-lagu Gregorian mempunyai keindahan tersendiri yang dapat membawa jiwa kita masuk dalam hadirat Tuhan.]

jerry
jerry
13 years ago

Shalom…
Sya ingin bertanya mengenai sejarah Misa Tridentine dan Misa yg sekarang dilaksanakan (Novus Ordo)…Mohon Penjelasannya…Trims…^^

[Dari Katolisitas: Pertanyaan ini digabungkan karena berhubungan]

Shalom..

Tapi menurut saya misa novus ordo tidak sesuai dengan ajaran Gereja mula-mula yang dalam misa Imam tidak menghadap umat tapi menghadap ke Altar dan mengarah/memilikki arah kiblat ke Timur…
mohon pendapatnya..

Trims
Jerry

[Dari Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
33
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x