Menjadi vegetarian karena peduli lingkungan hidup?

Pertanyaan:

Salam Pak Stef dan Bu Ingrid.

Salam dan terima kasih atas jawaban-jawaban yang baik. Mengenai Vegetarian, memang Katekismus dan ajaran Gereja serta Alkitab tidak mewajibkan kita vegetarian. Namun bagi yang mau vegetarian, Gereja selalu memuji sebagai matiraga yang baik asalkan demi ungkapan iman juga kesehatan dan penyelamatan lingkungan bumi. Saya melihat pada KGK, bahwa orang harus hormat terhadap keutuhan ciptaan termasuk kesehatan (KGK nomer 2288, 2415, 2416, 2417, 2418). Kej 1:29 semua tumbuhan itu disediakan Tuhan untuk menjadi makanan manusia, tentu makan daging pun boleh (Kej 9: 3). Namun Kej 9:4 membingungkan: “Daging yang masih ada darahnya tak boleh dimakan”. Mana ada daging yang sama sekali tak ada darahnya? Pasti ada karena meresap di serat-serat pembuluh darah kapiler dalam daging. Mungkin saja ini pertanyaan bodoh, kalau begitu apakah bisa hal ini diterapkan sebagai dasar bagi umat Katolik yang mau hidup vegetarian? Mengenai lingkungan hidup, ditemukan ada data lain, peternakan menyumbang emisi gas rumah kaca (metana dan CO2) lebih besar daripada BBM menurut Dr. Robert Goodland, mantan penasihat bidang lingkungan untuk Bank Dunia dan Jeff Anhang, ahli lingkungan di Perusahaan Keuangan Internasional dari Grup Bank Dunia, menghitung kontribusi peternakan terhadap emisi gas rumah kaca adalah sebesar 51%. Dan perubahan pola makan ke pola nabati (VEGAN) adalah mendesak karena lebih efektif dari upaya2 lainnya bahkan dengan upaya mencari energi alternatif sekalipun. sumber: http://www.nytimes.com/2009/11/17/business/global/17iht-rbofcows.html?_r=2). Hal ini disebabkan pembukaan hutan jutaan hektar untuk peternakan dan kotoran hewan itu panas sekali karena mengeluarkan gas metana. Mohon maaf jika agak melenceng, namun pertanyaan saya, bagaimana tanggapan kita sebagai umat Katolik untuk menanggapi isu pemanasan global yang dihubungkan dengan vegetarian ini? Terima kasih Pak Stef dan Bu Ingrid serta tim Katolisitas. Salam saya: Isa Inigo.

Jawaban:

Shalom Isa Inigo,

Anda benar sewaktu mengatakan bahwa Gereja Katolik tidak mengharuskan umatnya untuk menjadi vegetarian, walaupun tentu jika seseorang memilih untuk menjadi vegetarian itu adalah sesuatu yang baik, karena itu dapat pula melatih pengendalian diri/ mati raga demi pertumbuhan iman.

1. Kitab Suci mengajarkan kepada kita bahwa tumbuh- tumbuhan disediakan oleh Tuhan untuk menjadi makanan manusia (Kej 1:29) dan demikian pula hewan- hewan (Kej 9:3). Kej 9:4 tentang larangan memakan daging yang masih ada darahnya, mengacu kepada ajaran bahwa darah dianggap sebagai sesuatu yang kudus yang memberi hidup, demi mempersiapkan bangsa Israel agar dapat menghayati makna pengorbanan Kristus yang menumpahkan Darah-Nya untuk memberikan hidup kepada umat manusia. Dalam PL, kita mengetahui bahwa Allah bahkan menyuruh bangsa Israel untuk memakan daging anak domba yang dibakar untuk merayakan Paska (lih. Kel 12:21,45; Bil 28:17-25); dan korban anak domba inilah yang menjadi gambaran akan korban Kristus Sang Anak Domba Allah yang kita rayakan dalam setiap Misa Kudus.

2. Saya telah membaca artikel yang anda sampaikan, yang memuat hasil penelitian Dr. Robert Goodland, tentang emisi gas rumah kaca yang konon mencapai 51%, 23 kali lebih panas bagi atmosfir daripada CO2. Tetapi terus terang saja, saya rasa penelitian ini masih harus didukung oleh penelitian lainnya sebelum kita dapat mengatakan bahwa jalan keluar yang terbaik bagi lingkungan hidup adalah agar semua manusia menjadi vegetarian. Di bawah ini adalah beberapa pemikiran saya:

a. Laporan di link tersebut dibuat berdasarkan kondisi peternakan di Amerika yang memang dilakukan dengan besar- besaran secara terkonsentrasi di kandang yang memuat ribuan sapi (dapat mencapai 10.000) atau babi. Limbah metana yang dihasilkan juga berkaitan dengan cara memberi makan (dapat pula merupakan processed food seperti jagung kering, dst) yang umumnya juga dilakukan terkonsentrasi di satu tempat. Mungkin riset juga perlu diadakan untuk meneliti efek peternakan yang tidak dilakukan besar- besaran, tetapi terbatas, dan letaknya tersebar; dengan cara memberi makan secara alamiah, yaitu di padang rumput sehingga limbah merekapun tidak terkonsentrasi tetapi menyebar.

b. Hal penyebaran dalam memberi makan (dan otomatis juga dalam hal kotoran mereka) itu cukup penting untuk diamati, karena hal ini pulalah yang sudah terjadi berabad sebelum adanya pembukaan lahan untuk peternakan. Saat itu walau mungkin jumlah ternaknya sama atau malah lebih banyak, namun toh tidak terjadi apa yang disebut global warming/ efek rumah kaca.

Ada penelitian lain yang mengatakan bahwa jumlah populasi bison di Amerika sekitar tahun 1850 adalah 60 sampai 100 juta ekor, sedangkan jumlah populasi sapi di Amerika pada bulan Juli 2007 adalah sekitar 105 juta. Jika dikatakan bahwa sapi menghasilkan 100 sampai 200 liter gas metana sehari, maka kemungkinan bison (bufallo) juga demikian, apalagi bison umumnya juga berukuran sebesar atau bahkan lebih besar dari sapi.

Kondisi peternakan puluhan ribu ternak mungkin juga tidak terlalu kontekstual di Indonesia (hal ini perlu konfirmasi para ahli di bidangnya), karena sepanjang pengetahuan saya, skala rata- rata peternakan di Indonesia tidak sebesar di Amerika Serikat yang bisa melibatkan puluhan ribu ternak sekaligus, di mana penelitian ini diadakan.

c. Maka menurut hemat saya, hal lingkungan hidup itu tidak hanya semata- mata dipengaruhi oleh peternakan, walaupun mungkin memang benar bahwa limbahnya dapat mempengaruhi, terutama jika peternakan tersebut meletakkan hewan- hewan tersebut berdesak- desakan di dalam bangunan kandang, sehingga limbah gasnya terkonsentrasi, dan dapat sangat berpengaruh pada lingkungan sekitar.

Namun demikian penemuan teknologi sekarang juga sudah cukup maju, di mana beberapa peternakan besar di Amerika tersebut menghasilkan sendiri tenaga listrik dari hasil pengolahan limbah metana. Hal ini yang mungkin perlu distudi lebih lanjut, agar dapat juga diterapkan secara lebih luas, sehingga dapat menghemat sumber daya listrik, atau bahkan peternakan tersebut dapat menyalurkan energi listrik kepada lingkungan sekitarnya.

Adalah kebijaksanaan yang tepat untuk menanami pohon sebanyak mungkin, sebab keberadaan pohon- pohon mengurangi emisi CO2. Mungkin inilah yang perlu ditekankan kepada para peternak besar yang sudah membuka lahan, agar tetap menyediakan lahan untuk ditanami pohon-pohon; setidaknya sejumlah yang sama dengan jumlah pohon yang mereka tebang.

d. Laporan tentang peternakan di Amerika ini juga, menurut saya, berbau politis, sebab mungkin juga ingin dikaitkan agar pemerintah dapat menarik pajak yang lebih tinggi kepada para pemilik peternakan, karena mereka dianggap mencemari lingkungan. Maka laporan yang menunjukkan data tersebut dapat diekspos oleh pemerintah agar opini publik dapat mendukung keputusan pemerintah, misalnya.

e. Mengurangi konsumsi daging memang dapat berakibat positif bagi kesehatan, [dan juga bagi lingkungan] namun menjaga lingkungan hidup menurut saya, tidak terbatas dengan mengurangi konsumsi daging ternak. Hal menjaga lingkungan hidup berkaitan juga dengan memikirkan bagaimana mengolah sampah dan penghematan energi/ mengurangi pemakaian minyak bumi yang mengganggu lingkungan hidup. Jika ini tujuannya, umat di Indonesia pun dapat berbuat sesuatu, misalnya:

1) membuang sampah di tempatnya, menjaga kebersihan lingkungan.
2) tidak membuang sampah ke sungai/ got/ saluran kota.
3) sedapat mungkin menghemat pemakaian listrik, pilih lampu dan alat- alat listrik yang hemat energi.
4) sedapat mungkin membatasi pemakaian/ pembuangan kantong plastik.
5) menanami halaman rumah dengan pohon- pohon.

Atau cara lain jika ingin lebih peduli kepada lingkungan hidup:

1) dapat memberi input kepada pemerintah, untuk mengadakan daur ulang (re-cycle) sampah; seandainya suatu saat dilakukan, taat melakukannya untuk mensortir sampah rumah tangga kita sendiri. [Data science mengatakan bahwa energi yang dapat dihemat dari recycle satu kaleng alumunium coca cola, dibanding harus membuat kaleng itu dari awal adalah tenaga listrik yang mampu menyalakan TV selama 3 jam].
2) dapat mengusahakan mempelajari cara membangkitkan energi misalnya dari pembakaran sampah dan mengusulkannya kepada Pemda.
3) ikuti gerakan menanam pohon- pohon di lingkungan anda.

Maka tidak ada salahnya seseorang memilih untuk menjadi vegetarian, dengan motivasi untuk berpartisipasi mengurangi emisi gas metana; tetapi alangkah baik jika ia melakukan hal- hal sederhana yang jelas- jelas sangat penting di Indonesia, mengingat kotornya sungai- sungai dan belum baiknya sistem pembuangan sampah di negeri kita.

Demikian yang dapat saya tuliskan untuk pertanyaan anda. Mungkin memang tak langsung berhubungan dengan iman, tetapi semoga tetap berguna.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

5 1 vote
Article Rating
16 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Stephan
Stephan
10 years ago

temanku ad yg menggunakan kejadian 1:29 sebagai landasan katanya orang kristen itu sebenarnya disuruh jadi vegetarian sama Tuhan. bagaimana menginterpretasikan ayat ini? makasih.

[dari katolisitas: Silakan melihat jawaban Romo Didik di sini – silakan klik]

Petrus Sudjono
Petrus Sudjono
13 years ago

Mohon pencerahan apakah ikan (hewan yang hidup dalam air) tidak dikategorikan sebagai daging, karena Tuhan Yesus sendiri kan pernah memperbanyak ikan untuk memberi makan jemaah yang lapar saat hadir mendengarkan ajarannya. Dan saya rasa saat itu Tuhan Yesus juga makan ikan.

Petrus Sudjono
Petrus Sudjono
Reply to  Petrus Sudjono
13 years ago

Tambahan dari saya. Hal tersebut perlu saya tanyakan karena mulai besok Umat Katolik akan berpantang dan berpuasa. Pilihan pantang antara lain tidak makan daging. Di salah satu daerah yang umat Katoliknya cukup banyak, ikan dikategorikan hewan berdarah dingin, jadi tidak perlu menjadi pantangan, karena yang dipantangkan adalah hewan berdarah panas (sapi, kambing, dll). Mohon pencerahan supaya kita dapat melaksanakan masa pra paskah tahun ini dengan lebih baik. Tuhan Yesus memberkati !

Love Grace
13 years ago

Lingkungan hidup memang tidak semata dipengaruhi atau dirusak oleh peternakan. Pencemaran lingkungan juga terjadi akibat sampah plastik, pembabatan hutan, asap pabrik, transportasi, penggunaan bahan kimiawi dan seterusnya. Tetapi, selain kerusakan lingkungan seperti itu, saat ini, Bumi sedang mengalami masalah baru yang sejak tahun 1997 mulai dicermati oleh PBB dengan berbagai pertemuan besar (mulai dari IPCC di Kyot, 1997 hingg IPCC di Cancun, Mexico, Desember 2010 yang baru lalu). Masalah itu adalah pemanasan global. Masalhnya bukan lagi pada CO2, tetapi pada N2O, metana, black carbon dan”ground level ozone” yang memiliki kemampuan menyerap panas ratusan hingga ribuan kali dibandingkan dengan CO2. Dan… Read more »

Love Grace
Reply to  Ingrid Listiati
13 years ago

Damai Sejahtera buat semuanya, Terimakasih buat penjelasan yang sangat menarik tentang komitmen yang penuh kasih itu. Tetapi, pemanasan global itu memang masalah sangat serius buat Bumi kita. Sekalipun kita masih bisa menulis dengan baik, sekalipun kita berdiskusi dengan penuh kasih seperti ini, tetapi keadaan Bumi memang dalam keadaan kritis. Kalau tidak, direktur NASA, sekjen PBB Ban Ki-moon dan masih banyak lagi, tidak akan seserius itu mengingatkan kita. Kita tentu tidak bisamenunggu sampai semuanya sudah terlambat, sampai usaha apapun yang kita lakukan sudah tidak akan memberikan manfaat. Masalahnya bukan sekedar kekurangan energi, ‘pencemaran air, udara dan tanah’, tetapi sesuatu masalah baru… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Love Grace
13 years ago

Shalom Love Grace, Terima kasih atas komentarnya tentang global warming. Global warming sendiri masih menjadi perdebatan – silakan mencari di google dengan kata kunci: global warming hoax. Kami di katolisitas.org tidak akan menghimbau pembaca untuk menghindari makanan hewani, selama Vatikan tidak mengeluarkan peraturan tentang hal ini. Biarlah science yang membuktikan hal ini terlebih dahulu dan kita percayakan kepada tim ilmu pengetahuan di Vatikan yang mengkaji hal ini. Dalam kapasitas kita masing-masing, kita dapat memelihara lingkungan hidup kita dengan hal-hal kecil yang lain, seperti: memisahkan sampah-sampah: plastik, kertas, organik, dll; mencoba menghemat listrik, dll. Vatikan sendiri telah memulai menggunakan listrik dengan… Read more »

Love Grace
Reply to  Stefanus Tay
12 years ago

Kasih penuh Damai, Saya kira global warming bukanlah hoax lagi, karena sudah dibicarakan dan menjadi masalah utama di PBB. Hampir semua pemimpin negara dan ilmuwan sudah mengakui tentang ini. Memang segelintir orang mengatakan hal itu hoax, tetapi itu hanya beberapa saja, dan sekarang sudah hampir tidak ada lagi yang meragukannya. Menghimbau untuk mengurangi plastik, kertas, dan menggunakan sayur organik, menghemat listrik dst, tentu merupakan sebuah langkah yang harus kita lakukan demi Bumi dan orang-orang yang kita kasihi. Tetapi, mungkin juga perlu kita ketahui bahwa peternakan dan perikanan adalah sumber malapetaka yang lain. Selain dampak buruknya untuk kesehatan, peternakan dan perikanan… Read more »

Samuel Rismana S
Samuel Rismana S
14 years ago

Shalom Stef & Inggrid… Sekedar sharing : saya sudah tidak makan daging sejak th 1990, walaupun sekarang bukan seorang Vegan. Bagi saya tujuan tidak makan daging adalah untuk mengendalikan ‘keinginan” pribadi, apakah bisa tahan atau tidak, kalau dikaitkan dengan Iman, 2 tahun yang lalu saya mulai membaca kitab suci dan Tuhan memberikan pencerahan melalui 1 Korintus 6: 19-20 ” Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, — dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu… Read more »

Isa Inigo
Isa Inigo
14 years ago

Terima kasih Bu Ingrid atas jawaban yang baik mengenai sikap terhadap penyelamatan lingkungan hidup, kesehatan, termasuk salah satunya gaya hidup vegetarian yang tak usah dikaitkan langsung dengan alasan agama (seperti Budhisme misalnya). Dalam hal ini saya mengakui bahwa Gereja Katolik benar-benar sesuai namanya, universal, menampung semua yang baik demi kerajaan Allah. Justru menurut saya hal ini berkait dengan penerapan iman dalam perilaku praktis sebagai wujud syukur atas penyelamatan Kristus Raja Semesta Alam. Saya dengar di Keuskupan Agung Jakarta selama tahun lalu, paroki-paroki membuat gerakan pengolahan sampah, dengan slogan “taruh sampah jadikan berkah” sebagai manifestasi dari salah satu hasil Sidang Agung… Read more »

Isa Inigo
Isa Inigo
14 years ago

Salam Pak Stef dan Bu Ingrid. Salam dan terima kasih atas jawaban-jawaban yang baik. Mengenai Vegetarian, memang Katekismus dan ajaran Gereja serta Alkitab tidak mewajibkan kita vegetarian. Namun bagi yang mau vegetarian, Gereja selalu memuji sebagai matiraga yang baik asalkan demi ungkapan iman juga kesehatan dan penyelamatan lingkungan bumi. Saya melihat pada KGK, bahwa orang harus hormat terhadap keutuhan ciptaan termasuk kesehatan (KGK nomer 2288, 2415, 2416, 2417, 2418). Kej 1:29 semua tumbuhan itu disediakan Tuhan untuk menjadi makanan manusia, tentu makan daging pun boleh (Kej 9: 3). Namun Kej 9:4 membingungkan: “Daging yang masih ada darahnya tak boleh dimakan”.… Read more »

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
16
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x