Mengapa Ular yang Dijadikan Lambang oleh Tuhan? (lih. Yoh 3:14, Bil 21:8-9)

Berikut ini adalah penjelasan dari St. Agustinus tentang ayat Yoh 3:14, (yang mengacu kepada Bil 21:8-9) tersebut:

“Banyak orang meninggal di padang gurun karena serangan ular, maka Musa, oleh perintah Tuhan, meninggikan sebuah ular tembaga dan mereka yang memandang kepada ular itu langsung disembuhkan. Ular yang ditinggikan itu [melambangkan] kematian Kristus. Penyebab itu, oleh cara tertentu, diterapkan sebagai akibat. Ular itu adalah penyebab kematian, dalam arti ia mempengaruhi manusia agar jatuh dalam dosa, dan karena itu ia [ular itu] memperoleh kematian. Namun demikian, Tuhan kita, tidak memperoleh dosa, yaitu racun dari ular itu, ke dalam tubuh-Nya, tetapi [Ia memperoleh] kematian; supaya dalam keserupaan dengan tubuh yang berdosa, dapat ada penghukuman tanpa dosa, yang oleh karena itu, tubuh yang berdosa dapat dibebaskan, baik dari hukuman, maupun dari dosa.

Seperti terdahulu, ia yang melihat kepada ular yang ditinggikan itu, disembuhkan dari racunnya dan diselamatkan dari kematian; demikianlah kini ia yang diubah menjadi serupa dengan kematian Kristus oleh iman dan rahmat Baptisan, dibebaskan, baik dari dosa oleh justifikasi (pembenaran), maupun dari kematian oleh kebangkitan. Sebagaimana Yesus sendiri berkata; bahwa barangsiapa percaya kepada-Nya tidak akan binasa, tetapi memperoleh hidup yang kekal. Maka, bukankah perlu bahwa seorang anak dijadikan serupa oleh Baptisan dengan kematian Kristus, karena ia telah dinodai oleh gigitan beracun dari ular itu?”

Dengan penjelasan ini kita mengetahui bahwa lambang ular digunakan agar kita dapat melihat hubungan antara penyebab dan akibat. Yaitu bahwa perbuatan jahat yang dilakukan sang ular dan membawa akibat, dalam hal ini kematian (maut). Tuhan Yesus yang diutus Allah Bapa untuk melepaskan manusia dari kuasa maut, mengambil akibat itu, yaitu maut, bagi tubuh-Nya, meskipun Ia tidak berdosa, agar tubuh manusia yang berdosa dapat dibebaskan baik dari hukuman maupun dari dosa.

4 5 votes
Article Rating
19/12/2018
1 Comment
Inline Feedbacks
View all comments
Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
1
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x